PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kanker lambung, kanker kolon, dan rectum, obstruksi usus, inflamasi usus kronis,
menempati urutan ke-10 dari 50 pertama pola penyakit di Rumah Sakit se-
1
2
cukup tinggi dengan angka bervariasi dari 2 hingga 19% (Adi, 2014).
Berdasarkan data yang didapat oleh peneliti di Rumah Sakit Umum Daerah
Meuraxa Kota Banda Aceh, didapatkan jumlah pasien dengan laparatomi selama
Januari sampai dengan Desember 2019 sebanyak 209 pasien (Medical Record,
2019).
tenggorokan dan mikroorganisme mudah sekali masuk ke dalam jalan nafas dan
paru-paru karena selama tidak sadar. Refleks batuk untuk melindungi jalan nafas
tidak lagi memadai, bahkan hilang akibat dari efek obat anastesinya. Selain itu
faktor imobilitas yang biasa dijumpai pada pasien setelah operasi dapat
menyebabkan pengumpulan sekret pada jalan nafas dan paru-paru yang dapat
yang kecil sehingga menyebabkan ventilasi menjadi tidak adekuat dan gangguan
Napas dalam dapat membuka kembali jalan nafas yang kecil ini dan dapat
mortalitas, lama perawatan dan biaya. Angka kejadian ini berbeda bergantung
3
operasi apa yang dijalani oleh pasien. Beberapa studi telah meneliti faktor-faktor
yang berkaitan dengan kejadian PPC antara lain usia lanjut, durasi operasi,
operasi, penurunan kesadaran pasca operasi, riwayat penyakit paru kronik dan
COUGH yang diperkenalkan oleh Cassidy pada tahun 2013. Program I COUGH
proses yang terjadi pada saat melakukan latihan insentif spirometri dapat
meningkatkan fungsi paru. Coughing dan deep breathing, Napas dalam dan
serta meningkatkan fungsi ventilasi pada paru (Rondhianto, 2016). Oral hygiene
(perawatan menyikat gigi dan menggunakan obat kumur dua kali sehari).
Understanding (pendidikan pasien dan keluarga). Getting out of bed keluar dari
tempat tidur sering (minimal 3 kali sehari), Komplikasi dari lamanya tirah baring
salah satunya perubahan pada paru akan terjadi atelektasis dan pneumonia
ventilasi mekanik.
4
nafas dalam meningkatkan fungsi paru, hal ini di lihat dari perbedaan hasil yang
terhadap suhu, kondisi batuk dan frekuensi pernafasan, dapat di lihat pada
penelitian (Arifuddin, 2017) yaitu ada pengaruh yang signifikan sebelum dan
sesudah dilakukan latihan batuk efektif dengan Suhu nilai P Value = 0,009 (p <
0,05), kondisi batuk dengan nilai P Value = 0,006 (p < 0,05), dan frekuensi nafas
operasi dengan latihan napas dan batuk efektif serta mobilisasi dini. Kebanyakan
dari pasien masih mempunyai kekhawatiran kalau tubuh digerakkan pada posisi
tertentu pasca pembedahan akan mempengaruhi luka operasi yang masih belum
sembuh yang baru saja selesai dikerjakan. Padahal tidak sepenuhnya masalah ini
mobilisasi atau pergerakan badan sedini mungkin asalkan rasa nyeri dapat
ditahan dan keseimbangan tubuh tidak lagi menjadi gangguan (Majid, 2011).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
berikut :
1. Manfaat Teoritis
Hasil tinjauan literatur ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi
untuk keefektifan program I COUGH terhadap fungsi paru pada pasien pasca
operasi laparatomi.
2. Manfaat Praktis
pasien dan keluarga, perawat dan tenaga kesehatan lainnya dalam merawat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yang lebih luas dapat meningkatkan hasil pasca operasi dan mengurangi biaya
program perawatan paru sederhana yang murah yang dapat dengan mudah
dipahami dan diingat oleh pasien, keluarga pasien. Program perawatan paru-
pasien yang dini dan sering, kebersihan mulut, dan pendidikan sebagai
menggambarkan:
b. Coughing dan deep breathing, (batuk efektif dan tarik nafas dalam).
c. Oral hygiene (perawatan menyikat gigi dan menggunakan obat kumur dua
kali sehari).
e. Getting out of bed (keluar dari tempat tidur sering, minimal 3 kali sehari).
dari program ini adalah pengendalian nyeri pasca operasi. Meskipun tidak
pasien dan keluarga dimulai di klinik dokter bedah dan klinik penilaian pra
I COUGH setelah operasi mereka oleh staf perawat dan oleh ahli bedah. Upaya
pasien bedah, dan jelas bahwa mereka sangat melemahkan dan mahal.
antara strategi yang umum digunakan, beberapa bukti ada untuk modalitas
yaitu:
a. Spirometri insentif
1) Pengertian
napas yang disebabkan oleh efek anestesi umum, analgesia, dan nyeri.
surfaktan dari sel alveolar tipe II, yang mendukung ekspansi alveoli
(Urden, 2014).
baik. Ini harus dilakukan 10 kali setiap jam sambil bangun dalam
(Freitas, 2012).
2) Prosedur
a) Cuci tangan.
10
dalam.
minimal 3 kali/hari.
a) Pengertian
pasien tidak dapat duduk di kursi atau tegak di tempat tidur, letakkan
membersihkan sekresi.
b) Prosedur
b) Mempersiapkan pasien.
abdomen.
l) Merapikan pasien.
c. Oral hygiene
dan mulut secara mandiri (pasien yang tidak sadar) maupun pasien
a) Mencuci tangan.
dalam.
p) Mencuci tangan.
a) Mencuci tangan.
r) Cuci tangan.
1) Pengertian
setelah operasi dimulai dari latihan ringan diatas tempat tidur sampai
dengan bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan
umum.
2) Tahap-tahap mobilisasi
duduk.
f. Elevasi kepala
1) Pengertian
16
2) Prosedur
a) Memberikan salam.
d) Mencuci tangan.
bisa di stel.
f) Merapikan pasien.
sistematis dan standar pada pasien bangsal bedah non-ICU. Pedoman umum
lainnya telah diajukan oleh Centers for Disease Control and Prevention ini
menunjukkan bahwa pasien dan keluarga mereka dididik oleh perawat dan
oleh ahli bedah sebagai praktik rutin di banyak tempat sehingga mobilisasi
masukan dari semua pihak yang terlibat. Manajer perawat sangat kritis
(Cassidy, 2013).
18
Paru adalah salah satu organ vital yang memiliki fungsi utama sebagai
alat respirasi dalam tubuh manusia, paru secara spesifik memiliki peran untuk
Fungsi utama dari paru-paru adalah untuk pertukaran gas antara darah
karbon dioksida terus berubah sesuai dengan tingkat aktivitas dan metabolisme
seseorang, akan tetapi pernafasan harus tetap dapat berjalan agar pasokan
tubuh (ekspirasi). Fungsi pernapasan ada dua yaitu sebagai pertukaran gas dan
(Rahajoe, 2010).
2. Mekanisme Pernafasan
diantara darah kapiler paru dengan udara atmosfer segar. Ventilasi secara
tekanan untuk aliran udara antara atmosfer dan alveolus melalui ekspansi dan
intrapleura yang sekitar 2,5 mmHg disaat mulainya inspirasi, menurun sekitar
-6 mmHg dan paru ditarik ke posisi yang lebih diperluas. Tekanan dalam
saluran pernapasan menjadi sedikit negatif dan pada akhirnya udara mengalir
ke dalam paru.
rendah, dan laju aliran udara biasanya bergantung pada gradien tekanan yang
20
dan menyebabkan derajat inflasi paru yang lebih besar. Paru dapat diisi
sampai > 5,5 liter dengan usaha inspirasi maksimum atau dikosongkan
dari sekitar 2 sampai 2,5 liter karena volume udara tidal rata-rata sebesar 500
ml keluar masuk paru tiap kali seseorang bernapas. Volume dan kapasitas
a. Volume tidal
Merupakan jumlah udara yang masuk ke dalam paru setiap kali inspirasi
atau ekspirasi pada setiap pernapasan normal. Nilai rerata pada orang sehat
dari dalam paru melalui kontraksi otot ekspirasi secara maksimal setelah
ekspirasi biasa. Nilai rata-rata pada orang sehat sekitar 1.000 ml.
d. Volume residual
ekspirasi maksimum. Nilai rata-rata pada orang sehat sekitar 1.200 ml.
e. Kapasitas vital
f. Kapasitas inspirasi
ekspirasi biasa. Nilai rata-rata pada orang yang sehat adalah sekitar 3.500
ml.
Merupakan volume udara dalam paru pada akhir ekspirasi pasif normal.
atau penjumlahan dari kapasitas vital dengan volume residual Nilai rata-
kematian pasien. Perubahan pada sistem respirasi terjadi saat induksi anestesi
yang didapat pasca bedah yaitu infeksi pernafasan, kegagalan pernafasan, efusi
dan riwayat merokok yang luas, yang mengarah pada atelektasis. Pasien dapat
anestesi, oksigen pekat, dan posisi selama operasi. Akibatnya, ekspansi paru
produksi sputum yang berlendir dan purulent), sakit dada karena pleuritis
dan sesak. Sering berbaring pada posisi yang sakit dengan lutut bertekuk
karena nyeri dada. Pada pemeriksaan fisik didapati adanya retraksi dinding
taktil fremitus, perkusi redup sampai pekak akibat terjadi konsolidasi atau
cairan pada pleura, ronchi, suara nafas brochial, dan peural friction rub.
Faktor resiko komplikasi paru pasca operasi menurut Miskovic, (2017) yaitu:
a. Usia
menjadi faktor risiko. Stratifikasi usia yang lebih rinci menunjukkan suatu
menyesuaikan usia. Pasien yang lebih tua lebih cenderung menjadi lemah,
dan kelemahan juga telah terbukti berhubungan dengan PPC, bahkan ketika
b. Jenis operasi
perut bagian atas, atau operasi leher, bedah saraf, dan vaskular. Sedangkan
jenis operasi lain termasuk telinga, hidung, dan tenggorokan, operasi perut
Prosedur perut dan pembuluh darah telah berulang kali dilakukan terbukti
bagian atas mungkin memiliki hingga 15 kali lipat risiko PPC dibandingkan
operasi elektif memberikan dua hingga enam kali lipat peningkatan risiko
untuk PPC.
c. Ko-morbiditas
Skor ASA II atau lebih tinggi atau diagnosis obstruktif kronis penyakit paru-
paru (COPD), gagal jantung kongestif, atau kronis penyakit hati adalah
menunjukkan bahwa pasien dengan OSA adalah lebih dari dua kali lebih
paru-paru dan asma harus dirawat secara optimal dengan bronkodilator dan
d. Merokok
tidak pernah perokok menjalani mayor operasi. Perokok saat ini lebih
gilirannya lebih mungkin daripada mereka yang tidak pernah merokok, 88-
e. Anestesi umum
itu mungkin tampak jelas bahwa kejadian PPC dikurangi pada pasien yang
memiliki anestesi regional (RA) sentral atau perifer. Sifat prosedur bedah
27
anestesi > 2 jam secara meningkat lebih lanjut dengan meningkatnya waktu
C. Konsep Laparatomi
1. Pengertian Laparatomi
tindakan laparatomi adalah berbagai jenis operasi pada uterus, operasi pada
28
(Smeltzer, 2013).
2. Indikasi Laparatomi
pencernaan, sumbatan pada usus halus dan usus besar, adanya masa pada
terdiri dari tumor perut, pankreatitis (radang pankreas), abses (area infeksi
lokal), adhesi (pita jaringan parut yang terbentuk setelah trauma atau operasi),
b. Paramedian, yaitu sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm), panjang
(12,5 cm).
a. Tromboplebitis
Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding
pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru-paru,
hati dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki post operasi,
b. Infeksi
lnfeksi luka sering muncul pada 36-46 jam setelah operasi. Organisme
c. Eviserasi
penyebab signifikan bagi pasien yang menderita, masa inap yang lama di
rumah sakit dan peningkatan angka kematian. Ada juga kasus atelektasis,
adalah jenis anastesi umum inhalasi. Anastesi umum adalah suatu keadaan
tidak sadar yang bersifat sementara yang diikuti oleh hilangnya rasa nyeri di
berupa gas dan atau cairan yang mudah menguap melalui alat/mesin anestesia
memberikan efek hipnotik, analgetik serta relaksasi pada seluruh otot klien.
obat bius secara inhalasi adalah 2,0–3,0% bersama–sama dengan N2O dengan
31
efek lama penggunaan tergantung lama jenis operasi tindakan yang akan
berkasiat sesuai dengan target trias anestesia yang ingin dicapai (Mangku G,
2010).
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Literature Review atau
tinjauan pustaka, dengan menggunakan data dari beberapa jurnal ilmiah. Data
Adapun kriteria yang menjadi landasan pada studi literatur ini adalah
jurnal yang di publikasi menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa iInggris dari
tahun 2013-2017. Jenis publikasi yang akan menjadi acuan merupakan jurnal
32
original atau bukan merupakan hasil review dari peneliti lainnya. Tema isi
publikasi yang diambil pada studi literature ini adalah pencegahan komplikasi
paru pasca operasi sehingga tema publikasi yang akan dibahas juga berhubungan
terbitan tahun 2013-2017 yang diakses fulltext dalam format pdf dan scholarly
D. Sintesis Data
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berikut adalah hasil temuan tinjauan literatur dari beberapa publikasi ilmiah atau
jurnal.
a. Penelitian ini
2 Kazaure, 2014 Long-term menggunakan studi Program I COUGH
Palo Alto Outcomes of kohort. efektif untuk
surgical ward, Postoperative b. Populasi penelitian ini pencegahan komplikasi
California, Pneumonia adalah semua pasien paru dan mengurangi
Amerika Prevention bedah dengan resiko biaya lama perawatan
Serikat Program for pneumonia pasca di Rumah Sakit.
Inpatient operasi yang didapat di
Surgery bangsal Palo Alto Hasil Pertama:
surgical ward. Program I COUGH
c. Teknik sampling pada Diantara 2008 sampai
penelitian ini 2012 ada 18 kasus
menggunakan sampling pneumonia pasca
jenuh yaitu teknik operasi di antara 4.099
penentuan sampel bila pasien berisiko yang
semua anggota populasi dirawat di bangsal
digunakan sebagai bedah, menghasilkan
sampel. tingkat kasus 0,44%. Ini
d. Instrumen yang mewakili penurunan
digunakan pada 43,6% dari tingkat pra-
penelitian ini intervensi kami (0,78%)
Pengumpulan data ( P = 0,01). Tingkat
prospektif diikuti oleh pneumonia di semua
36
Program I COUGH
3 a. Penelitian ini efektif untuk
Moore, 2017 Impact of the menggunakan studi pencegahan komplikasi
London perioperative kohort. Penelitian
quality tentang ERAS
37
B. Pembahasan
penerapannya, dan hasil yang disesuaikan dengan risiko turun dari rasio OE
tidak direncanakan adalah 2,0% sebelum I COUGH dan 1,2% setelah I COUGH,
dengan hasil yang disesuaikan dengan risiko menurun dari rasio OE 2,10 ke OR
latihan nafas dapat meningkatkan fungsi paru, hal ini di lihat dari perbedaan
hasil yang signifikan pada pengukuran tekanan darah, denyut jantung, frekuensi
pernafasan serta saturasi oksigen (Widiastuti, 2015). Selain itu latihan batuk
efektif juga memberikan pengaruh terhadap suhu, kondisi batuk dan frekuensi
pernafasan, dapat di lihat pada penelitian (Arifuddin, 2017) yaitu ada pengaruh
yang signifikan sebelum dan sesudah dilakukan latihan batuk efektif dengan
Suhu nilai P Value = 0,009 (p < 0,05), kondisi batuk dengan nilai P Value =
0,006 (p < 0,05), dan frekuensi nafas dengan nilai P Value = 0,000 (p < 0,05).
pasca operasi lakukan tidak menunjukkan efek pada hipoksemia pasca operasi
diresepkan untuk digunakan 10 kali per jam, namun tingkat kepatuhan jauh lebih
rendah sekitar 4 kali sehari hari pasca operasi pertama dan 10 kali per hari pada
dengan dilakukan salah satu interversi saja yang ada pada program I COUGH.
COUGH diantara 2008 sampai 2012 ada 18 kasus pneumonia pasca operasi di
tingkat kasus 0,44%. Ini mewakili penurunan 43,6% dari tingkat pra-intervensi
daripada tingkat pra-intervensi (0,25%, 0,50%, 0,58%, 0,68%, dan 0,13% pada
adalah 2,56% (14.033 kasus pneumonia di antara 547.571 pasien berisiko), yang
rata-rata nasional $ 46.400 dalam biaya perawatan kesehatan yang timbul dari
rumah sakit akan mewakili sekitar 6118 kasus pneumonia yang dicegah dan
Hal ini sejalan dengan Cassidy (2013), yang mengatakan bahwa program I
di Rumah Sakit. Komplikasi paru pasca operasi relatif umum dan mahal.
ventilasi mekanis setelah 48 jam. Data NSQIP dari satu institusi memperkirakan
dengan peningkatan lama tinggal 14 hari dibandingkan dengan biaya dan lama
penerimaan di rumah sakit, dan biaya. Kematian terkait PPC bervariasi, tetapi
dapat mencapai hingga 48% dalam beberapa konteks. Tingkat masuk ICU
adalah antara 9,5 dan 91% lebih tinggi pada pasien dengan PPC. Peningkatan
rata-rata lama tinggal pasca operasi terkait PPC adalah sekitar 8 hari. Biaya
operasi bisa dua kali lipat hingga 12 kali lipat lebih tinggi ketika PPC
spirometri.
[range]) lama tinggal di rumah sakit satu tahun setelah implementasi ERAS +
juga meningkat dari 12 (9–15 [4-101]) menjadi 9 (5.5–10.5 [3-81]) hari. Jalur
ERAS + berlaku untuk pasien yang menjalani operasi mayor elektif dan tampak
sehingga menjadi sebutan ERAS +. Kelebihan Program ini adalah pada tahap 1,
studi prevalensi tingkat PPC pada pasien elektif yang menjalani operasi besar
semua staf yang terlibat dalam jalur, data kepatuhan I COUGH mingguan
42
kritis sekarang diperiksa untuk PPC Pasien mulai menghadiri Sekolah Bedah. I
COUGH setiap minggu data kepatuhan berlanjut Pada Mei 2015 - tingkat PPC
sehingga program I COUGH efektif untuk digunakan pada pasien pasca operasi.
adalah 39%. Jenis sayatan dan waktu untuk memobilisasi menjauh dari tempat
tidur secara independen terkait dengan diagnosis komplikasi paru pasca operasi.
43
Pasien 3,0 (interval kepercayaan 95% 1,2 hingga 8,0) kali lebih mungkin untuk
mengembangkan komplikasi paru pasca operasi untuk setiap hari pasca operasi
mereka tidak memobilisasi jauh dari tempat tidur. Lima puluh dua persen pasien
memiliki penghalang untuk mobilisasi jauh dari tempat tidur pada hari pertama
ke standar perawatan saat ini di lingkungan yang terbatas sumber daya ini. Hasil
yang didapatkan rata-rata FVC awal tidak berbeda secara signifikan antara
kelompok intervensi dan kelompok kontrol (masing-masing 0,92 dan 0,90 L; P
cenderung memiliki pengukuran FVC akhir yang lebih tinggi, perubahan antara
FVC pertama dan terakhir yang diukur tidak signifikan secara statistik (masing-
masing 0,29 dan 0,25 L; P = 0,68 [95% CI, 0,65-1,95]). Demikian juga, lama
tingkat kematian yang lebih tinggi pada kelompok kontrol dibandingkan dengan
44
kelompok intervensi (10,7% dan 1,3%, masing-masing; P = 0,02 [95% CI, 0,01-
0,92]).
IS, tingkat kepatuhan yang rendah, dan kurangnya manfaat yang dilaporkan,
data efikasi dan kepatuhan, dokter sering meresepkan IS dalam upaya untuk
mengetahui apa yang sebenarnya diresepkan, upaya yang diperlukan pasien, dan
tentang kelangkaan bukti yang mendukung IS. Penelitian lebih lanjut diperlukan
untuk menentukan kelompok pasien spesifik mana, jika ada, yang mendapat
Pada batuk efektif pun Colucci (2015) mengatakan aliran batuk puncak
turun menjadi 54% dari nilai pra operasi pada hari pertama pasca operasi dan
secara bertahap meningkat pada hari pasca operasi 3 (65%) dan 5 (72%) (P
<0,05). Pada semua hari pasca operasi, aliran batuk puncak sangat berkorelasi
dengan FVC (P <0,001) dan berkorelasi lemah dengan nyeri (P = 0,006). Enam
subjek (6%) mengembangkan PPC. Hubungan antara aliran batuk puncak dan
risiko PPC tidak signifikan secara statistik (rasio odds tidak disesuaikan 0,80,
95% CI 0,45-1,40, P = 0,44; rasio odds yang disesuaikan 0,66, 95% CI 0,32-
1,38, P = 0,41 ). Batuk efektif terganggu setelah operasi perut bagian atas.
45
gangguan ini. Tidak ada hubungan yang signifikan antara aliran batuk puncak
dan PPC; Namun, gangguan batuk dapat mengakibatkan konsekuensi klinis yang
tidak ada hubungan yang signifikan atau tidak ada perbedaan hasil yang
Rumah Sakit. Maka dari hasil penelitian ini Program I COUGH efektif untuk di
menggunakan salah satu intervensi saja dari I COUGH kurang efektif di lakukan
karena tidak ada perbedaan hasil yang signifikan antara sebelum dan sesudah
terbukti bisa mengurangi atau mencegah terjadinya komplikasi paru pada pasien
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
komplikasi paru pada pasien sehingga efektif digunakan pada pasien pasca
operasi laparatomi.
terbukti efektif untuk dilakukan pada pasien pasca operasi dan mengurangi
B. Saran
mencegah komplikasi paru pada pasien pasca operasi laparatomi dengan cara
pasien.
meningkatkan fungsi paru bagi pasien sebagai salah satu program mengurangi
DAFTAR PUSTAKA
Adi, P. R. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6. Jakarta: Interna
Publishing.
Jayanti N. (2013). Perbandingan Kapasitas Vital Paru Pada Atlet Pria Cabang
Olahraga Renang dan Lari Cepat Persiapan Pekan Olahraga Provinsi
2013 di Bandar Lampung. Majority Journal. 2(5):113-118.
Rondhianto, dkk. (2016). Batuk Efektif Dan Napas Dalam Untuk Menurunkan
Kolonisasi Staphylococcus Aureus Dalam Sekret Pasien Pasca Operasi
Dengan Anastesi Umum Di Rsd Dr. Soebandi Jember. NurseLine Journal.
1 (1):152-153.
World Health Organization (WHO). (2013). Surgical care at the district hospital.
London: Malta.