Anda di halaman 1dari 29

DIAGNOSIS DAN REMEDIASI KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS

XI SMA STELLA DUCE YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2018/2019


PADA POKOK MATERI MATRIKS DENGAN MENGGUNAKAN
APLIKASI MICROSOFT MATHEMATICS

Proposal

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi


Penelitian Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh :

Pascalis Pandu Sanjoyo

NIM : 151414037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

2018
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Hintzman seperti yang dikutip oleh Syah Muhibbin (2008),
belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau
hewan) yang disebabkan oleh pengalaman. Jadi, belajar merupakan suatu proses
atau kegiatan mengolah pengetahuan dan pengalaman untuk memperoleh
pengetahuan yang baru berdasarkan pengalaman, pengalaman manusia
berinteraksi dengan orang lain atau lingkungannya
Menurut Crow & Crow (1958) yang dikutip oleh Rohmah Noer
(2012), menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh kebiasaan-kebiasaan,
pengetahuan, dan sikap. Kebiasaan, pengetahuan, dan sikap yang
diperoleh merupakan hasil dari belajar dan sifatnya relatif menetap dalam
diri individu yang belajar.
Keberhasilan siswa dalam belajar ditandai dengan kriteria, salah
satunya yaitu belajar tuntas. Berdasarkan pernyataan Suwarto (2013),
belajar tuntas merupakan suatu sistem belajar yang mengharapkan peserta
didik mencapai kompetensi atau sasaran yang sudah ditetapkan untuk
dicapai peserta didik dalam waktu dan materi tertentu. Dalam hal ini, peserta
didik yang dikatakan lambat belajar atau pencapaiannya jauh di bawah
kriteria belajar tuntas perlu mendapatkan perhatian, bimbingan, dan
kesempatan untuk dapat berkembang sesuai dengan kemampuan, bakat, dan
minatnya sehingga dapat menguasai materi dengan baik. Beberapa sekolah
menerapkan kriteria ketuntasan belajar antara 70%-80% dari kompetensi
dasar yang ditetapkan. Biasanya di sekolah-sekolah menetapkan nilai
kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada setiap mata pelajaran.
Pelajaran matematika merupakan pelajaran yang pokok dan wajib
dipelajari di setiap jenjang pendidikan mulai dari SD hingga perguruan
tinggi karena ilmu dasar matematika penting digunakan di dalam semua
aspek kehidupan. Materi matematika yang dipelajari sifatnya
berkesinambungan, dalam artian materi-materi dasar yang sudah dipelajari
di sekolah dasar akan digunakan di jenjang pendidikan menengah pertama
dan menengah atas. Unsur matematika yang abstrak dan membutuhkan
pengetahuan matematis yang kuat mengharuskan siswa untuk dapat
menguasai setiap pokok materi pembelajaran matematika dengan baik,
supaya di jenjang-jenjang selanjutnya siswa tidak mengalami kesulitan.
Kegiatan remedi bertujuan untuk membantu siswa mencapai
keberhasilan belajar atau mencapai ketuntasan belajar yang diharapkan
berdasarkan kemampuan yang dimiliki siswa. Oleh karena itu, kegiatan
remedi baiknya dilakukan oleh guru saat setelah diketahui beberapa siswa
tidak tuntas atau sebagian besar gagal dalam mempelajari suatu materi. Hal
ini dilakukan melalui sebuah pembelajaran remedial atau bimbingan
individual dengan metode yang sesuai bagi siswa.
Banyaknya siswa yang tidak tuntas dalam mempelajari materi
matematika bisa menjadi indikasi bahwa siswa mengalami kesulitan belajar
matematika. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan judul “Diagnosis dan Remediasi Kesulitan Belajar Siswa Kelas XI
SMA STELLA DUCE Tahun Ajaran 2018/2019 Pada Pokok Materi
Matriks dengan menggunakan aplikasi Microsoft Mathematics.” untuk
mengetahui berbagai kesulitan yang dialami oleh siswa pada materi Matriks,
mengetahui sebab-sebab siswa mengalami kesulitan tersebut, serta upaya yang
dilakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut.
Diharapkan nantinya penggunaan aplikasi Microsoft Mathematics dapat
membantu para siswa dalam mengatasi kesulitan pada materi matriks, serta
mampu meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam mempelajari matematika
khususnya. Penggunaan aplikasi Microsoft Mathematics dalam kegiatan
remediasi nantinya, diharapkan para siswa menjadi lebih mudah mengerti dan
mengerjakan serta memahami pokok materi matriks untuk dikedepannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar matematika
khususnya pada materi matriks?
2. Apa penyebab dari kesulitan belajar siswa dalam belajar matematika
khususnya pada materi matriks ?
3. Apakah penggunaan Microsoft Mathematics dapat meningkatkan motivasi
belajar dan pemahaman konsep matematis siswa dalam materi matriks
4. Bagaimana pengajaran remedial dengan menggunakan Microsoft
Mathematics dapat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan pada
materi matriks?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari kegiatan yang kami lakukan yaitu :
1. Untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar
matematika khususnya pada materi matriks
2. Untuk mengetahui penyebab dari kesulitan yang dialami siswa dalam
belajar matematika pada materi matriks
3. Untuk mengetahui apakah penggunaan Microsoft Mathematics dapat
meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep matematika
siswa dalam materi matriks
4. Untuk mengetahui bagaimana pengajaran remedial dengan
menggunakan Microsoft Mathematics dapat membantu siswa dalam
mengatasi kesulitan pada materi matriks.

D. Pembatasan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada upaya menemukan kesulitan
siswa dalam mengerjakan soal tentang matriks, menemukan faktor-faktor
yang menyebabkan kesulitan siswa pada pokok materi matriks, dan upaya
untuk mengatasi kesulitan tersebut dengan melaksanakan pengajaran
remedial dengan menggunakan Microsoft Mathematics.
E. Penjelasan Istilah
Beberapa istilah dalam penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut agar
penelitian ini mempunyai makna yang tidak kabur.
1. Kesulitan belajar
Kesulitan belajar adalah kegagalan dalam mencapai tujuan belajar,
ditandai dengan prestasi belajar yang rendah (nilai yang diperoleh kurang
dari KKM). Proses itu tidak dapat diamati, namun dapat diketahui atau
disimpulkan melalui jawaban siswa melalaui soal-soal tes.
2. Diagnosis kesulitan belajar
Diagnosis kesulitan belajar adalah proses menemukan letak kesulitan dan
jenis kesulitan yang dihadapi siswa agar pengajaran perbaikan yang
dilakukan dapat dilaksanakan secara efektif
3. Remedial
Remediasi merupakan kegiatan bantuan untuk mengatasi kesulitan
belajar siswa berdasarkan hasil diagnosis yang sudah dilakukan. Dalam
hal kegiatan yang dilaksanakan untuk memperbaiki pembelajaran yang
kurang berhasil.
4. Matriks
Matriks adalah susunan sekelompok bilangan, simbol atau ekspresi
dalam suatu jajaran berbentuk persegi yang diatur berdasarkan baris dan
kolom dan diletakkan antara dua tanda kurung
5. Microsoft Mathematics
Microsoft.Mathematics adalah perangkat.lunak sejenis kalkulator yang
memiliki fitur sangat lengkap dan memiliki kemampuan untuk
menjabarkan secara detail langkah demi langkah penyelesaian suatu
persoalan
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa
Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa dalam mengatasi
kesulitan belajar matematika khususnya pada materi matriks
2. Bagi guru
Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan dan
memberikan gambaran dalam mengadakan diagnosis dan remediasi
belajar untuk mengatasi kesulitan siswa dalam belajar matematika
3. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat menjadi bekal pengalaman bagi peneliti untuk
mengadakan diagnosis dan remediasi bagi siswa yang mengalami
kesulitan belajar matematika ketika sudah memasuki dunia kerja sebagai
pendidik.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Pustaka
1. Kesulitan Belajar
Pengertian kesulitan belajar
The Board of the Association for Children and Adulth with Learning
Disabilities (ACALD) seperti yang dikutip oleh Abdurrahman (2009)
mengemukakan definisi sebagai berikut:
a. Kesulitan belajar khusus adalah suatu kondisi kronis yang diduga
bersumber neurologis yang secara selektif mengganggu
perkembangan, integrasi, dan/atau kemampuan verbal dan/atau
nonverbal.
b. Kesulitan belajar khusus tampil sebagai suatu kondisi
ketidakmampuan yang nyata pada orang-orang yang memiliki
intelegensi rata-rata hingga superior, yang memiliki sistem sensori
yang cukup, dan kesempatan untuk belajar yang cukup pula. Berbagai
kondisi tersebut bervariasi dalam perwujudan dan derajatnya.
c. Kondisi tersebut dapat berpengaruh terhadap harga diri, pendidikan,
pekerjaan, sosialisasi, dan/atau aktivitas kehidupan sehari-hari
sepanjang kehidupan.

Menurut Mulyadi (2010), pada umumnya “kesulitan” merupakan


suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan
dalam kegiatan mencapai tujuan, sehingga memerlukan usaha lebih giat
lagi untuk dapat mengatasi. Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu
kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya hambatan-
hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Kesulitan belajar adalah
kegagalan dalam mencapai tujuan belajar, ditandai dengan prestasi belajar
yang rendah (nilai yang diperoleh kurang dari tujuh puluh lima), yang
terjadi pada proses belajar yaitu kesulitan materi pelajaran. Proses itu tidak
dapat diamati, namun dapat diketahui atau disimpulkan melalui jawaban
siswa atau soal-soal tes.

2. Diagnosis Kesulitan Belajar


Diagnosis kesulitan belajar adalah proses menentukan jenis dan
penyebab kesulitan serta alternatif strategi pengajaran remedial yang efektif
dan efisien. (Abdurrahman, 2009)
Prosedur dan teknik diagnosis
Langkah-langkah pokok prosedur dan teknik diagnosis kesulitan
belajar menurut Entang (1984) antara lain sebagai berikut:
a. Langkah 1: Identifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Langkah yang dapat ditempuh dalam mengidentifikasi siswa yang
diperkirakan mengalami kesulitan belajar yaitu: menandai siswa
dalam satu kelas atau satu kelompok yang diperkirakan mengalami
kesulitan dalam belajar baik yang sifatnya umum maupun yang
sifatnya lebih khusus dalam mata pelajaran tertentu; atau dengan
teknik-teknik meneliti nilai ujian yang tercantum dalam catatan
akademik, menganalisis hasil ujian dengan melihat tipe kesalahan
yang dibuatnya, observasi pada saat pembelajaran, memeriksa buku
catatan pribadi, dan melaksanakan sosiometri untuk melihat
hubungan sosial psikologis yang terdapat pada para siswa.
b. Langkah 2: Melokalisasikan letaknya kesulitan (permasalahan).
Setelah menemukan kelas atau individu siswa yang diduga mengalami
kesulitan belajar, maka selanjutnya yang perlu ditelaah adalah:
1) Dalam mata pelajaran (bidang studi) manakah kesulitan itu
terjadi.
Hal ini bisa dilakukan dengan mendekati kesulitan belajar pada
bidang studi tertentu, sehingga menjawab persoalan apakah
kesulitan itu terjadi pada beberapa atau hanya salah satu bidang
studi tertentu saja.
2) Pada kawasan tujuan belajar (aspek perilaku) yang manakah
kesulitan itu terjadi. Burton mengatakan bahwa pada langkah ini
pendekatan yang paling tepat (kalau ada) seyogianya
menggunakan tes diagnostik. Tes diagnostik itu pada hakikatnya
adalah tes prestasi belajar (TPB atau THB). Dengan demikian
dalam keadaan belum tersedia tes diagnostik yang khusus
dipersiapkan untuk keperluan ini, maka analisa masih tetap dapat
dilakukan dengan menggunakan naskah jawaban ujian tengah
semester atau akhir semester.
3) Pada bagian (ruang lingkup bahan) yang manakah kesulitan itu
terjadi.
4) Dalam segi-segi proses belajar manakah kesulitan itu terjadi. Hal
ini bisa dilakukan dengan beberapa strategi pendekatan, yaitu
dengan pelaksanaan pengumpulan informasi dalam
mengidentifikasi permasalahan dapat dilakukan dengan cara
evaluasi reflektif, formatif, dan sumatif, atau dengan desain prepost-
test dan bisa dilakukan dengan tes diagnostik.
c. Langkah 3: Lokalisasi jenis faktor dan sifat yang menyebabkan
mereka mengalami berbagai kesulitan.
Secara garis besar penyebab kesulitan dapat timbul dari dua hal yang
berasal dari dalam diri dan luar diri individu, yaitu:
1) Faktor internal yaitu faktor yang berada dan terletak pada diri
murid itu sendiri. Hal ini antara lain mungkin disebabkan oleh :
a) Kelemahan mental, faktor kecerdasan, intelegensi, atau
kecakapan/bakat khusus tertentu yang dapat diketahui
melalui tes tertentu.
b) Kelemahan fisik, pancaindra, syaraf, kecacatan, karena
sakit dan sebagainya.
c) Gangguan yang bersifat emosional.
d) Sikap dan kebiasaan yang salah dalam mempelajari bahan
pelajaran-pelajaran tertentu.
e) Belum memiliki pengetahuan dan kecakapan dasar yang
dibutuhkan untuk memahami bahan lebih lanjut.
2) Faktor eksternal yaitu faktor yang datang dari luar yang
menyebabkan timbulnya hambatan atau kesulitan. Faktor
eksternal antara lain meliputi:
a) Situasi atau proses belajar mengajar yang tidak merangsang
murid untuk aktif antisipatif (kurang kemungkinannya siswa
belajar secara aktif “student active learning”).
b) Sifat kurikulum yang kurang fleksibel.
c) Ketidakseragaman pola dan standar administrasi.
d) Beban studi yang terlampau berat.
e) Metode mengajar yang kurang memadai.
f) Sering pindah sekolah.
g) Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar mengajar.
h) Situasi rumah yang kurang mendorong untuk melakukan
aktivitas belajar.

Untuk mengenal faktor di atas dapat dipergunakan berbagai


cara dan alat, antara lain: tes kecerdasan, tes bakat khusus, skala
sikap
baik yang sudah standar maupun yang secara sederhana bisa dibuat
oleh guru, inventori, wawancara dengan murid yang bersangkutan,
mengadakan observasi yang intensif baik di dalam maupun di luar
kelas, wawancara dengan guru dan wali kelas, dan dengan orang tua
atau teman-temannya bila dipandang perlu.

d. Langkah 4: Perkiraan kemungkinan bantuan.


Setelah mengetahui letak kesulitan siswa, jenis dan sifat kesulitan
dengan latar belakangnya, faktor-faktor yang menyebabkannya, maka
dapat diperkirakan:
1) Siswa tersebut masih mungkin ditolong untuk mengatasi
kesulitannya atau tidak.
2) Lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan yang
dialami siswa tertentu.
3) Waktu dan tempat pertolongan itu dapat diberikan.
4) Orang yang dapat memberikan pertolongan.
5) Cara untuk menolong siswa agar dapat dilaksanakan secara
efektif.
6) Siapa saja yang harus dilihat sertakan dalam menolong
mahasiswa tersebut.
e. Langkah 5: Penetapan kemungkinan cara mengatasinya.
Langkah yang kelima ini adalah langkah menyusun satu rencana atau
beberapa alternatif rencana yang dapat dilaksanakan untuk membantu
mengatasi kesulitan yang dialami siswa tertentu. Rencana ini
hendaknya berisi:
1) Cara-cara yang harus ditempuh untuk menyembuhkan kesulitan
yang dialami siswa tersebut.
2) Menjaga agar kesulitan yang serupa jangan sampai terulang.
Ada baiknya rencana ini dapat didiskusikan dan
dikomunikasikan dengan pihak-pihak yang dipandang
berkepentingan yang kelak diperkirakan akan terlibat dalam
pemberian bantuan kepada yang bersangkutan seperti penasihat
akademis, guru, orang tua, pembimbing penyuluh dan ahli lain.
f. Langkah 6: Tindak lanjut (Pelaksanaan Kegiatan Pemberian
Bantuan).
Kegiatan tindak lanjut adalah kegiatan melakukan pengajaran
remedial yang diperkirakan paling tepat dalam membantu siswa yang
mengalami kesulitan dalam belajar. Kegiatan tindak lanjut ini dapat
berupa:
1) Melaksanakan bantuan berupa melaksanakan pengajaran
remedial untuk mata pelajaran tertentu.
2) Membagi tugas dan peranan orang-orang tertentu (guru/dosen)
dalam memberikan bantuan kepada siswa dan kepada dosen yang
sedang melaksanakan kegiatan pengajaran remedial.
3) Senantiasa mencek kemajuan siswa baik pemahaman
mereka terhadap bantuan yang diberikan berupa bahan, maupun
mencek tepat guna program remedial yang dilakukan untuk setiap
saat diadakan revisi dan improvisasi.
4) Mentransfer atau mengirim (referal case) siswa yang menurut
perkiraan kita tidak mungkin lagi ditolong karena di luar
kemampuan dan wewenang guru maupun guru pembimbing atau
penyuluh atau guru BK (Bimbingan Konseling) di sekolah.
Transfer bisa dilakukan kepada orang atau lembaga lain
(psikolog, psikiater, lembaga bimbingan, lembaga psikologi, dan
sebagainya) yang diperkirakan akan lebih dapat membantu siswa
yang dihadapi.
3. Remediasi
a. Pengertian remediasi
Remediasi dapat diartikan sebagai tindakan atau proses
penyembuhan. Remediasi merupakan kegiatan bantuan untuk
mengatasi kesulitan belajar siswa berdasarkan hasil diagnosis yang
sudah dilakukan. Dalam hal kegiatan pembelajaran, kegiatan remediasi
ini dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk
memperbaiki pembelajaran yang kurang berhasil, kegiatan remediasi
dilakukan dalam bentuk pengajaran remedial atau bimbingan
individual. Pengajaran remedial (remedial teaching) bertolak dari
konsep belajar tuntas (mastery learning), yang ditandai oleh sistem
pembelajaran dengan menggunakan modul. Pada tiap akhir kegiatan
pembelajaran dari suatu unit pembelajaran, guru melakukan evaluasi
formatif, dan setelah adanya evaluasi formatif itulah anak-anak yang
belum menguasai bahan pelajaran diberikan pengajaran remedial, agar
tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya dapat dicapai. Dengan
demikian, pengajaran remedial pada hakikatnya merupakan kewajiban
bagi semua guru setelah mereka melakukan evaluasi formatif dan
menemukan adanya anak yang belum mampu meraih tujuan belajar
yang telah ditetapkan sebelumnya. (Abdurrahman, 2009)
b. Langkah-langkah pengajaran remedial
Menurut Entang (1984), pengajaran remedial merupakan langkah
lanjutan dari kegiatan diagnosis kesulitan belajar dan memang kegiatan
ini harus dilandasi kegiatan diagnosis. Langkah-langkah dalam
melaksanakan kegiatan pengajaran remedial menurut Entang (1984),
antara lain:
1) Menelaah kembali siswa yang akan diberi bantuan.
Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang lebih
definitif tentang seorang siswa dengan permasalahan yang
dihadapinya, kelemahan yang dideritanya, letak kelemahannya,
faktor utama penyebab kelemahan tersebut apakah masih bisa
ditolong guru atau memerlukan bantuan orang lain, berapa lama
bantuan harus diberikan, kapan, oleh siapa, dan sebagainya.
2) Melakukan alternatif tindakan.
Kegiatan ini dilakukan setelah mendapatkan gambaran yang
lengkap tentang siswa yang memerlukan bantuan. Merencanakan
kegiatan alternatif tindakan ini dilakukan menyesuaikan dengan
karakteristik kesulitan yang dihadapinya. Alternatif tindakan ini bisa
berupa:
a) Mengulangi bahan yang telah diberikan dengan memberi
petunjuk antara lain:
(1) Tentang berbagai istilah yang harus dipahami yang terdapat
dalam bahan bacaan.
(2) Menandai dan menunjukkan bagian-bagian yang dianggap
penting dan merupakan kelemahan bagi siswa yang
bersangkutan.
(3) Membuat pertanyaan-pertanyaan yang bermaksud
mengarahkan siswa dalam mempelajari materi tersebut.
(4) Memberi dorongan dan semangat untuk belajar.
(5) Menyediakan bahan lain yang bisa dibaca agar
mempermudah pemahaman terhadap bahan yang sedang
dipelajari.
(6) Menyediakan waktu untuk berdiskusi dan menjawab
pertanyaan siswa bila mendapat kesulitan.
b) Mencoba alternatif kegiatan lain yang setara dengan kegiatan
belajar-mengajar yang sudah ditempuhnya dan mempunyai
tujuan yang sama baik yang sifatnya instruksional maupun efek
pengiring.
c) Bila kesulitan belajar siswa yang bersangkutan bukan semata-
mata kesulitan dalam belajar akan tetapi disebabkan juga karena
hal lain seperti kesulitan belajar karena berlatar belakang sikap
negatif terhadap guru, pelajaran dan situasi belajar, kebiasaan
belajar yang salah atau masalah lain dalam hubungan dengan
orang tua, teman sebayanya dan sebagainya, maka kepada siswa
tersebut harus terlebih dahulu diberikan pelayanan bimbingan
dan penyuluhan yang bersifat psikoterapi. Jika masalah ini sudah
dapat diatasi barulah dilaksanakan pengajaran remidial seperti
pada butir a dan b.
3) Evaluasi pengajaran remidial.
Pada akhir kegiatan pengajaran remidial hendaknya dilakukan
evaluasi kembali (re-evaluasi) sampai sejauh mana pengajaran
remidial tersebut dapat meningkatkan prestasi mereka. Tujuan
paling utama adalah dipenuhinya kriteria keberhasilan minimal yang
diharapkan misalnya 75% taraf penguasaan (level of mastery). Bila
ternyata masih belum berhasil maka hendaknya dilakukan kembali
diagnosis (re-diagnosis), prognosis, dan pengajaran remidial
berikutnya. Dan demikian daur/siklus ini akan berulang terus.
4. Microsoft Math
Program Microsoft Mathematics merupakan program edukasi yang
diharapkan dapat membantu menyelesaikan permasalahan matematika dan
sains. Oleh karena itu penggunaan Program Microsoft Mathematics dapat
membantu guru dalam mengatasi masalah yang dihadapi
siswa. Melalui Program Microsoft Mathematics siswa dapat belajar,
mengekspor dan mencoba menyelesaikan permasalahan dalam menghadapi
persoalan matematika. Microsoft Mathematics adalah program edukasi,
dibuat untuk sistem operasi Microsoft Windows, yang membantu pengguna
untuk menyelesaikan permasalahan matematika dan sains.
Aplikasi ini dibangun dan diprakarsai oleh Microsoft, di mana secara pokok
ditargetkan untuk siswa sebagai alat bantu belajar. Microsoft Mathematics
merupakan software baru yang dapat membantu siswa dalam
menyelesaikan tugas matematika dan sains dengan lebih cepat dan
mudah dalam mengajarkan konsep dasar yang penting. Fitur Microsoft
Mathematics mampu membantu siswa menyelesaikan permasalahan yang
kompleks pada aljabar, trigonometri, kalkulus, fisika dan kimia. (Parhaini
Andriani, Prosiding. 2009).
Microsoft Mathematics adalah program edukasi yang dibuat untuk
sistem operasi Microsoft Windows, yang membantu pengguna untuk
menyelesaikan permasalahan matematika dan sains. Microsoft Math
dibangun dan diprakarsai oleh perusahaan Microsoft, ditargetkan untuk
pelajar sebagai alat bantu belajar. Microsoft Mathematics memiliki fitur
yang didesain untuk membantu dalam menyelesaikan permasalahan
matematika, sains, dan sejenisnya. Fitur aplikasi ini adalah sebagai
graphing calculator dan unit converter. Aplikasi ini juga memiliki triangle
solver, dan equation solver yang menyediakan penyelesaian langkah demi
langkah untuk setiap permasalahan, fitur yang sangat berguna bagi pelajar
untuk belajar memecahkan berbagai permasalahan matematika.
(http://id.wikipedia.org/ wiki/Microsoft_Math). Sebagian besar dari topik
yang diberikan dalam kuliah Aljabar Linier dapat diselesaikan dengan
Microsoft Mathematics, namun juga ada beberapa topik yang tidak terdapat
dapat diselesaikan dengan fasilitas yang disediakan dalam Microsoft
Mathematics, seperti nilai eigen dan transformasi ruang.
Tampilan utama pada program Microsoft Mathematics dapat dilihat pada
gambar berikut :

5. Matriks
a. Pengertian matriks
Matriks adalah kumpulan bilangan (atau unsur) yang disusun menurut
baris dan kolom tertentu. Bilangan-bilangan yang disusun tersebut
dinamakan elemen-elemen atau komponen-komponen matriks. Nama
sebuah matriks biasanya dinyatakan dengan huruf kapital. Dalam
sebuah matriks ada istilah ordo. Yang dimaksud dengan ordo atau
ukuran matriks adalah banyaknya baris x banyak kolom dalam sebuah
matriks.
b. Operasi Matriks
Tampilan dalam menentukan penjumlahan, pengurangan, perkalian,
determinan, transpose, dan invers dengan menggunakan Microsoft
Mathematics.
1) Penjumlahan

2) Pengurangan
3) Perkalian

4) Determinan
e. Transpose

f. Invers
B. Kerangka Berpikir

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dinilai sulit


untuk dipelajari oleh para siswa. Dalam kenyataannya di lapangan, terdapat
siswa yang mampu belajar matematika dengan baik, ada pula yang dikatakan
gagal dalam mempelajari suatu materi matematika yang ditunjukkan dengan
rendahnya perolehan nilai akademiknya. Bagi siswa yang dikatakan kurang
mampu atau gagal dalam menyelesaikan tes tersebut diindikasikan siswa
tersebut memiliki kesulitan belajar matematika. Ciri-ciri siswa yang memiliki
kesulitan belajar dapat dilihat dari perolehan nilai yang jauh di bawah nilai
standar / KKM, serta sulitnya siswa menguasai suatu materi pembelajaran,
sehingga perlu diberikan remediasi.
Dalam proses pembelajaran di sekolah, guru perlu untuk mengetahui
kesulitan siswa dan berupaya membantu mengatasi kesulitan belajar siswa
supaya tidak ada siswa yang mengalami kegagalan dalam belajar atau
tertinggal dalam menguasai materi pembelajaran. Oleh karena itu, untuk
membantu mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa yang mengalami
kesulitan belajar guru perlu melakukan kegiatan diagnosis, yaitu menemukan
letak dan penyebab kesulitan belajar kemudian merancang dan menentukan
langkah kegiatan remediasi yang sesuai yaitu upaya untuk mengatasi kesulitan
belajar yang dialami siswa. Dengan demikian kesulitan belajar yang dialami
siswa dapat teratasi dengan baik melalui bantuan kegiatan remediasi.
Oleh karena itu, penelitian ini mengarah pada kegiatan diagnosis dan
remediasi untuk mengatasi siswa yang mengalami kesulitan belajar
matematika, hanya saja sedikit berbeda dengan remediasi yang dilakukan oleh
guru disekolah. Penelitian ini melakukan proses remediasi dengan bantuan
aplikasi Microsoft Mathematics yang mana harapannya para siswa menjadi
lebih paham dan mampu mengatasi kesulitan yang dirasa oleh para siswa.
Penelitian ini memberikan gambaran langkah-langkah kegiatan
diagnosis dan kegiatan remediasi serta mendeskripsikan kesulitan belajar yang
dialami siswa yang ditinjau dari penyelesaian soal matematika pada materi
matriks. Alur dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tes Awal Identifikasi Subyek

Tes Diagnostik Diagnosis

Wawancara

Remediasi Tes Akhir

Pada akhirnya nanti, hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah
kegiatan diagnosis dan remediasi yang dilakukan peneliti ini dapat membantu
subjek siswa mengatasi kesulitan belajar matematika pada materi matriks
melalui proses pengajaran remedial.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian eksploratif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Penelitian eksploratif adalah penelitian yang dilakukan untuk menjelajahi
sesuatu apabila pengetahuan peneliti terhadap objek tersebut masih sangat
sedikit atau terbatas, atau dilakukan untuk menyelidiki kemungkinan
dilakukannya suatu penelitian lanjutan yang lebih lengkap. Sifat penelitian
ini masih terbuka dan mencari-cari (Kartiko Widi, 2010). Dalam hal ini
peneliti memusatkan perhatian pada masalah kesulitan siswa dalam belajar
dan menyelesaikan soal matematika pada materi matriks dan upaya
mengatasi kesulitan tersebut.
Pendekatan kuantitatif pada penelitian ini digunakan dalam proses
analisis data hasil belajar siswa dan dampak dari pembelajaran remedial
sebagai upaya untuk membantu mengatasi kesulitan belajar yang dialami
siswa, sedangkan pendekatan kualitatif digunakan dalam proses diagnosis
kesulitan belajar yang dialami siswa dan mendeskripsikan data.
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah beberapa siswa kelas XI SMA
Tahun Pelajaran 2018/2019 dengan jumlah paling sedikit 2 orang.
C. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah kesulitan-kesulitan yang dialami
siswa pada materi matriks
D. Perumusan Variabel
Variabel-variabel dalam penelitian ini, antara lain :
1. Kesulitan-kesulitan subjek dalam menyelesaikan soal-soal dengan
materi matriks.
2. Faktor-faktor yang menyebabkan subjek mengalami kesulitan pada
materi matriks.
3. Pengajaran remedial dengan menggunakan aplikasi Microsoft
Mathematics untuk membantu mengatasi kesulitan-kesulitan yang
dialami subjek.
E. Bentuk Data
Data dalam penelitian ini adalah data kesulitan siswa dalam
mengerjakan soal terkait materi matriks dan apa saja faktor penyebab terjadi
kesulitan tersebut, serta apakah penggunaan aplikasi dalam proses remediasi
dapat meningkatkan motivasi siswa dan konsep matematika siswa pada
materi matriks
F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
a) Metode Pengumpulan Data
1) Tes Awal
Tes awal merupakan soal tes uji coba yang sudah diuji validitas dan
reliabilitasnya kemudian direvisi dan divalidasi oleh pakar/ahli. Tes
awal ini bertujuan untuk menentukan subjek mana yang mengalami
kesulitan pada materi matriks berdasarkan letak kesalahan siswa.
Penyusunan tes awal ini melalui beberapa tahap yaitu:
(a) Tahap uji coba soal (Tes Uji Coba)
(b) Uji validitas dan reliabilitas
(c) Tahap revisi dan telaah pakar
(d) Tahap validasi
2) Tes Diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang dilakukan untuk menemukan
kesulitan-kesulitan yang dialami subjek dan untuk menentukan
penyebab dari kesulitan-kesulitan tersebut. Setelah menemukan
subjek dan menganalisis hasil tes awal subjek kemudian disusun tes
diagnostik berbentuk soal uraian untuk mendalami kesulitan-
kesulitan yang dialami subjek dan menemukan faktor-faktor yang
menyebabkan kesulitan tersebut.
3) Wawancara
Wawancara adalah kegiatan tanya jawab sambil bertatap muka
antara pewawancara dan narasumber atau informan untuk
memperoleh keterangan yang digunakan dalam penelitian. Ada 2
macam wawancara yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
(a) Wawancara Diagnostik
Wawancara diagnostik adalah wawancara yang dilakukan untuk
menemukan kesulitan-kesulitan yang dialami subjek dan faktor-
faktor penyebabnya, yaitu penyebab kesulitan belajar dalam
materi matriks. Wawancara ini dilakukan setelah subjek
mengerjakan soal tes diagnostik yaitu dengan menanyakan
langkah-langkah mengerjakan soal-soal tes diagnostik dan
disertai alasannya
(b) Wawancara dengan pihak yang terkait
Wawancara dengan pihak yang terkait dilakukan untuk
menambah keterangan mengenai penyebab kesulitan belajar
yang dialami subjek yang dimungkinkan berasal dari luar materi
pembelajaran
4) Tes Akhir
Tes akhir merupakan tes evaluasi yang dilakukan setelah
pengajaran remedial selesai dilakukan. Tes akhir ini digunakan
untuk mendapatkan data hasil kemajuan subjek setelah
dilakukannya proses pengajaran remedial. Peneliti dapat
menemukan kesulitan-kesulitan siswa yang dapat diatasi
berdasarkan hasil tes akhir ini.
b) Instrumen pengumpulan data
1) Soal tes awal
Soal tes awal merupakan soal tes berbentuk pilihan ganda yang
mencangkup seluruh materi tentang matriks. Soal tes ini nantinya
sudah di uji coba kan untuk memastikan validitas dan reliabilitas
soal tes ini.
Validitas menunjukkan kemampuan alat ukur/instrumen penelitian
dalam mengukur suatu hal yang hendak didapatkan dari penggunaan
instrumen ini. Adapun perhitungan validitas nantinya menggunakan
rumus Korelasi Product Moment Pearson, yaitu sebagai berikut:
𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√(𝑁 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2 )(𝑁 ∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌)2 )
Di mana:
X = Skor yang diperoleh subyek dari seluruh item
Y = Skor total yang diperoleh dari seluruh item
N = Banyaknya butir soal
𝑟𝑥𝑦 =Koefisien korelasi antara variabel X dan Y
Nilai 𝑟𝑥𝑦 yang telah diperoleh kemudian dibandingkan dengan
𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 . Jika 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 < 𝑟𝑥𝑦 maka soal tersebut dinyatakan valid dan
akan digunakan untuk tes awal. Uji validitas soal juga melalui tahap
telaah dan revisi butir pertanyaan oleh pendapat para ahli matematik
nantinya, yaitu validasi oleh dosen bidang studi pendidikan
matematika dan guru matematika.
Reliabilitas instrumen menunjukkan seberapa besar suatu
instrumen tersebut dapat dipercaya dan digunakan sebagai alat
pengumpulan data perhitungan reliabilitas menggunakan rumus Alfa
Cronbach, yaitu sebagai berikut:
𝑘 ∑ 𝜎2
𝑟𝑎̈ = [ ] [1 − 2 ]
𝑘−1 𝜎1

Di mana rumus 𝜎 2 :
(∑ 𝑥)2
∑ 𝑥2 −
𝜎2 = 𝑁
𝑁
Di mana:
𝑟𝑎̈ = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan
∑ 𝜎2 = Jumlah butir pertanyaan

𝜎1 2 = Variansi total

Interpretasi nilai 𝑟𝑎̈ mengacu pada pendapat Guilford (Haris dan


Jihad, 2013):

𝑟𝑎̈ ≤ 0,20 reliabilitas: sangat rendah

0,20 < 𝑟𝑎̈ ≤ 0,40 reliabilitas: rendah

0,40 < 𝑟𝑎̈ ≤ 0,70 reliabilitas: sedang

0,70 < 𝑟𝑎̈ ≤ 0,90 reliabilitas: tinggi

0,90 < 𝑟𝑎̈ ≤ 1,00 reliabilitas: sangat tinggi

Reliabilitas instrumen yang semakin tinggi menunjukkan hasil ukur


yang didapatkan semakin terpercaya (reliabel). Semakin reliabel
suatu instrumen membuat instrumen tersebut akan mendapatkan
hasil yang sama, bila digunakan beberapa kali pada obyek yang
sama.

2) Soal Tes Diagnostik


Soal tes diagnostik berisi soal-soal dengan bentuk esai untuk
mengidentifikasi letak kesulitan dan menemukan penyebab
kesulitan belajar yang dialami oleh subyek dengan cara
mengidentifikasi kesulitan-kesulitan siswa dalam menyelesaikan
soal matematika nantinya dengan materi matriks. Dalam penelitian
nantinya tes awal dapat juga digunakan sebagai soal tes diagnostik
dengan bentuk pilihan ganda.
3) Pedoman wawancara
Pedoman wawancara merupakan daftar pertanyaan-pertanyaan yang
akan diajukan kepada narasumber atau orang yang akan
diwawancarai, dalam penelitian nantinya yaitu kepada subyek siswa
dan guru matematika.
4) Soal tes remedial/tes akhir
Soal tes remedial dalam penelitian nantinya berisi soal-soal tes yang
sama dengan soal tes awal. Soal ini digunakan untuk mengukur
kemajuan belajar siswa sesudah pembelajaran remedial dilakukan.
G. Metode/Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian nantinya
adalah teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif yang meliputi reduksi
data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan dan verifikasi. Reduksi
data dalam penelitian nantinya dilakukan dengan cara memilah jawaban tes
diagnostik subyek dan hasil wawancara mendalam terhadap subyek untuk
memfokuskan pada kesulitan siswa dalam mengerjakan soal-soal yang
diberikan. Penyajian data yaitu penyajian hasil tes subyek sebelum dan
sesudah pembelajaran remedial dilakukan. Kesimpulan didasarkan pada
analisis lembar jawaban subjek dan hasil wawancara.
H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Secara Keseluruhan
KEGIATAN WAKTU KETERANGAN
Observasi Februari 2019 - Bertujuan untuk
mengetahui
karakter siswa
Tes Uji Coba Soal Februari 2019 - Untuk mengetahui
kondisi dan
karakter siswa
Tes Awal Februari 2019 - Waktu pengerjaan
100 menit
Wawancara Guru Februari 2019 - Wawancara
dengan guru
matematika
Tes Diagnostik Februari 2019 - Waktu pengerjaan
maksimal 100
menit
Wawancara Subyek Februari 2019 - Dilaksanakan
secara bergantian
untuk subyek A
dan B
Pengajaran Remedial Maret 2019 - Diikuti oleh
subyek A dan B
Tes Akhir Maret 2019 - Diikuti oleh
subyek A dan B
setelah selesai
pengajaran
remedial

I. Penjadwalan Waktu Pelaksanaan


Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Februari 2019
hingga April 2019, yang dimana waktu pelaksanaannya akan mengikuti
kondisi di lapangan.

J. Daftar Pustaka
Abdurrahman, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta : Rajagrafindo Persada
Asrori, Muhammad. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : CV
Wacana Prima
Buchori, Mochtar. 2001. Transformasi Pendidikan. Jakarta : PT. Pustaka
Sinar Harapan
Entang, M. 1984. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remedial.
Jakarta: Dekdikbud.
Purwanti, Dian Eki, dan Mita Pustari. “The Comparison of Using Microsoft
Mathematics and Traditional Teaching on Students Achievement –
Teaching Mathematics in Senior High School.” Proceeding of the
Global Summit on Education. Kuala Lumpur, 11-12 Maret 2013:
998-1003.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
kualitatif, dan R&D. Bandung : CV. Alfabeta
Suherman, Erman. 2001. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar
Matematika.Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka
Suwarto. 2013. Pengembangan Tes Diagnostik Dalam Pembelajaran
Panduan Praktis Bagi Pendidik & Calon Pendidik. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Uno, Hamzah B. 2010. Teori Motivasi dan Pengukurannya.Jakarta : Bumi
Aksara
Uno, Hamzah B. 2011. PerencanaanPembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai