Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN

DENGAN LUKA BAKAR

Dosen : Ns. Angelia Pondete, S.Kep

MK : Keperawatan Kegawatdaruratan II

Oleh Kelompok III ;

Angelia P Paendong 1814201200


Aylisa Katimpali 1814201051
Andre Sumtaki 1814201057
Nur Adha S Patuti 1814201052
Sinyi S. Sollitan 1814201048
Nashinta Manopo 1814201269
Priska Ruung 1814201035
Megania Manengkey. 1714201055

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO
2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dimana atas berkat
cinta kasihnya kelompok kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Kegawatdaruratan Luka Bakar” ini, dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.

Terima kasih kepada dosen kami Ns. Angelia Pondete, S.Kep. yang telah mengarahkan
kami dalam mata kuliah Keperawatan Kegawatdaruratan II ini dan kepada teman-teman
yang juga telah membantu dan memberikan ide-idenya sehingga makalah kami dapat
tersusun.

Kelompok kami berharap dengan adanya makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna,
sehingga kami berharap mendapatkan kritikan dan saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya dengan lebih baik lagi.

Manado, 19 Oktober 2020

Kelompok III
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................

DAFTAR ISI........................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................

A. LATAR BELAKANG......................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH..................................................................................
C. TUJUAN PENULISAN....................................................................................

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................

A. KONSEP TEORITIS.......................................................................................
 DEFINISI...................................................................................................
 ETIOLOGI.................................................................................................
 MANIFESTASI KLINIS...........................................................................
 PATOFISIOLOGI.....................................................................................
 PATHWAY...............................................................................................
 FASE LUKA BAKAR..............................................................................
 KLASIFIKASI LUKA BAKAR...............................................................
 INDIKASI RAWAT INAP.......................................................................
 PEMERIKSAAN PENUNJANG..............................................................
 KOMPLIKASI...........................................................................................
B. KASUS............................................................................................................
C. ASUHAN KEPERAWATAN.........................................................................

BAB III PENUTUP.............................................................................................

A. Kesimpulan ......................................................................................................
B. Saran.................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja, dan dapat terjadi di mana saja
baik di rumah, di tempat kerja bahkan di jalan atau di tempat-tempat lain. Penyebab
luka bakar pun bermacam-macam bisa berupa api, cairan panas, uap panas, bahan
kimia, aliran listrik dan lain-lain.
Luka bakar yang terjadi, akan menimbulkan kondisi kerusakan kulit selain
itu juga dapat mempengaruhi berbagai sistem tubuh. Perawatan luka bakar
disesuaikan dengan penyebab luka bakar, luas luka bakar dan bagian tubuh yang
terkena. Luka bakar yang lebih luas dan dalam memerlukan perawatan lebih
intensif dibandingkan dengan luka bakar yang hanya sedikit dan superfisial.
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat
meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara
langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa
keadaan yang mengancam kehidupan.
World Health Organization’s (WHO) melaporkan pada tahun 2004, angka
kejadian luka bakar diseluruh dunia rata-rata 110/100.000 orang tiap tahunnya dan
diperkirakan 310.000 orang meninggal akibat luka bakar (Othman et al., 2010).
Pada tahun 2015, sekitar 486.000 kejadian luka bakar yang terjadi di Amerika
Serikat, 40.000 diantaranya membutuhkan perawatan di rumah sakit dan 30.000
yang perlu dirawat dipusat-pusat perawatan luka bakar (ABA, 2016).
Di Indonesia belum ada angka pasti mengenai luka bakar, tetapi dengan
bertambahnya jumlah penduduk serta industri, angka luka bakar tersebut semakin
meningkat (Hasibuan et al., 2010).

B. TUJUAN

 Tujuan Umum
Mampu memberikan Asuhan Keperawatan Luka Bakar kepada klien dengan
tepat.

 Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan keperawatan luka bakar, penulis mampu :
1. Memahami tentang konsep kegawatdaruratan luka bakar
2. Melaksanakan pengkajian keperawatan pada klien dengan luka bakar
3. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan luka bakar
4. Menyusun intervensi keperawatan pada klien dengan luka bakar
5. Melaksanakan implementasi keperawatan pada klien dengan luka bakar
6. Melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien dengan luka bakar
C. MANFAAT

 Sebagai penyambung Ilmu Asuhan Keperawatan klien dengan luka bakar sehingga
dapat menambah referensi dan acuan dalam memahami Asuhan Keperawatan pada
klien dengan luka bakar Memberikan pengetahuan dan memperbanyak pengalaman
dalam menyusun asuhan keperawatan klien dengan luka bakar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP LUKA BAKAR
 DEFINISI
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. (Musliha,
2010). Luka bakar adalah injury pada jaringan yang disebabkan oleh suhu panas
(thermal), bahan kimia, elektrik dan radiasi (Suryadi, 2001).
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti
api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi juga disebabkan oleh kontak dengan
suhu rendah (Masjoer, 2003). Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh trauma
panas yang memberikan gejala tergantung luas dalam dan lokasi lukanya (Tim Bedah,
FKUA, 1999)
Jadi, luka bakar adalah kerusakan pada kulit yang disebabkan oleh panas, kimia,
elektrik maupun radiasi.

 ETIOLOGI
Menurut Musliha 2010, luka bakar dapat disebabkan oleh ;
1. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn)
a. Gas
b. Cairan
c. Bahan padat (solid)
2. Luka bakar bahan kimia (Hemical Burn)
3. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
4. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)

 MANIFESTASI KLINIS
Menurut Wong dan Whaley’s 2003, tanda dan gejala pada luka bakar adalah :
1. Grade I
Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar), kulit kering kemerahan, nyeri
sekali, sembuh dalam 3-7 hari dan tidak ada jaringan parut.

2. Grade II
Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar) dan dermis (kulit bagian dalam),
terdapat vesikel (benjolan berupa cairan atau nanah) dan oedem sub kutan (adanya
penimbunan dibawah kulit), luka merah dan basah mengkilap, sangat nyeri,
sembuh dalam 21-28 hari tergantung komplikasi infeksi.
3. Grade III
Kerusakan pada semua lapisan kulit, nyeri tidak ada, luka merah keputih-putihan
(seperti merah yang terdapat serat putih dan merupakan jaringan mati) atau hitam
keabu-abuan (seperti luka yang kering dan gosong juga termasuk jaringan mati),
tampak kering, lapisan yang rusak tidak sembuh sendiri (perlu skin graf).

 PATOFISIOLOGI
Pada dasarnya luka bakar itu terjadi akibat paparan suhu yang tinggi, akibatnya
akan merusak kulit dan pembuluh darah tepi maupun pembuluh darah besar dan
akibat kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan plasma sel darah, protein
dan albumin, mengalami gangguan fisiologi. Akibatnya terjadilah kehilangan cairan
yang masif, terganggunya cairan di dalam lumen pembuluh darah. Suhu tinggi juga
merusak pembuluh darah yang mengakibatkan sumbatan pembuluh darah sehingga
beberapa jam setelah terjadi reaksi tersebut bisa mengakibatkan radang sistemik,
maupun kerusakan jaringan lainnya. Dari kilasan diatas maka pada luka bakar juga
dapat terjadi sok hipovelemik (burn syok).
 PATHWAY
 FASE LUKA BAKAR

1. Fase akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini, seorang
penderita akan berada dalam keadaan yang bersifat relatif life thretening. Dalam fase
awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething
(mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat
terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi
saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera
inhalasi adalah penyebab kematian utama penderita pada fase akut. Pada fase akut
sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang
berdampak sistemik. Problema sirkulasi yang berawal dengan kondisi syok (terjadinya
ketidakseimbangan antara paskan O2 dan tingkat kebutuhan respirasi sel dan jaringan)
yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih
ditingkahi dengan problema instabilitas sirkulasi.
2. Fase sub akut
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau
kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas.
Luka yang terjadi menyebabkan : a. Proses
inflamasi dan infeksi
b. Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak
berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ-organ fungsional.
c. Keadaan hipermetabolisme
3. Fase lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan
pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah
penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan
kontraktur.
 KLASIFIKASI LUKA BAKAR

1. Dalamnya luka bakar (Menurut Musliha, 2010)


Derajat I :
EPIDERMIS (Sangat ringan, sembuh tanpa perawatan khusus, klinis (kulit
kemerahan dan nyeri hebat) , terapi analgetik, biasanya disebabkan oleh sengatan
matahari )

Derajat II :
Dibagi menjadi derajat II dangkal dan dalam.
Klinis, kerusakan mencapai dermis, terdapat lepuh (bulla). Pada derajat II A,
penyembuhan kurang lebih 2 minggu tanpa jaringan parut (bila tidak ada infeksi).
Pada derajat II B, penyembuhan agak lama bila luas perlu skin graft.

Derajat III :
Mengenai seluruh kulit, otot, dan tulang, kulit tampak hitam dan kering.

Tabel Klasifikasi Luka Bakar

2. Luas luka bakar, Menurut Musliha (2010)


Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama
rule of nine atau rule of wallace yaitu :
a. Kepala dan leher : 9%
b. Lengan masing-masing 9% : 18%
c. Badan depan 18% (perut 9%-dada 9%), badan belakang 18% : 36%
d. Tungkai masing-masing 18% : 36%
e. Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%
3. Berat ringannya luka bakar, Menurut Musliha (2010)
Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara
lain :
a. Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh
b. Kedalaman luka bakar
c. Anatomi lokasi luka bakar
d. Umur klien
e. Riwayat pengobatan yang lalu
f. Trauma yang menyertai atau bersamaan

American collage of surgeon membagi dalam :


Parah – critical
a. Tingkat II : 30% atau lebih
b. Tingkat III : 10% atau lebih
Sedang- moderate
a. Tingkat II : 15-30%
b. Tingkat III : 1-10%
Ringan-mnor
a. Tingkat II : kurang 15%
b. Tingkat III : kurang 1 %

 INDIKASI RAWAT INAP LUKA BAKAR


1. Luka bakar grade II
a. Dewasa >20%
b. Anak / orang tua >15%
2. Luka bakar grade III
3. Luka bakar dengan komplikasi : jantung, otak dll.

 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboraturium meliputi Hb, Hmt, Gula Darah, Natrium dan elektrolit, ureum
kreatinin, Protein, Urin Lengkap, AGD (PO2 dan PCO2). Pemeriksaan Radiologi, Foto
Thorax, EKG, CVP untuk mengetahui tekanan vena sentral.

 PENATALAKSANAAN
1. Resusitasi Airway, Breathing, Circulation
a. Pernafasan : udara panas → mukosa rusak → oedem → obstruksi ; efek toksik
dari asap : HCN, NO2, HCL, Bensin → iritasi → bronkhokontriksi → obstruksi
→ gagal nafas
b. Sirkulasi :
Gangguan permeabilitas kapiler : cairan dan intra vaskuler pindah ke ekstra
vaskuler → hipovolemi relatif → syok → ATN → gagal
ginjal
2. Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka
3. Resusitasi cairan → Baxter
4. Monitor urine dan CVP
5. Topikal dan tutup luka
a. Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% (1:30) + buang jaringan
nekrotik
b. Tulle
c. Silver sulfa diazin tebal
d. Tutup kassa tebal
e. Evaluasi 5-7 hari, kecuali balutan kotor
6. Obat-obatan
a. Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian

b. Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur
c. Analgetik : kuat (morfin, petidine)
d. Antasida : kalau perlu

 KOMPLIKASI
1. Curting Ulcer / Dekubitus
2. Sepsis
3. Pneumonia
4. Gagal Ginjal Akut
5. Deformitas
6. Kontraktur dan Hipertrofi Jaringan parut
Komplikasi yang lebih jarang terjadi adalah edema paru akibat sindrom gawat panas akut
(ARDS, acute respiratory disters syndrome) yang menyerang sepsis gram negatif.
Sindrom ini diakibatkan oleh kerusakan kapiler paru dan kebocoran cairan kedalam ruang
interstisial paru. Kehilangan kemampuan mengembang dan gangguan oksigen merupakan
akibat dari insufisiensi paru dalam hubungannya dengan siepsis sistemik (wong, 2008).

B. KASUS

Tn. S berusia 27 tahun, dilarikan ke Rumah Sakit oleh kerabatnya pukul 12.30 WIB.
Tampak luka bakar diarea leher , perut dan punggung. Kerabat klien mengatakan 3
jam sebelum masuk RSUA klien menderita luka bakar akibat terkena ledakan gas
elpiji. Dari hasil pengkajian Kesadaran CM, luas luka bakar 31.5%, TD: 100/70
mmHg, Nadi: 110x/mnt, S: 37,6o C, RR: 29x/menit, TB: 165 cm, BB: 60 kg, akral
dingin, Sianosis (+). Pasien mengeluh sesak nafas, sedikit pusing dan nyeri pada area
luka bakar.
C. ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN


PADA KLIEN Tn. S DENGAN LUKA BAKAR

 PENGKAJIAN

ANAMNESIS
 Data Diri
Nama : Tn. S
Jenis kelamin : Laki-Laki
Tanggal masuk : 31 Maret 2016
Usia : 27 tahun
Status perkawinan : Menikah
Suku bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Surabaya
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai swasta
Pendidikan : Tamat SMP
Keluhan Utama : Klien merintih kesakitan dan sesak napas karena luka bakar 3
jam sebelum MRS.

 Riwayat Penyakit Sekarang : 3 jam sebelum masuk RSUA, Tn. S menderita


luka bakar karena terkena ledakan tabung gas elpiji. Kesadaran composmentis,luas
luka bakar 31,5%, TD: 100/70 mmHg, Nadi: 110x/mnt, S: 37,6o C, RR: 29x/menit,
TB: 165 cm, BB: 60 kg, akrar dingin, sianosis (+) pasien mengeluh sesak,agak pusing
dan nyeri di daerah yang terbakar.

 Riwayat Penyakit Dahulu : Tn.S mengatakan belum pernah mempunyai


riwayat masuk rumah sakit/operasi di RS sebelumnya. Riwayat Diabetes Melitus tidak
ada dan Hipertensi tidak ada.
 Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada riwayat DM, hipertensi, asma, TBC

 Pola aktivitas dan latihan : sebelum sakit pasien dapat melakukan aktivitas sehari –
ahri seperti makan ,minum, toileting, berpakaina dan bekerja secara mandiri.
Sedangkan selama sakit aktivitas seperti makan atau minum, toileting dan mobilisasi
dibantu oleh keluarga atau perawat.

 Pola istirahat tidur : sebelum sakit pasien mengatakan setiap hari tidur selama 6-7
jam, dan jarang tidur siang karena bekerja. Sedangkan selama sakit, pasien
mengatakan tidur 5-6 jam dimalam hari dan 1-2 jam disiang hari.

 Pola kognitif presepsi : pasien mengatakan tidak mengalami gangguan penglihatan


atau pendengaran juga penciuman juga fungsinya.

Selama sakit pasien mengatakan mengalami gangguan nyeri pada daerah leher, perut
dan punggung sehingga sulit beratifitas. Karakteristik nyeri yang dirasakan sebagai
berikut:
 P: nyeri akibat trauma luka bakar
 Q : nyeri terasa panas
 R : rasa nyeri terasa didaerah leher, dada dan punggung.
 S : Skala nyeri 7 dari 10
 T: Hilang timbul dan meningkat jika adanya aktivitas, dan saat tertekan lama untuk
daerah punggung.

Pasien juga mengatakan masih merasa sesak saat bernapas.

 PEMERIKSAAN FISIK

 Primary survey

 Airway : tidak tampak adanya sumbatan jalan napas , darah (-), muntahan (-), suara
napas tidak ngorok.
 Breathing : kedua dinding thorak tampak normal, napas spotan, rochi (-),
whezhing (-). Napas cepat dangkal , irreguler, RR 29x/menit.
 Circulation : pasien tampak pucat, sianosis (+), HR 110x/menit reguler.
 Disability : GCS : eye 4 verbal 5 movement 6 = 15
 Exposure : pakaian pasien segera dievakuasi guna mengurangi pajanan
berkelanjutan serta menilai luas dan derajat luka bakar.

 Secondary survey

 Status Generalis
KeadaanUmum : Tampak sakit berat
Kesadaran :Compos mentis
Tekanan darah :100/70 mmHg
Nadi :110x/mnt, regular
Suhu : 37,8oC
Pernapasan : 29x/menit
Tinggi badan : 165 cm
Berat badan : 60 kg

 Kelenjar Getah Bening


Submandibula : tidak teraba
Leher : tidak teraba
Supraklavikula : tidak teraba
Ketiak : tidak teraba
Lipat paha : tidak teraba

 Kepala
Ekspresi wajah : menyeringai, menahan sakit
Rambut : hitam
Simetri muka : simetris tidak ada lebam.

 Mata
Lapang pandang normal.
Pupil : isokor
Sklera :tidak ikterik
Konjungtiva :tidak anemis
Kelopak mata : tidak udema.
Reflek : cahaya langsung +/+

 Telinga
Tidak tampak kelainan.

 Mulut
Bentuk : normal
Mukosa bibir : kering
 Leher
Tampak luka bakar pada leher sebelah kiri dengan ukuran 10x2 cm warna kulit
merah pucat.
Tekanan vena Jugularis (JVP) : 2-5 cmH2O
Kelenjar Tiroid : tidak teraba membesar
Kelenjar Limfe : tidak taraba membesar

 Dada
Bentuk : simetris
Pembuluh darah : tidak tampak
Retraksi sela Iga: (+)

 Paru – paru
Inspeksi : pergerakan paru simetris, tampak retaksi dinding dada
ringan. pasien tampak sesak.
Palpasi : bentuk normal. Tugor kulit menurun ≥ 2 detik
Perkusi : sonor
Auskultasi : ronchi (-) whezhing (-)

 Jantung
Inspeksi : tidak tampak iktus kordis
Auskultasi : BJ I-II regular , murmur (-) , gallop (-)
Lain – lain normal.

 Perut
Inspeksi : datar, tidak ada ascites, tampak luka bakar bagian
bawah
memanjang ukuran 15x3 cm ( derajat 3 )
Palpasi : supel, hati tidak membesar
Perkusi : shifting dullness (-)
Auskultasi : bising usus (+)normal.

 Punggung
Terdapat luka bakar menyeluruh pada bagian punggung (18%). Warnanya
merah, keabu-abuan, sedikit tampak cairan.

Status luka bakar :


 tampak luka bakar di perut bagian bawah memanjang ukuran 15x3 cm ( derajat 3 ) = 9%
derajat 2
 Terdapat luka bakar menyeluruh pada bagian punggung . Warnanya merah, keabu-
abuan, sedikit tampak cairan. = 18% derajat 3
 Tampak luka bakar pada leher sebelah kiri dengan ukuran 10x2 cm warna kulit merah
pucat. = 4,5% derajat 2

Luas luka bakar = 31,5% dengan derajat kedalaman 2-3

 DIAGNOSA
 Hipovolemia b.d banyaknya penguapan/cairan tubuh yang keluar
 Gangguan pertukaran gas/oksigen b.d ketidakseimbangan ventilasi perfusi
 Nyeri akut b.d kerusakan kulit dan jaringan
 Gangguan integritas kulit b.d kerusakan kulit dan jaringan yang terkena luka
bakar

 INTERVENSI

DIAGNOSA KRITERIA INTERVENSI


KEPERAWATAN HASIL
Hipovolemia b/d  BP 100-140/60-90  Manajemen
banyaknya penguapan atau mmHg Hipovolemia : periksa
cairan tubuh yang keluar.  Produksi urine >30 tanda dan gejala
(setelah dilakukan tindakan ml/jam (minimal 1 hipovolemia, monitor
keperawatan 2x24 jam ml/kg BB/jam) intake-output cairan,
pemulihan cairan optimal  Ht 37-43 % hitung kebutuhan
dan keseimbangan  Turgor elastic cairan, berikan asupan
elektrolit serta perfusi  Mucosa lembab cairan oral, anjurkan
oragn vital tercapai)  Akral hangat menghindari perubahan
Rasa haus tidak ada posisi mendadak,
kolaborasi pemberian
cairan isotonis,
kolaborasi pemberian
cairan hipotonis,
kolaborasi pemberian
cairan koloid.
 Pemantauan cairan
 Pemantauan elektrolit
 Monitor vital sign
Gangguan pertukaran gas  Tidak ada tanda-tanda  Pemantauan respirasi :
b/d ketidakseimbangan sianosis monitor (frekuensi,
ventilasi-perfusi (setelah  Frekuansi nafas 12- irama, kedalaman, dan
dilakukan tindakan 24x/menit upaya nafas), monitor
keperawtan 2x24 jam  SP02 > 95 saturasi oksigen,
oksigenasi jaringan  Pola nafas normal monitor pola nafas.
adekuat)  Monitor tanda-tanda
hypoxia
 Monitor hasil
laboratorium, AGD,
kadar oksihemoglobin,
hasil oximetri nadi.
 Kolaborasi dengan tim
medis untuk
pemasangan
endotracheal tube atau
tracheostomi tube bila
diperlukan.
 Kolabolarasi dengan
tim medis untuk
pemasangan ventilator
bila diperlukan.
 Kolaborasi dengan tim
medis untuik pemberian
inhalasi terapi bila
diperlukan
Nyeri akut b/d kerusakan  Skala 1-2  Manajemen nyeri
kulit dan jaringan (setelah  Expresi wajah tenang  Pemberian analgesic
dilakukan tindakan selama  Nadi 60-100x/mnt  Atur posisi tidur
masa perawatan nyeri  Klien tidak gelisah dengan nyaman
berkurang  Anjurkan klien untuk
teknik relaksasi
 Lakukan prosedur
pencucian luka dengan
hati-hati
 Anjurkan klien untuk
mengekspresikan rasa
nyeri yang dirasakan
 Beri tahu klien tentang
penyebab rasa sakit
pada luka bakar
Kolaborasi dengan tin
medis untuk
pemberian analgesic
Gangguan integritas kulit Luka bakar sembuh  Kaji luka pada fase
b/d kerusakan kulit dan sesuai dengan fase akut (perubahan warna
jaringan akibat luka bakar penyembuhan luka kulit)
(setelah dilakukan tindakan  Cegah adanya gesekan
keperawatan selama masa pada kulit yang
penyembuhan luka bakar terdapat luka
sembuh dengan baik)  Perawatan luka bakar :
identifikasi penyebab
luka bakar, monitor
kondisi luka
(persentasi ukuran
luka, derajat luka,
perdarahan, warna
dasar luka, infeksi,
eksudat, bau luka,
kondisi tepi luka),
gunakan teknik aseptic
selama merawat luka,
bersihkan luka dengan
cairan steril, jadwal
frekuensi perawatan
luka.

 EVALUASI
Dx1
S : Klien merasa tidak lemas
O : turgor kulit baik, mukosa lembab, kadar kalium =4.0 mEq/L
Kadar natrium = 135 mEq/L, intake output seimbang
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

Dx 2
S : Klien mengatakan sesak berkurang
O : klien kadang-kadang masih terlihat bernafas cepat, RR : 25 kali/menit SaO2
95%
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

Dx4
S : Klien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 4
O : Klien tidak meringis dan nadi 95 kali/ detik
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

Dx5
S : Klien masih mengeluhkan perih pada luka
O : Masih ada luka terbuka
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.

Luka bakar dapat tejadi pada setiap orang dengan berbagai faktor penyebab seperti
:panas, sengatan listrik, zat kimia, maupun radiasi. Penderita luka bakar memerluakn
penanganan yang serius secara holistik/ menyeluruh dari berbagai aspek dan disiplin
ilmu. Pada penderita luka bakar yang luas dan dalam memerluakn perawatan luka bakar
yang lama dan mahal serta mempunyai efek resiko kematian yang tinggi.

Dampak luka bakar bagi penderita dapat menimbulkan berbagai masalah fisik, psikis
dan sosial bagi pasien dan juga keluarganya.Perawat sebagai tim yang paling banyak
berhubungan dengan pasien dituntut untuk terus meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya sehingga mampu merawat pasien luka bakar secara komprehensif dan
optimal.
Prinsip-prinsip penanganan pasien luka bakar selama perawatan dirumah sakit
termasuk :

1. Pemberian terapi cairan dan nutrisi yang adekuat


2. Pencegahan infeksi
3. Penanganan/penyembuahn luka
4. Pencegahan kontraktur/ deformitas
5. Rehabilitasi lanjut
Tingkat keberhasilan perawatan penderita luka bakar sanagt dipengaruhi oleh cara
penanganan, kerjasama dan kecekatan tim kesehatan yang merawat disamping faktor-
faktor lain (usia penderita, riwayat kesehatan, penyebab luka bakar,cedera lain yang
menyertai dan kebiasaan hidup)

Dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan tehnologi maka makin


berkembang pula tehnik/ cara penanganan luka bakar sehingga makin meningkatkan
kesempatan untuk sembuh bagi penderita luka bakar.

B. SARAN

 Bagi mahasiswa keperawatan kiranya dapat menambah pengetahuan tentang ASKEP


luka bakar, diharapkan dapat mampu memahami dan menerapkan asuhan
keperawatan yang cepat dan tepat pada klien dengan luka bakar.
 Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat, untuk dapat melakukan tindakan asuhan
keperawatan gawat darurat khususnya kasus luka bakar sesuai prosedur, memberikan
pelayanan kesehatan yang baik, cepat dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA

SDKI-SIKI EDISI 1 PPNI , https://rsgm.maranatha.edu/2017/04/19/mengenal-luka-


bakar/, http://www.primarytraumacare.org/wp-
content/uploads/2011/09/PTC_INDO.pdf

Anda mungkin juga menyukai