Anda di halaman 1dari 10

Tugas Akhir #

Metode Penelitian Kualitatif

Andari Filna Jesika (160103068)

Investigasi Kesulitan Mahasiswa Jurusan PMGI UIN Mataram pada Materi Pecahan Ditinjau
dari Kemampuan Berfikir Kritis

A. Latar Belakang Masalah


Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dimana mahasiswa tidak dapat belajar dengan
baik, ditandai dengan adanya hambatan tertentu untuk mencapai tujuan belajar. Menurut
Martini Jamaris (2014: 188) kesulitan yang dialami siswa yang berkesulitan belajar
matematika adalah kelemahan dalam menghitung (siswa melakukan kesalahan dalam
membaca simbol dan salah dalam mengoperasikan angka), kesulitan dalam mentransfer
pengetahuan (tidak mampu menghubungkan konsep-konsep matematika dengan kenyataan
yang ada), pemahaman matematika yang kurang (membuat hubungan-hubungan yang
bermakna matematika, biasanya pada soal cerita), kesulitan dalam persepsi visual (kesulitan
dalam memvisualisasikan konsep-konsep matematika).1

Mengenali kesulitan belajar jelas berbeda dengan mendiagnosis penyakit cacar air atau
campak. Cacar air dan campak tergolong penyakit dengan gejala yang dapat dikenali dengan
mudah. Berbeda dengan LD ( Learning Disoerder ) yang sangat rumit dan meliputi begitu
banyak kemungkinan penyebab, gejala – gejala, perawatan, serta penanganan. LD yang
memiliki beragam gejala ini, sangatlah sulit didiagnosis dan dicari penyebabnya secara pasti.
Hingga saat ini, belum ditemukan obat atau perawatan yang sanggup menyembuhkan mereka
sepenuhnya. Tidak semua kesulitan dalam proses belajar dapat disebut LD. Sebagian anak
mungkin hanya mengalami kesulitan dalam mengembangkan bakatnya. Kadang – kadang

1
Novi Endah Nurani, “Analisis Kesulitan Belajar Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika pada Pokok
Bahasan Sistem Bilangan Riil ” (Publikasi Ilmiah, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2018) , h. 3

1
seseorang memperlihatkan ketidakwajaran dalam perkembangan alaminya, sehingga tampak
seperti penderita LD, namun ternyata hanyalah keterlambatan dalam proses pendewasaan diri
saja.2

Dalam matematika masalah yang timbul dapat berupa wujud kesulitan membedakan
angka, symbol – symbol, serta bangun – bangun ruang (kemampuan persepsi visual yang
buruk), tidak sanggup mengingat dalil – dalil matematis (ingatan yang buruk), menulis angka
yang tidak terbaca atau dalam ukuran yang kecil (kelemahan fungsi motorik), dan tidak
memahami makna symbol – symbol matematis (pemahaman yang lemah terhadap istilah
matematis). Bentuk kelemahan lainnya meliputi lemahnya kemapuan berfikir abstrak
(memecahkan soal – soal dan melakukan perbandingan) serta metakognisi (mengidentifikasi
serta memanfaatkan algiritma dalam memecahkan soal – soal matematika).3

Berkaitan dengan kesulitan belajar matematika, hasil penelitian lain, A. Kumalasari dan
Sugiman (2015) menunjukkan bahwa kesulitan belajar matematika mahasiswa terletak pada
pengetahuan factual 12,2 % , pengetahuan konseptual 19,7% , pengetahuan procedural 20,7
%, dan pengetahuan metakognitif 47,4%. Adapun penelitian Zainal Abidin (2012)
mengungkapkan bahwa kesalahan yang dilakukan mahasiswa adalah kesalahan fakta,
kesalahan ketarampilan, kesalahan konsep, dan kesalahan prinsip.4

Pada pembelajaran matematika, kemampuan berfikir kritis dapat dilihat ketika siswa
memecahkan permasalahan. Ketika siswa memecahkan masalah, maka siswa tersebut dapat
telah melakukan aktivitas mental, misalnya berupaya memahami masalah yang sedang
dihadapi, memikirkan rencana penyelesaian, dan menerapkannya untuk menemukan solusi. 5
Oleh karena itu ditinjau dari kemampuan berfikir kritis pada judul ini, peneliti ingin
menganlisis apa saja kesulitan mahasiswa dalam memecahakan permasalahan berdasarkan
aktivitas - aktivitas yang dilakukan agar memperoleh solusi.

2
Derek Wood, dkk. , Kiat Mengatasi Gangguan Belajar , ( Jogjakarta : KATAHATI, 2009), h.23 – 24.
3
Ibid., h. 68.
4
Astin Umi Sholikah, “ Analisis Kesulitan Mahasiswa Pendidikan Matematika dalam Menyelesaikan Soal Kalkulus
Peubah Banyak di Universitas Muhammadiyah Surakarta” (Publikasi Ilmiah, Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2016), h. 2
5 Suharto, Hendra Sapta & Dian Kurniawati, “Proses Berfikir Kritis Siswa Kelas XII MAN 3 Jember Berdasarkan

Perkembangan dalam Menyelesaikan Soal Matematika Pokok Bahasan Peluang”, Jurnal Kadikma, Vol. 8 No. 1,
April 2017 hlm 54.

2
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah berdasarkan latar belakang penelitian ini adalah bagaimana kesulitan
mahasiswa jurusan PGMI UIN Mataram pada materi pecahan ditinjau dari kemampuan
berfikir kritis ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa jurusan PGMI UIN Mataram pada
meteri pecahan ditinjau dari kemampuan berrfikir kritis mereka.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya :
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis melalui penelitian ini diharapakan dapat memperkaya ilmu
pengetahuan terkait kesulitan belajar khususnya ditinjau dari kemampuan berpikir kritis.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi kampus
Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang sesuai dengan
dengan kebutuhan mahsasiswa yang mengalami kesulitan belajar dalam materi
pecahan.
2) Bagi dosen
Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan strategi belajar mengajar yang
sesuai dengan kebutuhan mahasiswa dengan lebih memahami tingkat kesulitan
belajar matematika mahasiswa pada materi pecahan.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari perbedaan penafsiran mengenai istilah yang digunakan dalam judul
penelitian ini, maka peneliti mendefiniskan istilah - istilah yang penting sebagai berikut :
1. Kesulitan belajar
Kesulitan belajar adalah gangguan yang mempengaruahi tingkat pemahaman/penalaran
mahasiswa menjadi kurang maksimal saat menerima materi yang diajarkan.

3
2. Kemampuan berfikir kritis
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan mahasiswa dalam menemukan solusi
dari permasalahan matematika dengan cara menganalisis suatu masalah hingga pada
tahap pencarian solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

F. Kajian Teori
1. Kajian Pustaka
- Kesulitan Belajar
Definisi kesulitan belajar pertama kali dikemukakan oleh The United StatesOffice
of Education (USOE) pada tahun 1977 yang dikenal denga Public Law (PL) 94-142
yang hampir identik dengan definisi yang dikemukakan oleh The National Advisory
Committee on Handicapped Children pada tahun 1967 dalam Mulyono (2003, p.6)
mengungkapkan kesulitan belajar adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari
proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ajaran
atau tulisan. Gangguan ini dalam bentuk menampakkan diri dalam bentuk kesulitan
mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau berhitung.
Widdiharto (2008, p.8) menyatakan bahwa kesulitan belajar merupakan kurang
berhasilnya siswa dalam menguasai konsep, prinsip, atau algoritma penyelesaian
masalah, walaupun telah berusaha mempelajarinya, dan hal ini ditambah lagi dengan
kurangnya seorang siswa dalam mengabstraksi, meng- generalisasi, berpikir deduktif
dan mengingat konsep-konsep maupun prinsip-prinsip biasa- nya akan selalu merasa
bahwa suatu pel- ajaran yang diberikan itu sulit. 6
Supartini (Suwarto, 2013, pp. 85-86) mendefinisikan kesulitan belajar sebagai
kegagalan dalam mencapai tujuan belajar, ditandai dengan tidak menguasai tingkat
penguasaan minimal, tidak dapat mencapai prestasi yang semestinya, tidak dapat
mewujudkan tugas-tugas perkembangan, dan tidak dapat mencapai ting-kat
penguasaan yang diperlukan sebagai prasya-rat bagi kelanjutan untuk belajar di
tingkat selanjutnya. Sejalan dengan hal tersebut, Blassic & Jones (Irham & Wiyani,
2013, p. 253) menyatakan bahwa kesulitan belajar yang dialami mahasiswa

6
Rahayu Sri Waskitoningtyas, “ Analisis Kesulitan Belajar Matematika Siswa Kelas V Sekolah Dasar Kota
Balikpapan Pada Materi Satuan Waktu Tahun Ajaran 2015/2016 “, Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, Vol. 5
No. 1, September 2016 hlm 25 – 26.

4
ditunjukkan dengan adanya kesenjangan atau jarak antara prestasi akademik yang
diharapkan dengan prestasi akademik yang dicapai.
Sucipto & Mauliddin (2016) menjelaskan bahwa kesulitan dalam memahami
konsep yang dipelajari akan mempengaruhi proses belajar siswa seperti dengan
membuat kesalahan dalam meyelesaikan soal matematika dan berpengaruh terhadap
hasil belajarnya.7
Menurut Syah (2009: 184) secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya
kesulitan belajar terdiri dari dua macam, yakni:
a) Faktor intern siswa, meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik, yakni:
(a) bersifat kognitif seperti intelegensi siswa; (b) bersifat afektif seperti labihnya
emosi dan sikap; (c) bersifat psikomotor seperti terganggunya alat - alat indera
penglihatan dan pendengaran.
b) Faktor ekstern siswa, meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang
tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor lingkungan ini antara lain: (a)
lingkungan keluarga seperti ketidakharmonisan hubungan antara ayah dan ibu; (b)
lingkungan masyarakat seperti teman sepermainan yang nakal; (c) lingkungan
sekolah seperti kondisi guru dan alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
Selain faktor umum di atas, Syah (2009:186) menyebutkan ada faktor-faktor lain
yang juga menimbulkan kesulitan belajar anak didik. Faktor ini dipandang sebagai
faktor khusus. Misalnya sindrom psikologis berupa learning disability
(ketidakmampuan belajar). Sindrom (syndrome) berarti satuan gejala yang muncul
sebagai indikator adanya keabnormalan psikis yang menimbulkan kesulitan belajar
anak didik. Sindrom ini misalnya disleksia (dyslexia), yaitu ketidakmampuan
membaca, disgrafia (dysgraphia), yaitu ketidakmampuan menulis, diskalkulia
(dyscalculia), yaitu ketidakmampuan belajar matematika. 8
Dalam penelitian ini Dalam penelitian ini kesulitan yang digunakan adalah
kesulitan menurut Cooney (dalam Abdurrahman, 2003: 278) kesulitan dikategorikan
dalam 3 jenis, yaitu :

7
Mutia, “Analisis Kesulitan Siswa SMP dalam Memahami Konsep Kubus Balok dan Alternatif Pemecahannya”,
Jurnal Beta Tadris Matematika, Vol. 10 No. 1, Mei 2017 hlm 85.
8
Ni’mah Mulyaning Tyas, “Analisis Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Matematika Kelas Iv Sekolah Dasar
Negeri di Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang “ (Skripsi, Universitas Negeri Semarang, Semarang,
2016) , h. 19

5
a) Kesulitan dalam mempelajari konsep (kesulitan dalam mempelajari konsep dalam
satu materi)
b) Kesulitan dalam menerapkan prinsip (kesulitan dalam menerapkan konsep yang
artinya kesulitan dalam mengkaitkan konsep antar materi)
c) Kesulitan dalam menyelesaikan masalah verbal (kesulitan dalam menyelesaikan
soal- soal yang berhubungan dengan masalah verbal atau soal cerita).
Berikut tabel yang menjelaskan indikator kesulitan menurut Cooney, yang
sebagaimana disajikan pada Tabel 1 sebagai berikut.
Tabel 1 Indikator kesulitan dalam menyelesaikan soal9
No Indicator Terjemahan

1 Kesulitan dalam mempelajari konsep Siswa sulit dalam mempelajari konsep


matematika dalam menyelesaikan soal
2 Kesulitan dalam menerapkan prinsip Siswa sulit dalam menerapkan prinsip yang
telah ia dapatkan dan sulit dalam
menerapkannya dalam menyelesaikan soal
3 Kesuiltan dalam menyelesaikan Siswa sulit dalam meneyelesaikan soal- soal
masalah verbal yang verbal atau soal- soal cerita.

Adapaun bentuk masalah atau soal berdasarkan indicator kesulitan di atas sebagai
berikut :
5 6
1) Hasil dari + 36 adalah …
12
2 3
2) Hasil dari 5
: 1 4 adalah …
1
3) Seorang petani mememiliki hektare tanah perkebunan. Kemudian petani
2
1 1
membeli lagi hektare tanah. Seluas hektare kemudian ditanami jagung
4 3

sedangkan sisanya ditanami bawang. Berapa hectare tanah yang ditanami bawang
?

9
Lailli Ma’atus Sholekah, Dewi Anggreini & Adi Maluyo, “Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal
Matematika Ditinjau dari Koneksi Matematis Materi Limit Fungsi”, Jurnal Wacana Akademika, Vol. 1 No. 2, 2017
hlm 155

6
- Kemampuan Berfikir Kritis
Savery & Duffy (1995); Shaheen (2016) mengatakan bahwa berfikir kritis
memiliki peran penting dalam proses menyelesaikan masalah. Kemampuam berfikir
kritis itu penting, karena berfikir kritis memiliki peran dalam menganalisis masalah
berdasarka data yang sesuai sehingga berbagai cara terbaik dalam pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan dapat diperoleh (Zamroni dan Mahfudz, 2009).
Selanjutnya, Kelley (2008) mengemukakan bahwa berfikir kritis juga merupakan
tolak ukur kemampuan dalam mencapai hasil belajar yang maksimal. Ini adalah
kepentingan yang mendasar dalam memiliki kemampuan berfikir kritis, dan juga
pemikirikan matematika kritis. Kemampuan berfikir kritis dalam matematika sama
dengan berfikir kritis tentang tujuan pendidikan. Dalam matematika, Karim (2011)
berpendapat bahwa berfikir kritis dalam matematika melibatkan identifikasi konsep,
keterampilan generalisasi, analisis algoritma dan penyelesaian masalah. 10
Selanjutnya Glaser (Fisher, 2009, p.3) mengembangkan gagasan Dewey dengan
mendefinisikan berpikir kritis sebagai : (1) suatu sikap mau berpikir secara mendalam
tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman
seseorang; (2) pengeta-huan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang
logis; (3) semacam suatu keterampilan untuk menerapkan ide-ide tersebut. Berpikir
kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan
asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan - kesimpulan lanjutan yang
diakibatkannya.
Berpikir kritis mencakup kemampuan dalam membaca dengan disertai
pemahaman dan mengidentifikasi bahan-bahan yang perlu dan tidak perlu. Berpikir
kritis juga berarti mampu membuat kesimpulan dari sekumpulan data dan
menyatakan inkonsistensi serta kontra-diksi dalam sekumpulan data (Nugraha &
Mahmudi, 2015, p.152), oleh karena itu berpikir kritis dapat didefinisikan secara
sederhana sebagai berpikir non algoritmik, tidak mengikuti alur berpikir yang telah
ada atau sebagai proses aplikasi yang dangkal terhadap sebuah proses berulang.

Nursyahidah, Farida & Ulil Albab, “Investigating Student Difficulties on Integral Calculus Based on Critical
10

Thingking Aspects”, Jurnal Riset Pendidikan Matematika, Vol. 4 No. 2, Desember 2017 hlm 211-212.

7
Berpikir nonalgoritmik dapat dilaku-kan dengan cara memanipulasi informasi yang
diperoleh dari situasi atau masalah yang diha-dapi. Aktivitas mental ini dapat dimulai
dengan memahami secara tepat situasi atau masalah yang dihadapi dan
mengaplikasikan informasi yang telah diperoleh sebelumnya. Pada tahap selanjutnya
membuat analisis terhadap informasi yang ada, menyusun kerangka berpikir berdasar-
kan yang diperoleh dan memanfaatkan pengeta-huan yang dimiliki untuk melakukan
evaluasi. Pada tahap akhir secara aktif dan kreatif menyusun kembali informasi yang
dihasilkan sebagai sebuah solusi dan mengkomunikasi-kannya kepada orang lain. 11
Indikator berpikir kritis, mengacu pada indikator berpikir kritis menurut Perkins
& Murphy, yaitu meliputi:
No Indicator Terjemahan

1 Klarifikasi Siswa dapat menuliskan apa yang diketahui dengan


tepat atau merumuskan pokok - pokok permasalahan.

2 Assessment Siswa dapat memahami maksud dari informasi yang


ditulisnya atau kemampuan siswa dalam memberikan
alasan untuk menghasilkan argumen yang benar.
3 Strategi dan taktik Siswa dapat menyelesaikan masalah dengan beragam
alternatif penyelesaian berdasarkan konsep.
4 Inferensi Siswa dapat menarik kesimpulan dengan jelas dan logis
dari hasil penyelidikan. 12

2. Penelitian yang Relevan


Untuk lebih memahami dan mendalami lebih jauh terhadap apa yang akan peneliti
kaji maka perlu adanya penelaahan secara logis dan terarah. Oleh karenanya pada bagian
ini peneliti akan memaparkan beberapa hasil penelitian yang relevan dengan tujuan untuk
menegaskan kebaruan dan orisinalitas penelitian bagi pengembangan keilmuan terkait.
Judul Persamaan Perbedaan

11 A. Abdurahim, “Keefektifan Model Pembelajaran Resik Ditinjau dari Sikap, Motivasi, dan Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis Siswa SMP”, Jurnal Riset Pendidikan Matematika, Vol. 3 No. 2, November 2016 hlm 141-143
12
Anni Sulthoniyah, “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dalam Menyelesaikan Soal Cerita pada Materi
Aritmetika Sosia l” (Skripsi, Universitas Muhammidiyah Purworejo, Semarang, 2016) , h. 15

8
Nursyahidah, Farida & Ulil Albab, Kesulitan belajar Penelitian ini
Irkham. (2017). Investigating Student ditinjau dari menggunakan materi
Difficulties on Integral Calculus berpikir kritis dan Kalkulus integral
Based on Critical Thingking Aspects, subjeknya adalah
4(2), 211-218. Jurnal Riset Pendidikan mahasiswa
Matematika, Vol. 4 No. 2 (Desember
2017)
Laili Ma’atus Sholekah, Dewi Kesulitan belajar Penelitian ini
Anggreini, & Adi Waluyo. (2017). meggunakan tinjauan
Analisis Kesulitan Siswa dalam dari koneksi
Menyelesaikan Soal Matematika matematis dan materi
Ditinjau dari Koneksi Matematis yang digunakan adalah
Materi Limit Fingsi, 1(2), 151-164. materi limit fungsi
Jurnal Wacana Akademika, Vol.1 No.2 serta subjeknya adalah
(2017) siswa
Tika Karlina Rachmawati. (2016). An Kesulitan belajar Penelitian ini
Analysis of Student’s Difficulties in mrnggunakan masalah
Solving Story Based Problems and Its cerita dan tidak
Alternative Solutions, 1(2), 140-153. menggunakan tinjauan
Journal of Research and Advances in serta subjeknya adalah
Mathematics Education, Vol. 1 No. 2 siswa
(Juli 2016)
Mutia. (2017). Analisis Kesulitan Kesulitan belajar Penelitian ini
Siswa SMP dalam Memahami Konsep menggunakan
Kubus Balok dan Alternatif pemaham konsep
Pemecahannya, 10(1), 83-102. Beta : kubus balok dan
Jurnal Tadris Matematika, Vol. 10 No. 1 alternative
(Mei 2017) pemecahannya serta
pada penelitian ini
tidak menggunakan
tinjauan

9
Astuti & Nurhidayah Sari. (2018). Kesulitan belajar Penelitian ini
Analisis Kesulitan Belajar Struktur dan subjeknya menggunkan materi
Aljabar di STKIP Pahlawan Tuanku adalah mahasiswa aljabar dan pada
Tambusai, 12(2), 73-80. Jurnal penelitian ini tidak
Pendidikan Matematika, Vol. 12 No. 2 menggunkan tinjauan
(Juli 2018)

10

Anda mungkin juga menyukai