Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

SOLUSIO PLASENTA

Disusun oleh :
Kelompok V

1. Deibi Lamansiang

(1814201042)

2. Dina E Majampoh (1814201036)

3. Meice T Sidabariba (1814201061)

4. Meilan Sofyan (1714201296)

5. Elizabeth Kapantaow (1814201174)

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO

FAKULTAS KEPERAWATAN

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan anugrahnya
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah yang telah kami buat tentang SOLUSIO PLASENTA ini guna untuk memenuhi
tugas dari Askep kegawatdaruratan II . Makalah yang kami buat ini jauh dari kesempurnaan ,
untuk itu apabila ditemukan kesalahan mohon dimaafkan.

Harapan kami semoga pembaca dapat mengerti tentang SOLUSIO PLASENTA sehingga
kita semua selalu dalam keadaan sehat.

Atas perhatian dari kita semua, kami ucapkan terima kasih.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
C. RUMUSAN MASALAH

BAB II TUJUAN PUSTAKA

A. KONSEP SOLUSIO PLASENTA


1. Definisi
2. Klasifikasi
3. Etiologi
4. Patofisiologi
5. Pengobatan
6. Gambaran Klinis
7. Komplikasi
8. Pencegahan

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Solusio plasenta adalah komplikasi kehamilan di mana plasenta terlepas dari

dinding rahim bagian dalam sebelum proses persalinan. Lepasnya plasenta ini dapat

menyebabkan pasokan nutrisi dan oksigen pada bayi dapat menurun atau terhambat.

Plasenta berfungsi menyalurkan nutrisi dan oksigen ke bayi, serta membuang

limbah metabolisme dari tubuh bayi. Plasenta melekat pada dinding rahim. Organ yang

sering disebut sebagai ari-ari ini juga terhubung dengan bayi melalui tali pusat.

Solusio plasenta termasuk kondisi yang berbahaya. Selain menghambat pasokan

nutrisi dan oksigen, kondisi ini juga dapat menyebabkan ibu mengalami perdarahan

hebat. Solusio plasenta menyebabkan banyak kematian pada ibu atau bayi.

Solusio plasenta sering kali terjadi secara tiba-tiba. Pada banyak kasus, lepasnya

plasenta ini kerap terjadi pada trimester ketiga kehamilan atau beberapa minggu

menjelang waktu persalinan tiba.

2. Apa saja klasifikasi solusio


plasenta?
3. Bagaimana etiologi dari
solusio plasenta ?
4. Apa saja patofisiologi dari
solusio plasenta ?
5. Bagamana gambaran klinis
dari solusio plasenta ?
6. Apa saja diagnosis untuk
pasien dengan solusio plasenta ?
7. Apa saja komplikasi dari
solusio plasenta ?

2. Apa saja klasifikasi solusio


plasenta?
3. Bagaimana etiologi dari
solusio plasenta ?
4. Apa saja patofisiologi dari
solusio plasenta ?
5. Bagamana gambaran klinis
dari solusio plasenta ?
6. Apa saja diagnosis untuk
pasien dengan solusio plasenta ?
7. Apa saja komplikasi dari
solusio plasenta ?
B. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi solusio plasenta.

2. Untuk mengetahui klasifikasi dari solusio plasenta.

3. Untuk mengetahui etiologi dan solusio plasenta.

4. Untuk mengetahui patofisiologi dari solusio plasenta.

5. Untuk mengetahui Pengobatan Solisuo Plasenta ?

6. Untuk mengetahui gambaran klinis dari solusio plasenta.?

7. Untuk mengetahui komplikasi dari solusio plasenta.?

8. Untuk mengetahui pencegahan solusio plasenta.?

C. Rumusan Masalah
1. Apa definisi solusio plasenta ?

2. Apa saja klasifikasi solusio plasenta?

3. Bagaimana etiologi dari solusio plasenta ?

4. Apa saja patofisiologi dari solusio plasenta ?

5. Bagaimana Pengobatan Solisuo Plasenta ?

6. Bagaimana gambaran klinis dari solusio plasenta ?

7. Apa saja komplikasi dari solusio plasenta ?

8. Apa saja pencegahan dari solusio plasenta.?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Solusio plasenta

1. Definisi

Solusio plasenta adalah komplikasi kehamilan di mana plasenta terlepas dari

dinding rahim bagian dalam sebelum proses persalinan. Lepasnya plasenta ini dapat

menyebabkan pasokan nutrisi dan oksigen pada bayi dapat menurun atau terhambat.
Plasenta berfungsi menyalurkan nutrisi dan oksigen ke bayi, serta membuang

limbah metabolisme dari tubuh bayi. Plasenta melekat pada dinding rahim. Organ

yang sering disebut sebagai ari-ari ini juga terhubung dengan bayi melalui tali pusat.

Solusio plasenta termasuk kondisi yang berbahaya. Selain menghambat pasokan

nutrisi dan oksigen, kondisi ini juga dapat menyebabkan ibu mengalami perdarahan

hebat. Solusio plasenta menyebabkan banyak kematian pada ibu atau bayi.

Solusio plasenta sering kali terjadi secara tiba-tiba. Pada banyak kasus, lepasnya

plasenta ini kerap terjadi pada trimester ketiga kehamilan atau beberapa minggu

menjelang waktu persalinan tiba.

B. Klasifikasi Solusio Plasenta

a. Trijatmo Rachimhadhi membagi solusio plasenta menurut derajat pelepasan

plasenta :

1. Solusio plasenta totalis, plasenta terlepas seluruhnya.

2. Solusio plasenta partialis, plasenta terlepas sebagian.

3. Ruptura sinus marginalis, sebagian kecil pinggir plasenta yang terlepas.

b. Pritchard JA membagi solusio plasenta menurut bentuk perdarahan :

1. Solusio plasenta dengan perdarahan keluar

2. Solusio plasenta
dengan perdarahan
tersembunyi, yang
membentuk
hematoma retroplacenter
3. Solusio plasenta yang
perdarahannya masuk ke
dalam kantong amnion .
c. Cunningham dan Gasong
masing-masing dalam
bukunya mengklasifikasikan
solusio plasenta menurut
tingkat gejala klinisnya,
yaitu :
1. Ringan : perdarahan
kurang 100-200 cc, uterus
tidak tegang, belum ada
tanda renjatan, janin hidup,
pelepasan plasenta kurang
1/6 bagian permukaan,
kadar fibrinogen plasma
lebih 150 mg%.
2. Sedang : Perdarahan
lebih 200 cc, uterus
tegang, terdapat tanda
pre
renjatan, gawat janin atau
janin telah mati, pelepasan
plasenta 1/4-2/3 bagian
permukaan, kadar fibrinogen
plasma 120-150 mg%.
3. Berat : Uterus tegang
dan berkontraksi tetanik,
terdapat tanda renjatan,
janin mati, pelepasan
plasenta dapat terjadi lebih
2/3 bagian atau keseluruhan
2. Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, yang membentuk

hematoma retroplacenter

3. Solusio plasenta yang perdarahannya masuk ke dalam kantong amnion .

c. Cunningham dan Gasong masing-masing dalam bukunya mengklasifikasikan

solusio plasenta menurut tingkat gejala klinisnya, yaitu :

1. Ringan : perdarahan kurang 100-200 cc, uterus tidak tegang, belum ada

tanda renjatan, janin hidup, pelepasan plasenta kurang 1/6 bagian permukaan,

kadar fibrinogen plasma lebih 150 mg%.

2. Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda pre

renjatan, gawat janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta 1/4-2/3 bagian

permukaan, kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%.

3. Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan,

janin mati, pelepasan plasenta dapat terjadi lebih 2/3 bagian atau keseluruhan
C.Etiologi Solusio Plasenta

Hingga saat ini, penyebab pasti terjadinya solusio plasenta belum diketahui. Namun,

ada beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko wanita hamil mengalami solusio

plasenta

 Tekanan darah tinggi selama kehamilan yang memicu preeklampsia maupun eklampsia.

 Trauma atau cedera pada bagian perut ibu, seperti kecelakaan, terjatuh, dsb)

 Kebiasaan merokok

 Konsumsi alkohol dan minuman keras.

 Menggunakan kokain selama masa kehamilan.

 Mengalami chorioamnionitis (infeksi pada kantung dan cairan ketuban).

 Ketuban pecah dini

 Pernah menderita solusio plasenta pada kehamilan sebelumnya, yang buka disebabkan

oleh trauma.

 Ketuban pecah dini, yang menyebabkan kebocoran cairan ketuban sebelum masa

kehamilan berakhir.

 Ketuban pecah terlambat (prolonged rupture of membranes); yang berlangsung lebih dari

18-24 jam sebelum melahirkan.

 Memiliki penyakit kencing manis (diabetes).


 Usia di atas 40 saat hamil atau lebih muda daripada 20 tahun.

 Sedang mengandung lebih dari satu bayi (mengandung bayi kembar).

D. Patofisiologi Solusio plasenta

diawali dengan terjadinya perdarahan kedalam desidua basalis. Desidua terkelupas

dan tersisa sebuah lapisan tipis yang melekat pada miometrium.

Hematoma pada desidua akan menyebabkan separasi dan plasenta tertekan

olehhematoma desidua yang terjadi.

Pada awalnya kejadian ini tak memberikan gejala apapun. Namun beberapa saat

kemudian, arteri spiralis desidua pecah sehingga menyebabkan terjadinya

hematoma retroplasenta yang menjadi semakin bertambah luas.

Daerah plasenta yang terkelupas menjadi semakin luas sampai mendekati tepi

plasenta.Oleh karena didalam uterus masih terdapat produk konsepsi maka uterus

tak mampu berkontraksi untuk menekan pembuluh yang pecah tersebut.

Darah dapat merembes ke pinggiran membran dan keluar dari uterus maka

terjadilahperdarahan yang keluar ( revealed hemorrhage).

E. Pengobatan  Solusio Plasenta

Penanganan  solusio plasenta tergantung pada kondisi janin dan ibu hamil, usia

kehamilan, dan tingkat keparahan solusio plasenta. Plasenta yang sudah terlepas dari
dinding rahim tidak bisa ditempelkan kembali. Pengobatan lebih bertujuan untuk

menyelamatkan nyawa ibu hamil dan janin yang dikandungnya.

Jika abruptio plasenta atau solusio plasenta terjadi saat kehamilan belum mencapai 34

minggu, dokter kandungan akan meminta ibu hamil dirawat di rumah sakit agar kondisinya

bisa diamati secara saksama. Jika detak jantung janin normal dan perdarahan pada ibu

hamil berhenti, berarti solusio plasenta tidak terlalu parah dan ibu hamil bisa pulang.

Meski demikian, dokter kandungan umumnya akan memberikan

suntikan kortikosteroid untuk mempercepat pertumbuhan paru-paru janin. Hal ini

dilakukan sebagai antisipasi jika kondisi lepasnya plasenta memburuk, sehingga persalinan

harus segera dilakukan meski belum memasuki waktunya.

Jika solusio plasenta terjadi saat usia kehamilan sudah lebih dari 34 minggu, dokter

akan mengupayakan proses persalinan yang tidak membahayakan ibu dan bayi. Jika

solusio plasenta tidak parah, ibu hamil masih dapat melahirkan normal. Namun jika tidak

memungkinkan, dokter kandungan akan melakukan operasi caesar.

F. Gambaran Klinis

1. Solusio Plasenta Ringan

Solusio plasenta ringan ini disebut juga ruptura sinus marginalis, dimana

terdapat pelepasan sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak

Apabila terjadi perdarahan pervaginam, warnanya akan kehitam-hitaman dan

sedikit sakit. Perut terasa agak sakit, atau terasa agak tegang yang sifatnya
terus menerus. Walaupun demikian, bagian-bagian janin masih mudah diraba.

Uterus yang agak tegang ini harus selalu diawasi, karena dapat saja menjadi

semakin tegang karena perdarahan yang berlangsung.

Apabila terjadi perdarahan pervaginam, warnanya akan kehitam-hitaman dan

sedikit sakit. Perut terasa agak sakit, atau terasa agak tegang yang sifatnya

terus menerus. Walaupun demikian, bagian-bagian janin masih mudah diraba.

Uterus yang agak tegang ini harus selalu diawasi, karena dapat saja menjadi

semakin tegang karena perdarahan yang berlangsung.

2. Solusio Plasenta Sedang

Dalam hal ini plasenta terlepas lebih dari 1/4bagian, tetapi belum 2/3 luas

permukaan Tanda dan gejala dapat timbul perlahan-lahan seperti solusio

plasenta ringan, tetapi dapat juga secara mendadak dengan gejala sakit perut

terus menerus, yang tidak lama kemudian disusul dengan perdarahan

pervaginam. Walaupun perdarahan pervaginam dapat sedikit, tetapi

perdarahan sebenarnya mungkin telah mencapai 1000 ml. Ibu mungkin telah

jatuh ke dalam syok, demikian pula janinnya yang jika masih hidup mungkin

telah berada dalam keadaan gawat. Dinding uterus teraba tegang terus-
menerus dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin sukar untuk diraba.

Jika janin masih hidup, bunyi jantung sukar didengar. Kelainan pembekuan

darah dan kelainan ginjal mungkin telah terjadi,walaupun hal tersebut lebih

sering terjadi pada solusio plasenta berat.

3. Solusio Plasenta Berat

Plasenta telah terlepas lebih dari 2/3 permukaannnya. Terjadi sangat tiba-

tiba.Biasanya ibu telah jatuh dalam keadaan syok dan janinnya telah meninggal.Uterus

sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri. Perdarahan pervaginam tampak tidak

sesuai dengan keadaan syok ibu, terkadang perdarahan pervaginam mungkin saja

belum sempat terjadi. Pada keadaan-keadaan di atasbesar kemungkinan telah terjadi

kelainan pada pembekuan darah dan kelainan/gangguan fungsi ginjal.

G. Komplikasi

Komplikasi solusio plasenta pada ibu dan janin tergantung dari luasnya

plasenta yang terlepas, usia kehamilan dan lainya solusio plasenta

berlangsung. Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu :

1. Syok hemoragik

2. Gagal ginjal. Ginjal merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada

penderita solusio plasenta dan pada dasarnya disebabkan oleh keadaan

hipovolemia karena perdarahan yang terjadi biasanya terjadi nekrosis


tubuli ginjal yang mendadakn yang umumnya masih di tolong dengan.

penanganan yan baik. Perfusi ginjal akan terganggu karena syok dan

pembekuan intravaskuler. Ologuri dan protenuri akan terjadi akibat

nekrosis tubuli dan nekrosis korteks ginjal mendadak. Oleh karena itu

oliguria hanya dapat diketahhui dengan pengukuran pengeluaran urin yang

harus secara rutin dilakukan pada solusio plasenta berat hipovolemia,

secepat mungkin menyelesaikan persalinan dan mengatasi pembekuan

darah.

3. Kelainan pembekuan darah. Kelainan pembekuan darah pada solusio

plasenta biasanya disebabkan oleh hipofibrinogenemia.

4. Apoplexia Uteroplacenta ( Uterus Couvelaire)

Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim

dan di bawah perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum.

Perdarahan ini menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna

uterus berubah menjadi biruatau ungu yang biasa

disebut Uterus couvelaire.

Komplikasi yang dapat terjadi pada janin :


1. Fetal distress

2. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan

3. Hipoksia dan anemia

4. Kematian

H. Pencegahan Solusio Plasenta

Solusio plasenta atau abruptio plasenta tidak dapat dicegah. Kendati demikian, ada

beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko dan mengantisipasi lepasnya

plasenta. Upaya tersebut antara lain:

 Tidak merokok dan tidak mengonsumsi narkoba, terutama saat hamil.

 Menghindari aktivitas fisik berat saat hamil.

 Rutin memeriksakan diri ke dokter kandungan selama hamil, apalagi jika hamil

di atas usia 40 tahun.

 Mengonsumsi makanan dengan kandungan gizi yang seimbang.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan

maternal plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua

endometrium sebelum waktunya yakni sebelum anak lahir. Terdapat faktor-faktor lain

yang ikut memegang peranan penting yaitu kekurangan gizi, anemia,paritas tinggi,

dan usia lanjut pada ibu hamil.


DAFTAR PUSTAKA

 Aladokter.com

Anda mungkin juga menyukai