Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KATARAK

Dosen: Ns Julia Rottie, S. kep., M. Kes


MK: Keperawatan Medikal Bedah III
Oleh Kelompok VI :
Megania. Manengkey
Imasmurny. Turang
Yeni Febriany. Resimanuk
Nur Adha Salsabila Patuti
Nashinta. Manopo

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO
2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dimana atas berkat
cinta kasihnya kelompok kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien katarak” ini, dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Terima kasih kepada dosen kami Ns. Julia Rottie, S.Kep.,M.Kes yang telah mengarahkan
kami dalam mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III ini dan kepada teman-teman yang juga
telah membantu dan memberikan ide-idenya sehingga makalah kami dapat tersusun.

Kelompok kami berharap dengan adanya makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna,
sehingga kami berharap mendapatkan kritikan dan saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya dengan lebih baik lagi.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………...
BAB I ANATOMI & FISIOLOGI…………………………………………………………
a. ANATOMI KATARAK………………………………………………………………
b. FISIOLOGI KATARAK……………………………………………………………...
BAB II TINJAUAN TEORITIS…………………………………………………………….
a. DEFENISI…………………………………………………………………………….
b. EPIDEMOLOGI………………………………………………………………………
c. ETIOLOGI……………………………………………………………………………
d. MANIFESTASI KLINIK…………………………………………………………….
e. KLASIFIKASI………………………………………………………………………..
f. KOMPLIKASI………………………………………………………………………..
g. PENANGANAN KATARAK………………………………………………………..
h. PENATALAKSANAAN……………………………………………………………..
BAB III KONSEP DASAR ASUAN KEPERAWATANB………………………………. .
a. DIAGNOSA KEPERAWATAN……………………………………………………..
b. RENCANA KEPERAWATAN……………………………………………………...
BAB IV PENUTUP………………………………………………………………………….
a. KESIMPULAN……………………………………………………………………….
b. SARAN……………………………………………………………………………….
c. DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………...
BAB 1
ANATOMI & FISIOLOGI
A. ANATOMI DAN LENSA MATA
Mata adalah indra penglihatan dibentuk untuk menerima ransangan, berkas-berkas cahaya pada
retina dengan perantara serabut-serabut nervous options mengalihkan ransangan ini kepusat
penglihatan pada otak, bagian mata berfungsi memfokuskan ransangan cahaya ke retina adalah
lensa (Pearce, 2002).
Lensa mata adalah sebuah benda transparan bikonveks (cembung depan belakang) yang
dipertahankan tempatnya oleh ligament siliaris atau zonula zinnia, organ focus utama yang
membiaskan berkas-berkas cahaya yang terpantul. Jadi lensa mata berbentuk biokonveks tidak
mengandung membuluh darah dengan diameter 9mm ketebalan 4mm. Ketebalan tersebut
meningkat dari usia 50 tahun dan mencapai 5mm pada usia 90 tahun. Puncak lengkungan
anterior dan posterior lensa, disebut kutup anterior dan kutup posterior.

B. FISIOLOGI
Lensa mengandung tiga komponen anatomis.  Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada
korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan posterior.  Dengan
bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar
opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus.  Opasitas pada kapsul
posterior. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. 
Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar
daerah di luar lensa.  Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi,
sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. 

Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam
lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar.  Teori
lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. 
Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien
yang menderita katarak.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFENISI
Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, sehingga menyebabkan
penurunan/gangguan penglihatan (Admin,2009).
Katarak menyebabkan penglihatan  menjadi berkabut/buram. Katarak merupakan keadaan
patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein
lensa, sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau kabut merupakan penurunan progresif
kejernihan lensa, sehingga ketajaman penglihatan berkurang (Corwin, 2000).
Definisi lain katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh akibat
hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan
metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu (Iwan,2009).

B. EPIDEMOLOGI
Menunjukan bahwa katarak merupakan penyebab kebutahan tertinggi di dunia dengan persentase
sebesar 51%

C. ETIOLOGI
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000):
Usia lanjut dan proses penuaan
Congenital atau bisa diturunkan.
Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau bahan beracun
lainnya.  
Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya diabetes) dan obat-obat
tertentu (misalnya kortikosteroid).  
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:
Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/gangguan metabolisme,
proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus.
Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti kortikosteroid
dan obat penurun kolesterol.
Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin,2009).
D. MANIFESTASI KLINIK
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan
fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
Gejala objektif biasanya meliputi:
 Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan
oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan
menjadi kabur atau redup.
Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Pengelihatan seakan-akan melihat
asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih.
Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih ,sehingga
refleks cahaya pada mata menjadi negatif.
Gejala umum gangguan katarak meliputi: 
Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
Peka terhadap sinar atau cahaya.
Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
Kesulitan melihat pada malam hari
Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan mata
Penurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada siang hari )
E. KLASIFIKASI
Katarak dapat diklasifikasikan menurut umur penderita:
Katarak Kongenital, sejak sebelum berumur 1 tahun sudah terlihat disebabkan oleh infeksi virus
yang dialami ibu pada saat usia kehamilan masih dini (Farmacia, 2009). Katarak kongenital
adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari
1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti
terutama akibat penanganannya yang kurang tepat.
            Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang
menderita penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuri, toksoplasmosis, inklusi
sitomegalik,dan histoplasmosis, penyakit lain yang menyertai katarak kongenital biasanya
berupa penyakit-penyakt herediter seperti mikroftlmus, aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris
heterokromia, lensa ektopik, displasia retina, dan megalo kornea.
                Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat
prenatal infeksi ibu seperti rubela pada kehamilan trimester pertama dan pemakainan obat selama
kehamilan. Kadang-kadang terdapat riwayat kejang, tetani, ikterus, atau hepatosplenomegali
pada ibu hamil. Bila katarak disertai uji reduksi pada urine yang positif, mungkin katarak ini
terjadi akibat galaktosemia. Sering katarak kongenital ditemukan pada bayi prematur dan
gangguan sistem saraf seperti retardasi mental.
Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena ada hubungan katarak
kongenital dengan diabetes melitus, fosfor, dan kalsium. Hampir 50 % katarak kongenital adalah
sporadik dan tidak diketahui penyebabnya. Pada pupil bayi yang menderita katarak kongenital
akan terlihat bercak putih atau suatu leukokoria.
Katarak Juvenil, Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuknya
pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan
kelanjutan katarak kongenital. Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik
ataupun metabolik dan penyakit lainnya
Katarak Senil, setelah usia 50 tahun akibat penuaan. Katarak senile biasanya berkembang lambat
selama beberapa tahun, Kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras akibat usia lanjut yang
biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3)
                 Katarak Senil sendiri terdiri dari 4 stadium, yaitu:
Stadium awal (insipien). Pada stadium awal (katarak insipien) kekeruhan lensa mata masih
sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Pada saat ini seringkali
penderitanya tidak merasakan keluhan atau gangguan pada penglihatannya, sehingga cenderung
diabaikan. Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan
posterior ( katarak kortikal ). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Katarak sub kapsular
posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat
lensa dan dan korteks berisi jaringan degenerative(benda morgagni)pada katarak insipient
kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada
semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama. (Ilyas, Sidarta :
Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,)
Stadium imatur. Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak
atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada
lensa. Pada stadium ini terjadi hidrasi kortek yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah
cembung. Pencembungan lensa akan mmberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan
menjadi mioptik. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris kedepan sehingga
bilik mata depan akan lebih sempit. (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,)
Stadium matur. Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama-
sama hasil desintegrasi melalui kapsul. Didalam stadium ini lensa akan berukuran normal. Iris
tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan akan mempunyai kedalaman normal kembali.
Kadang pada stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih akibatperkapuran menyeluruh
karena deposit kalsium ( Ca ). Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif.( Ilyas,
Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,)  
stadium hipermatur. Katarak yang terjadi akibatkorteks yang mencair sehingga masa lensa ini
dapat keluar melalui kapsul. Akibat pencairan korteks ini maka nukleus "tenggelam" kearah
bawah (jam 6)(katarak morgagni). Lensa akan mengeriput. Akibat masa lensa yang keluar
kedalam bilik mata depan maka dapat timbul penyulit berupa uveitis fakotoksik atau galukoma
fakolitik (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,)
Katarak Intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa degenerative
yang menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa disertai pembengkakan lensa menjadi
bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding
dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaucoma.
Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopi
lentikularis. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga akan mencembung dan daya
biasnya akan bertambah, yang meberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol
pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa. (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata
Keruh, ed. 2,)
Katarak Brunesen. Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra) terutama pada
lensa, juga dapat terjadi pada katarak pasien diabetes militus dan miopia tinggi. Sering tajam
penglihatan lebih baik dari dugaan sebelumnya dan biasanya ini terdapat pada orang berusia
lebih dari 65 tahun yang belum memperlihatkan adanya katarak kortikal posterior. (Ilyas,
Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3)

Perbedaan karakteristik Katarak (Ilyas, 2001)

Insipien Imatur Matur Hipermatur


Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan Lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow test (-) (+) (-) +/-
Visus (+) <  <<  <<< 
Penyulit (-) Glaukoma (-) Uveitis+glaucoma
 Klasifikasi katarak berdasarkan lokasi terjadinya:
1.)    Katarak Inti ( Nuclear )
Merupakan yang paling banyak terjadi. Lokasinya terletak pada nukleus atau bagian tengah dari
lensa. Biasanya karena proses penuaan.
2.)    Katarak Kortikal
Katarak kortikal ini biasanya terjadi pada korteks. Mulai dengan kekeruhan putih mulai dari tepi
lensa dan berjalan ketengah sehingga mengganggu penglihatan. Banyak pada penderita DM
3.)    Katarak Subkapsular.
Mulai dengan kekeruhan kecil dibawah kapsul lensa, tepat pada lajur jalan sinar masuk. DM,
renitis pigmentosa dan pemakaian kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama dapat
mencetuskan kelainan ini. Biasanya dapat terlihat pada kedua mata.

F. KOMLIKASI
Ada beberapa komplikasi katarak yaitu :
·           Glaukoma
·           Kerusakan retina
·           Infeksi

G. PENANGANAN
Pengobatan terdiri dari operasi jika katarak menggangu aktifitas, lensa gelap bisa di ganti dengan
lensa buatan yang bening. prosedur rawat jalan ini aman untuk dilakukan
H. PENATALAKSANAAN
Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat  dibantu dengan menggunakan
kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau kacamata yang dapat meredamkan
cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan operasi.
Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki lensa mata,  tetapi
tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi katarak perlu dilakukan jika
kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam pengelihatan sedemikian rupa sehingga
mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi katarak dapat dipertimbangkan untuk dilakukan jika
katarak terjadi berbarengan dengan penyakit mata lainnya, seperti uveitis yakni adalah
peradangan pada uvea. Uvea (disebut juga saluran uvea) terdiri dari 3 struktur:

1. Iris : cincin berwarna yang melingkari pupil yang berwarna hitam


2. Badan silier : otot-otot yang membuat lensa menjadi lebih tebal sehingga mata bisa
fokus pada objek dekat dan lensa menjadi lebih tipis sehingga mata bisa fokus pada objek
jauh
3. Koroid : lapisan mata bagian dalam yang membentang dari ujung otot silier ke
saraf optikus di bagian belakang mata.
Indikasi dilakukannya operasi katarak :
1. Indikasi sosial: jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam melakukan
rutinitas pekerjaan
2. Indikasi medis: bila ada komplikasi seperti glaucoma
3. Indikasi optik: jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3 m
didapatkan hasil visus 3/60
Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu:
1. ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction) yaitu dengan mengangkat semua lensa
termasuk kapsulnya. Sampai akhir tahun 1960 hanya itulah teknik operasi yg tersedia.
2. ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction) terdiri dari 2 macam yakni

 Standar ECCE atau planned ECCE dilakukan dengan mengeluarkan lensa secara manual
setelah membuka kapsul lensa. Tentu saja dibutuhkan sayatan yang lebar sehingga
penyembuhan lebih lama.
Fekoemulsifikasi (Phaco Emulsification). Bentuk ECCE yang terbaru dimana menggunakan
getaran ultrasonic untuk menghancurkan nucleus sehingga material nucleus dan kortek dapat
diaspirasi melalui insisi ± 3 mm. Operasi katarak ini dijalankan dengan cukup dengan bius lokal
atau menggunakan tetes mata anti nyeri pada kornea (selaput bening mata), dan bahkan tanpa
menjalani rawat inap. Sayatan sangat minimal, sekitar 2,7 mm.  Lensa mata yang keruh
dihancurkan (Emulsifikasi) kemudian disedot (fakum) dan diganti dengan lensa buatan yang
telah diukur kekuatan lensanya dan ditanam secara permanen. Teknik bedah katarak dengan
sayatan kecil ini hanya memerlukan waktu 10 menit disertai waktu pemulihan yang lebih cepat.
Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka pendek. Kacamata baru
dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas insisi telah sembuh. Rehabilitasi visual
dan peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih cepat dengan metode fakoemulsifikasi.
Karena pasien tidak dapat berakomodasi maka pasien akan membutuhkan kacamata untuk
pekerjaan jarak dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat ini digunakan
lensa intraokular multifokal. Lensa intraokular yang dapat berakomodasi sedang dalam tahap
pengembangan
Apabila tidak terjadi gangguan pada kornea, retina, saraf mata atau masalah mata lainnya, tingkat
keberhasilan dari operasi katarak cukup tinggi, yaitu mencapai 95%, dan kasus komplikasi saat
maupun pasca operasi juga sangat jarang terjadi. Kapsul/selaput dimana lensa intra okular
terpasang pada mata orang yang pernah menjalani operasi katarak dapat menjadi keruh. Untuk
itu perlu terapi laser untuk membuka kapsul yang keruh tersebut agar penglihatan dapat kembali
menjadi jelas.
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
 Pengkajian
A.       Identitas / Data demografi
Berisi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari secara langsung,
tempat tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga,  dan keterangan lain
mengenai identitas pasien.
B.     Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
 Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain: Penurunan ketajaman penglihatan
secara progresif (gejala utama katarak) . Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah.
Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film. Perubahan daya lihat warna. Gangguan
mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata. Lampu dan
matahari sangat mengganggu. Sering meminta ganti resep kaca mata. Lihat ganda. Baik
melihat dekat pada pasien rabun dekat ( hipermetropia)
2. Riwayat penyakit dahulu
 Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM,
hipertensi,pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu resiko
katarak.
 Kaji gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin
dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin.
 Kaji riwayat alergi
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress,

C.       Pemeriksaan Fisik


Inspeksi
Dalam inspeksi, bagian-bagian mata yang perlu di amati adalah dengan melihat lensa mata
melalui senter tangan (penlight), kaca pembesar, slit lamp, dan oftalmoskop sebaiknya dengan
pupil berdilatasi. Dengan penyinaran miring ( 45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan
lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh ( iris shadow ). Bila letak
bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedang bayangan kecil dan dekat dengan
pupil terjadi pada katarak matur.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan sensori persektual penglihatan

RENCANA KEPERAWATAN
Intervensi
 Mandiri memantau ketajaman penglihatan (visus) dasar
 Depatkan deskripsi fungsi tentang apa yang bisa dan tidak bisa dilihat oleh klien
 Adaptasikan lingkungan dengan kebutuhan visual klien dengan cara: orientasikan klien
pada lingkungan
BAB IV
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Katarak menyebabkan penglihatan  menjadi berkabut/buram. Katarak merupakan keadaan
patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein
lensa, sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau kabut merupakan penurunan progresif
kejernihan lensa, sehingga ketajaman penglihatan berkurang (Corwin, 2000).

B.  Saran
Demikian sedikit informasi dari kami selaku penulis makalah ini. Tentu masih banyak sekali
kekurangan dari makalah ini. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun masih sangat kami
butuhkan. Ucapan terima kasih layaknya pantas kami persembahkan bagi para pembaca.
Terakhir, ucapan maaf yang sebesar – besarnya perlu kami ucapkan jika dalam penulisan ini
kami banyak melontarkan kata – kata yang kurang berkenan

DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta. 2004. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
2. Sidarta, Ilyas. 2002. Ilmu Penyakit Mata Edisi ke-2. Jakarta: CV. Sagung Seto
3. Sidarta, Ilyas. Ihtisar ilmu Penyakit Mata. 2009. Jakarta: Balai Penerbitan FKUIAndra,
Yessi, 2013. Keperawatan Medical Bedah 1. Yogjakarta: Nuha Medica

Anda mungkin juga menyukai