oleh :
Ropinta Dame Pandiangan
205070200111047
I.3 Manfaat
Adapun manfaat pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Makalah ini diharapkan dapat digunakan menjadi sumber data mengenai Prosedur
Perawatan Trakeostomi dan Teknik Latihan Nafas Pasien Post Covid, Teknik
Proning
2. Manfaat Praktis
a. Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu sumber bahan ajar mengenai
Prosedur Perawatan Trakeostomi dan Teknik Latihan Nafas Pasien Post Covid,
Teknik Proning
b.Makalah ini dapat digunakan sebagai pemenuhan terhadap tugas KMB.
BAB II
ISI
2.1 Prosedur Perawatan Trakeostomi
Trakeostomi adalah prosedur pembedahan dengan memasang slang
melalui sebuah lubang ke dalam trakea untuk mengatasi obstruksi jalan nafas
bagian atas atau mempertahankan jalan nafas dengan caramenghisap lendir, atau
untuk penggunaan ventilasi mekanik yang kontinu. Trakeostomi dapat digunakan
sementara yaitu jangka pendek untuk masalah akut, atau jangka panjamg biasanya
permanen dan slang dapat dilepas (Marelli,2008:228) Trakeostomi adalah
prosedur dimana dibuat lubang ke dalam trakea. Ketika selang indweling
dimasukkan ke dalam trakea, maka istilah trakeostomi digunakan (Smeltzer dan
Bare,2013:653). Pada awalnya trakeostomi sering dilakukan dengan indikasi
sumbatan jalan napas atas, namun saat ini sejalan dengan kemajuan unit
perawatan intensif, trakeostomi lebih sering dilakukan atas indikasi intubasi lama
(prolonged intubation) dan penggunaan mesin ventilasi dalam jangka waktu lama.
(Dina,2015) Keputusan untuk melakukan trakeostomi pada umumnya dapat
dilakukan dalam waktu 7 hari dari intubasi.(Charles,2010).
2.1.1 Tujuan
1:. Menjaga keutuhan jalan nafas.
2. Mencegah infeksi
3. Mencegah kerusakan integritas kulit sekitar trakheostomi
2.1.1 Manfaat
Menurut Charles (2010) Trakeostomi memiliki kelebihan apabila
dibandingkan dengan intubasi endotrakeal jangka panjang antara lain:
a. Meningkatkan kenyamanan pasien
b. Kebersihan rongga mulut
c. Kemampuan untuk berkomunikasi
d. Kemungkinan makan secara oral serta perawatan yang lebih mudah
dan aman
e. Memiliki potensi untuk menurunkan penggunaan obat sedasi dan
analgesic sehingga dapat menfasilitasi proses penyapihan dan menghidari
pneumonia akibat ventilator mekanik.
2.1.2 Indikasi
Menurut novialdi dan surya (2009). Indikasi dasar trakeostomi
secara garis besar adalah :
a. Pintas (bypass) Obstruksi jalan nafas atas
b. Membantu respirasi untuk periode yang lama
c. Membantu bersihan sekret dari saluran nafas bawah
d. Proteksi traktus trakeobronkhial pada pasien dengan resiko aspirasi
e. Trakeostomi elektif, misalnya pada operasi bedah kepala leher
sehingga memudahkan akses dan fasilitas ventilasi.
f. Untuk elektif, misalnya pada operasi bedah kepala leher
g. Untuk mengurangi kemungkinan timbulnya stenosis subglotis.
Indikasi trakeostomi di ICU menurut Charles (2010) antara lain:
a. Mencegah obstruksi jalan nafas atas karena tumor, pembedahan,
trauma, benda asing, atau infeksi
b. Untuk mencegah kerusakan laring di jalan nafas karena intubasi
endotrakeal yang berkepanjangan
c. Untuk memudahkan akses ke jalan nafas untuk melakukan
pengisapan dan pengangkatan sekresi
d. Untuk menjaga jalan napas yang stabil pada pasien yang membutuhkan
dukungan ventilasi mekanis atau oksigenasi prolonged
2.1.3
Kontraindikasi absolut untuk trakeostomi adalah infeksi jaringan lunak leher atau
gangguan anatomis, walaupun jarang ditemukan. Distres pernapasan berat dengan
hipoksemia refrakter dan hiperkapnia dapat dianggap sebagai kontraindikasi
relatif. Gangguan hematologi dan koagulasi sering dianggap sebagai
kontraindikasi untuk trakeostomi, meskipun penelitian sebelumnya telah
menunjukkan bahwa prosedur ini dapat dilakukan dengan aman pada pasien
dengan neutropenia berat atau trombositopenia (Durbin Jr and Groves,2007).
2.1.3 Klasifikasi
Menurut Hadikawarta, Rusmarjono, Soepardi (2004:201-212), trakeostomi dibagi
atas 2 (dua) macam, yaitu berdasarkan letak trakeostomi dan waktu dilakukan
tindakan. Berdasarkan letak trakeostomi terdiri atas letak rendah dan letak tinggi
dan batas letak ini adalah cincin trakea ketiga. Sedangkan berdasarkan waktu
dilakukan tindakan maka trakeostomi dibagi dalam:
a. Trakeostomi darurat (dalam waktu yang segera dan persiapan sarana
sangat kurang)
b. Trakeostomi berencana (persiapan sarana cukup) dan dapat dilakukan secara
baik.
2.1.4 Teknik-Teknik
Menurut Novialdi dan Surya (2009:3), berikut teknik trakeostomi :
a. Trakeostomi emergensi
Trakeostomi emergensi relatif jarang dilakukan dan penyebab yang sering adalah
obstruksi jalan nafas atas yang tidak bisa diintubasi. Anoksia pada obstruksi jalan
nafas akan meyebabkan kematian dalam waktu 4-5 menit dan tindakan
trakeostomi harus dilakukan dalam 2-3 menit. Teknik insisi yang paling baik pada
trakeostomi emergensi adalah insisi kulit vertikal dan insisi vertikal pada cincin
trakea kedua dan ketiga
b. Trakeostomi elektif
Saat ini mayoritas tindakan trakeostomi dilakukan secara elektif atau semi-
darurat. Trakeostomi elektif paling baik dilaksanakan diruang operasi dengan
bentuan dan peralatan yang adekuat.
c. Trakeostomi Dilatasi Perkutaneus
Trakeostomi dilatasi perkutaneus adalah suatu teknik trakeostomi minimal invasif
sebagai alternatif terhadap teknik konvensional. Trakeostomi dilatasi perkutaneus
(TDP) dilakukan dengan cara menempatkan kanul trakeostomi dengan bantuan
serangkaian dilator dibawah panduan endoskopi. Prosedur ini dikenalkan oleh
Pasquale Ciagalia pada tahun 1985. Griggs pada tahun 1990 melakukan
modifikasi dengan menggunaan kawat pemandu dan forsep dilatasi
(Griggs Guidewire Dilating Forceps/ GWDF) pada prosedur ini.
2.1.5 Komplikasi
Menurut Smeltzer & Bare (2013:654) komplikasi yang terjadi dalam
penatalaksanaan selang trakeostomi dibagi atas:
a. Komplikasi dini
1) Perdarahan
2) Pneumothoraks
3) Embolisme udara
4) Aspirasi
5) emfisema subkutan atau mediastenum
6) kerusakan saraf laring kambuhan atau penetrasi sinding trakea posterior
2.1.5 Langkah-Langkah
A. Persiapan alat :
1. Set Ganti balut kecil (Bak instrumen kecil,Pinset anatomis, Pinset
1. cirurgis, kom steril, gunting verban steril, Kassa steril 5 lembar)
2. Sikat trakeostomy steril
3. Sarung tangan steril
4. Nacl 0,9 %
5. Spuit 5 cc
6. Bengkok
7. Tali trakeostomy
8. Perlak
B. Langkah-Langkah
1. Ucapkan salam
2. Lakukan identifikasi pada klien
3. Beritahu tindakan yang akan dilakukan terhadap klien
1. sertatujuan tindakan kepada klien adan atau keluarga
4. Cuci tangan
5. Kaji pernafasan, termasuk kebutuhan klien akan penghisapan
6. Bantu klien pada posisi semi fowler atau telentang dengan bahu
2. serta kepala sedikit di tinggikan
7. Dekatkan alat
8. Ajak pasien membaca basmalah
9. Hubungkan selang penghisap ke aparatus penghisap , letakkan
3. ujung selang di tempat yang mudah di jangkau dan hidupkan
4. penghisap
10. Letakkan handuk melintang di dada klien
11. Pakai sarung tangan
12. Buka set alat dan kassa dengan menjaga sterilitas, susun di atas
5. meja/trolly
13. Letakkan perlak di bawah leher dan bahu klien letakkan selang
6. penghisap
14. Tuangkan NaCl0,9% ke dalam kom steril
15. Segera setelah kilen dalam posisi tepat masukkan 3 cc NaCl
7. 0,9% kedalam trakeostomy untuk merangsang klien
8. mengeluarkan lendir dan memudahkan penghisapan lendir jika
9. diperlukan
16. Ijinkan pasien untuk menarik nafas pelan dan dalam 3-4 kali
10. diantara tahap penghisapan. Oksigen diberikan setiap selesai
11. tahap penghisapan sesuai kebutuhan
17. Angkat selang trakea bagian dalam dengan hati hati sambil
12. menahan pelat leher
18. Masukkan selang trakea ke dalam kom steril berisi NaCl 0,9%
13. hingga terendam
19. Bersihkan selang Trakea bagian dalam dan selang trakea luar
14. hingga plate leher dengan sikat yang berbulu halus, bilas
15. dengan NaCl 0,9%
20. Pasang kembali selang trakea dalam dan pastikan terkunci
21. Hubungkan kembali Oksigen jika di perlukan
22. Bersihkan stoma dan area stoma dengan NaCl 0,9% dan kassa
16. steril lalu keringkan dengan kassa
23. Tutup sekeliling sisi stoma dengan kassa steril
24. Ganti tali trakeostomy dengan yang tali yang bersih
25. Rapikan alat dan pasien. Evaluasi tindakan dengan menanyakan
17. kenyamanan pasien.
26. Ucapkan hamdalah
27. Perawat berpamitan pada pasien
28. Bereskan dan kembalikan alat ke tempat semula
29. Lepas sarung tangan
30. Lakukan cuci tangan
31. Catat kegiatan dalam lembar catatan perawatan
32. Dokumentasikan di catatan keperawatan
Intervensi inovasi yang dilakukan adalah pemberian kombinasi deep breating dan
humming. Instrumen yang dipergunakan dalam terapi ini ialah lembar observasi, dan
saturasi oksigen.
1) Persiapan
a. Monitoring Observasi serta alat saturasi oksigen
b. Mempersiapkan alat tulis
c. Mengkondisikan ruangan yang nyaman dengan memperhatikan kebisingan,
pendingin ruangan, cahaya lampu
d. Mempersiapkan pasien
2) Pelaksanaan
a) Beri salam terapeutik kepada klien dan keluarga
b) Perkenalkan diri sebaik mungkin
c) Tanyakan keluhan dan perasaan klien saat ini
d) Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan
e) Jaga privasi klien
f) Lakukan pengukuran Saturasi Oksigen
g) Mencuci tangan sesuai dengan prosedur.
h) Mengidentifikasi status pasien yang hemodinamik stabil,
i) Melakukan pemeriksaan terhadap status pernapasan.
j) Mengidentifikasi klien tidak dalam kondisi nyeri, sesak nafas dan
emergency.
k) Memastikan klien dalam kondisi sadar dan dapat mengikuti perintah
dengan baik.
l) Mengatur posisi klien berbaring di atas tempat tidur kepala lebih tinggi, bila
memungkinkan dengan posisi semi fowler atau fowler/duduk.
m) Mengatur posisi sesuai kebutuhan untuk kenyamanan klien.
n) Apabila terdapat akumulasi sekret. Mengajarkan batuk efektif (dengan
menarik nafas dalam dan secara perlahan melalui hidung dan mulut, tahan 1-5
hitungan, kemudian mulai batuk dengan hentakan lembut, tampung dahak
pada bengkok). Bila perlu suction sesuai indikasi untuk membantu
mengeluarkan sekret dari jalan nafas bawah.
o) Pastikan mata tetap tertutup untuk beberapa saat. Dan rasakan sensai tubuh
menjadi lebih tenang
p) Letakkan jari telunjuk di telinga kanan dan kiri. Letakkan jari di tulang
rawan kecil (tragus cartilage) diantara tulang pipi dan telinga
q) Mengajarkan klien menghirup nafas secara perlahan dan dalam melalui
mulut dan hidung, sampai perut terdorong maksimal/mengembang. Menahan
nafas 1-6 hitungan. Saat menghembuskan nafas tekan tulang rawan dengan
lembut atau menekan kedalam keluar dengan jari. Kemudian dengan bibir
terkatup, keluarkan suara senandung atau begumam seperrti lebah.
r) Keluarkan suara bersenandung dengan nada rendah atau lebih baik
membuat nada suara yang tinggi.
s) Meminta klien untuk melakukan latihan 3-4 kali secara mandiri selama 5-
10 menit
t) Setelah terapi diberikan dan selesai bersihkan alat dan atur posisi nyaman
untuk klien
u) Lakukan pengukuran saturasi oksigen nafas
v) Isi lembar observasi
Lama pemberian intervensi inovasi ini selama ± 10 menit yang dilakukan maksimal 4
kali sehari atau apabila sedang sesak nafas
Pursed lip breathing (PLB)
Tarik napas perlahan melalui hidung Anda dan hitung - 1 dan 2.
Kencangkan atau kerutkan bibir Anda seolah-olah Anda akan bersiul.
Buang nafas dengan lembut melalui bibir yang mengerucut dan hitung
perlahan - 1 dan 2 dan 3 dan 4.
Jangan memaksa udara keluar dari paru-paru Anda.
Ada beberapa cara untuk melakukan pernapasan jenis ini.
Fisioterapis akan membantu Anda menemukan cara terbaik untuk Anda.
Rib Breathing
Ratakan tangan Anda di bagian bawah tulang rusukmu.
Bernapas melalui hidung dan rasakan iga Anda bergerak ke luar.
Hembuskan napas dan rasakan tulang rusuk Anda rata