Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dari waktu ke wa

ktu semakin pesat. Fenomena tersebut mengakibatkan adanya pengaruh dalam ber

bagai bidang kehidupan, salah satunya bidang pendidikan. Dalam Perundang-unda

ngan tentang Sistem Pendidikan No. 20 tahun 2003, mengatakan bahwa Pendidika

n merupakan “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan p

embelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasa

n, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat”.

Pendidikan di Indonesia perlu mendapat perhatian dan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang menuntut peserta didik untuk memiliki pengetah

uan, sikap serta keterampilan belajar pada abad 21 untuk menghadapi kemajuan I

PTEK yang berkembang pesat dalam kehidupan global. Pemerintah telah melakuk

an upaya untuk memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia agar lebih baik dari m

asa-masa sebelumnya. Berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah terhadap

peningkatan kualitas pendidik seperti mengadakan pelatihan, seminar nasional, M

GMP dan lainnya. Tujuan pendidikan tidak akan berhasil tanpa adanya pendidik y

ang menggunakan model, pendekatan serta metode yang digunakan pada proses b

elajar mengajar. Tugas pendidik adalah sebagai pengelola pembelajaran yaitu

menciptakan kondisi dan sittuasi yang memungkinkan peserta didik untuk belajar

secara optimal.
Pemerintah juga telah melakukan upaya melakukan pergantian kurikulum

sebanyak sebelas kali, dimulai pada tahun 1974, kemudian sampai kurikulum 201

3 dan kurikulum merdeka. Meskipun berganti kurikulum tujuannya tidak lain

yaitu untuk memperbaiki kurikulum sebelumnya. Disekolah SMA Negeri 1 Tigo

Nagari menggunakan dua kurikulum untuk kelas X (fase E) menggunakan

kurikulum merdeka, sedangkan untuk kelas XI dan XII masih menggunakan

kurikulum 2013(K-13). Implementasi kurikulum 2013 yang digunakan di kelas XI

merupakan perangkat pembelajaran yang dirancang dalam bentuk silabus dan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada standar isi.

Implementasi tersebut dapat dilihat dari tingkatan pendidikan dan mata pelajaran

yang terdapat di satuan pendidikan, salah satunya pada pembelajaran fisika.

Pembelajaran fisika merupakan pembelajaran yang menggunakan fakta,

proses, teori, konsep, dan kejadian alam di sekitar. Pembelajaran fisika bukanlah

ilmu yang berisikan dengan hafalan, melainkan sebuah ilmu yang mengaitkan

antara konsep dalam kehidupan sehari-hari. Konsep-konsep dari fisika selalu

berkaitan dengan pemecahan masalah yang merupakan hal penting pada saat

proses pembelajaran fisika. Namun, peserta didik sering kali kurang memahami

hal tersebut sehingga membuat pembelajaran fisika menjadi mata pelajaran yang

sulit untuk dipahami.

Salah satu materi pembelajaran fisika adalah gelombang cahaya. Materi

gelombang cahaya merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai

peserta didik sesuai dengan yang tercantum pada kurikulum 2013. Pada proses

pembelajarannya Gelombang Cahaya juga dapat diintegrasikan dengan sains,


technology, engineering, dan mathematic. Menurut Sudirman, Kistono & Taufiq

(2018:135) Dalam materi gelombang, faktor ilmiah sangat penting yang

melibatkan banyak variabel fisika menjadi saling bergantungan, sehingga

intervensi dan teknik dapat diterapkan di dalam proses pembelajarannya.

Pembelajaran STEM pada materi Gelombang Cahaya akan dapat membentuk

karakter peserta didik dalam mengenali sebuah konsep atau pengetahuan (Science)

kemudian menerapkan pengetahuan tersebut kepada suatu keterampilan

(Technology) yang dikuasai untuk merancang suatu percobaan (Engineering)

dengan melakukan analisis dan berdasarkan perhitungan data matematis

(Mathematics) dalam rangka memperoleh suatu solusi dari suatu permasalahan

sehingga pekerjaan menjadi lebih mudah.

Berdasarkan angket observasi yang dilakukan dengan pendidik kelas XI S

MA Negeri 1 Tigo Nagari yaitu kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 201

3. Dalam proses pembelajaran pendidik menggunakan pembelajaran model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Pendidik mengatakan bahwa

peserta didik masih kurang aktif dalam pembelajaran karena banyaknya rumus

dan hitung-hitungan dalam mata pelajaran fisika. Pendidik juga mengatakan

peserta didik menganggap fisika itu pelajaran yang sulit dimengerti karena

rumusnya yang banyak dan sedikit teori hafalan.

Hasil dari angket observasi terhadap peserta didik, peserta didik mengatak

an bahwa fisika itu mata pelajaran yang sulit dipahami karena fisika memiliki

rumus yang banyak. Peserta didik mengatakan bahwa pendidik menjelaskan

materi secara tidak detail dan suara terdengar kurang jelas sehingga peserta didik
tidak mengerti akan materi fisika. Pendidik sering menggunakan buku paket dan

mencatatkan materi dipapan tulis. Peserta didik menggunakan bahan ajar yaitu

buku paket. Buku paket fisika kelas XI kurikulum 2013 disekolah tergolong

kurang memadai karena tidak sesuai dengan jumlah siswa MIPA kelas XI. Pada

saat pembelajaran berlangsung peserta didik hanya menerima apa saja yang

disampaikan pendidik tanpa melihat materi yang akan dipelajari dan pendidik

belum menggunakan media pembelajaran seperti infokus dalam penyajian

foto/video dan belum melakukan praktikum disemester ini. Peserta didik

menginginkan pendidik menjelaskan materi tidak terlalu kaku dan menggunakan

model/metode ataupun media yang bervariasi agar peserta didik aktif dalam

pembelajaran dan fisika menjadi tidak sulit serta terasa menyenangkan. Adanya m

asalah diatas akan menyebabkan kurangnya minat belajar peserta didik terhadap p

elajaran fisika dan akan berdampak pada hasil belajar peserta didik.

Hasil belajar peserta didik fisika pada nilai UH semester genap tahun ajara

n 2023/2024 diantaranya sebagai berikut:

Tabel 1. Persentase Ketuntasan Nilai UH Semester 2 Fisika Peserta Didik


Kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Tigo Nagari
Kelas Jumlah Peserta Tuntas Tidak Tuntas
Didik Jumlah Persentase Jumlah Persentase
XI MIPA 1 35 8 22,85 27 77,15
XI MIPA 2 35 2 5,71 33 94,29
XI MIPA 3 34 2 5,71 32 94,29
XI MIPA 4 31 6 19,35 25 80.65
XI MIPA 5 33 1 3,03 32 96,97
Sumber: Pendidik Fisika SMA Negeri 1 Tigo Nagari

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat hasil belajar peserta didik banyak yang re

ndah dan banyak peserta didik yang tidak tuntas dari pada yang tuntas. Hal ini dis

ebabkan oleh rendahnya berpikir kritis fisika peserta didik sehingga berdampak pa
da hasil belajarnya. Berpikir kritis merupakan suatu proses dimana peserta didik d

ituntut untuk menganalisis fakta untuk membentuk penilaian.

Berdasarkan uraian di atas, salah satu upaya untuk menyelesaikan masalah

yang dihadapi oleh peserta didik yaitu dengan memilih dan menerapkan model pe

mbelajaran yang menarik dan lebih mudah dipahami dengan menggunakan pembe

lajaran yang diberikan permasalahan dalam kehidupan sehari dengan menggunaka

n model pembelajaran STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics) b

erbasis ESD (Education for Sustainable Development) terhadap berpikir kritis pes

erta didik. Pembelajaran STEM ialah suatu proses pembelajaran yang

menekankan pada kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah peserta

didik dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan tujuan ESD yaitu mampu

mendorong perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, nilai ataupun sikap

peserta didik, mampu menyelesaikan masalah terkait dalam materi pembelajaran,

mampu meningkatkan kreativitas belajar menjadi lebih luas dan menarik. Peserta

didik juga dapat menganalisis contoh hubungan materi yang dipelajari terhadap fe

nomena alam.

Model pembelajaran STEM mengharuskan siswa untuk bisa memecahkan

masalah, membuat pembaruan, menemukan/merancang hal baru, memahami diri,

melakukan pemikiran logis dan menguasai teknologi. Pendidikan ini difokuskan p

ada dunia nyata dan masalah otentik akan membuat siswa memiliki pengetahuan y

ang mendalam, bersifat dinamis dan kreatif, sehingga dapat menciptakan generasi

unggul (Sariah, 2016:4). Bahan ajar yang akan digunakan adalah modul yang

bertujuan untuk memperjelas, mempermudah penyajian materi agar tidak terlalu


bersifat lisan dan bisa membantu dalam kurangnya buku paket di sekolah. Bebera

pa kelebihan dalam pembelajaran STEM yaitu peserta didik bisa mengaitkan

materi dengan kehidupan dunia nyata, meningkatkan kemampuan berpikir kritis,

dan mendorong kolaborasi dalam pemecahan masalah.

Berpikir kritis peserta didik diperlukan beberapa indikator. Menurut

Maulana (2017:7) berpikir kritis dapat diukur oleh beberapa indikator: 1)

Menganalisis dan mengklasifikasi pernyataan, 2) Mengidentifikasi dan

mengevaluasi asumsi yang ada, 3) Menyusun klarifikasi dengan pertimbangan

yang bernilai, 4) Menyusun penjelasan, dan 5) Membuat kesimpulan dan

argument. Dengan menggunakan pembelajaran STEM yang dintegrasikan ke dala

m ESD akan berdampak positif yaitu akan meningkatnya kemampuan berpikir krit

is peserta didik.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dalam penelitian in

i akan menerapkan pembelajaran STEM berbasis ESD terhadap berpikir kritis pes

erta didik kelas XI SMA Negeri 1 Tigo Nagari.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, adapun identif

ikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peserta didik kurang aktif dalam proses pembelajaran karena fisika banyak

memiliki rumus dan pendidik belum menggunakan model/metode ataupun

media yang bervariasi.

2. Bahan ajar dan media pembelajaran yang digunakan oleh pendidik masih kur

ang efektif.
3. Pada proses pembelajaran peserta didik tidak memahami materi yang diberika

n oleh pendidik sehingga nilai UH yang diperoleh tidak sesuai yang diingi

nkan dan masih di bawah KKM.

4. Rendahnya hasil belajar peserta didik karena kurangnya kemampuan berpikir

kritis peserta didik pada materi fisika.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, Peneliti hanya membatasi permasalah pa

da:

1. Proses pembelajaran yang belum bervariasi maka perlu diterapkan variasi

dalam pembelajaran yaitu dengan menggunakan pembelajaran STEM berb

asis ESD diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peser

ta didik pada materi gelombang cahaya.

2. Berpikir kritis peserta didik dilihat dari ranah kognitif dan ranah afektif.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam peneli

tian ini adalah “Apakah terdapat Pengaruh Penerapan Pembelajaran STEM Berbas

is ESD Terhadap Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 1 Tigo Nag

ari?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adal

ah untuk melihat Pengaruh Penerapan Pembelajaran STEM Berbasis ESD Terhad

ap Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 1 Tigo Nagari.

F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah

dan tujuan masalah, maka penelitian ini bermanfaat untuk:

1. Bagi peneliti

Peneliti dapat mengasah kemampuan dalam penerapan pembelajaran STE

M berbasis ESD yang nantinya diharapkan berguna dalam dunia pendidika

n khususnya dalam proses belajar mengajar.

2. Bagi peserta didik

Peserta didik dapat menjadikan penerapan pembelajaran STEM berbasis E

SD sebagai salah satu cara untuk memahami konsep fisika dengan cara ya

ng baru dan lebih menarik dalam proses pembelajaran.

3. Bagi pendidik

Pendidik dapat memanfaatkan penerapan pembelajaran STEM berbasis ES

D untuk menunjang pembelajaran agar peseta didik lebih tertarik untuk bel

ajar fisika.

4. Bagi sekolah

Sekolah dapat menjadikan pembelajaran STEM berbasis ESD ini sebagai

pembelajaran meningkatkan kualitas dan mutu hasil pembelajaran fisika.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Deskripsi Teori
1. Belajar dan Pembelajaran Fisika
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan baik secara tingkah laku yang baru atau sebagai

hasil pengalaman sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Slameto,

2010:2). Jadi belajar merupakan perubahan perilaku seseorang dari hasil

interaksinya dengan lingkungan sekitar yang menjadi titik acuan untuk melihat

suatu perkembangannya. Didalam kegiatan belajar terdapat proses pembelajaran.

Pembelajaran adalah upaya yang dilaksanakan secara sistematis dilakukan oleh pe

ndidik dalam mewujudkan kegiatan pembelajaran agar efektif dan efisien dimana

kegiatan pembelajaran dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Aqib

Z. 2013: 66).

Pembelajaran bermutu adalah pembelajaran efektif yang pada intinya men

yangkut kemampuan pendidik dalam proses pembelajaran di kelas akan sangat me

nentukan mutu hasil pembelajaran yang akan diperoleh peserta didik. Untuk menc

iptakan suatu pendidikan yang bermutu, maka salah satu upaya yang dilakukan pe

ndidik adalah dengan membentuk pola berpikir kritis bagi peserta didik. Salah sat

u pembelajaran yang membutuhkan pemikiran kritis oleh peserta didik yaitu

dalam pembelajaran fisika.

Pembelajaran fisika adalah salah satu pembelajaran sains sehingga dalam k

egiatan pembelajarannya harus meliputi proses, sikap ilmiah, dan produk. Pembel

ajaran fisika juga tidak hanya memberikan kemampuan terhadap peserta didik unt

uk menyelesaikan soal-soal saja, tetapi juga untuk melatih agar peserta didik ma

mpu berpikir kritis, logis dan sikap ilmiah lainnya.


2. Pembelajaran STEM (Science, Technology Engineering and Mathematic

s)

a. Pengertian Pembelajaran STEM

STEM dikenalkan oleh NSF (National Science Foundation) Amerika Seri

kat th 1990. Science merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari hukum-huku

m alam serta perlakuan atau penerapan fakta. Technology memberi kemudahan un

tuk mengakses data dan segala kebutuhan manusia. Engineering adalah penerapan

dari teknologi untuk menyelesaikan permasalahan, dan Mathematics yaitu konsep

perhitungan yang dipakai untuk konseptualisasi permasalahan dalam kehidupan se

hari-hari. STEM dalam proses pembelajaran adalah suatu pendekatan yang pembe

lajarannya terdapat integrasi antara empat aspek yang memfokuskan terhadap mas

alah yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran STEM adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan p

ada hubungan pengetahuan dan keterampilan (STEM). Pendekatan ini dapat men

ciptakan sebuah pembelajaran secara menyatu dan pembelajaran yang aktif karena

semua aspek dalam STEM dibutuhkan secara bersamaan untuk menyelesaikan ma

salah. Melalui pendekatan STEM (Sumaji, 2019:8), kemampuan berpikir kritis ma

tematis siswa dikembangkan agar mampu memecahkan masalah dengan berpikir k

ritis, bernalar secara logis dan sistematis serta mampu untuk berkomunikasi, berko

laborasi dan mengikuti perkembangan teknologi.

Berkembangnya pendidikan STEM ini akan menghasilkan pengalaman dal

am kehidupan peserta didik. Berikut empat aspek dalam pendekatan STEM yaitu s

ebagai berikut:
1) Science, Kemampuan yang dimiliki peserta didik dalam mengeksplor berbaga

i informasi berdasarkan kemampuannya dalam pengetahuan.

2) Technology, Kemampuan yang dimiliki peserta didik untuk menentukan soft

ware untuk membantu menyelesaikan permasalahan.

3) Engineering, Kemampuan yang dimiliki peserta didik dalam mengoperasikan

software untuk membantu meyelesaikan permasalahan.

4) Mathematics, Kemampuan yang dimiliki peserta didik dalam analisis, membe

rikan ide/gagasan untuk memperoleh serta mengamati kesimpulan kembali.

Kolaborasi dalam proses pembelajaran, STEM akan membantu peserta did

ik untuk mengumpulkan dan menganalisis serta memecahkan permasalahan yang t

erjadi serta mampu untuk memahami hubungan antara suatu permasalahan dan ma

salah lainnya. STEM dalam dunia pendidikan bertujuan selaras dengan tuntutan p

endidikan abad 21, yaitu agar peserta didik memiliki literasi sains dan teknologi y

ang berdampak dari membaca, menulis, mengamati, serta melakukan sains, serta

mampu mengembangkan kompetensi yang telah dimilikinya untuk diterapkan dal

am menghadapi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang terkait bidang il

mu STEM (Jauhariyah dkk 2017:623).

b. Sintaks dan Langkah-Langkah Pembelajaran STEM

Pembelajaran STEM memiliki sintaks dan langkah-langkah dalam pelaksanaa

nnya dikelas yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.Sintaks dan Langkah-langkah Pembelajaran STEM


No Sintaks Langkah-langkah
1  Pengamatan , Me Peserta didik dimotivasi untuk melakukan pengamatan terhadap ber
ngajukan pertany bagai fenomena/isu yang terjadi kemudian menemukan pertanyaan
aan dan mendefen dari suatu fenomena tersebut dan peserta didik dimotivasi untuk ma
isikan masalah mpu memecahkan masalah yang ada dan mencoba mengklarisifikas
inya.

2  Ide baru Peserta didik diminta mencari dan memikirkan satu permasalahan b
aru dari informasi yang sudah ada. Pada langkah ini peserta didik m
emerlukan kemahiran dalam menganalisis dan berpikir kritis.

Peserta didik di minta untuk merencanakan dan melakukan penyeli


 Merencanakan da dikan ilmiah untuk memperoleh data
n melaksanakan p
enyelidikan

3
 Menganalisis dan Peserta didik melakukan penyelidikan ilmiah dan memperoleh data,
menafsirkan data selanjutnya data yang di peroleh di analisis kemudian ditafsirkan

4  Menggunakan ma Peserta didik menggunakan cara berfikir matematika untuk memba


tematika, memba ngun simulasi dan menganalisis data. Kemudian peserta didik mam
ngun penjelasan d pu membangun penjelasan terkait permasalahan dan merancang sol
an merancang sol usi baru.
usi

 Argumentasi dan
bukti Peserta didik terlibat dalam argumentasi untuk mengklarifikasikan
permasalahan yang ada kemudian solusi terbaik suatu masalah dan
di perkuat dengan bukti data yang kuat untuk mempertahankan suat
u kesimpulan

5  Memperoleh, me Peserta didik memperoleh suatu infomasi dari pembelajaran yang te


ngevaluasi, dan m lah di lakukan kemudian mengevaluasi dan mampu mengkomonika
engkomunikasika sikan dan hasil dari temuan yang telah di lakukan serta dapat menar
n informasi ik kesimpulan.

Sumber: Dimodifikasi dari M.Syukri(2013:109) dan Torlakson (2014:20)

c. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran STEM

Menurut Halim (2019:36) Pembelajaran STEM pendidikan memiliki beber

apa kelebihan berdasarkan pengajaran dan pembelajaran antara lain:

a. Menumbuhkan pemahaman tentang hubungan antara prinsip, konsep, dan


keterampilan domain disiplin tertentu.
b. Membangkitkan rasa ingin tahu siswa dan memicu imajinasi kreatif merek
a dan berpikir kritis.
c. Membantu siswa untuk memahami dan mengalami proses penyelidikan il
miah.
d. Mendorong kolaborasi pemecahan masalah dan saling ketergantungan dala
m kerja kelompok.
e. Memperluas pengetahuan siswa diantaranya pengetahuan matematika dan
ilmiah.
f. Membangun pengetahuan aktif dan ingatan melalui pembelajaran mandiri.
g. Memupuk hubungan antara berpikir, melakukan, dan belajar.
h. Meningkatkan minat siswa, partisipasi, dan meningkatkan kehadiran.
i. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menerapkan pengetahuan mere
ka.
Pembelajaran STEM pendidikan juga memiliki beberapa kelemahan berd
asarkan pengajaran dan pembelajaran antara lain:
a. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
b. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengu
mpulan informasi akan mengalami kesulitan.
c. Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
d. Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda,
dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran STEM peserta didik diajak untuk

berperan aktif dalam proses pembelajaran dan juga peserta didik diajak untuk dap

at memecahkan suatu permasalahan yang dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Education for Sustainable Development (ESD)

Education for Sustainable Development (ESD) yaitu belajar sepanjang hay

at yang bertujuan untuk menginformasikan dan melibatkan peserta didik aktif, kre

atif juga memiliki keterampilan dalam menyelesaikan masalah, saintifik, dan sosia

l literasi, lalu berkomitmen yang mana tindakan akan menjamin kesejahteraan ling

kungan di masa depan (Agusti et al.2019:176). Menurut Gabriela Clarisa dkk

(2020:14) Konsep ESD yaitu penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehar

i-hari yang berkaitan dengan isu-isu lingkungan, dengan adanya pembelajaran itu

diharapkan pembelajaran bisa berlangsung menjadi lebih bermakna dan dapat me

ngarahkan siswa untuk berpikir ke depan serta memiliki kesadaran atas sustainabi

lity awareness.
Sustainability awareness merupakan kesadaran berkelanjutan terkait lingk

ungan sekitar siswa atau dapat dikatakan juga sebagai kesadararan untuk menjaga

serta menghargai lingkungan dan kehidupan disekitarnya dibangun sejak dini kare

na komponen ini yang sangat penting untuk mendukung pembangunan berkelanju

tan. Maksudnya disini adalah peserta didik dituntut sejak dini bisa menyelesaikan

suatu permasalahan dengan mengaitkan dengan kehidupan sehari sehingga tujuan

dari ESD tercapai. Belajar aktif peserta didik akan belajar lebih efektif dan konsist

en jika dikaitkan dengan kehidupan nyata, didalam pembelajaran pendidik hanya s

ebagai pembimbing dan menyiapkan kondisi kelas.

Pada penelitian ini akan digunakan STEM berbasis ESD yaitu pembelajara

n STEM dengan memerhatikan penggunaan sintaks dan langkah-langkah dari ST

EM yang dimana peserta didik dituntut untuk memecahkan permasalahan dengan

mengaitkannya dalam kehidupan sehari-hari.

4. Berpikir Kritis

Berpikir adalah satu keaktifan pribadi seseorang yang mengakibatkan penemu

an terarah untuk suatu tujuan. Proses berpikir juga merupakan suatu kegiatan ment

al untuk membangun dan memperoleh pengetahuan. Dalam suatu proses pembelaj

aran, kemampuan berpikir peserta didik dapat dikembangkan dengan mempe

rbanyak pengetahuan yang bermakna melalui persoalan pemecahan masalah. Pern

yataan tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Tyler (Sarfa

W.2021:74) mengenai pengalaman atau pembelajaran yang memberikan kesempat

an kepada peserta didik untuk memperoleh keterampilan-keterampilan dalam pem

ecahan masalah, sehingga kemampuan berpikir dapat dikembangkan dengan baik.


Menurut Kunandar (2015:62) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kom

petensi atau kemampuan tertentu, baik kognitif, afektif maupun psikomotor yang

dicapai peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan pernyat

aan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kompetensi yang

harus dicapai oleh peserta didik selama proses pembelajaran. Kompetensi ini terca

pai apabila peserta didik telah mengikuti proses belajar mengajar di kelas. Hasil b

elajar dikatakan baik jika hasil belajar yang diperoleh peserta didik dapat diterapk

an dalam kehidupan sehari-hari.

Terdapat tiga ranah penilaian dari hasil belajar peserta didik menurut

Sudjana (2014:22) yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

a) Ranah kognitif

Ranah kognitif merupakan penilaian peserta didik terhadap hasil belajar

intelektual di kelas. Penilaian ini mengandung enam aspek menurut Sudjana

(2014:22) pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pada

ranah kognitif, peserta didik dinilai dari cara berpikir dan mengingat untuk dapat

memecahkan suatu masalah yang sedang mereka hadapi saat ini.

b) Ranah afektif

Ranah afektif merupakan berkenaan dengan sikap dan perilaku peserta

didik yang dikembangkan dengan melalui pembiasaan dalam pembelajaran.

Menurut Sudjana (2014:25) tujuan dari ranah afektif adalah menilai peserta didik

dengan melihat hubungan perasaan, emosi, dan sikap peserta didik terhadap

sesuatu permasalahan. Adapun penilaian dari ranah afektif adalah penerimaan,

jawaban, penilaian, organisasi dan pembentukan pola hidup.


c) Ranah psikomotor

Ranah psikomotor merupakan penilaian peserta didik terhadap

keterampilan dan kemampuan diri dalam bertindak. Menurut Sudjana (2014:26)

terdapat enam aspek penilaian ranah psikomotor yaitu gerak refleks, keterampilan

gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan, gerakan keterampilan

kompleks, gerakan ekspresif dan interpretatif. Pada ranah psikomotor tidak

digunakan karena pada saat penelitian tidak melakukan praktikum.

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar terbagi atas

tiga ranah penilaian yaitu ranah kognitif yang merupakan penilaian terhadap

kemampuan pengetahuan , pemahaman, analisis, dan evaluasi peserta didik, ranah

afektif penilaian terhadap penerimaan, jawaban, penilaian, dan organisasi peserta

didik, dan ranah psikomotorik merupakan penilaian keterampilan yang dimiliki

peserta. Untuk ranah psikomotorik tidak digunakan dalam penelitian karena tidak

melakukan praktikum di sekolah.

B. Penelitian Yang Relevan

Pembelajaran STEM yang diintegrasikan berbasis ESD diharapkan dapat

menstimulus siswa agar memiliki kemampuan berpikir kritis. Pelaksanaan pembel

ajaran STEM yang memfasilitasi metode pemecahan masalah dengan menggabun

gkan empat disiplin ilmu yaitu sains, teknologi, teknik, dan matematika yang didu

kung dengan Education for Sustainable Development (ESD) dimana peserta didik

dapat menyelesaikan permasalahan nyata dengan memikirkan dampak pada alam

dan lingkungan sekitarnya.


Berikut penelitian relevan yang menjadi acuan peneliti untuk melakukan p

enelitian yang baru. Hasanah Zainatul, (2021) dengan judul “Implementasi Model

Problem Based Learning Dipadu LKPD Berbasis STEM untuk Meningkatkan Ket

erampilan Berpikir Kritis pada Materi Pencemaran Lingkungan “Hasil penelitiann

ya adalah Implementasi model pembelajaran PBL dipadu dengan LKPD berbasis

STEM dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik SMA pada

materi pencemaran lingkungan. Selanjutnya penelitian dilakukan oleh Nurul Hud

apoti (2023) dengan judul “Studi literatur analisis pengaruh pendekatan STEM ter

hadap kemampuan berpikir krtis siswa”. Hasil penelitiannya adalah pendekatan S

TEM memberikan pengaruh yang positif terhadap kemampuan berpikir kritis sisw

a.

Perbedaan penelitian yang akan peneliti lakukan dengan penelitian sebelu

mnya adalah penelitian yang dilakukan Hasanah Zainatul, (2021) dan Nurul Huda

poti (2023) yaitu perbedaan materi dan bahan ajar, materi yang akan digunakan

adalah gelombang cahaya dan menggunakan modul sebagai bahan ajar.

C. KERANGKA KONSEPTUAL

Proses belajar mengajar merupakan suatu rangkaian yang mempunyai

tujuan yang akan dicapai. Berbagai upaya telah di rancang untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran sehingga kualitas Pendidikan dapat optimal. Salah satu hal

yang menunjang keberhasilan mengajar seorang pendidik adalah kemampuan

dalam mengaplikasikan dan memiliki upaya pembelajaran yang efektif. Dalam

kegiatan pembelajaran tidak hanya pendidik yang berperan aktif tetapi juga

peserta didik untuk menciptakan suasana pembelajaran yang harmonis maka perlu
diterapkan sebuah model pembelajaran yang dapat membantu peserta didik untuk

memahami materi yang disampaikan serta dapat menarik perhatian peserta didik.

Dengan pembelajaran yang bervariasi peserta didik akan termotivasi untuk

memahami materi yang dianggap abstrak menjadi lebih konkrit yang akan

menjadikan pembelajaran menjadi lebih bermakna. Dengan demikian minat

belajar peserta didik meningkat sehingga mempengaruhi hasil belajar peserta

didik.

Proses pembelajaran kurang aktif akan


menyebabkan kurangnya ketertarikan
peserta didik pada mata pelajaran fisika sehi
ngga dibutuhkan model pembelajaran yang
dapat meningkatkan minat belajar peserta
didik.

Proses Pembelajaran XI SMA N


Kelas Eksperim Kelas Kontrol
EGERI 1 TIGO NAGARI
en

Pembelajaran STEM berbasis E Pembelajaran dengan


SD terhadap berpikir kritis menggunakan PBL
Berpikir Kritis

Gambar 1. Kerangka berpikir

D. HIPOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan hasil kerangkan berpikir, maka usulan penelitian yang telah d

ilakukan adalah terdapat pengaruh pembelajaran STEM berbasis ESD terhadap be

rpikir kritis peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Tigo Nagari.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2023/2

024. Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu kelas XI MIPA SMAN 1 Tigo Nagar

i yang terletak di Jl. Lintas Padang Sawah-Kumpulan Km.4 Kec Tigo Nagari Kab.

Pasaman. Penelitian ini akan dilakukan selama kurang lebih 3 minggu pada materi

gelombang cahaya.

B. Desain Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka jen

is penelitian yang akan dilakukan merupakan Quasi Eksperiment. Penelitian Quas

i Eksperiment dilakukan karena dalam penelitian ini tidak mungkin mengontrol se


mua jenis variabel yang relevan kecuali beberapa dari variabel-variabel tersebut.

Menurut Sugiyono (2012:206) dalam desain ini kelompok eksperimen mapun

kelompok control dipilih secara acak. Penelitian ini menggunakan model rancanga

n Randomized Control Group Posstest Only Design yang dapat digambarkan sepe

rti tabel 3.

Tabel 3. Desain Penelitian


Kelas Perlakuan Tes Akhir
Eksperimen X O
Kontrol - O
Sumber : Sugiyono (2017:502)
Keterangan:
X : Pembelajaran dengan menggunakan Pembelajaran STEM berbasis ESD
O : Tes Akhir yang berikan kepada kelas eksperimen dan kontrol.

Berdasarkan tabel 3, penelitian yang akan dilaksanakan ini terdiri dari dua

kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol, yang dimana pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol diberikan posstest tetapi hanya kelas eksperimen

saja menggunakan pembelajaran STEM berbasis ESD sedangkan kelas kontrol

menggunakan pembelajaran konvensional yaitu metode ceramah.

C. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2012: 38) menyatakan variabel adalah suatu atribut pe

nelitian atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai varia

si tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesi

mpulannya. Pada penelitian ini terdapat variabel bebas dan variabel terikat, adapu

n definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Pembelajaran STEM berbasis ESD adalah pendekatan yang digunakan pada a

bad 21. Pembelajaran STEM merupakan pendekatan pembelajaran yang mene


kankan pada hubungan pengetahuan dan keterampilan ilmiah science, technol

ogy, engineering, dan mathematics (STEM) untuk mengatasi masalah yang

berkaitan dengan pengetahuan. Dalam penelitian ini Pembelajaran STEM ber

basis ESD merupakan variable bebas.

2. Berpikir Kritis merupakan aspek yang dapat membantu dalam memecahkan

masalah agar setiap individu dapat bersaing dengan sehat dan adil serta mamp

u dalam menciptakan kerja sama yang baik dengan individu lain. Berpikir krit

is dapat dilihat dari hasil belajar peserta didik yang diambil dari ranah kogniti

f dan afektif. Berpikir kritis merupakan variabel terikat.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti (Sugiyono 2014:61). Dalam pe

nelitian ini populasinya adalah seluruh peserta didik kelas XI MIPA SMA Negeri

1 Tigo Nagari Tahun Ajaran 2023/2024.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2014:62) sampel merupakan bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel diambil menggunakan teknik

sampel. Teknik sampel pada penelitian ini adalah simple random sampling yaitu t

eknik pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa

memerhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2014: 64). Sesuai ma
salah yang diteliti, maka dibutuhkan dua kelas sebagai sampel yaitu kelas eksperi

men dan kelas kontrol.

Ada beberapa langkah-langkah yang digunakan dalam pengambilan sampe

l yaitu sebagai berikut:

a. Mengumpulkan nilai UH semester 2 kelas XI SMA Negeri 1 Tigo Nagari 202

3/2024.

b. Melakukan uji nornalitas dengan tujuan untuk melihat apakah sampel berasal

dari populasi yang berdistribusi normal atau tidaknya. Menurut Sudjana

dalam Nuryadi (2017:81) uji normalitas data digunakan dengan menggunakan

uji liliefors ( L0 ) dilakukan langkah-langkah sebagai berikut. Diawali dengan p

enentuan taraf sigifikansi, yaitu pada taraf signifikasi 5% (0,05) dengan hipot

esis yang diajukan adalah sebagai berikut :

H 0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H 1 : Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Dengan kriteria pengujian adalah Jika Lℎitung< Ltabel terima H 0

Jika Lℎitung > Ltabel tolak H 1

Adapun langkah-langkah pengujian normalitas adalah :

1. Data pengamatan X 1 , X 2 , X 3 ,...... X n dijadikan bilangan baku Z1 , Z 2 , Z 3 ,...... Z n

xi − x
dengan menggunakan rumus (dengan x dan masing s masing-masing meru
s

pakan rata-rata dan simpangan baku)

2. Untuk setiap bilangan baku ini dengan menggunakan daftar distribusi normal b

aku, kemudian dihitung peluang F ( z i ) =P ( z < z i ).


2. Selanjutnya dihitung bilangan baku Z1 , Z 2 , Z 3 ,...... Z n yang lebih kecil atau sam

a dengan z i . Maka rumus yang digunakan adalah:

banyaknya Z 1 , Z 2 , ...... Z n yang ≤ z i


S ( z i )=
n

4. Hitung selisih F ( z i )– S ( z i ) , kemudian tentukan harga mutlaknya.

5. Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih tersebut, mi

sal harga tersebut ( L0 ) .

Untuk menerima atau menolak hipotesis nol ( H 0), dilakukan dengan cara

Membandigkan ( L0 ) ini dengan nilai kritis Lℎitungyang terdapat dalam tabel untuk t

araf nyata yang dipilih. Kriterianya adalah jika ( L0 ) <¿ ( Lt ) maka H 0 diteri a, H 1dit

olak. Jika L0 >¿ Ltabel maka H 1 diterima, H 0 ditolak.

c. Melakukan uji homogenitas

Selanjutnya menggunakan uji homogenitas dengan tujuan untuk menunjuk

kan bahwa dua atau lebih kelompok sampel data diambil dari populasi yang memi

liki varians yang sama. Pengujian ini dilakukan dengan uji F. Hipotesis yang digu

nakan adalah:
2 2
H 0 :S 1 =S2 : Populasi homogen

2 2
H 0 :S 1 ≠ S2 : Populasi tidak homogen
Dalam Sudjana (2005: 49) menyebutkan untuk menghitung harga F diguna

kan rumus:
2
Sb
F= 2
Sk

Keterangan:
F : Varians dua kelompok
2
Sb : Varians terbesar
2
Sk : Varians terbesar
Kriteria pengujiannya adalah tolak H 0 jika f≥ f ( a ¿ n1 −1 , n2 −1 )dan H 0 diteri

ma jika F ℎitung< Ftabel .

E. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2015: 150) menyatakan bahwa Instrumen penelitian

adalah suatu alat ukut untuk mengukur fenomena alam ataupun sosial yang

diamati. Instrumen penelitian merupakan alat untuk memperoleh data dalam rang

ka memecahkan permasalahan dalam penelitian. Pada penelitian ini instrumen pe

nelitian yaitu sebagai berikut:

a. Ranah kognitif

Instrumen yang akan digunakan untuk melihat kemampuan berfikir kriti

s peserta didik pada aspek kognitif adalah dengan menggunakan tes berbentuk e

ssay. Tes ini dilakukan diakhir pertemuan atau diakhir materi pelajaran. Setela

h selesai melakukan tes maka dilakukan penskoran pada soal tes.

Untuk tes yang baik perlu dilaksanakan penyusunan tes dengan menggu

nakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menyusun soal tes

Tes yang diberikan adalah tes tertulis berupa soal-soal essay yang dimana

soal tersebut diambil berdasarkan materi pokok bahasan yang sudah dipelajari. Te

s digunakan sebagai untuk melihat kemampuan berpikir kritis peserta didik pada
materi fisika meningkat dari pada sebelumnya. Dalam tes tersebut dilakukan langk

ah-langkah sebagai berikut:

a) Membuat batasan terhadap materi pelajaran yang akan diuji

b) Membuat kisi-kisi yang sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi

c) Menyusun butir-butir soal yang menjadi bentuk tes akhir sesuai dengan

kisi-kisi soal.

d) Membuat kunci jawaban tes uji coba

e) Memvaliditas tes

Validitas tes adalah ketepatan tes. Suatu tes bisa dikatakan valid apabila te

s tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Arikunto (2016:64) sebua

h tes dikatakan memiliki validasi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang se

jajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Oleh karena itu, materi yang

diajarkan tertera dalam kurikulum yang digunakan disekolah tersebut dan menyes

uaikannya dengan materi yang sudah diajarkan.

2. Melakukan uji coba tes akhir

Hasil sebuah penelitian dipercaya apabila alat pengumpulan data yang dig

unakan sudah akurat dan sudah mempunyai validitas tes, tingkat kesukaran soal, d

aya pembeda soal, dan reabilitas tes. Maka soal tersebut perlu dilakukan uji coba t

erlebih dahulu disekolah yang memiliki kualifikasi dan kemampuan akademik yan

g bagus. Uji coba tes akan dilakukan di kelas XI MIPA SMAN 1 Kinali, Pasaman

Barat. Pemilihan sekolah tersebut dikarenakan memiliki KKM dan akreditas yang

sama.

3. Analisis Item
Setelah uji coba soal dilaksanakan kemudian dilakukan analisis item tes un

tuk melihat baik atau tidaknya suatu soal. Untuk menganalisis item perlu diperhati

kan langkah-langkah berikut:

a. Tingkat Kesukaran (TK)

Tingkat kesukaran soal adalah untuk menentukan soal tersebut termasuk

soal yang mudah, sedang atau sukar. Menurut Arikunto (2015:222) untuk meng

identifikasi soal yang baik, kurang baik dan buruk dilakukan uji tingkat kesukar

an butir soal. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak ter

lalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk meningkatka

n kemampuan pemecahan masalah dan soal yang sukar akan menyebabkan sisw

a tidak bersemangat mengerjakannya dan siswa menjadi putus asa. Menurut

Arifin (2013:135) tingkat kesukaran soal dapat dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

Mean
TK=
Skor maksimum

Kriteria yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran soal disajika

n pada tabel berikut:

Tabel 4: Klasifikasi tingkat kesukaran soal


Tingkat Kesukaran Kriteria
0,00-0,30 Sukar
0,31-0,70 Sedang
0,71-1,00 Mudah
Sumber: Arifin (2016:135)

b. Daya pembeda soal (DP)

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan

antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan ren

Anda mungkin juga menyukai