Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


TRAUMA ABDOMEN

Oleh Kelompok V

Neli Nilce Talasi / 1714201117

Chetlin Magawe / 1714201190

Wahyuni Tidore / 1714201196

Rahel T. Lampeang / 1814201064

Jeninda Telenggen / 1714201096

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA

MANADO

2021
TRAUMA ABDOMEN

A. KONSEP PENYAKIT
1. DEINISI
Trauma adalah penyebab kematian ketiga di Amerika serikat setelah
aterosklerosis dan kanker. Trauma adalah cedera fisik dan psikis,
kekerasan yang mengakibatkan cedera. Ada banyak sekali macam trauma
sesuai dengan dengan jenis yang terjadi pada tubuh kita. Salah satu trauma
adalah trauma abdomen.

Trauma abdomen adalah trauma/cedera yang mengenai daerah


abdomen yang menyebabkan \ timbulnya gangguan / kerusakan pada organ
yang ada di dalamnya.

Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ


abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi
gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai
organ (Yudhautama, 2013).

2. KLASIFIKASI

Trauma abdomen ada dua macam, yaitu : penetrasi dan non penetrasi.
1) Trauma tumpul (non penetrasi)
Trauma tumpul abdomen adalah suatu trauma pada abdomen oleh
karena benda tumpul yang didasarkan hasil autoanamnesa atau
alloanamnesa baik adanya jejas maupun tanpa jejas, tetapi didapatkan
adanya tanda tanda klinis berupa rasa ketidak nyamanan sampai
rasa nyeri dibagian abdomen oleh karena perlukaan atau
kerusakan organ bagian dalam.

2) Trauma tembus (penetrasi).


Trauma tembus abdomen (luka tembak, luka tusuk) bersifat serius
dan biasanya memerlukan pembedahan. &ada cedera tembus, factor
yang paling penting adalah kecepatan peluru masuk ke dalam
tubuh. & peluru kecepatan tinggi membuat kerusakan jaringan
yang sangat luas. Hamper semua luka tembak memerluka bedah
eksplorasi. uka tusuk mungkin lebih ditangani secara
konser)atif. Trauma tembus abdominal menimbulkan insiden yang
tinggi dari luka terhadap organ beruang, terutama usus halus. Hati
adalah organ padat yang paling sering cedera (Brunner & Suddarth
2001).
Trauma pada dinding abdomen terdiri dari kontusio dan laserasi :

1) Kontusio dinding abdomen di sebabkan trauma non-penetrasi. Kontusio


dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan
terjadi eksimoasis atau penimbunan darah dalam jaringan lunak dan
masa darah dapat merupai tumor.

2) Leserasi, jika tempat luka pada dinding abdomen yang menembus


rongga abdomen yang harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma
penetrasi.

3. ETIOLOGI
Penyebab trauma abdomen berdasarkan klasifikasinya.
1) Penyebab trauma tumpul abdomen.
a. Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
b. Hancur tertabrak mobil
c. Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
d. Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga

Pasien dengan trauma tumpul adalah suatu tantangan karena adanya


potensi cedera yang tersembunyi yang mungkin sulit dideteksi.. insiden
komplikasi berkaitan dengan trauma yang penanganannya terlambat lebih

besar dari insiden yang berhubungan dari luka tusuk. Khususnya cedera
tumpul yang mengenai hati, limpa, ginjal, atau pembuluhdarah, yang dapat
menimbulkan kehilangan darah substansial kedalam orgam perineum
(Brunner & Suddarth, 2001).
2) Penyebab truma tembus abdomen.
a. Luka akibat terkena tembakan
b. Luka akibat tikaman benda tajam
c. Luka akibat tusukan

4. PATOFISIOLOGI
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat
kecelakaan lalulintas, penganiayaan, kecelakaan olah raga dan terjatuh dari
ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara
faktor - faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat
trauma yang terjadi berhubungan dengan kemampuan obyek statis (yang
ditubruk) untuk menahan tubuh. &ada tempat benturan karena terjadinya
perbedaan pergerakan dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi
jaringan.
Hal ini juga karakteristik dari permukaan yang menghentikan tubuh
juga penting. Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan )iskositas dari
jaringan tubuh. 0lastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada
keadaan yang sebelumnya. 1iskositas adalah kemampuan jaringan untuk
menjaga bentuk aslinya walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan
benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut..
Beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya
yang ada akan dapat mele2ati ketahanan jaringan. Komponen lain yang
harus dipertimbangkan dalam beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif
terhadap permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi cidera organ intra
abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme :
− Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh
gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang
letaknya tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ
padat maupun organ berongga.
− Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior
dan )ertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.
− Terjadi gaya akselerasi  deselerasi secara mendadak dapat
menyebabkan gaya robek pada organ dan pedikel )askuler.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas

Nama : Tn, W.S

Umur: 34 tahun

Agama: Islam

Pekerjaan: Swasta

Alamat: Surabaya

2. Keluhan Utama
Tn, W.S mengeluh nyeri perut bagian kiri dan merasa sesak napas.
3. Riwayat penyakit sekarang
Tn, W.S mengeluh nyeri perut bagian kiri dan merasa sesak napas. Pada saat
pengkajian Tn, W.S mengatakan bahwa klien 1 jam yang lalu mengalami
kecelakaan ketika mengendarai sepeda motornya. Tn W.S menabrak gerobak
yang menyebrang lalu jatuh dengan posisi perut kiri membentur aspal, setelah
kecelakan Tn, W.S bisa pulang sendiri tapi saat beberpa kemudian klien
merasa perutnya kembung dan merasa sesak napas.
4. Riwayat penyakit dahulu
Tn, W.S tidak memilliki riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
Tn, W. S tidak memiliki riwayat penyakit keluarga
6. Pemeriksaan fisik
B1 (Breath): Klien terlihat sesak napas, RR 24 x/mnt
B2 (Blood): TD 120/80 mmHg, Nadi 100 x/ mnt
B3 (Brain): compos metis
B4 (Blader): Abdomen klien terlihat memar,nyeri pada abdomen
B5 (Bowel): Tidak ada distensi kandung kemih
B6 (Bone): Ekstermitas dapat digerakan
B. ANALISA DATA

N Data Etiologi Masalah


o

1. DS - Perut kiri membentur - Pola nafas tidak


• Tn, W.S aspal efektif
mengeluh - Trauma tumpul
sesak napas - Kompresi organ abdomen
- Perdarahan intra
Do abdomen
• Tn, W.S - Organ intra abdomen
terlihat sesak bengkak
napas - Kopresi diafragma
• RR 24 x/menit - Ekspansi paru tidak
maksimal

Pola nafas tidak efektif

2. Ds - Perut kiri membentur - Nyeri akut


• Tn, W.S aspal
mengeluh - Trauma tumpul
nyeri di perut - Kompresi organ abdomen
bagian kiri - Perdarahan intra
Do abdomen
• Tn, W.S - Mendesak intra abdomen
tampak - Menekan reseptor nyeri
kesakitan dan di abdomen
memegangi - Nyeri akut
perutnya
• Perut Tn, W.S
tampak memar
• TD 120/80
mmHg, nadi
100x/ menit,
Suhu 36,2 C
3. Ds - Perut kiri membentur - Kerusakan integritas
• Tn, W.S aspal kulit
menabrak - Trauma tumpul
gerobak yang - Kompresi organ abdomen
menyebrang - Kerusakan jaringan kulit
lalu jatuh - Kerusakan integritas kulit
dengan posisi
perut
membentur di
aspal
Do
• Perut Tn, W.S
tampak memar
• TD 120/80
mmHg, nadi
100x/ menit,
Suhu 36,2 C

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Pola nafas tidak efektif b.d perdarahan intra abdomen


2. Nyeri akut b.d Pencedera fisik
3. Kerusakan integrits kulit b.d factor mekanis

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

Masalah
No Keperawa Noc Nic Jam Implementasi
tan

1. Pola Setelah dilakukan tindakan Airway 09:00 1. Memantauu


nafas keperawatan selama 3x24 jam Management adanya
tidak pola nafas klien kembali pucatdan
1. Posisi klien
efektif normal dengan indikator: untuk 09:05 sianosis
b.d memasialkan 2. Mengkaji
perdaraha Respiratory status potensi ventilasi ulangkebutu
n intra 2. Identifikasi haninsersi
a) RR 5
abdomen klien yang jlan napa
b) Ritme nafas 5
membutukan 09:15 3. Memantau
c) Auskultasi suara nafas 5
insersi aktual/ kecepata
d) Siturasi oksigen 5
potensial napas irama,
e) Pengguanaan otot bantu
3. Auskultasi kedalaman
nafas 5
suara napas., dan usaha
f) Sianosis 5
apakah ada 09:20 respirasi
g) Dispnea 5
napas tambahan 4. Memperhati
4. Monitoring kan
status respirasi pergerakan
oksigenasi dada, dan
5. Masukan oral mengamati
atau kesemetrisa
nnasofaringel n ,
airway jika penggunaan
perlukan otot bantu,
6. Berikan serta retraksi
bronkodilator otot
yang sesuai supraklavik
ular dan
Oxygen therapy intercostal

1. Bersikan mulut,
hidung, dan
sekresi trakea
2. Pertahanlan
patensi jalan
nafas
3. Berikan oksigen
tambahan
seperti yang
diperintahkan
4. Monitor liter
aliran oksigen
5. Monitor posisi
perangkat
pemberian
oksigen
6. Pantau
efektifitas
oksigen
misalnya pulse
oxymetry, gda
Yang sesuai
7. Monitoring
tanda toksisias
oksigen dan
atelectasis

2 Nyeri Setelah dilakukan tindakan Pain Manajement 09:25 1. Mengajarka


akut b.b keperawan selama 3x24 jam n teknik
agen nyeri akan berkurang/hilang 1. Lakukan farmako dan
pencedera dengan kriteria hasil sebagai pengkajian non-
fisik berikut: nyeri (lokasi, farmako
karakteristik, (distraksi,
Pain Control durasi, relaksasi,
frekuensi) dan nafas
1. Pasien mampu mengntrol 2. Kolaborasi
dalam).
Nyeri (tahu penyebab dengan dokter respon
nyeri, mampu mengenai klien: klien
menggunakan teknik pemberian mengatakan
farmaka maupun non analgesik dapat
farmaka untuk 3. Bantu pasien memahami
mengurangi nyeri) dan keluarga teknik nafas
2. Pasien melaporkan nyeri untuk mencari dalamyang
berkurang dengan dan di ajarkan
manajemen nyeri menemukan danklien
3. Pasien mampu mengenali dukungan mampu
nyeri (skala, intensitas, 4. Kontrol
menirukan
dan ferkuensi)4 lingkungan teknik
4. TTV klien dalam batas yang tersebut
normal (TD 120/80 mempengaruhi setelh
mmHg, RR 16-20x/mnt, nyeri diajarkan.
Nadi 100x/ menit, Suhu 5. Ajarkan teknik
09-30 2. monitoring
36,2 C) farmako dan tanda-tanda
nonfarmako vital di
(distrasi, dapatkan
Pain Level relaksasi, nafas hasil: b.d
dalam) 120/80
1. Frekuensi nyeri klien 6. Monitoring mmHg nadi
berkurang TTV 80x/menit,
2. Panjangnya episode nyeri RR
klien berkurang 20x/menit.
3. Klien tidak menunjukan 3. melakukan
ekspresi yang tampak pengkajian
09-40
menahan nyeri seperti nyeri
meringis 4. berkolabora
Analgetic si dengan
administration dokter
mengenai
1. Cek riwayat pemberian
alergi analgetic
2. Cek instruksi (aspirin)
doter tentang respon
jenis, dosis, dan klien: klien
frekuensi obat mengatakan
3. Berikan sedikit nyeri
analgetik tepat setelah
waktu terutama diberi
saat nyeri hebat analgetic
4. Tentukan
pilihan
analgetic
tergantung tipe
dan beratnya
nyeri
5. Plih analgetic
yang
diperluhkan
atau
kokmbinasi dari
analgetic ketika
pemberian lebih
dari satu.
6. tentukan
analgetic
pilihan, rute
pemberian dana
dosis optimal

3 Kerusaka Setelah dilakukan asuhan Pemberian Obat : 09-20 1. Memberikan


n keperawatan selama 3 x 24 Kulit obat topikal
integritas jam diharapkan gangguan sesusai yang
kulit b.d integritas kulit dapat teratasi 1. Ikuti primsip 5 sudah
faktor benar diresepkan
mekanis. pemberian obat oleh dokter
09-25
2. berikan agen 2. mencegah
Kriteria hasil : topikal sesuai perburukan
yang di resepkn kondisi kulit
Integritas jaingan : kulit dan
3. Monitor adanya 09-30
memberan mukosa 3. Mengetahui
efeksamping tanda-tanda
1. Tidak ada lesi pada kulit lokal dan iritasi
2. Tidak terjadi penebalan sistematik dari 4. Mempwrtah
kulit. pengobatan ankan kulit
3. Todak ada eritema 4. Ajarkan dan
4. Tidak pengelupasan kulit monitor teknik
5. Integritas kulit tidak pemberian
terganggu mandiri sesuai
kebutuhan
5. Dokumentasika 09-35
n pemberian
obat dan respon
pasien, sesuai
dengan protokol
instutusi

Pengecekan Kulit :

1. Monitor kulit
untuk adanya
ruam dan lecet
2. Monitor kulit
terhadap adanya
perubahan
warna, memar
dan pecah
3. lakukan langka-
langka untuk
mencegah
kerusakanm
lebih lanjut
misalnya
dengan melapisi
kasur,
menjadwalkan
reposisi

E. EVALUASI

Diagnosa Keperawatan Evaluasi

Pola napas tidak efektif S: Klien mengatakan sesak napas berkurang


O: Klien mengatakan lebih nyaman R, 24x/ menit
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan

Nyeri akut S: pasien mengatakan masih merasa nyeri di perut


bagian kiris, skala nyeri 6
O: pasien tampak meringis, gelisah
A: nyeri akut belum teratasi
P: lanjutkan intervensi

Kerusakan integritas kulit S: -


O: masih tampak jejas di abdomen kiri,suhu kulit
pasien nomal
A: kerusakan integritas kulit belum teratasi
P: lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai