Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN THYPOID

NAMA KELOMPOK :

1. CICILIA EFRITA FASANTI (201811055)


2. CLARISMA RHAMAWATI (201811056)
3. CONDY PRIHANTININGTYAS (201811057)
4. DHINDA SEKAR PRADIPTA (201811059)

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH YOGYAKARTA
2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demam tifoid adalah infeksi akut dalam saluran pencernaan yang
disebabkan oleh Salmonella typhi.Demam paratifoid adalah penyakit sejenis
yang disebebkan oleh salmonella paratyphi. gejala dan tanda kedua penyakit
tersebut hampir sama, tetapi manifestasi klinis paratifoid lebih ringan. Kedua
penyakit diatas disebut tifoid. Nama lain yang sering digunakan adalah typhoid
fever, paratyphoid fever, typhus, dan paratyphus abdominalis atau demam
enteric. Sejarah tifoid dimulai saat ilmuan Prancis bernama Pierre Louis
memperkenalkan istilah thypoid pada tahun 1829.Thypoid atau typhus berasal
dari bahasa Yunani Typhos yang berarti penderita demam dengan gangguan
kesadaran. Kemudian Gaffky menyatakan bahwa penuaran penyakit ini melalui
air dan bukan udara. Gaffky juga berhasil membiakkan Salmonella typhi dalam
media kultur pada tahun 1884. Pada tahun 1896 Widal akhirnya menemukan
pemerksaan tifoid yang masih digunakan sampai saat ini dan kemudian
selanjutnya pada thaun 1948 Woodward dkk melaporkan pertama kali bahwa
obat yang efektif untuk demam thypoid adalah kloramfenikol.
Demam thypoid menyerang penduduk disemua Negara.Seperti penyakit
menular lainnya, thypoid banyak ditemukan di negara berkembang yang
hygiene pribadi dan sanitasi lingkungannya kurang baik.Refalensi kasus
bervariasi tergantung dari lokasi, kondisi lingkungan setempat, dan perilaku
masyarakat.Prefalensi di Asia yaitu sekitar 900/10.000 penduduk pertahun.
Meskipun demam tifoid menyerang semua umur, namun golongan terbesar tetap
pada usia kurang dari 20 tahun (Widoyono,2008).

1.2 Tujuan
1.2.1 Mahasiswa mengetahui pengetian, penyebab, tanda gejala, patofisiologi,
pemeriksaan penunjang, dan komplikasi thypoid.
1.2.2 Mahasiswa mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan
thypoid.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit


2.1.1 Pengertian
Demam Thypoid adalah penyakit infeksi akut pada usus
halus, yang disebabkan oleh salmonella typhi. (Widodo
Djoko, 2009). Demam tifoid adalah penyakit demam akut
yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella enterica
khususnya turunannya, Salmonella typhi (Alba, et al., 2016)
Demam thypoid merupakan penyakit yang menyerang pada
bagian organ Usus halus yang terkena infeksi akut di
akibatkan oleh bakteri Salmonella typhi.

2.1.2 Penyebab
2.1.2.1 salmonella typhi
bakteri yang menyebabkan penyakit typus
2.1.2.2 salmonella typhimurium
menyebabkan penyakit gastritis yaitu penyakit
saluran pencernan makanan yang mengandung
bakteri salmonella
2.1.2.3 salmonella paratyphi
menyebabkan penyakit paratyphus
2.1.2.4 salmonella cheleraesuis
dapat menyebabkan penyakit septicemia

2.1.3 Tanda dan Gejala


2.1.3.1 Demam
Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi
suhu normal sehari-hariyang berhubungan dengan
peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus
(Dinarello & Gelfand, 2005).
2.1.3.2 Gejala mirip influenza
2.1.3.3 Nyeri kepala
2.1.3.4 Anoreksia
Anoreksia adalah hilangnya nafsu makan yang
disebabkan baik oleh gangguan orgnik maupun
psikologis.
2.1.3.5 Nause
Nausea adalah rasa mual dan muntah
2.1.3.6 Batuk kering
2.1.3.7 Mialgia
Myalgia adalah bahasa medis dari nyeri otot, berasal
dari bahasa Yunani, yaitu myo yang berarti otot dan
algos yang berarti nyeri.Oleh karena itu, myalgia
berarti nyeri pada otot atau dalam bahasa masyarakat
disebut dengan pegal-pegal.
2.1.3.8 Nyeri abdomen,

2.1.4 Patofisiologi
Penularan bakteri salmonella thyhi dan salmonella paratyphi
melalui makanan dan minuman yang telah tercemar dan
telah tertelan. Sebagaian bakteri akan dihancurkan oleh
asam lambung, bakteri dapat melewati asam lambung akan
masuk kedalam usus, dan kemudian akan berkembang pada
usus. Bilarespon imunitas humoral mukosa
(immunoglobulin A) usus kurang baik maka bakteri tersebut
kan menembus sel-sel epitel dan selanjutnya ke lamina
propia. Didalam lamina propia bakteri berkembang biak dan
ditelan oleh sel-sel makrofag kemudian dibawa ke plaques
payeri di ilium distal. Selanjutnya Kelenjar getah bening
mesenterika melalui duktus torsikus, bakteri yang terdapat di
dalam makrofag ini masuk kedalam sirkulasi darah
mengakibatkan bakteremia pertama yang asimtomatik atau
tidak menimbulkan gejala. Selanjutnya menyebar keseluruh
organ retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa
diorgan-organ ini bakteri meninggalkan sel-sel fagosit dan
berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid, kemudian
masuk lagi kedalam sirkulasi darah dan menyebabkan
bakteremia kedua yang simtomatik, menimbulkan gejala dan
tanda penyakit infeksi sistemik.
Masa inkubasi rata-rata 7-20 hari. Inkubasi terpendek
3 hari terlama 60 hari. Masa inkubasi mempunyai kolerasi
dengan jumlah kuman yang tertelan serta status gizi dan
status imunologis penderita. Dalam minggu pertama keluhan
dan gejala menyerupai penyakit feksi akut. Pada umumnya,
seperti demam, nyeri kepala, anoreksi, mual muntah, diare,
konstipasi. Setelah minggu kedua maka gejala atau tanda
klinis berupa demam remitten yang biasanya terjadi
peningkatan suhu pada sore dan malam hari yang terjadi
beberapa hari setelah panas meningkat dengan tanda tanda
lidah tampak kering, lidah tifoid atau muncul bercak
berwarna putih pada lidah , pembesaran hati dan limpa
dikarenakan infeksi yang berat , perut kembung. Demam
yang mendadak tinggi
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang
2.1.5.1 Pemeriksaan Laboraterium
a. Pemeriksaan Hematologi
Pemeriksaan hematologi pada demam thyoid tidak
spesifik. Dapat ditemukan adanya anemia
normokromik normositer dalam beberapa minggu
setelah sakit.Anemia dapat terjadi karena pengaruh
berbagai sitokin dan mediator sehingga terjadi depresi
sumsum tulang atau perdarahan usus. Hitung leukosit
umumnya rendah, berhubungan dengan demam dan
toksisitas penyakit, memiliki variasi yang lebar,
leukopenia, jarang dibawah 2500/mm3 , umumnya
terjadi dalam waktu 1 hingga 2 minggu setelah sakit.
Leukositosis dapat mencapai 20.000 – 25.000/mm3
yang menandakan adanya suatu abses pyogenik.
b. Pemeriksaan serologis widal
Pemeriksaan serologis widal memiliki sensitivitas dan
spesifitas rendah dan penggunaannya sebagai
pemeriksaan tunggaldi daerah endemik akan
mengakibatkan overdiagnostik. Antibodi O
meningkat pada hari 6-8 dan antibodi H pada hari ke
10-12setelah onset. Di Indonesia, pengambilan angka
titer O aglunitinine 1/40 dengan memakai uji widal
slide aglutination menunjukkan nilai positip 96%
artinya apabila hasil tes positif, 96% maka pasien
benar menderita demam thypoid.
c. Pemeriksaan bakteriologis
Ditemukan pada darah, feses, urin, sum sum tulang
atau cairan duodenum.

2.1.6 Komplikasi
2.1.6.1 Peradangan saluran cerna
Peradangan yang terjadi pada saluran pencernaan
2.1.6.2 Ensefalopati tifoid
Merupakan komplikasi typoid dengan gejala
kesadaran menurun, kejang kejang, muntah, demam
tinggi.
2.1.6.3 Perforasi usus
Terjadi pada minggu ketiga yang berlokasi diileum
terminalis. Tanda dan gejalanya mendadak sakit
perut, perut kembung, suara bising usus melemah,
pekak hati berkurang. Pada pemeriksaan darah tepi
terdapat peningkatan leukosit dalam waktu singkat.
2.1.6.4 Perdarahan usus
Tanda dan gejala yang terjadi pada perdarahan usus
adalah kulit pucat, penurunan suhu tubuh, mengeluh
nyeri perut.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada pasien dengan Thypoid


2.2.1 Pengkajian
2.2.1.1 Identitas Diri Klien
Berisi tentang data diri pasien
2.2.1.2 Data Fokus Biologis
d. Anamneses
1) Riwayat Penyakit dahulu
Riwayat penyakit dahulu diperlukan untuk
membantu menilai kemungkinan kemungkinan
yang merupakan kejadian kejadian yang yang
melekat pada pasien dimasa lalu. Setiap begian
dari riwayat medis maupun riwayat operasi yang
terkait dengan keluhan utama harus dijabarkan
untuk memperkuat riwayat penyakit sekarang
(Djoko,2020)
2) Riwayat Penyakit sekarang
a) Perjalanan Penyakit
Sebuah proses alur penyakit tersebut ada yang
dialami pasien mulai dari keluhan pertama kali
sampai pada titik dimana kondisi yang
sekarang
b) Keluhan Utama saat ini
Keluhan utama adalah keluhan yang paling
dirasakan pasien dalam keadaan kondisi saat
ini yang membawa pasien untuk memperoleh
pertolongan (Margarita,2020)
c) Keluhaan penyerta lain
Riwayat penyakit keluarga diperlukan untuk
mengetahui adanya hubungan antara penyakit
yang diderita pasien dengan keluarganya atau
tidak dan untuk menguatkan dugaan diagnosis,
Sehingga dapat mendukung dugaan bahwa
pasien memang sangat berisiko menderita
penyakit keturunan atau penyakit menular
(Djoko,2020)
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit keluarga diperlukan untuk
mengetahui adanya hubungan antara penyakit
yang diderita pasien dengan keluarganya atau
tidak dan untuk menguatkan dugaan diagnosis,
Sehingga dapat mendukung dugaan bahwa pasien
memang sangat berisiko menderita penyakit
keturunan atau penyakit menular (Djoko,2020)
e. Data pemenuhaan kebutuhaan dasar pasien
Data pemenuhan kebutuhan dasar pasien meliputi
data nutrisi,eliminasi,hygiene perseorangan, istirahat
tidur, aktivitas, oksigenasi, cairan dan elektrolit,
keamanan dan keselamatan pasien baik sebelum
mengalami sakit dan selama ia mengalami sakit untuk
melihat apakah terjadi adanya perubahan atau tidak
yang bisa mendukung penegakan diagnosa.
f. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik demam thypoid nampak sakit
sedang hingga berat pada fase toksik. Apatis dan
delirium terjadi pada 10-45 %, bradikardi relatif 15-
100% penderita, lidah thypoid ditemukan pada
sebagian besar kasus, bercak Ros muncul pada awal
penyakitpada lebih separuh individu berkulit putih,
sedangkan pada kulit hitam gambaran tersebut sering
tidak terlihat. Hepatomegali lebih sering daripada
splenomegali, biasanya muncul pada akhir minggu
ertama atau awal minggu kedua.Pemeriksaan
abdomen didapatkan rasa nyeri lokal maupun difus,
terkadang disertai penurunan bising usus atau terjadi
terjadi distensi abdomen.
2.2.1.3 Data Psikologis
Data psikologis merupakan data alat atau instrumen
psikologi yang berupa data kasar, respon terhadap
pertanyaan atau stimuls yang dirasakan pasien
(Dwi,2018)
2.2.1.4 Data Sosiologis
Data sosiologis merupakan data tentang realitas sosial
yang terdapat di lingkungan pasien. Apakah pasien
mampu bersosial dan bagaimana cara ia berbaur
dengan oranglain.
2.2.1.5 Data Kultural
Data kultural merupakan data yang berisi tentang
kebudayaan atau keyakinan yang dianut oleh pasien.
Dari data kultural ini kita bisa mengetahui apakah dari
keyakinan yang mereka anut bertentangan atau tidak
dengan pengobatan atau tindakan yang akan perawat
atau tenaga medis lakukan
2.2.1.6 Data Spiritual
Data spiritual merupakan data tentang bagaimana
hubungan antara pasien dengan Sang Pencipta
2.2.1.7 Data Lingkungan
Data lingkungan merupakan data yang berisi tentang
keadaan lingkungan disekitar pasien mencangkup
keamanan dan kenyamanan baik ketika dirumah
maupun selama ia dirawat dirumah sakit. Dari data ini
kita dapat mengetahui apakah dengan lingkungan
yang ada pasien mendapat dukungan atau terfasilitasi
dengan baik
2.2.1.8 Program Therapy
Pengobatan dan perawatan demam thypoid dapat
dilakukan dengan cara vaksinasi yang
direkomendasikan pada usia 2 tahun. Program terapi
yang diberikan bisa dengan meminum antibiotik yang
biasanya yang umumnya dipakai adalah
chlorampenicol, ampisilin, ceftriaxone, trimethoprim-
sulfamethoxazole, levoflaxacin, dan
ciprofloxacin.Namun setiap pasien memiliki
perawatan dan penanganan yang berbeda beda. Ketika
mengalami demam thypoid maka imunitas tubuh
sedang memeranginya dan tubuh perlu waktu agar
hasil kekebalannya optimal.Rasa mual dan muntah
disertai demam dengan suhu tinggi dapat
menyebabkan dehidrasi sehingga berimbas pada
terjadinya diare. Oleh karena itu dianjurkan minum
air putih yang banyakagar terhindar dari dehidrasi
(Farihatun,2018)
2.2.1.9 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboraterium
pemeriksaan hematologi pada demam thyoid tidak
spesifik. Dapat ditemukan adanya anemia
normokromik normositer dalam beberapa minggu
setelah sakit.Anemia dapat terjadi karena
pengaruh berbagai sitokin dan mediator sehingga
terjadi depresi sumsum tulang atau perdarahan
usus. Hitung leukosit umumnya rendah,
berhubungan dengan demam dan toksisitas
penyakit, memiliki variasi yang lebar, leukopenia,
jarang dibawah2500/mm3 , umumnya terjadi
dalam waktu 1 hingga 2 minggusetelah sakit.
Leukositosis dapat mencapai 20.000 –
25.000/mm3 yang menandakan adanya suatu
abses pyogenik.
Pemeriksaan serologis widal memiliki sensitivitas
dan spesifitas rendah dan penggunaannya sebagai
pemeriksaan tunggaldi daerah endemik akan
mengakibatkan overdiagnostik. Antibodi O
meningkat pada hari 6-8 dan antibodi H pada hari
ke 10-12setelah onset. Di Indonesia, pengambilan
angka titer O aglunitinine 1/40 dengan memakai
uji widal slide aglutination menunjukkan nilai
positip 96% artinya apabila hasil tes positif, 96%
maka pasien benar menderita demam thypoid.
b. Pemeriksaan Radiologi
pemeriksaan radiologi diantaranya ada foto
rontgen, fluroskopi, USG, Computed tomography
(CT Scan). Pada pemeriksaan ini, apabila pasien
dilakukan pemeriksaan radiologi maka hasil dari
pemeriksaan tersebut harus dicantumkan atau
didokumentasikan
c. Pemeriksaan EKG/MRI/Pemriksaan khusus Lain
Pada pemeriksaan ini, apabila pasien dilakukan
pemeriksaan radiologi maka hasil dari
pemeriksaan tersebut harus dicantumkan atau
didokumentasikan

2.2.2 Diagnose Keperawatan


2.2.2.1 Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi,
hipertiroid, dehidrasi.
2.2.2.2 Defisit nutrisi berhubungan dengan infeksi, luka
bakar, kerusakan neuromuscular.
2.2.2.3 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia,
gangguan metabolic, gangguan muskloskeletal.

2.2.3 Rencana Keperawatan (tujuan, criteria hasil, rencana


tindakan, rasional)
2.2.3.1 Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi,
hipertiroid, dehidrasi.
Tujuan : Pasien tidak mengalami peningkatan suhu
tubuh setelah dilakukan tindakan selama 3 × 24 jam
dengan kriteria hasil :
a.Suhu tubuh dalam batas normal 36,5 – 37 derajat
celcius
b.Akral tidak teraba hangat
c.Tidak mengalami kekurangan cairan

Rencana Tindakan dan Rasional

No Rencana Tindakan Rasional


1. Kaji vital sign setiap 4 jam sekali Untuk mengetahui
adanya perubahan
suhu tubuh pasien

2. Anjurkan untuk minum banyak air Banyak minum air


putih putih untuk
mencegah pasien
mengalami
kekurangan cairan

3. Anjurkan untuk menggunakan baju Untuk mencegah


tipis dan yang menyerap keringat terjadinya
peningkatan suhu
tubuh

4. Ajarkan keluarga cara mengompres Lipatan paha dan


yang benar dengan Kompres pada aksila terdapat
lipatan paha dan aksila pembuluh darah
yang besar sehingga
lebih cepat
menurunkan panas

5. Kolaborasi dengan dokter Pemberian


pemberian obat antipiretik antipiretik membantu
dlam menurunkan
panas atau demam
2.2.3.2 Defisit nutrisi berhubungan dengan infeksi, luka
bakar, kerusakan neuromuscular
Tujuan : Pasien tidak mengalami ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam
dengan kriteria hasil:
a. Intake nutrisi meningkat
b. Diit habis 1 porsi yang telah disediakan
c. Berat badan stabil

Rencana Tindakan dan Rasional


No Rencana Tindakan Rasional

1. Timbang berat badan secara Untuk mengetahui


teratur adanya peningkatan
atau penurunan berat
badan pasien

Kaji pola nutrisi dan perubahan


2. Untuk mengetahui
yang terjadi
apakah pasien
mengalami peningkatan
atau penurunan nafsu
makan
3.
Kaji faktor penyebab gangguan
Untuk mengetahui
pemenuhan nutrisi
alasan pasien
mengalami penurunan
nafsu makan

4. Beri diit dalam porsi


hangat,lunak, porsi kecil tapi Untuk menjaga pola
sering nutrisi pasien supaya
tidak mengalami
penurunan yang berarti

5. Berikan edukasi tentang


Untuk membuat pasien
pentingnya kebutuhan nutrisi bagi
dan keluarga memahami
tubuh
tentang pentingnya
pemenuan kebutuhan
nutrisi dan untuk
memotivasi pasien
supaya lebih
memperhatikan pola
makan

6.
Kolaborasi dengan ahli gizi
Supaya kebutuhan
nutrisi yang diperlukan
pasien dapat tercukupi

2.2.3.3 Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan infeksi,


luka bakar, kerusakan neuromuscular
Tujuan : Pasien tidak mengalami intoleransi aktivitas
setelah dilakukan tindakan keerawatan selama 3×24
jam dengan kriteria hasil:
a. Mampu melakukan adls secara mandiri
Rencana Tindakan dan Rasional
No Rencana Tindakan Rasional

1. Monitor suhu setiap 4 jam sekali Untuk mengetahui


adanya peningkatan
atau penurunan suhu
tubuh

2. Ajarkan mobilisasi aktivitas Untuk mencegah


terjadinya kekakuan
pada sendi atau
terjadinya penyakit
yang lain karena
terlalu lama
berbaring

3. Berikan edukasi tentang


pentingnya beraktifitas
Supaya pasien dan
keluarga memahami
pentingnya tubuh
untuk tetap
beraktifitas

2.3 Kasus
Kasus : Seorang pria berusia 32 th dirawat dengan febris Thypoid
hari ke 8. Riwayat panas sejak 8 hari yang lalu terutama ketia sore
menjelang malam hari. Keluhan perut mual, tidak nafsu makan.
Pemeriksaan fisik TD 100/90 mmHg, Suhu jam 8.00 37,5oC pada
sore hari 39oC, pa lpasi hepar teraba 1 jari. Pasien merasa lemah,
keringat banyak, kulit lembab, rambut basah dan bau. Hasil
pemeriksaan widah positif para thyphy 1/160. lidah tampak ada
bercak putih. Pasien mengatakan sering jajan di pinggir jalan, di
rumahnya pernah ada yang menderita sakit yang sama yaitu
anaknya yang pertama.

2.3.1 Diagnose Keperawatan


2.1.1.1 Hipertermia berhubungan dengan thermoregulasi
Ds : pasien mengatakan panas sejak 8 hari yang lalu
terutama ketika sore menjelang malam hari
Do : TD: 100/90, suhu :39C, palpasi hepar : teraba 1
jari, pasien tampak lemah, keringat banyak, kulit
lembab, rambut basah dan bau, lidah tampak
bercak putih

2.3.1.2 Nausea berhubungan dengan ulkus peptikum


DS : pasien mengatakan perut mual, tidak nafsu
makan
DO :TD: 100/90, suhu :39C, palpasi hepar : teraba 1
jari, pasien tampak lemah, keringat banyak, kulit
lembab, rambut basah dan bau, lidah tampak
bercak putih

2.3.1.3 Defisit perawatan diri berhubungan dengan


kelemahan
DS : tidak dikaji
DO: pasien tampak lemah, keringat banyak, kulit
lembab, rambut basah dan bau, lidah tampak
bercak putih
2.3.2 Rencana Keperawatan (tujuan, criteria hasil, rencana
tindakan, rasional)
2.3.2.1 Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi,
hipertiroid, dehidrasi.
Tujuan : Pasien tidak mengalami peningkatan suhu
tubuh setelah dilakukan tindakan selama 3 × 24 jam
dengan kriteria hasil :
a.Suhu tubuh dalam batas normal 36,5 – 37 derajat
celcius
b.Akral tidak teraba hangat
c.Tidak mengalami kekurangan cairan

Rencana Tindakan dan Rasional

No Rencana Tindakan Rasional


1. Kaji vital sign setiap 4 jam sekali Untuk mengetahui
adanya perubahan
suhu tubuh pasien

2. Anjurkan untuk minum banyak air Banyak minum air


putih putih untuk
mencegah pasien
mengalami
kekurangan cairan

3. Anjurkan untuk menggunakan baju Untuk mencegah


tipis dan yang menyerap keringat terjadinya
peningkatan suhu
tubuh

4. Ajarkan keluarga cara mengompres Lipatan paha dan


yang benar dengan Kompres pada aksila terdapat
lipatan paha dan aksila pembuluh darah
yang besar sehingga
lebih cepat
menurunkan panas

5. Kolaborasi dengan dokter Pemberian


pemberian obat antipiretik antipiretik membantu
dlam menurunkan
panas atau demam

2.3.2.2 Nausea berhubungan dengan ulkus peptikum


Tujuan : Pasien tidak mengalami nausea setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam
dengan kriteria hasil :
a. Asupan makanan pasien cukup meningkat
b. Stimulus untuk makan meningkat

Rencana Tindakan dan Rasional


No Rencana Tindakan Rasional

1. Identifikasi status nutrisi pasien Untunk mengetahui


tingkat kebutuhan
nutrisi pasien
Membantu memilih
menu makan untuk
2 Identifikasi makanan yang disukai
meningkatkan nafsu
makan

Untuk mengetahui input


makanan pasien
3 Monitor asupan makan

membantu pasien
4 Anjurkan mendemonstrasikan
mengetahui tentang
cara memberikan makan
program diit
menghitung kalori menyiapkan
makanna seuai program diit

Bantu pasien memilih jenis menetukan nutrisi yang


5
makanan yang tepat diperlukan pasien

6 Ajarkan pasien dan keluarga membantu keluarga


memonitoring asupan kalori dan supaya mengetahui
makanan program diit yang harus
dilakukan pasien

untuk menentukan diit


7 Kolaborasi dengan ahli gizi
yang tepat bagi pasien
tentang pemberian makan dan
untuk memenuhi tingkat
program diit
kebutuhan nutrisi pasien

2.3.2.3 Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan


Tujuan : Pasien tidak mengalami nausea setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam
dengan kriteria hasil :
a. Kemampuan melakukan aktivitas rutin meningkat
b. Mempertahankan kebersihan diri meningkat
c. Memperthankan kebersihan mulut meningkat
Rencana dan Tindakan Keperawatan

No Rencana Tindakan Rasional


1 Monitor kemampuan Untuk mengetahui
pasien untuk kemampuan pasien
perawatan diri yang
mandiri

2 Agar pasien mandiri


Sediakan bantuan
sampai klien mampu
secara utuh untuk
melakukan self – care
3
Anjurkan keluarga Supaya pasien
untuk mendorong mampu melakukan
kemandirian, untuk pemenuhan
memberikan bantuan kebutuhan secara
hanya jika pasien mandiri
tidak mampu
4 melakukanya

Kolaborasikan dengan Agar mengetahui


dokter dalam program selanjutnya
pemberisn terapi obat
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut pada usus halus yang disebabkan
oleh bakteri salmonella thypi.Biasanya bakteri ini masuk kedalam tubuh
manusia salah satunya bisa melalui makanan dan minuman yang masuk ke
dalam tubuh manusia kemudian masuk ke lambung dan sampai ke usus. Tanda
dan gejalanya hampir mirip dengan gejala influenza disertai demam,nyeri
kepla,nyeri perut, batuk kering, dan myalgia. Diagnose keperawatan yang bisa
muncul dalam demam typoid ini diantaranya hipertermia, deficit nutrisi,
intoleransi aktifitas, deficit perawatan diri, dan nausea.
DAFTAR PUSTAKA

Nafiah,Farihatun.(2018).Kenali Demam Tifoid danMekanismenya.Yogyakarta:


Deepublish
Nasronudin.(2019).Penyakit Infeksi di Indonesia Solusi Kini & Mendatang edisi ke
2 : Solusi Kini dan Mendatang.Jakarta:Airlangga
Rehatta,Margarita.(2020).Pedoman Keterampilan Medik 2.Jakarta:Airlangga
Santoso,Djoko.(2020).Pemeriksaan Klinik Dasar.Jakarta:Airlangga
Sjamsuhidajat.R.(2017).BUKU AJARAN ILMU BEDAH.Edisi 3.Jakarta : EGC
Sucipta,A,A,M.(2015).Baku Emas Pemeriksaan Laboratorium Demam Tifoid pada
Anak.Jurnal Skala Husada Vol 12 No 1.Diakses melalui
https://www.poltekes-denpasar.ac.id diakses pada tanggal 28 januari 2020
Widoyono.(2008). Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
pemberantasannya. Jakarta: Erlangga
Yuwono,Ismantoro,Dwi.(2018).Memahami Berbagai Etika Profesi dan
Pekerjaan.Yogyakarta:Media Pressindo

Anda mungkin juga menyukai