Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN LUKA BAKAR

Dosen : Ns. Julia Rottie, S.Kep.,M.Kep


MK : Keperawatan Medikal Bedah III

Oleh Kelompok 1
Marphin Kenelak 1714201046
Aylisa D. Katimpali 1814201185
Fania Rogahang 1814201241
Dina Majampoh 1814201036
Stherli A. Tamara 1814201262

FAKULTAS KEPERAWATAN
PRROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA
MANADO
2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dimana atas
berkat cinta kasihnya kelompok kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Luka bakar” ini, dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Terima kasih kepada dosen kami Ns. Julia Rottie, S.Kep.,M.Kes yang telah
mengarahkan kami dalam mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III ini dan kepada
teman-teman yang juga telah membantu dan memberikan ide-idenya sehingga
makalah kami dapat tersusun.
Kelompok kami berharap dengan adanya makalah ini bisa menambah
pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu kami sadar bahwa makalah ini
jauh dari kata sempurna, sehingga kami berharap mendapatkan kritikan dan saran
yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya dengan lebih baik
lagi.

Manado, 27 Oktober 2020

Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I ANATOMI & FISIOLOGI KULIT.....................................................................

A. ANATOMI KULIT.................................................................................................
B. FISIOLOGI KULIT.................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORITIS.......................................................................................

A. DEFINSI..................................................................................................................
B. EPIDEMOLOGI......................................................................................................
C. ETIOLOGI...............................................................................................................
D. PATOFISIOLOGI...................................................................................................
E. MANIFESTASI KLINIS.........................................................................................
F. KLASIFIKASI.........................................................................................................
G. KOMPLIKASI.........................................................................................................
H. PENANGANAN LUKA BAKAR..........................................................................
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG.............................................................................
J. PENATALAKSANAAN.........................................................................................

BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN...........................................

A. STUDI KASUS.......................................................................................................
B. RENCANA KEPERAWATAN...............................................................................

BAB IV PENUTUP............................................................................................................

A. KESIMPULAN........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................

JURNAL PENELITIAN
BAB I
ANATOMI & FISIOLOGI KULIT

A. ANATOMI KULIT
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan
organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat
tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 –3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 –1,9 meter
persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak,
umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus
dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak
tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong. Secara embriologis kulit berasal
dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan
epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm
adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat.

1. Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel
berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel.
Tebalepidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada
telapak tangandan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan
kulit.Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu
2. Dermis
Merupakan bagian yang paling penting dikulit yang sering dianggap sebagai
“True Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan
menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal
pada telapak kaki sekitar 3 mm
3. Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan
lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar
dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah
ditubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis
untuk regenerasi.
4. Vaskularisasi kulit
Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara lapisan
papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan subkutis.
Cabang kecil meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla dermis, tiap papilla
dermis punya satu arteri asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat
pembuluh darah tapi mendapat nutrient dari dermis melalui membran epidermis

B. FISIOLOGI KULIT
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya
adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier
infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme.
Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit,
trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen.
Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon rangsang
raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari.
Kulit berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan elektrolit.
Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami proses
keseimbangan melalui keringat, insessible lossdari kulit, paru-paru dan mukosa bukal.
Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila
temperatur meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan
mengurangi temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal
kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun,
pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan
panas.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.
(Musliha,2010). Luka bakar adalah injury pada jaringan yang disebabkan oleh suhu
panas (thermal), bahan kimia, elektrik dan radiasi (Suryadi, 2001).
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti
api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi juga disebabkan oleh kontak dengan
suhu rendah (Masjoer, 2003). Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh trauma
panas yang memberikan gejala tergantung luas dalam dan lokasi lukanya (Tim Bedah,
FKUA, 1999)
Jadi, luka bakar adalah kerusakan pada kulit yang disebabkan oleh panas, kimia,
elektrik maupun radiasi.

B. EPIDEMOLOGI
Luka bakar adalah masalah kesehatan yang sangat global. Menurut WHO, pada
tahun 2016 diperkirakan 265.000 kematian setiap tahun disebabkan oleh luka bakar,
dan hampir setengah kejadian luka bakar terjadi di Asia Tenggara. Mayoritas kejadian
ini terjadi di negara berpenghasilan rendah sampai menengah. Sedangkan pada negara
dengan penghasilan tinggi, angka kematian akibat luka bakar sudah menurun setiap
tahunnya. Dan tingkat kematian anak karena luka bakar 7 kali lebih tinggi di negara
berpenghasilan rendah sampai menengah daripada negara dengan penghasilan tinggi.
Menurut WHO, terdapat beberapa data negara :
1. Di India, lebih dari 1.000.000 orang setiap tahun terluka dari derajat sedang
hingga berat akibat luka bakar.
2. Hampir 173.000 anak-anak setiap tahun di Bangladesh tercatat memiliki
kecacatan derajat sedang hingga berat akibat luka bakar.
3. Dan pada tahun 2008, lebih dari 410.000 kejadian luka bakar terjadi di
Amerika Serikat, dengan 40.000 orang membutuhkan perawatan medis.
Kasus luka bakar ini kebanyakan terjadi di rumah dan di tempat kerja. Survey di
Bangladesh dan Ethiopia menunjukkan bahwa 80-90% luka bakar terjadi di rumah.
Menurut data terbaru, wanita mempunyai resiko lebih tinggi dibandingkan pria, hal
ini dikarenakan wanita kerap melakukan pekerjaan rumah yang berhubungan dengan
sumber panas misalnya memasak, atau menyetrika.
Adapun faktor resiko lain adalah anak-anak, karena seringkali sebagai orangtua
lalai dalam mengawasi putra putri mereka dalam bermain atau melakukan aktifitas
yang berdekatan dengan sumber panas.

C. ETIOLOGI
1) Luka Bakar Termal (Thermal Burns)
Luka bakar termal biasanya disebabkan oleh air panas (scald) , jilatan api
ketubuh (flash), kobaran apai di tubuh (flame) dan akibat terpapar atau kontak dengan
objek-objek panas lainnya (misalnya plastik logam panas, dll.) (Schwarts et al, 1999).
2) Luka Bakar Kimia (Chemical Burns)
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa
digunakan dalam bidang industri, militer, ataupun bahan pembersih yang sering
dipergunakan untuk keperluan rumah tangga (Schwarts et al, 1999).
3)  Luka Bakar Listrik (Electrical Burns)
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api dan ledakan.
Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling
rendah; dalam hal ini cairan. Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khususnya
tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Seringkali
kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak dengan sumber arus
maupun ground (Moenadjat, 2001).
4) Luka Bakar Radiasi (Radiation Exposure)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe
injuri ini sering disebabkan oleh penggunaan radioaktif untuk keperluan terapeutik
dalam dunia kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama
juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi (Gillespie, 2009).  

D. PATOFISIOLOGI
Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena konduksi panas langsung atau
radiasi elektromagnetik. Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 44°C tanpa
kerusakan bermakna, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap derajat
kenaikan temperatur. Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur yang kurang
tahan terhadap konduksi panas (Sabiston,1995). Kerusakan pembuluh darah ini
mengakibatkan cairan intravaskuler keluar dari lumen pembuluh darah, dalam hal ini
bukan hanya cairan tetapi juga plasma (protein) dan elektrolit. Pada luka bakar
ekstensif dengan perubahan permeabilitas yang hampir menyeluruh, penimbunan
jaringan masif di intersisiel menyebabkan kondisi hipovolemik. Volume cairan
intravaskuler mengalami defisit, timbul ketidakmampuan menyelenggarakan proses
transportasi oksigen ke jaringan. Kondisi ini dikenal dengan sebutan syok (Moenadjat,
2001).
Luka bakar secara klasik dibagi atas derajat I, II, dan III. Penggunaan sistem
klasifikasi ini dapat memberikan gambaran klinik tentang apakah luka dapat sembuh
secara spontan ataukah membutuhkan cangkokan. Kedalaman luka tidak hanya
bergantung pada tipe agen bakar dan saat kontaknya, tetapi juga terhadap ketebalan
kulit di daerah luka (Sabiston, 1995).

E. MANIFESTASI KLINIS
1) Grade I
Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar), kulit kering kemerahan, nyeri
sekali, sembuh dalam 3-7 hari dan tidak ada jaringan parut.
2) Grade II
Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar) dan dermis (kulit bagian dalam),
terdapat vesikel (benjolan berupa cairan atau nanah) dan oedem subkutan (adanya
penimbunan dibawah kulit), luka merah dan basah mengkilap, sangat nyeri, sembuh
dalam 21-28 hari tergantung komplikasi infeksi.
3) Grade III
Kerusakan pada semua lapisan kulit, nyeri tidak ada, luka merah keputih-putihan
(seperti merah yang terdapat serat putih dan merupakan jaringan mati) atau hitam
keabu-abuan (seperti luka yang kering dan gosong juga termasuk jaringan
mati),tampak kering, lapisan yang rusak tidak sembuh sendiri (perlu skin graf).

F. KLASIFIKASI
1. Klasifikasi Luka Bakar Berdasarkan Penyebabnya
Luka bakar berdasarkan penyebab ada 6 klasifikasi, yaitu :
1) Luka bakar karena api
2) Luka bakar karena air panas
3) Luka bakar karena bahan kimia
4) Luka bakar karena listrik
5) Luka bakar karena radiasi
6) Luka bakar karena suhu rendah (frost bite)
2. Klasifikasi Luka Bakar Berdasarkan Kedalaman Lukanya
Luka bakar berdasarkan kedalaman luka ada 6 klasifikasi, yaitu :
1) Luka bakar derajat I
2) Luka bakar derajat II
3) Derajat II dangkat (superficial)
4) Derajat II dalam (deep)
5) Luka bakar derajat III
3. Klasifikasi Luka Bakar Berdasarkan Tingkat Keseriusan Lukanya
American Burn Association menggolongkan luka bakar berdasarkan tingkat
keseriusan luka dalam 3 kategori :
1) Luka bakar mayor
2) Luka bakar moderat
3) Luka bakar minor
4)
G. KOMPLIKASI
1.      Infeksi
Infeksi merupakan masalah utama. Bila infeksi berat, maka penderita dapat
mengalami sepsis. Berikan antibiotika berspektrum luas, bila perlu dalam bentuk
kombinasi. Kortikosteroid jangan diberikan karena bersifat imunosupresif (menekan
daya tahan), kecuali pada keadaan tertentu, misalnya pda edema larings berat demi
kepentingan penyelamatan jiwa penderita.
2.      Curling’s ulcer (ulkus Curling)
Ini merupakan komplikasi serius, biasanya muncul pada hari ke 5–10. Terjadi
ulkus pada duodenum atau lambung, kadang-kadang dijumpai hematemesis. Antasida
harus diberikan secara rutin pada penderita luka bakar sedang hingga berat. Pada
endoskopi 75% penderita luka bakar menunjukkan ulkus di duodenum.
3.      Gangguan Jalan nafas
Paling dini muncul dibandingkan komplikasi lainnya, muncul pada hari pertama.
Terjadi karena inhalasi, aspirasi, edema paru dan infeksi. Penanganan dengan jalan
membersihkan jalan nafas, memberikan oksigen, trakeostomi, pemberian
kortikosteroid dosis tinggi dan antibiotika.
4.      Konvulsi
Komplikasi yang sering terjadi pada anak-anak adalah konvulsi. Hal ini
disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia, infeksi, obat-obatan
(penisilin, aminofilin, difenhidramin) dan 33% oleh sebab yang tak diketahui.
5.      Kontraktur
Merupakan gangguan fungsi pergerakan
6.      Ganguan Kosmetik akibat jaringan parut

H. PENANGANAN LUKA BAKAR


Penanganan luka bakar dimulai dengan pertolongan pertama. Berikut adalah
langkah yang harus dilakukan untuk penanganan awal luka bakar:
1) Kompres luka dengan air untuk mendinginkan luka selama 10 menit.
2) Bersihkan luka dengan dengan kain bersih.
3) Olesi luka dengan obat topilal Silver Sulfadiazine, hindari mengolesi luka dengan
odol, mentega, atau bahan lain yang dipercaya dapat mengatasi luka bakar.
4) Jika luka bakat dideteksi merupakan luka bakar derajat 2 atau derajat 3, segera
bawa pasien ke rumah sakit setelah mendapatkan pertolongan pertama.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. LED : mengkaji hemokonsentrasi
2. Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama
penting untuk memeriksa kalium terdapat peniingkatan dalam 24 jam pertama karena
peningkatan kalium dapan menyebabkan henti jantung.
3. Gas gas darah arteri (GDA) dan Sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal,
khususnya pada cedera inhalasi asap.
4. BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal
5. Urinalisis menunjukan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan otot
pada luka bakar ketebalan penuh luas.
6. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap
7. Koagulasi memeriksa factor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka
bakar massif
8. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap
J. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan pasien dirawat
melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara lain mencakup
penanganan awal (ditempat kejadian), penanganan pertama di unit gawat darurat,
penanganan diruang intensif atau bangsal. Tindakan yang diberikan antara lain adalah
terapi cairan, fisioterapi dan psikiatri. Pasien dengan luka bakar memerlukan obat-
obatan topical. Pemberian obat-obatan topical anti microbial bertujuan tidak untuk
mensterilkan luka akan tetapi akan menekan pertumbuhan mikroorganisme dan
mengurangi kolonisasi, dengan memberikan obat-obatan topical secara tepat dan
efektif dapat mengurangi terjadinya infeksi luka dan mencegah sepsis yang sering kali
masih menjadi penyebab kematian pasien.( Effendi. C, 1999).
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. STUDI KASUS
Tn. S dilarikan ke Rumah Sakit pada 8 April 2019 pukul 17.00 WITA. Tampak luka
bakar diarea leher, wajah dan lengan kanan bawah. Kerabat klien mengatakan klien
menderita luka bakar akibat sampah yang dibakar pasien terdapat bensin. Pasien
mengeluh rasa panas dan nyeri pada area luka bakar, skala nyeri 7
PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. S Jenis Kelamin : Laki-Laki
No RM : 250429 Pendidikan : SMP
Umur : 49 tahun Pekerjaan : Buruh harian
Agama : Islam Suku : Minahasa

Alamat : Bahu Tanggal MRS : 8 April 2019


T.Pengkajian: 8 April 2019
2. Identitas penanggung
Nama : Ny. L Pekerjaan : Ibu rumah
tangga
Umur : 45 tahun Alamat : Bahu
Pendidikan : SLTA Hubungan dengan klien: Istri
Suku : Jawa

KELUHAN UTAMA
Pasien mengeluh rasa panas dan nyeri pada area luka bakar
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Luka bakar muncul saat pasien membakar sampah yang terdapat bensin. Bakaran api
tersebut mengakibatkan luka bakar pada wajah, leher dan lengan kanan bawah. Klien
langsung dibawa ke UGD RSU pada 8 April 2019 pukul 17.00 WITA. Klien
mengatakan muncul rasa panas dan nyeri pada area luka terutama pada area wajah
dan bertambah rasa nyeri, Skala nyeri 7, wajah pasien tampak meringis dan gelisah.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Klien mengatakan belum pernah di rawat di rumah sakit dengan keluhan yang sama
ataupun dengan riwayat penyakit yang lain.

PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Lemah
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Vital Sign
TD: 110/80 mm/Hg, Suhu : 35,2oC Nadi : 72x/menit,
RR : 22x/menit BB : 74 kg
4. Kepala
a. Kepala : simetris, tidak ada lesi dan jaringan parut, rambut berwarna hitam
tidak mudah rontok, lembab, dan pendek.
b. Mata : terdapat luka bakar di area mata simetris kanan dan kiri, konjungtiva
tidak anemis, sclera tidak ikterik, ada reflek cahaya pada pupil
c. Hidung : terdapat luka bakar di area hidung, tidak ada polip, tidak ada sekret
dan pendarahan.
d. Mulut :terdapat luka bakar di area bibir, mukosa bibir pucat , lidah berwarna
merah muda, tidak terdapat karies pada gigi.
e. Telinga : simetris kanan dan kiri, tidak terdapat lesi dan nyeri tekan, ketajaman
pendengaran normal
5. Leher
Terdapat luka bakar di area leher, tidak terjadi pembesaran tiroid, tidak terdapat
distensi vena jugularis

6.Dada dan Paru-parua


- Inspeksi : Pengembangan dada simetris, tidak ada lesim irama pernapasan teratur,
tidak ada tanda tanda kesulitan napas, tidak ada retraksi otot bantu
pernapasan
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan. Tidak ada benjolan

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik d.d mengeluh nyeri dan
wajah tampak meringis, gelisah
2. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d kerusakan jaringan atau lapisan kulit d.d
panas dan nyeri akibat luka bakar
3. Risiko infeksi b.d kerusakan integritas kulit d.d luka bakar terbuka

B. RENCANA KEPERAWATAN
Dx Tujuan/Kriteria hasil Intervensi
1 Setelah dilakukan asuhan keperawatan Intervensi Utama & Pendukung : Pemberian Analgesik
selama 1x8 jam diharapkan KH ; & Edukasi manajemen nyeri
- keluhan nyeri dapat berkurang/hilang Definisi
(skala 5/7) - Menyiapkan dan meberikan agen farmakologis untuk
- Nyeri dapat terkontrol mengurangi atau menghilangkan rasa sakit.
- Gelisah/wajah tampak meringis -
menurun Observasi
- kemampuan menuntaskan aktivitas - Identifikasi karakteristik nyeri (mis, pencetus, pereda,
meningkat kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi, durasi)
- Identifikasi riwayat alergi obat
- Identifikasi kesesuaian jenis analgesik
- Monitor TTV
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi
Terapeutik
-Tetapkan target efektivitas analgesik untuk
mengoptimalkan respons pasien
- Dokumentasikan respons terhadap efek analgesik dan
efek yangyang tidak diinginkan
- Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
- Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
- Jelaskan peyebab, periode, dan strategi meredakan
nyeri
Anjurkan memonitor secara mandiri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik,
sesuai indikasi
2 Setelah dilakukan asuhan keperawatan Intervensi utama dan pendukung : Perawatan luka &
selama 1x8 jam diharapkan KH ; Perawatan luka bakar
- Panas/peradangan luka menurun Definsi :
- Penyatuan kulit meningkat - Mengidentifkasi dan meningkatkan penyembuhan
- Nyeri menurun luka serta mencegah terjadinya komplikasi
- kerusakan jaringan menurun - Mengidentifkasi dan merawat luka akut dan luka
kronik akibat trauma termal
Observasi
- Monitor karakteristik luka (mis.drainase, warna,
ukuran, bau)
- Monitor kondisi luka
Terapeutik
- Pasang balutan sesuai jenis luka
- pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan
luka
- Gunakan teknik aseptik selama merawat luka
- lakukan terapi relaksasi untuk mengurangi nyeri
- Jadwalkan frekuensi perawatan luka berdasarkan ada
atau tidaknya infeksi, dan jenis balutan yang digunakan
Edukasi
- Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
- Jelaskann tanda dan gejala infeksi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
3 Setelah dilakukan asuhan keperawatan Intervensi utama dan pendukung : Pencegahan infeksi
selama 1x8 jam diharapkan KH ; & Pemantuan tanda vital
- kultur area luka membaik Definisi
- kemampuan menghindari faktor risiko - Mengidentifkasi dan menurunkan risiko terserang
meningkat organisme patogenik
- sensasi membaik - Mengumpulkan dan menganlisa data hasil
- TTV dalam batas normal pengukuran fungsi vital kardiokvaskuler, pernapasan
dan suhu tubuh
Observasi
- Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Terapeutik
- cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien
- Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko
tinggi
- Monitor suhu tubuh
- Identifikasi penyebab perubahan tanda vital
Terapeutik
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

IMPLEMENTASI
Implementasi dilaksanakan berdasarkan tindakan keperawatan/intervensi keperawatan
yang sudah dibuat diatas.
EVALUASI
Diagnosa Keperawatan Evaluasi
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera S : Pasien mengatakan masih terasa sedikit nyeri
fisik d.d mengeluh nyeri dan tampak meringis, O : Skala nyeri 6, pasien masih tampak meringis
gelisah A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Gangguan integritas kulit/jaringan b.d kerusakan S : Pasien mengatakan panas berkurang dan nyeri
jaringan atau lapisan kulit d.d panas dan nyeri pada bagian luka
akibat luka bakar O : Luka berwarna merah dibagian tangan dan
berwarna hitam di bagian wajah dan leher
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Risiko infeksi b.d kerusakan integritas kulit d.d S : Pasien tidak demam
luka bakar terbuka O : Tanda vital Suhu 35oc
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.
(Musliha,2010). Luka bakar adalah injury pada jaringan yang disebabkan oleh suhu
panas (thermal), bahan kimia, elektrik dan radiasi (Suryadi, 2001).
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti
api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi juga disebabkan oleh kontak dengan
suhu rendah (Masjoer, 2003). Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh trauma
panas yang memberikan gejala tergantung luas dalam dan lokasi lukanya (Tim Bedah,
FKUA, 1999)
Luka bakar ini terbagi menjadi 4 etiologi yaitu, Luka Bakar Termal (Thermal Burns),
Luka Bakar Kimia (Chemical Burns), Luka Bakar Listrik (Electrical Burns), Luka
Bakar Radiasi (Radiation Exposure)
Jadi, luka bakar adalah kerusakan pada kulit yang disebabkan oleh panas, kimia,
elektrik maupun radiasi.
DAFTAR PUSTAKA
SIKI & SDKI

Mutia Isni Rahayu, https://doktersehat.com/derajat-luka-bakar/, Maret 2019 Christina


https://idoc.pub/documents/penatalaksanaan-luka-bakar-pqn89zq681l1
(2020)
https://www.nerslicious.com/luka-bakar-pengertian-patofisiologi-klasifikasi-dan-cara-
menghitung-luas-luka-bakar/ (2018)
https://www.slideshare.net/rinycabby/asuhan-keperawatan-luka-bakar-42152025,
(2014)
Jurnal Anestesi Perioperatif [JAP. 2019;7(2): Artikel Penelitian Evaluasi Kepatuhan
Pelaksanaan Standar Prosedur Operasional Manajemen Nyeri pada Pasien Luka
Bakar di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Winda K https://idoc.pub/documents/asuhan-keperawatan-luka-bakar-ylyx7g798dnm
(2019)
JURNAL PENELITIAN

Evaluasi Kepatuhan Pelaksanaan Standar Prosedur Operasional Manajemen


Nyeri pada Pasien Luka Bakar di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Yudhanarko,1 Suwarman,2 Ricky Aditya2 1
Bagian Anestesi Rumah Sakit PMI Bogor, 2 Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Abstrak
Nyeri didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
terkait dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial. Manajemen nyeri pada luka bakar
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari terapi luka bakar. Nyeri pada luka bakar
merupakan nyeri akut, penanganan yang tidak baik akan menyebabkan komplikasi, salah
satunya nyeri kronik. Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Hasan Sadikin Bandung telah
membuat standar prosedur operasional (SPO) manajemen nyeri yang berguna untuk
meningkatkan kepatuhan dalam pelaksanaan manajemen nyeri. Penelitian ini bertujuan
mengevaluasi kesesuaian teknik pengkajian, tindak lanjut dan evaluasi ulang nyeri pada
pasien luka bakar dengan SPO manajemen nyeri. Penelitian menggunakan metode deskriptif
observasional retrospektif terhadap 99 rekam medis pasien luka bakar yang memenuhi kriteria
inklusi di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung pada tahun 2018. Hasil penelitian didapatkankan
bahwa pengkajian nyeri yang dilakukan sesuai dengan SPO menggunakan numeric rating
scale atau Wong Baker faces pain scale ditemukan pada 99 pasien (100%). Tindak lanjut hasil
pengkajian nyeri luka bakar yang dilakukan sesuai dengan SPO sebanyak 71 pasien (72%).
Evaluasi ulang setelah tindak lanjut pengkajian nyeri yang sesuai SPO pada 93 pasien (94%).
Simpulan, pengkajian nyeri di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung sudah sesuai dengan SPO
manajemen nyeri, namun tindak lanjut dan evaluasi ulang pada nyeri luka bakar belum sesuai
dengan SPO manajemen nyeri.
Kata kunci: Luka bakar, manajemen nyeri, nyeri, standar prosedur operasiona.

Evaluation of Compliance to Standard Operating Procedures for Pain


Management in Patients with Burns in Dr. Hasan Sadikin General Hospital
Bandung
Abstract
Pain is defined as an unpleasant sensory and emotional experience related to actual or
potential tissue damage. Pain management for burns is an integral part of burn therapy. Pain
in burns is an acute pain and poor management will lead to health complications including
chronic pain. Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung has made a standard operating
procedure (SOP) for pain management to improve compliance to pain management standard.
This study aimed to evaluate the compliance to the standards in assessment techniques,
follow-up, and re-evaluation of pain in patients with burn according to the applicable pain
management SOP. This was a retrospective descriptive observational study on 99 medical
records of burn patients who met the inclusion criteria in Dr. Hasan Sadikin General Hospital
Bandung in 2018. The results of the study revealed that the pain assessment for these patient
was carried out according to the SOP which refers to the use of a numeric rating scale or
Wong Baker face pain scale in 99 patients (100%). In the follow-up, 71 were performed
according to the SOP (72%) while the re-evaluation was performed in compliance with the
SOP in 93 patients (94%). In conclusion, pain assessment in Dr. Hasan Sadikin General
Hospital Bandung is performed in accordance with SOP on pain management but not all
patients receive follow-up and re-evaluation of burn pain in accordance with the SOP on pain
management.

Pendahuluan
Luka bakar merupakan salah satu akan berakibat lanjut peningkatan risiko
masalah kesehatan dunia yang infeksi nasokomial, bahkan dapat
menyebabkan sekitar 180.000 kematian meningkatkan kejadian mortalitas.
setiap tahunnya. Sebagian besar kasus Penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat
luka bakar terjadi di negaranegara Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun
berpenghasilan rendah dan menengah 2011 sampai dengan 2012
dan hampir dua pertiganya terjadi di menggambarkan angka mortalitas pada
negaranegara Afrika dan Asia Tenggara. pasien luka bakar masih cukup tinggi,
Hal tersebut berhubungan dengan yaitu sebesar 27,6%. Salah satu upaya
kurang pengawasan, kewaspadaan, menurunkan angka mortalitas yang
maupun pendidikan tentang keselamatan tinggi tersebut adalah diterapkan
dasar pencegahan risiko cedera luka manajemen nyeri yang baik.
bakar di wilayah tersebut. Luka bakar Nyeri didefinisikan sebagai
dapat mengakibatkan morbiditas pengalaman sensorik & juga emosional
ataupun mortalitas yang tinggi, yang tidak menyenangkan terkait
gangguan psikologis, dan gangguan dengan kerusakan jaringan aktual atau
kualitas hidup yang dialami penderita. potensial. Nyeri bersifat individual yang
Luka bakar sering membutuhkan dipengaruhi oleh genetik, budaya, usia
perawatan jangka panjang dan beberapa dan jenis kelamin sehingga respons
prosedur bedah rekonstruktif di rumah nyeri sangat bervariasi antarindividu.
sakit. Seiring peningkatan Luka bakar adalah luka yang
perkembangan sosial ekonomi dunia, ditimbulkan akibat paparan air panas,
banyak penelitian dilakukan untuk api, cairan kimia pada tubuh sehingga
mengurangi tingkat morbiditas maupun menyebabkan kerusakan pada kulit
mortalitas akibat luka bakar. Sebuah maupun jaringan di bawahnya. Selain
studi serupa tentang perkembangan itu, luka bakar pun dapat terjadi akibat
manajemen luka bakar telah dilakukan, dari trauma listrik dengan efek yang
tetapi hanya mengevaluasi populasi dapat bersifat akut ataupun kronik
Eropa. Manajemen nyeri untuk luka dengan morbiditas yang lebih tinggi.
bakar merupakan bagian yg tidak Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)
terpisahkan. Dr.Hasan Sadikin Bandung telah
dari manajemen luka bakar yang membuat standar prosedur operasional
berhubungan dgn proses penyembuhan (SPO) berdasar keputusan direktur
luka bakar itu sendiri. Penelitian utama RSUP Dr. Hasan Sadikin
manajemen nyeri pernah dilakukan di Bandung dengan nomor
RSUP Dr. Hasan Sadikin tahun 2017, HK.O2.O3/X.4.1.3/6992/2O18 tentang
menggambarkan efektivitas pemberian panduan manajemen nyeri di Rumah
analgetik pada nyeri akut selama tahun Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin
2017 didapatkan angka sebesar 70,3%. Bandung. Pengkajian nyeri merupakan
Hasil tersebut masih belum memenuhi bagian penting dalam manajemen nyeri
target bebas nyeri 100%. Nyeri pada yang menentukan pemberian terapi yang
luka bakar merupakan nyeri akut. Nyeri sesuai sehingga pasien terbebas dari rasa
akut yang tidak teratasi dapat nyeri. Manajemen nyeri yang baik
menyebabkan beberapa akibat, yaitu menghasilkan pemulihan luka bakar
respons nyeri yang tidak hilang atau yang lebih baik pula. Dalam penanganan
berkurang, meningkatkan risiko nyeri nyeri pada luka bakar, tindak lanjut hasil
kronik, mampu meningkatkan respons pengkajian tersebut dan evaluasi ulang
inflamasi tambahan, mengganggu proses sangat berpengaruh terhadap
penyembuhan luka, meningkatkan keberhasilan penanganan nyeri.
waktu perawatan di rumah sakit yang
Sampai saat ini belum ada pasien yang tidak dapat berkomunikasi
penelitian tentang evaluasi kepatuhan atau anak. Tindak lanjut sesuai SPO
pelaksanaan SPO manajemen nyeri pada dengan terapi farmakologi. Terapi
pasien luka bakar di RSUP Dr. Hasan farmakologi untuk nyeri ringan adalah
Sadikin, ditinjau dari pengkajian nyeri, dengan pemberian parasetamol atau non
tindak lanjut, dan evaluasi ulang yang steroidal anti inflammatory drugs
dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah (NSAID), untuk nyeri sedang dengan
memberikan data ilmiah kepatuhan kombiasi opioid lemah dan
pelaksanaan SPO manajemen nyeri yang parasetamol/NSAID, serta untuk nyeri
diberikan pada pasien luka bakar di berat dengan kombinasi opioid kuat dan
RSUP Dr. Hasan Sadikin pada tahun parasetamol/NSAID. Evaluasi ulang
2018. Hasil penelitian ini diharapkan dilakukan tiap 8 jam pada nyeri ringan,
dapat menjadi perhatian dalam proses 2 jam pada nyeri sedang, dan 1 jam pada
terapi luka bakar sebagai bagian yang nyeri berat. Data hasil penelitian
tidak terpisahkan dari terapi luka bakar dianalisis kemudian dideskripsikan
itu sendiri. mempergunakan persentase sesuai
Subjek dan Metode dengan variabel yang diidentifikasi
Penelitian ini merupakan penelitian selama penelitian
deskriptif observasional. Objek
penelitian adalah rekam medis pasien Tabel 1 Karakteristik Umum Pasien
dengan luka bakar di RSUP Dr. Hasan Variabel n (%)
Sadikin Bandung. Kriteria inklusi pada Usia (tahun)
penelitian ini adalah rekam medis pasien Mean±Std 43,70±14,619
dewasa dengan luka bakar di RSUP Dr. 18–40 37 (37%)
Hasan Sadikin Bandung pada tahun 41–60 47 (48%)
2018, baik operasi maupun tanpa >60 15 (15%)
operasi. Kriteria eksklusi meliputi rekam Jenis kelamin
medis pasien luka bakar yang dirawat di Laki-laki 69 (70%)
ruang intensive care unit. Kriteria Perempuan 30 (30%)
pengeluaran bila lembar pengkajian Luas luka bakar (%)
nyeri di dalam rekam medis rusak atau ≤10 46 (47%)
tulisan tidak terbaca. Peneliti melakukan 11–20 30 (30%)
pencatatan data rekam medis setelah 21–30 9 (9%)
mendapatkan persetujuan dari Komite 31–40 8 (8%)
Etik Penelitian Kesehatan Fakultas 41–50 0 (0%)
Kedokteran Universitas Padjadjaran/ >50 6 (6%)
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung No: Tingkat pendidikan
LB.02.01/X.6.5/36/2019. Data SD 3(3%)
penelitian SLTP 1(1%)
yang diambil adalah usia, jenis kelamin, SLTA 74(75%)
luas luka bakar, tingkat pendidikan, D3 11(11%)
pengkajian nyeri, tindak lanjut (terapi), S1 10(10%)
dan evaluasi ulang nyeri. Pengkajian Keterangan: data kategorik disajikan
nyeri sesuai dengan SPO di RSUP Dr. dgn jumlah atau frekuensi & persentase,
Hasan Sadikin berdasar waktu dan sedangkan data numerik disajikan
teknik. Waktu dikaji segera saat pasien dengan mean, median, st. deviasi, dan
tiba di ruang pemeriksaaan. range (min.–maks.)
Teknik pengkajian dengan skala Hasil
numeric rating scales untuk dewasa dan Jumlah rekam medis pasien luka bakar
wong baker faces pain scale untuk
yang diteliti pada penelitian ini sebanyak
99 rekam medis. Sebagian besar pasien pasien atau sebesar 71,7% (Tabel 2).
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 69 Nyeri ringan yang diberikan terapi
pasien (70%). sesuai
Tabel 2 Pengkajian Nyeri Luka Bakar SPO manajemen nyeri (parasetamol atau
dan Tindak Lanjut Pengkajian Nyeri NSAID) didapatkan sebesar 43 pasien
Luka Bakar berdasar Kesesuaian (100%). Untuk nyeri sedang yang
SPO diberikan terapi yang sesuai dengan SPO
Variabel Jumlah n (%) (parasetamol/NSAID + opioid lemah)
Pengkajian nyeri luka bakar sebesar 27 pasien (56%). Nyeri berat
Sesuai SPO 99 (100%) yang diberikan terapi sesuai SPO
Tidak sesuai SPO 0 (0%) (parasetamol/NSAID + opioid kuat)
Tindak lanjut pengkajian nyeri sebesar 1 pasien (12%; Tabel 3).
luka bakar Evaluasi ulang nyeri luka bakar
Sesuai SPO 71 (72%) setelah dilakukan tindak lanjut dari
Tidak sesuai SPO 28 (28%) pengkajian nyeri yang dilakukan sesuai
Keterangan: data kategorik, data SPO pada nyeri berat sebanyak 7 pasien
disajikan dengan jumlah atau frekuensi (88%). Evaluasi ulang untuk nyeri
dan persentase. sedang yang dilakukan sesuai SPO
Usia rerata pasien adalah 43,70±14,62 ditemukan pada 44 pasien (92%). Untuk
tahun. Luas luka bakar terbanyak adalah evaluasi ulang nyeri ringan yang
≤10% total body surface area (47%) dan dilakukan sesuai SPO ditemukan pada
kedua terbanyak, yaitu 11–20% total 42 pasien (98%; Tabel 4).
body surface area (30%). Latar belakang
pendidikan terbanyak adalah Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), yaitu
75% (Tabel 1).
Nyeri luka bakar yang dikaji sesuai
SPO dengan Numeric rating scale
(NRS) untuk pasien dewasa atau dengan
Wong Baker faces pain scale untuk
dewasa yang tidak dapat berkomunikasi
ditemukan pada 99 (100%). Tindak
lanjut hasil pengkajian nyeri luka bakar
yang sesuai SPO ditemukan sebanyak 71
Tabel 3 Analgesik yang Diberikan pada Pasien Luka Bakar
Skala Nyeri Parasetamol/NSAID Parasetamol/NSAI Parasetamol/NSAID+
n (%) D+ Opioid Kuat
Pasien
Opioid Lemah n (%)
n (%)
Nyeri ringan 43 (100%) 0 (0%) 0 (0%)
Nyeri sedang 19 (40%) 27 (56%) 2 (4%)
Nyeri berat 3 (38%) 4 (50%) 1 (12%)
Keterangan: data kategorik disajikan dengan jumlah atau frekuensi dan persentase, sedangkan data
numerik disajikan dengan mean, median, standar deviasi, dan range (min.–maks.)

Tabel 4 Evaluasi Ulang Nyeri Luka Bakar Nyeri Sesuai


Nyeri Sesuai SPO Tidak sesaui SPO
n=93 n=6
Berat 1 jam 7 (88%) 1 (12%)
Sedang 2 jam 44 (92%) 4 (8%)
Ringan 8 jam 42 (98%) 1 (2%)
Total 93 (94%) 6 (6%)
Keterangan: data kategorik, data disajikan dengan jumlah atau frekuensi dan persentase.

Kelalaian di rumah ataupun di tempat kerja tidak melaporkan derajat nyeri sesuai dari
dan dapat terjadi pada usia produktif yang yang seharusnya dirasakan.
pada usia tersebut fungsi dan peran sebagai Luas luka bakar terbanyak adalah luka
pekerja sehingga memungkinkan kejadian bakar dengan luas luka bakar sebesar ≤10%
trauma luka bakar banyak terjadi pada saat total body surface area (47%) dan kedua
melakukan aktivitas dalam bekerja. Pada terbanyak adalah luka bakar dengan luas luka
penelitian sebelumnya ini menyatakan pula bakar 11−20% total body surface area (30%).
tidak ada korelasi antara usia dan persepsi Pengaruh luas luka bakar terhadap persepsi
nyeri, namun didapatkan bahwa pasien yang derajat nyeri tidak selalu berbanding lurus, hal
lebih muda memiliki skor nyeri lebih tinggi ini ditentukan oleh faktor yang lain seperti
daripada yang lebih tua. Pengaruh usia pada kedalaman luka bakar. Pada penelitian ini
persepsi nyeri tidak diketahui secara luas. didapatkan hasil yang tidak jauh berbeda
Orang tua berespons terhadap nyeri berbeda dengan penelitian sebelumnya bahwa luas
dengan orang yang lebih muda, beberapa luka bakar yang terbanyak adalah luas luka
faktor yang memengaruhi orang tua bahwa bakar <20% total body surface area.
mereka berpendapat bahwa nyeri yang terjadi Data karakteristik jenis kelamin pasien yang
merupakan sesuatu yang harus diterima dan didapat pada penelitian ini adalah pasien
kebanyakan orang tua takut terhadap efek lakilaki sebanyak 69 pasien (70%). Pada
samping obat antinyeri berhubung dengan penelitian yang dilaksanakan sebelumnya
penyakit penyerta yang ada sehingga mereka didapatkan bahwa laki-laki yang terkena luka
bakar lebih banyak dibanding dengan
perempuan (75,9% vs 24,1%). Hal ini pendidikan dan nyeri menunjukkan tidak
kemungkinan disebabkan oleh lingkungan terdapat hubungan bermakna.
kerja laki-laki memiliki risiko terkena luka Pengkajian nyeri luka bakar yang sesuai
bakar lebih besar dibanding dengan dengan SPO sebanyak 99 pasien (100%).
perempuan. Namun, secara statistik sesudah Hasil ini didapatkan karena RSUP Dr. Hasan
dilakukan Uji Fisher Exact tidak terdapat Sadikin sudah menerapkan lembar pengkajian
hubungan yang bermakna antara jenis kelamin nyeri yang terintegrasi di dalam rekam medis
dan terjadinya luka bakar. Perbedaan jenis pasien baru sehingga petugas medis (baik
kelamin telah diidentifikasi dalam hal persepsi dokter maupun perawat) dapat mudah
nyeri karena laki-laki memiliki sensitivitas melakukan pengkajian. Dalam suatu penelitian
yang lebih rendah dibanding dengan ditemukan bahwa pengkajian nyeri yang
perempuan atau kurang merasakan nyeri. segera (early assessment) dan dilakukan
Laki-laki kurang mengekspresikan nyeri yang secara tepat dapat meningkatkan keberhasilan
dirasakan bila dibanding dengan perempuan. manajemen nyeri akut dan juga meningkatkan
Hasil penelitian yang sebelumnya mengenai keberhasilan pengobatan luka bakar itu sendiri
hubungan kebutuhan morfin pascabedah sehubungan dengan penurunan reaksi
dengan total responden sebesar 2.298 pasien inflamasi yang terjadi pada luka bakar.14
menunjukkan bahwa wanita kurang Faktor psikologis pasien dapat juga
mengonsumsi morfin melalui patient dipengaruhi pengkajian nyeri yang cepat.
controlled analgesia (PCA) daripada laki-laki Pengkajian nyeri yang cepat dan pengobatan
pada nyeri pascabedah. yang tepat sesuai dengan skala nyeri sangat
Latar belakang pendidikan terakhir penting karena dapat mengatasi pengalaman
terbanyak adalah Sekolah Lanjutan Tingkat buruk pasien akan nyeri luka bakar sehingga
Atas (SLTA) sebesar 75%. Pengaruh tingkat dampak psikologis pasien dengan luka bakar
pendidikan itu terhadap persepsi nyeri tersebut tidak terganggu dan tidak terjadi nyeri
berhubungan dengan komunikasi yang kronik akibat nyeri akut yang tidak diatasi
disampaikan oleh pasien tentang sesuatu yang dengan baik. Pengkajian nyeri yang tidak
dirasakannya. Pengkajian nyeri merupakan benar akan berpengaruh terhadap ketepatan
kajian yang bersifat subjektif dan komunikatif pemberian terapi sehingga kemungkinan
yang berasal dari pasien. Tingkat pendidikan terjadi komplikasi lebih besar, salah satu
merupakan salah satu faktor yang menentukan contoh adalah nyeri kronik yang sulit untuk
terhadap perubahan perilaku, bahwa semakin diobati.
tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin Tindak lanjut hasil pengkajian nyeri luka
banyak proses dan pengalaman belajar bakar yang sesuai SPO didapatkan pada 71
terhadap lingkungan yang ada di sekitarnya, pasien (72%). Tindak lanjut pengkajian nyeri
termasuk pula nyeri yang dirasakan. Namun, dilaksanakan untuk menilai apakah
penelitian yang terkait antara pengaruh tingkat pengobatan nyeri sudah sesuai dengan skala
nyeri sebagaimana telah diatur dalam SPO
manajemen nyeri. Hasil ini menjelaskan menimbulkan efek yang tidak diinginkan,
bahwa analgesik yang diberikan tidak cukup seperti pemberian opioid dapat menimbulkan
baik dan terdapat 28% pemberian analgesik efek samping depresi pernapasan, mual
tidak sesuai dengan skala nyeri yang terjadi muntah, penurunan tingkat kesadaran, serta
(atau tidak sesuai dengan SPO manajemen dapat menurunkan respons simpatis pasien.
nyeri). Hal ini dapat terjadi karena beberapa Sebaliknya, pemberian obat analgesik yang
faktor seperti obat yang tidak ada, persediaan kurang dari tingkat nyeri baik dosis maupun
obat yang habis, ataupun pengetahuan tentang jenis analgesik dapat menyebabkan beberapa
manajemen nyeri yang baik masih kurang. akibat, yaitu nyeri yang tidak hilang atau
Dari segi SPO, hal ini dapat terjadi karena berkurang, meningkatkan risiko nyeri kronik,
sosialisasi SPO manajemen nyeri itu sendiri meningkatkan respons inflamasi tambahan,
kurang. Dari segi dokter maupun perawat, hal dan selanjutnya akan meningkatkan kejadian
ini mungkin dapat terjadi karena tidak morbiditas, lama penyembuhan luka juga
tersampainya instruksi yang diberikan ataupun meningkat, meningkatkan waktu perawatan di
instruksi sudah diberikan, namun tidak rumah sakit yang akan berakibat lanjut risiko
dikerjakan sesuai dengan SPO manajemen infeksi nasokomial meningkat.
nyeri. Hal tersebut membutuhkan penelitian Evaluasi ulang pada nyeri perlu
lebih lanjut untuk menentukan penyebabnya. dilakukan sesuai dengan pedoman yang sudah
Penggunaan analgesik yang diberikan dibuat dan pada pengalaman penelitian
pada pasien luka bakar pada skala nyeri sebelumnya menyatakan bahwa evaluasi ulang
ringan, sedang, dan berat dikelompokkan nyeri pada terapi nyeri dapat meningkatkan
berdasar obat yang diberikan, seperti kualitas manajemen nyeri serta menurunkan
parasetamol, NSAID, opioid lemah, opioid respons inflamasi yang dapat merusak seluruh
kuat, dan kombinasi NSAID ditambah opioid organ tubuh.20 Tujuan evaluasi ulang nyeri
lemah atau opioid kuat. Sesuai dengan buku adalah sebagai acuan bagi dokter dan perawat
panduan dalam penerapan langkah-langkah selanjutnya
nyeri RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, untuk mengidentifikasi rasa nyeri yang
terapi farmakologi yang rasional untuk nyeri dirasakan pasien setelah diberikan terapi.
ringan adalah parasetamol atau NSAID, terapi Pada pedoman yang sudah dibuat oleh
nyeri sedang dengan kombinasi opioid lemah tim manajemen nyeri RSUP Dr. Hasan
dan parasetamol/NSAID, sedangkan terapi Sadikin, evaluasi ulang nyeri dilakukan
nyeri berat dengan kombinasi opioid kuat dan dengan interval 8 jam untuk nyeri ringan dan
parasetamol/NSAID. Pada penelitian ini tidak nyeri, 2 jam untuk nyeri sedang, serta
didapatkan hasil pemberian terapi yang tidak setiap jam untuk nyeri berat. Nyeri dapat
sesuai SOP pada nyeri sedang (8%) dan nyeri dinilai segera setelah diberikan intervensi
berat (12%). Pemberian analgesik yang tidak analgesik, seperti contoh pemberian obat
sesuai dengan tingkat nyeri akan opioid parenteral dapat dinilai ulang nyeri
segera setelah diberikan 15 sampai 30 menit
dan 1 jam bila diberikan secara oral. Penilaian
ulang segera dan tepat merupakan strategi
yang efektif dalam penanganan nyeri akut, Daftar Pustaka
termasuk di dalamnya adalah luka bakar 1. Braveman FR. A WHO plan for burn
prevention and care. 2018 [diunduh 1 Mei
sehingga keberhasilan manajemen pengobatan 2019]. Tersedia dari: https://www.who.
luka bakar dapat tercapai. Evaluasi ulang yang int/news-room/fact-sheets/detail /burns.
2. Smolle C, Daniel JC, Forbes AA. Recent
tidak sesuai dengan pedoman akan trends in burn epidemiology worldwide: a
menyebabkan nyeri yang tidak teratasi dan systematic review. PMC. 2017;43(2):249–
57.
dapat menimbulkan nyeri kronik, yang dapat
3. Beel A, Grantham D. Module 2: pain
memperlama perawatan di rumah sakit. assessment and management. 2010.
[diunduh 14 Juli 2018]. Tersedia dari:
Pada penelitian ini terdapat 12% nyeri
http://www.palliative.info/mpcna/module2.p
berat yang dilakukan evaluasi tidak sesuai df
dengan SPO. Hal ini mungkin disebabkan oleh 4. Guttormsen AB, Berger MM, Sjoberg F,
Heisterkamp H. Burn injury clinical
keterbatasan jumlah tenaga kesehatan dan problems. An ESICM. 2012. [diunduh 14
pengetahuannya terhadap SPO yang sudah Juli 2018].
Tersediadari:http://pact.esicm.org/media/Bu
dibuat. Pada SPO dinyatakan bahwa pada rns_Injury_3 Dec_2012_final.pdf.
nyeri berat harus dilakukan evaluasi ulang 5. Prabandari DA, Indriasari, Maskoen TT.
Efektivitas analgesik 24 jam pascaoperasi
setelah 1 jam diberikan analgesik. Terutama
elektif di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
untuk nyeri berat karena nyeri berat yang tidak tahun 2017. JAP. 2018;6(2):98−104.
dilakukan evaluasi sesuai dengan SPO dapat 6. Winanda RA, Kusumadewi I, Wardhana
A. The association between
mengakibatkan terapi yang salah dan paling psychopathology and quality of life in burn
besar kemungkinan timbul risiko nyeri kronik. patients at Dr. Cipto Mangunkusumo
Hospital Jakarta. J Plastik Rekonstruksi.
Selain itu, komplikasi lain yang dapat timbul 2017; 2:105−12.
adalah meningkatkan respons inflamasi 7. Febrianto R, Farhanah N, Sari EP.
Hubungan luka bakar derajat sedang dan
tambahan yang selanjutnya akan
berat menurut kategori american burn
meningkatkan morbiditas yang menurunkan association dan faktor yang mempengaruhi
proses penyembuhan luka, meningkatkan kejadian sepsis di RSUP Dr. Kariadi. J
Kedokteran Diponegoro.
waktu perawatan di rumah sakit yang akan 2016;5(4):1526−34.
berakibat lanjut meningkatkan risiko infeksi 8. Longnecker DE, Orkin FK. Anesthesia
risk. Dalam: Longnecker DE, Mackey SC,
nasokomial. Newman MF, Sandberg WS, Zapol WM,
penyunting. Anesthesiology. Edisi ke-
3. New York: McGraw Hill; 2010. hlm.
Simpulan
291−306.
Pengkajian nyeri pada seluruh pasien luka 9. Bittner EA, Martyn JA. Evaluation and
anesthetic management of the burn injured
bakar di RSUP Dr. Hasan Sadikin tahun 2018
patient. Dalam: Longnecker DE, Mackey
sudah sesuai dengan SPO manajemen nyeri. SC, Newman MF, Sandberg WS, Zapol
Tindak lanjut hasil pengkajian nyeri lukabakar WM, penyunting. Anesthesiology. Edisi ke-
3. New York: McGraw Hill; 2010. hlm.
dan evaluasi ulang yang dilakukan belum 1251−69.
sesuai dengan SPO manajemen nyeri. 10. Figy S, McIntyre JK. Burn management.
Dalam: Irwin RS, Lilly CM, Mayo PH,
Rippe JM, penyunting. Irwin and Rippe’s
intensive care medicine. Edisi ke-8.
Philadelpia: Lippincott Williams & Wilkins;
2011. hlm 1728−32.
11. Nair S, Neil MJE. Paediatric pain:
physiology, assessment and pharmacology.
ATOTW. 2013;289:1−10.
12. Cohen LL, Lemanek K, Blount
RL,Dahlquist LM, Lim CS, Palermo TM,
dkk. Evidencebased assessment of pediatric
pain. Pediatr Psychol. 2008;33(9):939−55.
13. Panduan Manajemen Nyeri. Bandung:
RSUP Dr. Hasan Sadikin; 2015 [diunduh 14
juli 2018]. Tersedia dari:
http://arsip.rshs.or.id.
14. Abraham J. Burn trauma: an emerging
model for acute pain. J Clin Studies.
2016;7(6):34−6.
15. Purwaningsih LA, Rosa EM. Respons
adaptasi fisiologis dan psikologis pasien
luka bakar yang diberikan kombinasi
alternative moisture balance dressing dan
seft terapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
J Universitas Muhammadiyah. 2014:41−9.
16. Gowri S, Vijaya N, Powar R. Original
research paper epidemiology and outcome
of burn injuries. J Indian Acad Forensic
Med. 2012;34(4):312−4.
17. Maske AN, Deshmukh SN.
Clinicoepidemiology study of burns: our
experiences with 500 patients. Int Surg J.
2016;3(3):1234−9.
18. Hale A, O’Donovan R, Diskin S,
McEvoy S, Keohane C. Physiotherapy in
burns, plastics and reconstructive surgery.
Impairment and Disability Course
University of Limerick. Irlandia: The
Educational Company of Ireland; 2013.
hlm. 2−26.
19. Grantham D, Brown S. Pain assessment
and management, clinical practice
guidelines. Montreal: Winnipeg Regional
Health Authority; 2012.
20. Griggs C, Goverman J, Bittner E, Levi
B. Sedation and pain management in burn
patients. Clin Plast Surg.
2017;44(3):535−40.

Anda mungkin juga menyukai