Anda di halaman 1dari 19

Asuhan Keperawatan Dengan Keamanan dan Proteksi : Resiko Jatuh Pada

Tn. R Dengan Epilepsi di Ruang Tulip RSUD Kabupaten Bekasi 2021

Jodi Junaedi¹, syaefunuril anwar huda²

Jodi junaedi¹, Ns Syaefunuril Anwar Huda M.Kep², :

Program Studi Diploma III Keperawatan, Universitas Medika Suherman ; Jalan

Raya Industri Pasir Gombong, Jababeka, Cikarang Utara, Bekasi, Jawa Barat-

17530

Email : jodijunaedi7@gmail.com

Abstrak
Epilepsi merupakan gangguan pada sitem saraf pusat yang ditandai dengan timbulnya bangkitan epileptik
dengan dampak neuorobiologik, kognitif, psikologik, dan social. Menurut WHO sekitar 50 juta orang di
seluruh dunia menderita epilepsi adalah tiga kali lebih tinggi dari pada populasi pengobatan. (WHO dalam
Dewi, 2020 ). Tujuan penelitian ini untuk menggali/mempelajari Asuhan keperawatan dengan keamanan
dan proteksi : Resiko jatuh dengan epilepsy. Penelitian dengan metode studi kasus, paritisipan pada kasus
ini satu klien yang mengalami epilepsi. Hasil studi kasus menurut pengkajian ditemukan keluhan klien
tampak lemas, kekuatan otot menurun mempunyai riwayat kejang durasi < 5 detik implementasi yang
dilakukan menaikan handrail tempat tidur pasien dan mengunci roda tempat tidur pasien, memasangkan
gelang berawarna kuning untuk mengidentifikasi resiko jatuh. Kesimpulan studi kasus ini masalah resiko
jatuh pada pasien dengan kriteria hasil klien mengatakan sudah paham tentang resiko jatuh saran bagi
perawat ruangan untuk lebih meningkatkan pelayanan seperti memberikan edukasi dan pemahaman pada
klien dengan gangguan keamanan dan proteksi : resiko jatuh pada epilepsi.
Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Epilepsi, Resiko Jatuh

Abstrak
Epilepsy is a disorder of the central nervous system characterized by the emergence of epileptic seizures
with neurobiological, cognitive, psychological, and social impacts. According to WHO about 50 million
people worldwide suffer from epilepsy which is three times higher than in the treatment population.
(Goddess Nabila Takeshita, 2020). The purpose of this study was to explore/study nursing care with safety
and protection: The risk of falling with epilepsy. Research with case study method, the participant in this
case is one client who has epilepsy. The results of the case study according to the assessment found that the
client's complaints looked weak, decreased muscle strength had a history of seizures of < 5 seconds
duration, the implementation was carried out by raising the handrail of the patient's bed and locking the
wheel of the patient's bed, placing a yellow bracelet to identify the risk of falling. The conclusion of this
case study is the problem of falling risk in patients with the client's outcome criteria saying they already
understand the risk of falling. Suggestions for room nurses to further improve services such as providing
education and understanding to clients with security and protection disorders: the risk of falling in epilepsy.
Keywords : Nursing Care, epilepsy, risk of falling

PENDAHULUAN

Epilepsi merupakan gangguan pada klinis yang serupa dan berulang secara

sitem saraf pusat yang ditandai dengan paroksimal, yang disebabkan oleh

timbulnya bangkitan epileptik dengan hiperaktivitas listrik sekelompok sel

dampak neuorobiologik, kognitif, saraf di otak yang spontan dan bukan

psikologik, dan sosial. Epilepsi dapat disebabkan oleh suatu penyakit otak

didefinisikan sebagai kumpulan gejala akut ( H, Herpan Syafii, et al., 2017).

dan tanda-tanda klinis yang muncul


Epilepsi adalah penyakit kronis
disebabkan gangguan fungsi otak
yang menyerang orang-orang dari
secara intermiten, yang terjadi akibat
segala usia serta dapat menyebabkan
lepasnya muatan listrik abnormal atau
kematian. Secara teori epilepsi
berlebihan dari neuron secara
merupakan kelainan otak yang di
paroksismal dengan berbagai macam
tandai dengan kecendrungan untuk
etiologi. Sedangkan serangan atau
menimbulkan bangkitan epileptik yang
bangkitan epilepsi yang dikenal dengan
terus menerus, disertai gangguan
epileptic seizure adalah manifestasi
neurobiologis,kognitif,psikologis, dan
sosial. Dimana terjadi minimal 1 kali menunjukan epilepsi menyerang 70

bangkitan epileptik (terjadinya tanda juta jiwa dari penduduk dunia (Brodie

dan gejala yang abnormal dan et al., 2012 Dalam Chairunisa Ummi et

berlebihan di otak). Menurut WHO al, 2015 ). Angka kejadian epilepsi

sekitar 50 juta orang di seluruh dunia masih tinggi terutama di negara

menderita epilepsi adalah tiga kali berkembang yang mencapai 114

lebih tinggi dari pada populasi pertahun 100.000 penduduk pertahun.

pengobatan. (Dewi Nabila Takeshita, Angka tersebut tergolong tinggi jika

2020). dibandingkan dengan negara maju

dengan angka kejadian epilepsi


Angka kejadian epilepsi di amerika
berkisar antara 24 hingga 53 pertahun
serikat dan eropa berkisar 2% sampai
100.000 penduduk pertahun (Benerje
5% angka kejadian epilepsi di asia dua
& Sander, 2008 Dalam Chairunisa
kali lipat bila dibandingkan di eropa
Ummi et al, 2015).
dan di amerika. Kejadian epilepsi di

jepang berkisar 8,3% sampai 9,9% Dari data yang diperoleh masih

(Hasibuan Dede Khairina & Dimyati tingginya insiden kasus epilepsi

Yazid, 2020). masalah resiko jatuh pada epilepsi

adalah prioritas yang harus diatasi


Epilepsi menghimpun sekitar 1%
maka peneliti tertarik untuk
dari total beban semuah penyakit
mengangkat kasus resiko jatuh dengan
didunia (Wieser, 2000 Dalam
epilepsi dan membahas nya dalam
Chairunisa Ummi et al, 2015). Data
suatu Karya Tulis Ilmiah yaitu : “
World Health Organization (WHO
Asuhan keperawatan dengan keamanan
Dalam Chairunisa Ummi et al, 2015)
dan proteksi : Resiko jatuh pada Tn. R Sumber data yang digunakan dalam

dengan epilepsi diruang tulip RSUD penelitian ini adra 3 cara yaitu,

kabupaten Bekasi” wawancara, observasi dan studi

dokumentasi
METODE STUDI KASUS

a. Wawancara
Pada karya tulis ilmiah ini metode
Wawancara yang dilakukan antara
yang digunakan penulis adralah studi
lain :
kasus tentang Asuhan keperawatan
1. Menanyakan identitas
dengan keamanan dan proteksi : Resiko
2. Menanyakan keluhan utama
jatuh pada Tn. R dengan epilepsi
3. Menanyakan riwaayat penyakit
diruang tulip RSUD kabupaten Bekasi
sekarang, dahulu, dan riwayat
Subjek studi kasus dalam penelitian
keluarga
ini satu orang pasien Epilepsi yang
4. Menanayakan informasi tentang
mengalami gangguan kebutuhan dasar
klien kepada keluarga
nyeri akut di ruang shasta RSUD
b. Observasi
Kabupaten Bekasi. Frokus studi dalam
Observasi yang dilakukan yaitu
studri kasus ini adalah resiko jatuh
melakukan penilaian nyeri pada
pada Tn.R dengan epilepsi.
pasien, melakukan observasi

Studi kasus ini dilaksanakan diruang pemeriksaan fisik seperti observasi

rawat inap dewasa yaitu Ruang tulip tekanan darah, nadi, sespirasi dan

lantai 2, RSUD Kabupaten Bekasi, suhu, pemeriksaan fisik yang

pada tanggal 12 april 2021 sampai 14 dilakukan secara head to toe meliputi

april 2021.
teknik inpeksi, palpasi, perkusi, dan kerja dan ditemukan oleh rekan

auskultasi kerjanya saat hari selasa, lalu saat

c. Studi dokumentasi hari rabunya pasien mengalami 1x

Studi dokumentasi yang digunakan kejang lagi dengan durasi <13 detik.

yaitu dokumentasi rekam medik Pasien mengatakan lemas dan cemas,

pasien selama dirawat diruang Shasta pasien mengatakan nyeri karena

1 RSUD Kabupaten Bekasi. mengalami memar pada mata kaki

Penulis melakukan pengkajian dan lengan kiri, skala nyeri pasien 7,

terhadap Tn.R dan keluarga Tn.R Nadi : 90x/m, pasien tidak ada batuk,

lalu didapatkan saat dikaji klien tidak ada demam, tidak ada sesak,

mengatakan keluhan utama saat ini tidak ada kelemahan anggota gerak,

didapatkan alasan Tn. R bisa di bawa keluarga dan pasien mengatakan

ke RSUD yaitu karena mengeluh tidak tahu pasti tentang penyakitnya

kejang ± 2,5 jam sebelum masuk yang diderita pasien, Tn. R

masuk rumah sakit. Setelah sudah mengatakan untuk mengatasi

masuk rumah sakit dan berada di keluhan tersebut beliau dibawa ke

ruang rawat mengalami kejang 1x, rumah sakit oleh keluarganya.

durasinya <13 detik, setelah itu Sebelumnya Tn. R tidak

pasien langsung sadar. Keluarga pernah mengalami riwayat penyakit

pasien mengatakan suaminya apapun dan tidak pernah di rawat di

mengalami kejang 5 hari yang lalu rumah sakit. Sebelum sakit pasien

4x, durasinya <13 detik dan pasien mengatakan kehidupanya masi baik-

sempat jatuh 2x saat kejang ditempat baik saja tidak ada yang harus
dipikirkan, tinggi badan 172 cm. 2021 sampai 15 Mei 2021 dimulai

Berat badan pasien 65kg dan dari diagnosa yang paling prioritas

Mendapatkan terapi medis infuse yaitu gangguan resiko jatuh

Asering 500cc/24 jam, ranitidine berhubungan dengan riwayat jatuh

melalui IV 50mg, dan ondansentron dengan implementasi melakukan

4mg.. Hasil pemeriksaan Lab edukasi tentang pencegahan jatuh dan

Hematologi tanggal 12 Mei 2021 memastikan handrall pasien sudah

didapatkan leukosit 4,5 terpasang. Lalu diagnosa kedua yaitu

ribu/ul(normal : 5-10), hemoglobin nyeri akut berhubungan dengan agen

11,1 g/dl (normal : 12-14), hematokrit pencedera fisik (trauma) dengan

33,6 % (normal : 37-47), trombosit kriteria hasil nyeri teratasi dengan

210 ribu/ul (normal : 150-400). evaluasi akhir setelah 3 hari masalah

Dari data-data diatas yang teratasi sebagaian dengan ditandai

didapatkan penulis, penulis menarik skala nyerinya berkurang. Diagnosa

diagnosa yang muncul dimulai dari terakhir yaitu ansietas berhubungan

diagnosa paling prioritas yaitu, dengan kurang terpapar informasi

resiko jatuh berhubungan dengan dengan krietria hasil klien sudah

riwayat jatuh, nyeri akut berhubungan mengetahui tentang penyakit yang

dengan agen pencedera fisik dideritanya.

(trauma), dan Ansietas berhubungan PEMBAHASAN

dengan kurang terpapar informasi Berdasarkan pengelolaan

Implementasi dilakukan selama kasus yang telah dilakukan

tiga hari dimulai dari tanggal 12 Mei muncul beberapa hal yang perlu
untuk dibahasa sehubungan tahun memiliki
(pada riwayat
dengan adranya permasalahan
anak) jatuh
yang timbul dalam tinjauan teori,
b. Riwayat pada
pengangkatan diagnosa jatuh waktu
c. Penggun berada
keperawatan, rencana tindakan
aan alat ditempat
atau intervensi dan respon klien.
bantu kerja
1. Pengkajian berjalan klien
d. Penuruna pernah
Hasil pengkajian padra Tn.R n tingkat jatuh
yang dilakukan pada tanggal kesadara c. Klien
n tidak
13 april 2021 setelah
e. Lingkun memakai
dribandingkan dengan teori gan tidak alat bantu
adalah sebagai berikut : aman berjalan
(misal d. Klien
N Teori Kasus licin, mengala
o. gelap, mi
Tanda dan Gejala yang berhubungan lingkung penuruna
dengan Masalah Keperawatan an asing) n
1. Keluhan terkait Kasus gangguan f. Kekuatan kesadaran
masalah risiko jatuh otot sebentar
keperawatan berhubungan menurun pada saat
Risiko jatuh dengan riwayat g. Ganggua epilepsi
(SDKI,2016). jatuh. n terjadi.
a. Usia ≥65 a. Klien keseimba e. Lingkung
tahun berusia ngan an kerja
(pada 29 tahun klien juga
dewasa) b. Karena kurang
atau ≤2 klien aman
karena ≥65 tahun (pada dewasa), ≤2 tahun
klien (pada anak-anak). Menurut Prof. Dr.
bekerja di Koesmanto Setyonegoro dalam
toko Azizah (2016), lanjut usia
serabutan dikelompokan menjadi usia dewasa
dimana muda (elderly adulhood), 18 atau 25-
banyak 29 tahun, usia dewasa penuh (middle
barang- years) atau maturitas 25 atau 60-65
barang. tahun, lanjut usia (geriatric age) lebih
f. Kekuatan dari 65 tahun. Semakin bertambahnya
otot usia, akan terjadinya proses menua
menurun dimana kemampuan jaringan untuk
pada saat memperbaiki diri dan
terjadi mempertahankan fungsi normalnya
epilepsi semakin menghilang secara perlahan-
g. Klien lahan.
tidak b. Pada kasus ini klien memiliki riwayat
mengala jatuh pada waktu berada ditempat
mi kerja klien pernah jatuh. Jatuh
gangguan merupakan suatu yang umum yang
keseimba terjadi pada lansia atau orang sakit
ngan. atau orang cedera yang sedang lemah.
c. Pada kasus ini klien tidak memakai
alat bantu berjalan. Alat bantu jalan
Berdasarkan perbandingan dari data adalah alat yang digunakan pada
pengkajian diatas dapat disimpulkan bahwa : penderita yang mengalami penurunan

a. Gejala risiko jatuh yang ada dalam kekuatan otot pada anggota gerak.
teori tidak muncul pada Kasus Tn. R, Misal, penyakit degeneratif seperti

karena Tn. R berusia 29 tahun. osteoporosis, pascastroke, nyeri lutut


Menurut teori dalam SDKI PPNI, dan patah tulang (Djumhariyanto
2016 tanda gejala risiko jatuh berusia Dwi, 2020).
d. Pemeriksaan laboratorium leukosit, dapat menyebabkan cedera
hemoglobin, dan hematokrit,
fisik.Jatuh merupakan kondisi
trombosit, di bawah batas normal
dimana seseorang tidak sengaja
pada epilepsi. Pada kasus Tn.R
didapatkan hasil laboratorium yaitu tergeletak di lantai, tanah atau
leukosit : 9.2 rb/ul, hemoglobin : 15,4
tempat yang lebih rendah, hal
g/dl, hematokrit : 42 %, 373.
tersebut tidak termasuk orang
e. Epliepsi jika tidak di tangani dapat
menyebabkan beresiko menderita yang sengaja berpindah posisi
cedera atau patah tulang akibat
ketika tidur.
terjatuh saat kejang dan dapat
Resiko jatuh adalah sebuah
mengalami komplikasi seperti
epileptikus dan kematian yang keadaan yang tidak bias
mendadak
diperkirakan, dimana kondisi
f. Kesimbangan adalah kemampuan
lansia berada dibawah atau lantai
untuk mencapai dan mempertahakan
postur tubuh agar tetap tegak tanpa sengaja dengan ada atau
melawan gravitasi (duduk maupun
tanpa saksi. Resiko jatuh
berdiri) untuk mengatur seluruh
merupakan salah satu penyebab
keterampilan aktivitas motorik
(dalam Potter Perry, 2017). Pada utama dari keatian dan penyebab
kasus ini klien tidak mengalami
utama dari kematian dan cedera
gangguan keseimbangan.
pada populasi lanjut usia 20-30%
1. Diagnosa Keperawatan
dari lansia yang memiliki derajat
a) Resiko jatuh berhubungan dengan
kecacatan tinggi terkait jatuh akan
riwayat jatuh
kemunduran fisik aupun psikis,
Resiko jatuh (risk for fall)
sehingga di indonesia sendiri nilai
didefinisikan sebagai peningkatan

kemungkinan terjadi jatuh yang


rasio ketergantungan lansia individu. Beberapa kasus

sebanyak 12.7%. jatuh terjasi saat lansia sedang

Resiko jatuh di pengaruhi oleh menuju, menggunakan atau

faktor internal dan faktor kembali dari kamar mandi.

eksternal. Faktor internal adalah Perubahan status mental juga

faktor yang berasal dari dalam diri berhubungan dengan

seseorang, sedangkan faktor peningkatan insiden jatuh.

eksternal adalah faktor yang b) Faktor eksternal

berasal dari luar diri orang Faktor eksternal juga

tersebut misalnya dari lingkungan mengaruhi terjadinya jatuh.

sekitar. Jatuh umumnya terjadi pada

a) Faktor internal minggu pertama

Faktor internalyang dapat hospitallisasi, yang

mengakibatkan insiden jatuh menunjukan bahwa

termasuk proses penuaan dan mengenali lingkungan sekitar

beberapa kondisi penyakit, dapat mengurangi

termasuk penyakit jantung, kecelakaan.Obat merupakan

stroke dan gangguan agen eksternal yang diberikan

artopedik serta kepada lansia dan dapat

neurologic.Faktor digolongkan sebagai faktor

internaldikaitkan dengan resiko eksternal. Obat yang

insiden jatuh pada lansia mempengaruhi kadiovaskuler

adalah kebutuhan eliminasi dan system saraf pusat


meningkatkan resiko merupakan faktor ekstrinsik

terjadinya jatuh, biasanya terjadinya jatuh.

akibat kemungkinan hipotensi Peneliti menegakan

atau karena mengakibatkan masalah keperawatan Resiko

perubahan status, emtal. jatuh berhubungan dengan

Laksatif juga berpengaruh riwayat jatuh berdasarkan

terhadap inseden data yang di temukan pada

jatuh.Individu yang Tn.R yaitu karena mengeluh

mengalami hambatan kejang ± 2,5 jam sebelum

mobilitas fisik cenderung masuk masuk rumah sakit.

menggunakan alat bantu Setelah sudah masuk rumah

gerak seperti kursi roda, sakit dan berada di ruang

tongkat tunggal, tongkat kaki rawat mengalami kejang 1x,

empat dan welker. Pasien durasinya <13 detik, setelah

yang menggunakan alat bantu itu pasien langsung sadar.

lebih mungkin jatuh Keluarga pasien mengatakan

dibandingkan dengan suaminya mengalami kejang

pasienyang tidak 5 hari yang lalu 4x, durasinya

menggunakan alat bantu. <13 detik dan pasien sempat

Penggunaan restrain jatuh 2x saat kejang ditempat

mengakibatkan kelemahan kerja. Peneliti

otot dan konfusi, yang memprioritaskan Resiko jatuh

menjadi masalah keperawatan


yang utama pada pasien pegangan tangan saat terjadi resiko

epilepsi salah satu faktor jatuh atau saat dibutuhkan.

resiko pasien dengan epilepsi


Intervensi yang digunakan
yaitu mempunyai riwayat
penulis difokuskan salah satunya
jatuh saat kejang. Resiko jatuh
yaitu menegedukasi mencegah
jika tidak ditangani dapat
terjadinya jatuh. Menurut Dewi
menyebabkan cedera fisik.
dalam (2012) dalam Noprianty
3) Intervensi Keperawatan
(2017), kejadian jatuh tersebut tidak

Diagnosa keperawatan : Resiko mengakibatkan cedera berat atau

jatuh berhubungan dengan riwayat jatuh kematian tetapi kejadian tersebut

merupakan insiden keselamatan


Penulis mencantumkan diagnosa
pasien yaitu kejadian tidak cedera dan
keperawatan Resiko jatuh
kejadian tidak diharapkan. Hal
berhubungan dengan riwayat jatuh
tersebut merupakan suatu masalah
dengan intervensi yang digunakan
karena dalam indikator mutu
penulis difokuskan salah satunya
seharusnya tidak ada kejadian pasien
yaitu tujuan setelah dilakukan
jatuh, dengan stndar 100% tidak ada
tindakan keperawatan selama 3 x 24
kejadian jatuh.
jam klien mengetahui cara bagaimana
1) Implementasi Keperawatan
menghindarkan resiko jatuh
a. Diagnosa keperawatan : Resiko
tersebut,menciptakan lingkungan
jatuh berhubungan dengan riwayat
yang aman untuk klien, mendeskripsi
jatuh
ukuran untuk mencegah terjadinya

jatuh,klien dapat menggunakan


Implementasi rangkaian tindakan

keperawatan dilakukan berdasarkan dimana

selama 3 hari dimulai dari didalamnya terdapat

tanggal 13april 2021 Evident Based Nursing

sampai tanggal 16 april yang telah terbukti

2021, dimana mampu menangani

implementasi masalah pasien yakni

keperawatan yang sudah melalui tindakan

berjalan sesuai dengan observasi, terapeutik,

intervensi yang dipilih, edukasi maupun

sudah dilaksanakan kolaborasi dengan profesi

sepenuhnya dalam medik atau kesehatan

tindakan terapeutik lainnya (Perry dan Potter,

penulis memfokuskan 2002 dalam Gobel 2017).

untuk mengambil Dibuktikan oleh

tindakan edukasi untuk penelitian Oktaviani

mengurangi pencegahan Riska (2016) dalam

resiko jatuh. Perawat Dwinki (2017), tindakan

berperan penting dalam yang sangat terbukti

menangani masalah berpengaruh untuk

keperawatan dengan mencegah terjadinya

meggunakan pendekatan pasien jatuh, yaitu dengan

proses keperawatan menumbuhkan budaya


pelaporan dan belajar dari mengatasi resiko jatuh

insiden yang terjadi. Cara selanjutnya dapat dengan

menumbuhkan budaya membangun komitmen

pelaporan terkait insiden dan focus terhadap

pasien jatuh dapat keselamatan pasien.

dilakukan dengan cara 2) Evaluasi Keperawatan

menekankan kepada a) Diagnosa keperawatan :

kesadaran setiap petugas Resiko jatuh berhubungan

kesehatan akan standr dengan riwayat jatuh

keselamatan pasien Evaluasi keperawatan yang

(SKP). Untuk dilakukan mulai pada

memecahkan kasusu tanggal 15 april 2021

dapat dilakukan dengan sampai tanggal 17 april

problem solving dan juga 2021 diperoleh yaitu

dari hasil investigasi mengedukasi pemahaman

sederhana. Edukasi atas bagaimana

pasien dan keluarga menghindari resiko jatuh

mengenai resiko jatuh yaitu dengan cara

untuk membantu petugas memberikan edukasi

kesehatan menangani mengenai pemahaman

insiden tersebut. Lalu terhadap lingkungan yang

dilakukan asesment aman untuk klien, dan yang

keselamatan pasien untuk kedua mengedukasi tentang


pemahaman cara riwayat jatuh sudah

menghindarkan resiko teratasi.

jatuh, yang ketiga yaitu


KESIMPULAN
dengan menjelaskan
Berdasarkan apa yang penulis
menggunakan pegangan
dapatkan dalam laporan studi kasus
tangan jika terjadi resiko
pembahasan pada Asuhan Keperawatan
jatuh pada saat yang
Dengan Keamanan Dan Proteksi : Resiko
dibutuhkan. setelah
Jatuh Pada Tn.R Dengan Epilepsi Diruang
mengedukasi pemahaman
Tulip RSUD Kabupaten Bekasi maka penulis
tersebut klien memahami
mengambil kesimpulan :
atas penjelasan terhadap

perawat. 1. Pengkajian

Evaluasi hasil dari Dari pengkajian Tn.R di

studi kasus Asuhan dapatkan keluhan utama dan

Keperawatan Dengan tanda gejala yang muncul sesuai

Keamanan Dan Proteksi : dengan tanda gejala pada

Resiko Jatuh Pada Tn.R penderita penyakit Epilepsi.

Dengan Epilepsi Diruang 2. Diagnosa

Tulip RSUD Kabupaten Diagnosa yang didapat dari

Bekasi yang diberikan keluhan klien, peneliti

selama 3 hari masalah merumuskan diagnosa prioritas

keperawatan resiko jatuh yaitu Resiko jatuh berhubungan

berhubungan dengan dengan Riwayat jatuh

3. Intervensi
Intervensi keperawatan yang misalnya lantai licin

dilakukan untuk Tn.R yaitu : dokumentasi hasil pemantauan


menciptakan lingkungan yang 5. Evaluasi
aman untuk klien, klien dan istri Evaluasi keperawatan pada Tn.R
klien mengetahui cara didapatkan pada hari pertama
menghindarkan resiko jatuh klien mengatakan memahami
tersebut, klien dapat atas bagaimana menghindari
menggunakan pegangan tangan resiko jatuh terhadap lingkungan
jika terjadi resiko yang aman untuk klien, dan hari
jatuh/dibutuhkan, deskripsi kedua klien memahami tentang
ukuran untuk mencegah pemahaman cara menghindarkan
terjadinya jatuh. resiko jatuh, hari ketiga yaitu

klien sudah memahami cara


4. Implementasi menggunakan pegangan tangan
Implementasi keperawatan pada jika terjadi resiko jatuh pada saat
Tn.R yaitu implementasi yang dibutuhkan. Dengan
dilakukan sesuai intervensi yaitu demikian intervensi dan
: identifikasi riwayat jatuh, implementasi yang sudah

identifikasi faktor yang dilakukan selama tiga hari

memengaruhi jatuh, didapatkan evaluasi dengan

identifikasi karakterisitik masalah resiko jatuh sudah tahap

lingkungan yang dapat masalah teratasi.

DAFTAR PUSTAKA
meningkatkan potensi jatuh
Anggraeni,D.,Saryono.2013. Metodelogi Tarwoto, (2013). Keperawatan Medikal
Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Bedah Gangguan Sistem
dalam Bidang Kesehatan. Persyarafan. Jakarta : CV Sagung
Yogyakarta: Nuha Medika. Seto

Batticaca, Fransisca, B. (2016). Asuhan Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar
Keperawatan Klien Dengan Intervensi Keperawatan Indonesia
Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta (Ed.1). Jakarta : Dewan Pengurus
: Salemba Medika Pusat PPNI

Gobel, M. G. S., Mulyadi, N., & Malara, R.


(2017). Hubungan perawat sebagai
care giver dengan tingkat kepuasan
pasien di Instalasi Gawat
Darurat.Jurnal Keperawatan
UNSRAT, 4(2).

Ismael, Sofyan, dkk (2016). Rekomendasi Ardilla, Y., Tjandrasa, H., & Arieshanti, I.
Penatalaksanaan Status Epilepsi.
Jakarta : Penerbit Ikatan Dokter Anak (2014). Deteksi Penyakit Epilepsi
Indonesia
dengan Menggunakan Multilayer
Lemone, Priscilla., dkk (2016). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Perceptron. Jurnal Teknik POMITS,
Gangguan Neurology. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC 3(1), 1–5.

Masriadi H,(2016). Epidemologi Penyakit https://www.neliti.com/id/publications/


Tidak Menular. Jakarta : CV Trans
Info Media 159784/deteksi-penyakit-epilepsi-

Nayarana. (2016). Konsep penyakit tidak dengan-menggunakan-entropi-


menular. Yogyakarta: Medication
Publishing . permutasi-k-means-clusterin

Nuarif, Amin Huda., dkk (2015). Aplikasi Chairunnisa, U., Fitriany, J., & Sawitri, H.
Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis Dan NANDA. (2015). UMUM DAERAH RUMAH
Jogjakarta : Mediaction Publishing
Jogjakarta SAKIT UMUM CUT MEUTIA ACEH

PPNI (2017). Standar Diagnosis UTARA TAHUN 2015 Correlation the


Keperawatan Indonesia : Definisi
dan Indikator Diagnstik. Edisi 1. history of febrile seizure with the
Jakarta : DPD PPNI
occurrence of epilepsy among children
at BLUD RSU Cut Meutia Aceh Utara Kognitif Pasien Epilepsi di RSJ Mutiara

in 2015 Abstract. Sukma Treatment Pattern and Cognitive

https://ojs.unimal.ac.id/index.php/averr Function in Epilepsy Patients in Mutiara

ous/article/view/439 Sukma Mental Hospital. Jurnal

Dewi, N. T. (2020). Pengaruh Pemberian Kedokteran Brawijaya, 29(4), 336.

Cannabinoid Pada Epilepsi Yang https://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/articl

Resisten Terhadap Pengobatan. 02(01). e/view/1924

file:///C:/Users/asus/AppData/Local/Te Hasibuan, D. K., & Dimyati, Y. (2020).

mp/91-Article Text-312-1-10- Kejang Demam sebagai Faktor

20201003.pdf Predisposisi Epilepsi pada Anak. 47(9),

Ernawati, I., & Islamiyah, W. R. (2019). UJI 668–672.

VALIDITAS DAN RELIABILITAS http://www.cdkjournal.com/index.php/

KUESIONER KEPATUHAN MGLS CDK/article/view/1191

(MORISKY, GREEN, LEVINE Lawe, Y. T. (2018). KELUARGA DENGAN

ADHERENCE SCALE) VERSI PENYAKIT EPILEPSI DI

BAHASA INDONESIA TERHADAP KECAMATAN DEMON PAGONG.

PASIEN EPILEPSI. Jurnal Ilmiah Ibnu https://doi.org/10.31219/osf.io/8svwc/

Sina, 4(2), 452–459. http://e- Oktaviani, R. D. (2020). EDUKASI

jurnal.stikes- PERAWAT TERHADAP SASARAN

isfi.ac.id/index.php/JIIS/article/view/33 KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH

0 SAKIT AGAR TERCIPTANYA

Harahap, H. S., Indrayana, Y., & Amalia, E. PELAKSANAAN TINDAKAN YANG

(2017). Pola Pengobatan dan Fungsi TEPAT.


Tampubolon, T. R. (2015). PERAN

PERAWAT DALAM MENANGANI

PASIEN DENGAN RESIKO JATUH.

https://doi.org/10.31219/osf.io/8svwc/

Anda mungkin juga menyukai