Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN

TERMOREGULASI : BBLR

D
I
S
U
S
U
N
Oleh :

MUTIA MISLIKA., S.Kep


200202040

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Keperawatan Anak yang berjudul
“BBLR”. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan, akan
tetapi berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu, memberi pengarahan, bimbingan, semangat serta doa untuk keberhasilan
penulis, antara lain :
1. Ibu Ns. Rani Kawati Damanik, M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah
Keperawatan Anak, yang telah membimbing dan memberi masukan kepada penulis.
2. Ns. Novita Ariyani, M Biomed selaku dosen penguji mata kuliah Keperawatan Anak
yang telah menguji dan memberikan masukan kepada penulis.
3. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan,
untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca.

Medan, 06 Maret 2021

Penulis

DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................
1.1 Latar Belakang........................................................................................................
1.2 Tujuan ....................................................................................................................
BAB II KONSEP TEORI...........................................................................................
2.1 Definisi...................................................................................................................
2.2 Etiologi...................................................................................................................
2.3 Patofisiologi............................................................................................................
2.4 Pathway..................................................................................................................
2.5 Manifestasi Klinis...................................................................................................
2.6 Pemeriksaan Penunjang..........................................................................................
2.7 Komplikasi..............................................................................................................
2.8 Penatalaksanaan......................................................................................................
2.9 Pengkajian .............................................................................................................
2.10 Diagnosa Keperawatan.........................................................................................
2.11 Intervensi Keperawatan........................................................................................
BAB III TINJAUAN KASUS....................................................................................
3.1 Pengkajian..............................................................................................................
3.2 Analisa Data...........................................................................................................
3.3 Diagnosa Keperawatan...........................................................................................
3.4 Intervensi Keperawatan..........................................................................................
3.5 Implementasi Dan Evaluasi....................................................................................
BAB IV PENUTUP.....................................................................................................
4.1 Kesimpulan.............................................................................................................
4.2 Saran.......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan yang sering
dialami pada sebahagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang dari 2500
gram. Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi
pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama
pada masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi
makanan pun kurang. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya karena
aspek perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja tejadi pada mereka dengan
status perekonomian yang cukup. Hal ini dapat berkaitan dengan paritas, jarak kelahiran,
kadar hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan antenatal. BBLR termasuk faktor utama
dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan diabilitas neonatus, bayi dan anak serta
memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya di masadepan.

BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya masalah pada
semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan (aspirasi mekonium,
asfiksia neonatorum), gangguan pada sistem pencernaan (lambung kecil), gangguan
sistem perkemihan (ginjal belum sempurna), gangguan sistem persyarafan (respon
rangsangan lambat). Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental
dan fisik serta tumbuh kembang. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi
dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan
memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta berpengaruh pada penurunan
kecerdasan.

Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) memerlukan perawatan yang tepat
agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan bayi seperti yang telah disebutkan diatas.
Bidan dan perawat adalah bagian dari pemberi pelayanan yang ikut berperan penting
dalam memberikan perawatan pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR).
Perkembangan bayi dengan BBLR yang dirawat di RS ini sangat tergantung pada
ketepatan tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.Oleh karena itu penulis tertarik
membahas tentang kasus BBLR pada bayi NY. “U” yang akan penulis bahas pada BAB
berikutnya.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dan mampu menerapkan Asuhan keperawatan melalui
pendekatan proses keperawatan pada masalah bayi berat lahir rendah.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan secara tepat pada bayi dengan berat
badan lahir rendah
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah pada
bayi dengan berat badan lahir rendah
c. Mampu merumuskan perencanaan asuhan secara tepat pada bayi dengan berat
badan lahir rendah sesuai dengan hasil pengkajian prioritas masalah keperawatan
dan mampu melaksanakan asuhan keperawatan sehingga dapat mengatasi
masalah yang dihadapi pada bayi dengan berat badan lahir rendah
d. Mampu melakukan evaluasi terhadap tingkat keberhasilan pemberian asuhan
keperawatan pada bayi dengan bayi berat badan lahir rendah
e. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada bayi dengan berat badan
lahir rendah.
BAB II

KONSEP TEORI

2.1 Definisi
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang BB < 2.500 gram
(sampai dengan 2.499 gram). BBLR dapt dibagi menjadi 2 golongan :
1. Prematur murni
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan BB sesuai dengan berat badan untuk masa
gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan.
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan BB kurang dari BB seharusnya untuk masa gestasi itu, berarti bayi
mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan merupakan bayi yang kecil untuk
masa kehamilannya.(Indrasanto, 2008)

2.2 Etiologi
1. Faktor Ibu
a. Penyakit, penyakit yang berhubungan langsung dengan pasien misalnya
perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia gravidarum,
dan nefritis akut.
b. Usia ibu, angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun, dan
multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada usia
antara 26-35 tahun.
c. Keadaan sosial ekonomi, keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya
prematuritas. Kejadian tertinggi teradapat pada golongan social ekonomi rendah.
Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal
yang kurang. Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari
perkawinan yang tidak sah, ternyata lebih tinggi bila dibandingakan dengan bayi
yang lahir perkawinan yang sah.
d. Sebab lain, karena ibu merokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik.
2. Faktor Janin
Faktor janin diantaranya hidramnion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom
3. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan di antaranya tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat
tertentu.(Suryadi dan Yuliani, 2006 )

2.3 Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup
bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir
cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil
ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini
terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang
disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan
keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang. Gizi
yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami
hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan
kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan
tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan
bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang
sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering
melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi
bila ibu menderita anemia.

Sistem pernapasan pada dasarnya cenderung kurang berkembang pada bayi prematur.
Kapasitas vital dan kapasitas residual fungsional paru-paru pada dasarnyakecil
berkaitan dengan ukuran bayi. Sebagai akibatnya sindrom gawat napas sering
merupakan penyebab umum kematian. Masalah besar lainnya pada bayi premature
adalah pencernaan dan absorpsi makanan yang inadekuat. Bila prematuritas bayilebih
dari dua bulan, system pencernaan dan absorpsi hampir selalu inadekuat. Absorpsi
lemak juga sangat buruk sehingga bayi premature harus menjalani diet rendah lemak.
Lebih jauh lagi, bayi premature memiliki kesulitan dalam absorpsi kalsium yang tidak
lazim dan oleh karena itu dapat mengalami rikets yang berat sebelum kesulitan
tersebut dikenali. Imaturitas organ lain yang sering menyebabkan kesulitan yang berat
pada bayi premature meliputi system imun yang menyebabkan daya tahan tubuh
terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar IgG gamma globulin, serta bayi
premature relatif belum sanggup membentuk antibody dan daya fagositosis serta
reaksi terhadap peradangan masih belum baik sehingga bayi premature beresiko
mengalami infeksi, system integumen dimana jaringan kulit masih tipis dan rawan
terjadinya lecet, system termoregulasi dimana bayi premature belum mampu
mempertahankan suhu tubuh yang normal akibat penguapan yang bertambah karena
kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan pusat pengaturan suhu yang belum
berfungsi sebagaimana mestinya sehingga beresiko mengalami hipotermi atau
kehilangan panas dalam tubuh (Ngastiyah, 2005).
2.4 Pathways

Faktor Pencetus

Faktor Ibu Faktor Janin Faktor


1. Hydroamnion Lingkungan
1. Faktor penyakit 2. Kehamilan
(toksemia 1. Tempat tinggal di
multiple/ganda
gravidarum, dataran tinggi
3. Kelainan
trauma fisik, dll) 2. Radiasi
kromosom
2. Faktor usia 3. Zat-zat beracun

BBLR

Kulit tipis dan lemak Imaturitas system pernafasan Reflek menelan dan menghisap
subcutan kurang blm sempurna

Tidak dapat Pernafasan belum Intake nutrisi tidak


menyimpan panas sempurna adekuat

Asupan gizi kurang


Mudah kehilangan O2 dalam darah CO2
panas

Sel-sel kekurangan
kedinginan O2 dalam sel darah rendah
nutrisi
Co2 tinggi

Kerusakan sel
hipotermi
Asidosis
respiratoris Penurunan

Gangguan BB/kematian

pertukaran gas
2.5 Manifestasi Klinis Ketidakseimbangan nutrisi
Gambaran klinis BBLR secara umum adalah : kurang dari kebutuhan tubuh
1. Berat kurang dari 2500 gram
2. Panjang kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6. Kepala lebih besar
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
8. Otot hipotonik lemah
9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
10. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
11. Kepala tidak mampu tegak
12. Pernapasan 40 – 50 kali / menit
13. Nadi 100 – 140 kali / menit
2.6 Pemeriksaan Penunjang

Pemeniksaan penunjang menurut (ngastiyah,2005)


1. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia
2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
3. Titer Torch sesuai indikasi
4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
5. Pemantauan elektrolit
6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax )

2.7 Komplikasi
Menurut (Potter, 2005) komplikasi pada masa awal bayi berat lahir rendah antara lain
yaitu :
a. Hipotermia.
b. Hipoglikemia.
c. Gangguan cairan dan elektrolit.
d. Hiperbilirubinemia.
e. Sindroma gawat nafas (asfiksia).
f. Paten suktus arteriosus.
g. Infeksi.
h. Perdarahan intraventrikuler.
i. Apnea of prematuruty.
j. Anemia
Komplikasi pada masa berikutnya yaitu :
1. Gangguan perkembangan.
2. Gangguan pertumbuhan.
3. Gangguan penglihatan (retionopati).
4. Gangguan pendengaran.
5. Penyakit paru kronis.
6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit.
7. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan.

2.8 Penatalaksanaan
Menurut Prawirohardjo (2005), penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah adalah
sebagai berikut :
1. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan yang
diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua
perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator
2. Pelestarian suhu tubuh

Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu
tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan
antara 35,50 C s/d 370 C. Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan
dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal.
Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan
0
pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 C, bagi
bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang
dari 2000 gram

3. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan
dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi
0
kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 C,
untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,2 0C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat
dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat
bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
4. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat
tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O 2yang diberikan sekitar 30- 35 %
dengan menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang panjang
akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan
kebutaan
5. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang
berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi.
Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan
sebelum dan sesudah merawat bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan
semua asessoris dan tidak boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit
kulit.
6. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya
hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan
melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya
lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori,
dibandingkan dengan bayi preterm.
7. Petunjuk untuk volume susu yang diperlukan

Umur/hari Jmlh ml/kg BB


1 50- 65
2 100
3 125
4 150
5 160
6 175
7 200
14 225
21 175
28 150

2.9 Pengkajian Fokus


Sirkulasi :
Nadi apikal mungkin cepat dan atau tidak teratur dalam batas normal (120-160
dpm). Mur-mur jantung yang dapat didengar dapat menandakan duktusarteriosus
paten (PDA).
Makanan/cairan
Berat badan kurang 2500 (5lb 8 oz).
Neuroensori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran kepala besar dalam
hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin mudah digerakan, fontanel mungkin
besar atau terbuka lebar. Edema kelopak mata umum terjadi, mata mungkin
merapat(tergantung usia gestasi). Refleks tergantung pada usia gestasi ; rooting
terjadi dengan baik pada gestasi minggu 32; koordinasi refleks untuk menghisap,
menelan, dan bernafas biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke 32; komponen
pertama dari refleks Moro(ekstensi lateral dari ekstremitas atas dengan membuka
tangan)tampak pada gestasi minggu ke 28; komponen keduaa(fleksi anterior dan
menangis yang dapat didengar) tampak pada gestasi minggu ke 32.Pemeriksaan
Dubowitz menandakan usia gestasi antara minggu 24 dan 37.
Pernafasan
Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak teratur; pernafasan
diafragmatik intermiten atau periodik(40-60x/mt). Mengorok, pernafasan cuping
hidung, retraksi suprasternal dan substernal, atau berbagai derajat sianosis mungkin
ada. Adanya bunyi “ampelas” pada auskultasi, menandakan adaya sindrom distress
pernafasan (RDS).
Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin lemah. Wajah mungkin
memar, mungkin ada kaput suksedoneum. Kulit kemerahan atau tembus pandang,
warna mungkin merah. muda/kebiruan, akrosianosis, atau sianosis/pucat. Lanugo
terdistribusi secara luas diseluruh tubuh. Ekstremitas mungkin tampak edema. Garis
telapak kaki mungkin tidak ada pada semua atau sebagian telapak. Kuku mungkin
pendek.

Seksualita
Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora, dengan
klitoris menonjol ; testis pria mungkin tidak turun, rugae mungkin banyak atau tidak
ada pada skrotum(IDAI, 2004).

2.10 Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan penumpukan cairan di rongga
paru

2. Resiko hipotermi berhubungan dengan jaringan lemak subkotis tipis

3. Resiko tinggi infeksi sekunder berhubungan dengan immaturitas fungsi imunologik.

4. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
lemahnya daya cerna dan absorbsi makanan.

2.11 Intervensi Keperawatan


NO TUJUAN INTERVENSI
1. Setelah mendapat tindakan - Monitor pernafasan (kedalaman,
keparawatan 3x24 jam tidak terjadi irama, frekuensi )
gangguan jalan nafas(nafas efektif) Atur posisi kepala lebih tinggi
Kriteria Hasil : - Monitor keefektifan jalan nafas,
 Akral hangat kalau kerlu lakukan suction.
 Tidak ada - Lakukan auskultasi bunyi nafas
sianosis tiap 4 jam
 Tangisan aktif - Perthankan pemberian O2
dan kuat - Pertahankan bayi pada inkubator
 RR : 30-40x/mt dengan penghangat
 Tidak ada - Kolaborasii untuk X foto thorax
retraksi otot pernafasan
2. - Pertahankan bayi pada inkubator
dengan kehangatan 37oC
- Beri popok dan selimut sesuai
Setelah mendapatkan tindakan kondisi
keperawatan 3x24 jam tidak terjadi - Ganti segera popok yang basah
gangguan hipotermi oleh urine atau faeces
Kriteria Hasil : - Hindarkan untuk sering
 Badan hangat membuka penutup karena akan
 Suhu : 36,5-37oC menyebabkan fluktuasi suhu dan
peningkatan laju metabolism
- Atur suhu ruangan dengan panas
yang stabil

3. - Monitor tanda-tanda
infeksi(tumor,dolor,rubor,calor,f
ungsiolaesa)
Setelah mendapat tindakan - Lakukan cuci tangan sebelum
keperawatan 3x24 jam tidak terjadi dan sesudah kontak dengan bayi
infeksi - Anjurkan kepada ibu bayi untuk
Kriteria Hasil : memakai jas saat masuk ruang
 Tidak ada tanda- bayi dan sebelum dan/sesudah
tanda kontak cuci tangan
infeksi(tumor,dolor,rubor,calor,fu - Barikan gizi (ASI/PASI) secara
ngsiolaesa) adekuat
 Suhu tubuh normal - Pastikan alat yang kontak
(36,5-37oC) dengan bayi bersih/steril
- Berikan antibiotika sesuai
program
- Lakukan perawatan tali pusat
setiap hari
4.
- Kaji refleks menghisap dan
menelan
- Monitor input dan output
- Berikan minum sesuai program
lewat sonde/spin

Setelah tindakan keperawatan 3x24 - Sendawakan bayi sehabis

jam tidak terjadi gangguan nutrisi minum

Kriteria Hasil : - Timbang BB tiap hari.

 Diet yang diberikan


habis tidak ada residu
 Reflek menghisap
dan menelan kuat
 BB meningkat 100
gr/3hr.
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 06 Maret 2020 jam 08.00 WIB
1. Identitas Data
a. Nama : By. Ny. M
b. Alamat : Jembangan Kec. Sukolilo Kab. Pati
c. Tanggal Lahir/ Umur : 09 Desember 2020/ 1 Hari
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Agama : Islam
f. Diagnosa Medis : Neonatus Preterm, BBLSR, Asfiksia Berat,
Neonatus Infeksius
Nama Penanggung Jawab
a. Nama Ayah : Tn. A
b. Pendidikan : SMA
c. Pekerjaan : Wiraswasta
d. Nama Ibu : Ny. A
e. Pendidikan : SMA
f. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

2. Keluhan Utama
Bayi menangis lemah, reflek hisap belum ada, berat bayi lahir sangat rendah yaitu
1060 gram.

3. Riwayat Kesehatan Sekarang


Bayi lahir pada tanggal 20 Januarai 2020di RSUD Kota Medan secara spontan diusia
kehamilan 30 minggu dengan berat bayi lahir yaitu 1060 gram. Selain itu setelah
lahir bayi tidak langsung menangis dengan nilai apgar score yaitu 4-5-6 (asfiksia
sedang), oleh karena itu bayi sekarang dipindah keruang Perinatologi untuk
mendapat tindakan lebih lanjut.

4. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


a. Pre Natal
Ibu klien mengatakan selama hamil memeriksakan kehamilannya di bidan tiap 2
bulan sekali. Selama kehamilan ditemukan riwayat penyakit kehamilan TORCH.
G : 3 P : 1 A : 2.
b. Intra Natal
Bayi lahir secara spontan di usia kehamilan 30 minggu, ditandai dengan ketuban
pecah sebelum persalinan, lama persalinan 1 jam dan bayi lahir pada jam 14.45
WIB. Panjang lahir 34 cm dan berat lahir 1060 gram.
c. Post Natal
Setelah kelahiran bayi sempat tidak menangis dan langsung dipasang kanul O2
dengan resusitasi selama 3 menit dengan nilai apgar score 4-5-6, keadaan lemah,
nafas tidak teratur.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Genogram

Keterangan
= Laki-laki = Pasien
= Perempuan = Tinggal serumah
6. Riwayat Sosial
a. Yang Merawat
Saat ini klien diwarat diruang perinatologi dan dirawat oleh perawat dan sesekali
ibu klien menjenguk saat jam kunjung rumah sakit.
b. Hubungan dengan Keluarga
Ibu klien bisa mengunjungi, melihat, dan menyentuh bayinya saat berkunjung
mskipun bayi dalam incubator, sedangkan ayahnya tidak boleh melihat bayinya
karena sudah aturan dari pihak rumah sakit.
7. Pola Sehari-hari
a. Nutrisi dan Metabolisme
Saat ini pasien mendapat diit susu formula khusus BBLR 3 jam sekali sekitar 30
cc melalui selang OGT
b. Eliminasi Urine dan Feses
Klien BAB ± 3-5x sehari dengan konsistensi warna hitam, lembek cair, bau khas
feses bayi. BAK menggunakan pempers dan diganti setian 6 jam sekali dan terisi
± 100 cc
c. Istirahat dan Tidur
Klien terlihat sering tidur dan bangun jika lapar dan merasa kotor setelah BAB
dan BAK, rata-rata tidur per hari yaitu 20-22 jam
d. Peran dan Hubungan
Keluarga mengatakan anak akan diasuh oleh orang tuanya sendiri, dan selama ini
ibu bayi menengok keruang perinatologi
e. Toleransi Stress dan Koping
Klien menangis saat merasa lapar, tidak nyaman, dan saat kotor

8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Lemas, kurang aktif, menangis lemah,
perawatan dalam inkubator
b. Tanda-tanda Vital
- Nadi : 132 x per menit
- Pernafasan : 40 x per menit
- Suhu : 36,2°C
c. Antropometri
- Panjang Badan : 34 cm
- Berat Lahir : 1060 gram
- Lingkar Dada : 26 cm
- Lingkar Kepala : 23 cm
d. Kepala : Fontanel anterior lunak, wajah simetris,
rambut hitam
e. Mata : Simetris antara kanan dan kiri, sclera tidak
ikterik
f. Hidung : Terpasang C-PAP Ventilator 2 lt/menit
g. Mulut : Reflek hisap belum ada, terpasang selang
OGT, mukosa kering
h. Telinga : Simetris kanan dan kiri, tidak ada luka
i. Dada : Tidak ada luka, warna kecoklatan
j. Jantung
- Inspeksi : Tampak ictus cordis
- Palpasi : Ictus cordis teraba dengan getaran
- Perkusi : Tak terkaji
- Auskultasi : BJ I & II regular, tidak terdengar gallop
k. Paru
- Inspeksi : Gerakan pernafasan kanan-kiri simetris,
RR : 40 x per menit
- Palpasi : Rabaan gerak pernafasan simetris
- Perkusi : Redup/ Dullness
- Auskultasi : Ronchi
l. Abdomen
- Inspeksi : Pusar insersi ditengah, buncit, terpasang
infus umbilical
- Auskultasi : Peristaltik usus 18 x per memit
- Palpasi : Lunak, tidak ada pembesaran hati/limfa
- Perkusi : Tympani
m. Punggung : Bentuk tulang belakang semi fleksi
n. Genetalia : Jenis kelamin perempuan, labia mayora
belum menutupi labia minora, anus paten
o. Ekstremitas
- Atas : Lengkap, tidak ada kelainan
- Bawah : Lengkap, tidak ada kelainan, kaki kanan
terpasang SPO2, akral sedikit dingin
p. Kulit : Warna kulit coklat gelap, tidak ikterik,
turgor kulit cukup
9. Therapi
- PO Ferlin drop 1x0.3cc
- O2 nasal kanul 0.5 liter/menit
- Susu formula BBLR 8x30cc/hari melalaui selang OGT
- Termoregulasi incubator suhu 34°C
- Infuse umbilical 5%

10. Data Penunjang


Laboratorium tanggal 16-10-2014
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hematologi
Hemoglobin 15.9 g/Dl 12.0-16.0
Hematokrit 49.50 % 37-47
Jumlah Eritrosit 4.14 /Ul 4.2-5.4
Jumlah Lekosit 24.7 /Ul 4.8-10.8
Jumlah Trombosit 249 10^3/ul 150-400
Kimia Klinik
Natrium 137.0 mmol/L 134.0-147.0
Kalium 5.30 mmol/L 3.50-5.20
Calsium 1.20 mmol/L 1.12-1.32

3.2 ANALISA DATA


NO DATA PROBLEM ETIOLOGI
1 DS : - Resiko hipotermi Jaringan lemak
DO : subkotis tipis
- Akral sedikit dingin
- Lahir premature 30 minggu
- BBLRS 1060 gram
- Suhu tubuh 36,2°C
- Perawatan dalam inkubator
2 DS : - Resiko Infeksi Prematuritas dan
DO : system imun yang
- Keadaan umum lemah tidak adekuat
- Lahir premature 30 minggu
- BB 1060 gram
- Suhu tubuh 36,2°C
- Lekosit 24.7/Ul
3 DS : - Ketidakseimbangan Prematuritas,
DO : nutrisi : kurang dari ketidakmampuan
- Terpasang selang OGT kebutuhan tubuh mengabsorbsi
- Reflek hisap lemah nutrisi

- BB 1060 gram
- Terpasang infus umbilical
D5%
4 DS : - Ketidakefektifan Penumpukan cairan
DO : jalan nafas di rongga paru
- Terpasang ventilator
2lt/menit
- RR 40x/menit
- Perkusi paru dullness
- Auskultsi paru ronkhi

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN


NO DIAGNOSA KEPERAWATAN PARAF
1 Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan
penumpukan cairan dirongga paru
2 Resiko hipotermi berhubungan dengan jaringan
subkotis tipis
3 Ketidakefektifan nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan
prematuritas, ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrisi
4 Resiko infeksi berhubungan dengan Prematuritas
dan system imun yang tidak adekuat

3.4 INTERVENSI KEPERAWATAN


DIAGNOSA INTERVENSI KEPERAWATAN
NO TUJUAN TINDAKAN RASIONAL TT
KEPERAWATAN
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan - Observasi - Sebagai
pola nafas tindakan TTV, acuan
berhubungan keperawatan cuping penatalaksa
dengan selama 3x24 jam hidung, naan
penumpukan cairan jalan nafas retraksi dada tindakan
dirongga paru, adekuat, dengan - Berikan - Mensuplai
penurunan ekspansi kriteria hasil : terapi O2 O2 dalam
paru - Pernafasan 2lt/menit tubuh
adekuat 16-30 - Posisikan - Memberikan
x/menit klien semi rasa nyaman
- Perkusi paru fowler klien
sonor - Jaga - Jalan nafas
- Auskultasi kepatenan tidak ada
vesikuler jalan nafas : sumbatan
- Tidak ada suction
penumpukan
cairan di paru
2 Resiko hipotermi Setelah dilakukan -Pantau suhu - Sebagai
berhubungan tindakan setiap 3 jam acuan
dengan jaringan keperawatan sekali penatalaksa
subkotis tipis selama 3x24 jam naan
hipotermi tubuh tindakan
stabil , dengan -Atur suhu - Mengikuti
kriteria hasil : incubator program
- Suhu tubuh sesuai indikasi yang
normal 36- -Hindarkan dianjurkan
37,5°C bayi kontak
- Akral hangat langsung

- Bayi tidak dengan

menggigil sumber
dingin/panas
-Ganti popok - Menjaga
bila basah kenyamanan
klien

3 Ketidakefektifan Setelah dilakukan - Monitor BB - mengetahui


nutrisi : kurang dari tindakan klien perkembang
kebutuhan tubuh keperawatan an nutrisi
berhubungan selama 3x24 bayi
dengan kebutuhan nutrisi
prematuritas, terpenuhi , - Pasang - membantu
ketidakmampuan dengan kriteria selang OGT suplai
mengabsorbsi hasil : nutrisi untuk
nutrisi - BB seimbang tubuh
2500-3500 - Kaji - indikasi bayi
gram kemampuan mampu
- Reflek hisap reflek hisap menyerap
kuat nutrisi
- Intake ASI - Monitor - mengatur
adekuat asupan keseimbang
intake dan an cairan
output pada klien
cairan
- Kolaborasi - asupan
dengan ahli nutrisi bayi
gizi untuk bisa
pemberian tercukupi
nutrisi
4 Resiko infeksi Setelah dilakukan - Pantau tanda - Sebagai
berhubungan tindakan gejala acuan
dengan keperawatan infeksi : penatalaksa
Prematuritas dan selama 3x24 tidak suhu, naan
system imun yang terjadi infeksi, lekosit, tindakan
tidak adekuat dengan kriteria penurunan
hasil : BB
- Tidak ada - Batasi - Memberi
tanda tanda jumlah kenyamanan
infeksi pengunjung pada klien
- Jumlah
lekosit dalam
batas normal - Gunakan - Agar tidak
5000-10000 teknik terjadinya
aseptic infeksi pada
selama klien
berinteraksi
dengan klien
- Bersihkan - Menjaga
incubator incubator
secara tetap terjaga
berkala kebersihann
ya
- Berikan anti - Mencegah
biotik sesuai penyebaran
advis dokter infeksi

3.5 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


NO
TINDAKAN RESPON KLIEN TT
DX
1,2,
3,4 - Mengobservasi ttv,cuping S:-
hidung retraksi dada O : Nadi : 132x/mnt ,
RR : 40x/mnt , S : 36,2
1 -Memberikan terapi O2 2ltr/menit S:-
O : klien tampak
terpasang ventilator O2
2ltr/mnt dengan SPO2
98%
1 -Memposisikan semi fowler
S:-
O: klien tampak
nyaman dengan posisi
semi fowler
2 -Memantau suhu klien
S:-
-Memonitor BB klien O : Suhu klien 36,2
3
S:-
O : BB : 1060 gram ,
LD : 26 cm , PB :
-Membersihkan incubator secara 34cm , LK : 23cm
4 berkala
S:-
O : Incubator tampak
bersih
3 -mengkaji reflek hisap S:-
O : Reflek hisap klien
tampak lemah
3 -memasang selang OGT S:-
O : Terpasang selang
OGT pada klien
3 -mengkolaborasi dengan ahli gizi S:-
untuk pemberian nutrisi O : klien mendapat diit
susu 30cc/OGT
1 - memberikan terapi O2 2lt/menit S:-
O : klien tampak
terpasang ventilator O2
2ltr/mnt dengan SPO2
88%
1 - menjaga kepatenan jalan nafas : S:-
suction O : Cairan dalam
tabung suction tampak
jernih
1,2, - mengobservasi ttv,cuping hidung S:-
3,4 retraksi dada O : Suhu : 36°C Nadi :
100x/menit, RR :
48/menit
4 - memberikan anti biotik sesuai S:-
advis dokter O : klien mendapat
terapi PO Ferlin drop
1x0,3cc
3 - mengkaji kemampuan reflek S:-
hisap O : reflek hisapklien
masih tampak lemah
2 - mengatur suhu incubator sesuai S:-
indikasi O : Terlihat suhu
incubator klien 34oC
4 - membatasi jumlah pengunjung S :-
O : tampak hanya ada
satu pengunjung di
ruangan
3 - Memonitor asupan intake dan S:-
output cairan O : terlihat diit yang
diberikan habis, tidak
ada residu
3 - mengkolaborasi dengan ahli gizi S:-
untuk pemberian nutrisi O : klien mendapat diit
susu BBLR 30cc/OGT
1,2, - mengobservasi ttv,cuping hidung S:-
3,4 retraksi dada O : suhu : 36,4oC ,
nadi : 100x/menit RR :
45x/menit
1 - Memberikan terapi O2 2ltr/menit S:-
O : klien masih tampak
terpasang ventilator O2
2ltr/mnt dengan SPO2
90%
2 - Mengganti popok bila basah S : ( klien menangis)
O : klien tampak
menangis saat
popoknya diganti
4 - menggunakan teknik aseptic
selama berinteraksi dengan
klien

4 - memberikan anti biotik sesuai S:-


advis dokter O : klien terpasang
infus umbilical 5%
dengan teraphi PO
Ferlin drop 1x0,3cc
3 - mengkolaborasi dengan ahli gizi S:-
untuk pemberian nutrisi O : klien masih
terpasang OGT dengan
diit 30cc

3.6 EVALUASI
NO
EVALUASI TT
DX
1 S:-
O : Klien tampak terpasang ventilator O2 2ltr/mnt dengan
SPO2 98% , auskultasi paru : ronchi
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Berikan terapi O2 2lt/m
- Jaga kepatenan jalan napas (suction)
- Observasi ttv,cuping hidung,retraksi dada
- Posisikan klien semi fowler
2

S:-
O : Suhu : 36,2
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Atur suhu incubator sesuai indikasi
- Pantau suhu setiap 3 jam sekali
- Ganti popok bila basah
- Hindarkan bayi kontak langsung dengan
sumber dingin/panas
3

S:-
O : BB : 1060gram
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor BB klien
- Monitor asupan intake dan output cairan
- Kaji kemampuan reflek hisap
- Pasang selang OGT
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

4 pemberian nutrisi

S:-
O : Hasil leukosit klien 24.7
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- pantau tanda gejala infeksi suhu , lekosit,
penurunan BB
- berikan antibiotic sesuai advis dokter
- batasi jumlah pengunjung
- gunakan tekhnik aseptic selama
1 berinteraksi dengan klien

S:-
O : Cairan dalam tabung suction tampak jernih
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Berikan terapi O2 2lt/m
- Jaga kepatenan jalan napas (suction)
2 - Observasi ttv,cuping hidung,retraksi dada
- Posisikan klien semi fowler

S:-
O : Suhu : 36oC
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Atur suhu incubator sesuai indikasi
- Pantau suhu setiap 3 jam sekali
- Ganti popok bila basah
3
- Hindarkan bayi kontak langsung dengan
sumber dingin/panas

S:-
O : Klien tampak masih terpasang OGT dengan diit 30cc
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor BB klien
- Monitor asupan intake dan output cairan

4 - Kaji kemampuan reflek hisap


- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemberian nutrisi

S:-
O : Leukosit 24.7
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- pantau tanda gejala infeksi suhu , lekosit,
penurunan BB
- berikan antibiotic sesuai advis dokter
- gunakan teknik aseptic selama berinteraksi
1 dengan klien
- bersihkan incubator secara berkala
S:-
O : Klien tampak terpasang ventilator O2 2ltr/mnt dengan
SPO2 90% , auskultasi : ronchi
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
2 - Berikan terapi O2 2lt/
- Jaga kepatenan jalan napas (suction)
- Observasi ttv,cuping hidung,retraksi dada
- Posisikan klien semi fowler

S :-
O : Suhu 36,4oC
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Atur suhu incubator sesuai indikasi
3
- Pantau suhu setiap 3 jam sekali
- Hindarkan bayi kontak langsung dengan
sumber dingin/panas
- Ganti popok bila basah

S :-
O : Klien tampak masih terpasang infus umbilikel 5%
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

4 - Monitor BB klien
- Monitor asupan intake dan output cairan
- Kaji kemampuan reflek hisap
- Pasang selang OGT
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemberian nutrisi

S:
O : Hasil leukosit 24,7
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- pantau tanda gejala infeksi suhu , lekosit,
penurunan BB
- berikan antibiotic sesuai advis dokter
- batasi jumlah pengunjung
- gunakan teknik aseptic selama berinteraksi
dengan klien
- bersihkan incubator secara berkala
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Penulis menguraikan beberapa kesimpulan pada pada bayi dengan berat lahir yaitu : bayi
berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram, tanpa
memandang masa gestasi, berat lahir rendah adalah yang ditimbang dalam 1 (satu) jam
setelah bayi lahir. Penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah bergantung pada
besara kecilnya bayi. Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin
besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih
besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator. Bayi dengan berat lahir
rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan
berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,5 0 C s/d 370 C..
Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal
tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal.

Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan
pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 0 C, bagi bayi
yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 30 0 C untuk bayi dengan berat kurang dari
2000 gram. Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur
perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan
bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C,
untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat
dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat
bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.

Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat
tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O 2yang diberikan sekitar 30- 35 %
dengan menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang panjang
akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan
kebutaan. Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang
berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi.
Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum
dan sesudah merawat bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua
asessoris dan tidak boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit.

B. Saran
1. Diharapkan kepada mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan agar dapat
mengerti, memahami dan dapat menjelaskan tentang BBLR baik dari pengertian,
patofisiologi, etiologi, manifestasi klinis maupun pencegahan serta penerapan asuhan
keperawatannya.
2. Mahasiswa diharapkan lebih banyak menggali kembali tentang BBLR. Ilmu yang
didapatkan dapat diterapkan dalam kehidupan masyarakat.
3. Diharapkan kepada tim kesehatan maupun mahasiswa keperawatan untuk lebih
meningkatkan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat mengenai pencegahan bayi
BBLR.
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta : EGC.


Prawirohardjo, Sarwono. 2005. ILMU KEBIDANAN. Jakarta : YBP-SP.
Indrasanto Eriyati. Dkk. 2008. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergency
Komprehensif (PONEK) : Asuhan Neonatal Esensial. Jakarta : JNPK, KR, IDAI, POGI.
Judith M. Wilkinson & Nancy R. Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9.
Jakarta : EGC.
Suriyadi, Yuliani. 2006. Buku Pegangan Praktik Asuhan Keperawatan Pada Anak. Ed.2.
Jakarta : CV. Agung Seto.
Potter, P. A, Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik. Ed.4 Vol.2. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai