ABSTRAK
Salmonella typhi (S. typhi) adalah salah satu bakteri Gram Negatif yang menyebabkan demam tifoid.
Demam tifoid sangat endemik di Indonesia. Hal ini terjadi terns menerus di seluruh daerah dengan angka
morbitas 157/100.000 penduduk di daerah semi perkotaan. Dalam makalah ini akan membahas tentang S.
typhi dan Demam Thypoid, biologi molekular, patogenisitas, diagnosa dan pengobatan.
Kata kunci: S. typhi, Demam Tifoid, biologi molekuler, patogenitas, diagnosa, pengobatan
ABSTRACT
Salmonella typhi (S. typhi) is one of Gram negatif bacteria cause typhoid fever. Typhoid fever highly
endemic in Indonesia. It occurs perennialy all over the country with the annual morbity of 157/100.000
population in semi urban area. In this paper will be discuss about of S. typhi and Thypoid Fever,
molecular biologyy, patogenicity, diagnose and treatment.
Key words: fi. typhi, Typhoid Fever, molecular biology, patogenicity, diagnose, treatment.
*STIKes Istara Nusantara, Jl. Inspeksi Saluran Kalimalang Blok C-4, Jakarta-Timur (nitatafshiilaa@yahoo.com)
42
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2011-Maret 2011, Vol. 6, No.1
43
Jumal Kesehatan Masyarakat, September 2011-Maret 2011, Vol. 6, No.1
Mehanisme Resistensi
Bakteri yang resisten terhadap
antibiotika, terdapat dua jenis, yaitu bakteri yang
secara alamiah resisten terhadap antibiotika dan
bakteri yang berubah sifatnya dari peka menjadi
resisten.
Perubahan sifat bakteri tersebut dapat te adi
karena mutasi kromosom dan atau perolehan
materi genetik
’•’‘
dari1uar'
Mekanisme resistensi yang khusus
terjadi terhadap antibiotika lini pertama adalah
sebagai berikut: Mekanisme resistensi terhadap
ampisilin, dapat terjadi karena bakteri
menghasilkan inaktivator berupa enzim §
laktamase, perubahan target antibiotika
sehingga kekurangan Penicillins Binding
Protein (PBP), kegagalan dalam mengaktifkan
enzim autolisis dan bakteri tidak memiliki
peptidoglikan. Resistensi terhadap
kloramfenikol, dapat terjadi melalui perubahan
target (ribosom) dari antibiotika, dihasilkannya
inaktivator bernpa enzim kloramfenikol asetil
transferase dan mekanisme yang membatasi
antibiotika masuk secara terus menerus melalui
membran luar serta akan memompa keluar
antibiotika dari sitoplasma. Selanjutnya
resistensi terhadap tetrasiklin dapat terjadi karena
mekanisme yang membatasi antibiotika masuk
ke dalam target, melalui perubahan
permeabilitas terhadap tetrasiklin dan
perubahan target (ribosom) antibiotika,
dihasilkannya inaktivasi berupa enzim yang
menghambat kerja antibiotika, pengaturan gen
represor dan melalui aktifefluks.
€iambar 3.
Mekanisme molekuler resistensi antibiotika
(Sumber:
http://textbookofbacteriology.net/HorizontalTransfer.gif)
mekanisme yang diperantarai oleh plasmid berupa diantara posisi 156-1747 kb, terdapat transfer
lateral aktif efluks, enzim inaktivator yang dihasilkan dari gen-gen non homolog pada pasangan gen
bakteri, pengaturan gen represor, dan 2) mekanisme identik yang ada pada S. typhi dan S.
typhimurium. yang diperantarai oleh kromosom yaitu perubahan
target antibiotika, peningkatan sintesis metabolit
yang bersifat antagonis serta pengembangan
jalur mekanisme lama yang dihambat
antibiotika’ '’”. Beberapa gen yang menyandikan
sifat resistensi ekspresinya dikendalikan oleh
sistem regulator yang spesifik, seperti represor dan
aktivator transkripsi”. Gen-gen resisten dapat
dipindahkan melalui transformasi, transduksi
atau konjugasi. Pada umumnya gen resisten
dalam satu spesies atau antar spesies Gram
negatif dipindahkan melalui
konjugasi"’". Elemen konjugasi ada dua macam Gambar 4.
yaitu plasmid konjugatif dan transposon Rekombinasi homolog di antara operon rrn
7 (Sumber: Liu dkk, 1995)“
konjugatif .
Daftar Pustaka
1. Girgis, N.I., Butler, T., Frenk, R. resisten Salmonella typhi terhadap
Azithromycin versus Ciprofloxacin for antibiotika. Majalah Kesehatan Masyarakat
treatment of uncomplicated typhoid fever in Indonesia. 5:261-263, 1998.
a randomized Zhu, Q., Lim, C.K., Chan, Y.N. Detection
trial in Egypt that included patients with 5. of Salmonella typhi by Polymerase Chain
multidrug resistance. Antimicrob. Agents and Reaction. Journal of Applied Bacteriology.
Chemother. 43:1441-1444, 1999. 80:244-251. 1996.
2. Buku kuliah ilmu penyakit dalam: Demam Hermans, P.W., Saha, S.K., Leeuwen, V.
Tifoid. Balai Penerbit Fakultas Ilmu 6. Moleculer typing of Salmonella typhi
Kedokteran Universitas Indonesia. 32-38, strains from Dhaka (Bangladesh) and
1987. development of DNA probes identifyng
3. Johnson, A.G. Microbiology and plasmid-encoded multidrug-resistant isolates.
Immunology 2“edition. Harvard Publishing Journal of Clinical Microbiology. 34:1135-
Company, Malvern, Pennsylvania. 63-66. 1141. 1995.
1993. Thong, K.L., Cheong, Y.M., Puthucheary,
4. Tri Atmodjo, P dan Triningsih, E.M. Besarnya 7. S. Epidemiology analysis of sporadic
kasus demam tifoid di Indonesia dan pola Salmonella
45
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2011-Maret 2011, Vol. 6, No.1
typhi isolates and those from outbreaks by for antibiotic resistance. American Society for
Pulsed-Field Gel Electrophpresis. Journal Microbiology (http://www.quad.net.com/
of Clinical Microbiology 32:1135-1141. archieve/TIPS-15ASM)
1994. 17. Mirza, S., Kariuki, S., Mamun, K.Z. Analysis
Margawati, R. Carries of Salmonella at less of plasmid of multidrug resistant
than five years old children and mothers Salmonella enterica serovar typhi from
knowledge and practice on food processing Asia. Journal of Clinical Microbiology.
at Kelurahan Kayumanis, East Jakarta. 38:1449-1452, 2000.
Majalah
Kedokteran Indonesia. 47:378-380, 1997. 18. Sanderson, K.E and Liu, S.L. Chromosomal
9 Pang T. Genetic dynamic of Salmonella rearrangement in Salmonella spp. Department
typhi diversity in clonality. Trends in of Medical Biochemistry. University of
Microbiology. 6:339-342, 1998. Calgary. Alberta. Canada. Proceeding of 3"
10. Rao, R.S., Amamath, S.K., Sujatha, S. An APSTS, Bali. 1998.
outbreaks of typhoid due to multidrug 19. Musnelina, L., Afdhal, A.F., Gani, A., Anda,
resistant P. Pola pemberian antibiotika pengobatan
Salmonella typhi in Pondicherry. Transaction demam tifoid anak di RS Fatmawati Jakarta
of the royal society of Tropical Medicine tahun 2001-2002. Makara Kesehatan 1(8):27-
l l. and Hygiene. 86:204-205. 1992. 31, 2004.
Sakaguchi, S., Sakaguchi, T and Arai, T. 20. Hadisaputro S. Beberapa Faktor Yang
Genetic similarity of R plasmids from Memberi Pengaruh Terhadap Kejadian
Salmonella strains in various countries. The Perdarahan dan atau Perforasi Usus Pada
Southest Asian Journal of Tropical demam tifoid. Jakarta: Direktorat
12. Medicine Public Health. 26:33-36. 1995 Pembinaan Penelitian pada Masyarakat,
Sudarmono, P. Kebijakan pemakaian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
antibiotika dalam kaitannya dengan resistensi 1990.
kuman. Majalah Kedokteran Indonesia. 21. Shulman, T.S., Phair, J.P dan Sommers,
13. l:22- 32. 1996. H.M. Dasar biologis dan klinis penyakit
Salyers, A.A and Whitt, D.D. Pathogenesis infeksi, Edisi ke-4 (te emahan),
a molecular approach. ASM. Press. Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.
14. Washington DC. 1-418, 1994. pp 300-305.
Punjabi, N.H. Interaksi pejamu dengan 22. Ivano . Typhoid fever: Current and future
Salmonella typhi. Medika XII. 10:795-797, control approaches. Medical Journal of
l5. 1996. Indonesia, S 5-1, pp.81-2, 1998.
Iswari, R., Asmono, N., Santoso, U.S., S. World Health Organization. Essential safety
23.
Lina. Pola kepekaan kuman Salmonella requirement for street vended foods.
terhadap obat kloram feni k o l, amp is i lin (Revised ed). Food Safety Unit, Division of
dan kotrimoksazol selama kurun waktu Food and Nutrition, World Health
1979- 1983. Majalah Kedokteran Organization, 2003.
16. Indonesia. 36:13- 24. Juwono,R. Demam Tifoid. Dalam: Noer,
19, 1998. H.M.S (editor). Buku ajar ilmu penyakit
Sliwa, J. Human gut potential breeding dalam. Jilid I, Edisis Ketiga, Balai FKUI,
ground Jakarta, pp. 453-442.1996.