Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH TERAPI SLOW STROKE BACK MASSAGE (SSBM)

TERHADAP KUALITAS TIDUR PASIEN POST OPERASI DI RSI


SULTAN AGUNG SEMARANG

Erna Melastuti1, Lia Ulvi Avianti1


1. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Korespondensi :
Erna Melastuti, d/a Fakultas Ilmu Keperawatan Unissula
Jln, raya kaligawe Km. 4, Semarang-Jawa Tengah
Email : mela_205@yahoo.com

ABSTRAK

Penurunan kualitas tidur pasien pasca operasi adalah masalah yang sering
terjadi karena rasa sakit, dan penurunan kualitas tidur tersebut bisa diatasi dengan
menggunakan terapi farmakologi dan non farmakologi. Salah satu terapi non
farmakologi yang dapat diberikan adalah terapi slow stroke back massage
(SSBM). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi
slow stroke back massage untuk meningkatkan kualitas tidur pada pasien pasca
operasi di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang .
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre eksperimen one
group pre test dan post test design. Data diambil dengan menggunakan kuisioner
kualitas tidur dengan 17 orang sampel. Data diolah dengan menggunakan t-test.
Hasil Setelah dilakukan uji paired t-test pada responden sebelum dan sesudah
diberi terapi slow stroke back massage diperoleh nilai sig .001 (p < 0.05) dan nilai
t-value -14.736 dengan perbedaan rerata sebelum dan sesudah diberi terapi
sejumlah -11.18 berdasar mean total sebelum terapi adalah 11.06 (SD 1.600) serta
mean total setelah terapi 22.24 (SD 2.905) Kesimpulan terdapat perbedaan yang
signifikan atau bermakna antara kualitas tidur sebelum dengan sesudah diberi
terapi slow stroke back massage.

Kata kunci: Slow Stroke Back Massage (SSBM), kualitas tidur

PENDAHULUAN

Operasi merupakan tindakan pem- mengalami peningkatan, hal tersebut


bedahan pada suatu bagian tubuh ditunjukkan dengan data pem-
(Smeltzer & Bare, 2002). Penelitian bedahan tahun 2005 sebesar
Weiser et al (2008) melaporkan dari 51,59%, tahun 2006 sebesar 53,68%
56 negara yang terdaftar di World dan belum ditemukan data dari
Health Organization (WHO) pada penelitian terbaru (Mustafa, 2010).
tahun 2004 diperkirakan sebesar Data Depkes RI (2009) menunjukkan
2342 juta tindakan bedah dunia atau sebanyak 180.000 pasien di Provinsi
sekitar satu operasi untuk setiap 25 Jawa Tengah telah menjalani
manusia hidup pertahun. Tindakan tindakan operasi, sedangkan di Kota
bedah di Indonesia setiap tahun

159
Semarang didapatkan sekitar 20.000 tidur, sedangkan dampak fisiologis-
pasien yang menjalani operasi. nya berupa rasa lelah, penurunan
Kondisi post operasi atau aktivitas sehari - hari, lambatnya
sesudah tindakan operasi dapat penyembuhan luka, daya tahan tubuh
menimbulkan ketidaknyamanan fisik menurun dan ketidakstabilan tanda -
pada pasien, diantaranya adalah tanda vital (Bukit, 2003 dalam
timbul mual muntah dan nyeri Nurlela dkk, 2009).
(Raymond & Nielsen, 2001; Potter & Hasil survey pendahuluan oleh
Perry, 2005; Sofaer, 2003; Thomas peneliti di Rumah Sakit Islam Sultan
& Kenneth, 2004). Nyeri tersebut Agung Semarang menunjukkan
dirasakan setelah efek anestesi (bius) angka tindakan operasi dari Januari
hilang (Nielsen & Raymond, 2001). sampai April 2013 berjumlah 1432
Penelitian Nuraini (2003) menemu- pasien dan setiap bulannya terdapat
kan data keluhan terbanyak pasien 358 pasien. Hasil wawancara di
post operasi adalah nyeri sebesar ruang Baitussalam 1 didapatkan 6
(34,5%) pada pasien dewasa awal dari 8 pasien post operasi
serta sebesar (32,8%) pada pasien mengeluhkan mengalami penurunan
dewasa menengah. Nyeri yang kualitas tidur dengan penyebab
dirasakan individu menjadi salah satu utama nyeri. Tindakan yang dilaku-
stimulan gangguan kualitas tidur kan perawat untuk mengatasi penu-
(Scott, Jane, James et al, 2010). runan kualitas tidur pasien di-
Kualitas tidur seseorang dikata- antaranya adalah mematikan sebagi-
kan baik apabila tidak menunjukkan an lampu ruangan ketika jam malam
tanda - tanda kekurangan tidur dan diluar jam besuk, serta membatasi
tidak mengalami masalah dalam jumlah pengunjung.
tidurnya (Hidayat, 2006). Kualitas Gangguan kualitas tidur dapat
tidur merujuk pada individu diperbaiki dengan terapi farmakologi
mengalami peningkatan waktu pada maupun terapi non farmakologi.
fase tidur REM (Prayitno, 2002; Salah satu terapi non farmakologi
Fahmi, 2012). Buysse (1998) yang bisa diberikan untuk mengatasi
menyatakan bahwa kualitas tidur gangguan kualitas tidur adalah terapi
meliputi aspek kuantitatif dan massage jenis Slow Stroke Back
kualitatif tidur seperti lamanya tidur, Massage (SSBM). SSBM adalah
waktu yang diperlukan untuk bisa massage yang dapat diberikan untuk
tertidur, frekuensi terbangun dan mengatasi gangguan kualitas tidur
aspek subjektif seperti kedalaman pada pasien post operasi. Massage
dan kepuasan tidur. merupakan teknik integrasi sensori
Kualitas tidur dapat dikatakan yang mempengaruhi sistem saraf
sangat berperan bagi individu dalam otonom. Metode yang dilakukan
pemulihan dari post operasi. adalah dengan mengusap kulit klien
Kualitas tidur seseorang yang buruk secara perlahan dan berirama dengan
dapat mengakibatkan gangguan kecepatan tangan 60 kali usapan per
keseim-bangan fisiologis dan menit (Potter & Perry, 2005). Usapan
psikologis. Depresi, cemas dan tidak yang panjang dan lembut dapat
konsentrasi merupakan tanda memberikan kesenangan serta
psikologis dari buruknya kualitas kenyamanan bagi pasien, sedangkan

160
usapan yang pendek dan sirkuler stroke back massage terhadap
cenderung lebih bersifat men- peningkatan kualitas tidur pasien
stimulasi (Caldwell, Acello & post operasi”.
Hegner, 2003).
Studi menunjukkan bahwa METODE PENELITIAN
SSBM efektif meningkatkan kualitas
tidur lansia (Cinar, 2012). Hasil Penelitian ini menggunakan
penelitian Han & Lee (2012) menun- jenis penelitian Pre eksperimen One
jukkan derajat nyeri berkurang secara Group Pre Test and Post Test Design
signifikan terhadap pasien post karena masih terdapat variabel luar
operasi gastrectomy dan kualitas yang ikut berpengaruh terhadap
tidur meningkat secara signifikan terbentuknya variabel dependen dan
setelah dilakukan terapi massage karena tidak adanya variabel kontrol.
punggung. Holland dan Pokorny Populasi penelitian ini adalah
(2001) melaporkan bahwa penerapan semua pasien post operasi mayor di
SSBM selama 3 hari di panti Ruang Baitus Salam 1 dan 2 Rumah
rehabititasi di Carolia utara pada usia Sakit Islam Sultan Agung Semarang.
antara 52 dan 88 tahun menunjukkan Peneliti mengambil sampel 17 orang
adanya penurunan yang signifikan sesuai dengan kriteria inklusi dan
pada tekanan darah sistolik dan ekslusi. Penelitian dilakukan pada
diastolik, penurunan signifikan bulan Maret 2014.
secara statistik pada denyut jantung Instrumen pada penelitian ini
rata - rata dan pernapasan, serta skor adalah Kuesioner Kualitas Tidur
persepsi menunjukkan SSBM dapat (KKT) diadopsi dari The Sleep
membuat pasien merasa diperhati- Quality Questionaires (SQQ) (Bukit,
kan, bahagia, santai secara fisik, 2003; Fitrisyia, 2012; Sagala, 2011).
mengurangi kegelisahan, menimbul- Semua sampel yang telah
kan rasa tenang, dan menimbulkan terpilih berdasarkan kriteria inklusi
perasaan bahagia. dan ekslusi diberikan terapi SSBM
Penerapan SSBM di Indonesia selama 15 menit dalam waktu 3 hari
telah diteliti sebagai tindakan berturut - Sebelum diberikan terapi,
mandiri keperawatan dalam sampel akan dijelaskan tentang
mengontrol Low Back Pain (Gayu & prosedur dan tujuan penelitian,
Nur, 2012) nyeri disminore kemudian sampel diminta menan-
(Mukhoirotin & Zuliani, 2010) dan datangani informed consent sebagai
nyeri osteoarthritis (Mardliyah, persetujuan menjadi responden.
2010), sedangkan SSBM untuk Pengambilan data dilakukan
mengatasi gangguan kualitas tidur dengan data primer dan data
pada pasien dengan berbagai indikasi sekunder. Data primer diperoleh
post operasi di RS Islam Sultan melalui pengisian kuesioner oleh
Agung Semarang belum pernah responden mengenai kualitas tidur
diteliti sehingga belum diketahui post operasi mayor dan diberikan
efektivitasnya. Berdasar substansi sebelum dan sesudah diberi terapi
yang telah dijelaskan di atas, peneliti SSBM. Data sekunder didapat dari
tertarik untuk melakukan penelitian literatur - literatur yang relevan serta
mengenai ”pengaruh terapi slow sumber lain yang menunjang. Setelah

161
data terkumpul, dilakukan peng- Hasil penelitian sesudah diberi
hitungan jumlah skor. Selanjutnya terapi (post test) menunjukkan
data ditabulasikan dan dimasukkan mayoritas responden memulai waktu
dalam tabel frekuensi dan diinter- tertidur (sleep latency) selama
pretasikan. kurang dari 5-30 menit (35.3%)
Uji paired t test dengan tingkat dengan nilai rerata waktu memulai
signifikansi p ≤ 0,05 dan tingkat tidur sebesar 2.94 (SD 1.029) dan
kepercayaan 95% digunakan untuk terbangun 1-2 kali di malam hari
menganalisis perbedaan kualitas (47.1%) dengan rerata frekuensi
tidur sebelum dan setelah diberikan terbangun 3.18 (SD .951). Sebagian
terapi SSBM. besar responden mendapat total jam
tidur 5-6 jam (47.1%) dengan rerata
HASIL PENELITIAN DAN kuantitas tidur 2.71 (SD .772),
PEMBAHASAN merasa segar saat bangun pagi
(52.9%) dengan rerata perasaan
Hasil bangun pagi 3.53 (SD .514) serta
Kualitas tidur responden sebe- tidur sangat nyenyak (58.8%) dengan
lum terapi (pre test) nilai rata - rata rerata nyenyak tidur 3.35 (SD 996).
lama responden memulai waktu tidur Responden mendapat kepuasan tidur
(sleep latency) sebesar 1.53 (SD sedang (52.9%) dengan rerata puas
.624) dengan persentase terbanyak tidur 3.06 (SD .827) dan tidak
responden memulai tidur > 60 menit merasa lelah ketika beraktivitas siang
(52.9%) sejumlah 9 responden. Nilai hari (52.9%) dengan rerata lelah
rata – rata frekuensi terbangun pada siang hari 3.47 (SD .624).
malam hari 1.82 (SD .636) dengan Setelah dilakukan uji paired t-
persentase terbanyak (58.8%) test secara keseluruhan pada
terbangun malam hari 3-4 kali responden sebelum dan sesudah
sejumlah 10 responden dan rerata diberi terapi slow stroke back
kuantitas tidur yang diperoleh massage diperoleh nilai sig .001 (p <
responden 1.59 (SD .795) dengan 0.05) dan nilai t-value -14.736
persentase terbanyak total jam tidur dengan perbedaan rerata sebelum dan
< 5 jam (52.0%) sejumlah 9 sesudah diberi terapi sejumlah -11.18
responden. Rerata yang merasakan berdasar mean total sebelum terapi
kantuk pagi hari sebesar 1.65 (SD adalah 11.06 (SD 1.600) serta mean
.493) sejumlah 11 responden total setelah terapi 22.24 (SD 2.905)
(64.7%). Rara – rata responden dengan demikian berarti terdapat
mengeluhkan tidak nyenyak tidur perbedaan yang signifikan atau
sebesar 1.35 (SD .606) sejumlah 12 bermakna antara kualitas tidur
responden (70.6%) dan mengeluhkan sebelum dengan sesudah diberi terapi
tentang kepuasan tidur 1.29 (SD slow stroke back massage.
.686) sejumlah 14 responden
(82.4%). Rerata responden merasa Pembahasan
lelah saat beraktivitas siang hari 1.82 Berdasarkan hasil penelitian ini
(SD .393) sejumlah 14 responden didapatkan sejumlah 9 responden
(82.4%). post operasi mayor (52.9%) memulai
tidur lebih dari 60 menit dengan

162
rerata memulai tidur 1.53 (SD .624). (SD 393) sebanding dengan total jam
Kondisi ini berbeda dengan orang tidur yang didapat. Tubuh tidak
sehat dimana dibutuhkan waktu mampu menyimpan energi sesuai
untuk mulai tertidur kurang dari 20 yang dibutuhkan selama waktu tidur
menit (Schacter, 2008). 12 responden karena sedikitnya total jam tidur
(70.6%) sebentar – bentar mengalami yang diperoleh (Potter & Perry,
terbangun di waktu tidur dengan 2005). Individu yang tidur malamnya
rerata nyenyak tidur sebesar 1.35 kurang dari 4 jam memiliki resiko
(SD .606), hal ini dapat mem- untuk mengalami gangguan toleransi
pengaruhi tingkat sekresi kortisol glukosa dibanding kelompok yang
yang berfungsi mening-katkan kadar tidurnya cukup (Spiegel et al, 1999
glukosa darah. Pernyataan tersebut dalam Arifin, 2011). Mean total
sebanding dengan pernyataan Venes kualitas tidur pasien post operasi
(2009) bahwa kortisol disekresi pada sebelum diberi terapi slow stroke
pertengahan waktu tidur. back massage lebih rendah dari
Persentase responden terbangun sebelum diberi terapi yaitu 11.06 (SD
pada malam hari 3-4 kali sebesar 1.600). Hal tersebut sesuai dengan
(58.8%) atau sejumlah 10 responden hasil penelitian Wicaksono (2012)
dengan rerata frekuensi terbangun mengenai analisis faktor dominan
1.82 (SD .636) dan total jam tidur yang berhubungan dengan kualitas
kurang dari 5 jam sejumlah 9 tidur bahwa ditemukan adanya
responden (52.0%) dengan rerata hubungan antara penyakit yang
kuantitas tidur 1.59 (SD .795) serta mengganggu dengan kualitas tidur.
mengalami kantuk pagi 11 responden Hasil post test didapatkan 6
(64.7%) dengan rerata 1.65 (SD responden (35.3%) post operasi
.493). Kondisi sakit yang menye- mayor mengalami perbaikan durasi
babkan nyeri serta ketidak-nyamanan memulai tidur setelah diberi terapi
fisik dapat menjadikan responden slow stroke back massage dari 60
mengalami peningkatan frekuensi menit memulai tidur menjadi < 5
terbangun pada malam hari sehingga menit dan 6 responden lain menga-
terjadi penurunan jumlah jam tidur. lami perubahan waktu memulai tidur
Penurunan pemenuhan jumlah jam menjadi 16-30 menit dengan nilai
tidur tersebut memberi dampak rerata mulai tidur sebesar 2.94 (SD
kantuk pada keesokan pagi (Fitrisya, 1.029), hal tersebut dikarenakan
2012; Potter & Perry, 2005). mekanisme terapi slow stroke back
Hasilnya menunjukkan 14 massage selama 15 menit dapat
responden (82.4%) merasa tidak puas membuat pori – pori kulit berdilatasi
tidur dengan rerata puas tidur 1.29 dan tubuh kehilangan panas sehingga
(SD .686) sejalan yang dikemukakan terjadi penurunan suhu tubuh yang
Sagala (2011) bahwa perasaan tidak akan mengurangi fase keterjagaan,
puas tidur diakibatkan seringnya sesuai dengan hasil penelitian Cinar,
responden terbangun di malam hari Eser, Khorshid (2009) dimana terjadi
karena adanya ketidaknyamanan. penurunan suhu tubuh secara
Lelah beraktivitas siang hari signifikan pada responden yang telah
sebanyak 14 responden (82.4%) dilakukan massage punggung selama
dengan rerata lelah siang hari 1.82 15 menit dan 30 menit. Sejalan

163
dengan pernyataan Arjunam (2011) pemenuhan energi tubuh seperti yang
bahwa manusia memiliki Circandian dikemukakan Potter (2005) bahwa
Rhythm atau ritme suhu tubuh yang selama tidur tubuh menyimpan
tidak konstan 370C melainkan naik energi dan penurunan laju metabolik
turun, ketika suhu tubuh menurun basal menyimpan persediaan energi.
maka tubuh akan lelah, malas dan Selama periode awal tidur
akhirnya cepat tertidur. 8 responden malam, terjadi peningkatan sekresi
(47.1%) juga mengalami penurunan hormon pertumbuhan (GH)
frekuensi terbangun 1-2 kali di sedangkan Adeno Corticotropin
malam hari dengan nilai rerata Hormon (ACTH) dan kortisol
frekuensi terbangun malam hari menurun (Steiger, 2003). Kortisol
sebesar 3.18 (SD .951) dan berpengaruh terhadap pemecahan
peningkatan total jam tidur 5-6 jam karbohidrat, protein dan lemak
dengan rerata kuantitas tidur 2.71 melalui gluconeogenesis yang
(SD .772) dimungkinkan karena menghasilkan glukosa sebagai
kecilnya frekuensi terbangun sumber energi serta berperan dalam
menyebabkan meningkatnya total mempengaruhi fungsi tubuh selama
jam tidur responden. periode istirahat (Smeltzer & Bare,
Jumlah responden yang merasa 2002).
segar saat bangun pagi sebanyak 9 Peningkatan kualitas tidur yang
responden (52.9%) dengan rerata signifikan pada pasien post operasi
perasaan ketika bangun pagi sebesar mayor dikarenakan responden secara
3.53 (SD .514) dan 10 responden teratur (selama 15 menit dalam 3
(58.8%) merasakan tidur sangat malam berturut - turut) diberi terapi
nyenyak dengan rerata nyenyak tidur slow stroke back massage, hal ini
sebesar 3.35 (SD .996). Perasaan sejalan dengan hasil penelitian Han
enak dan segar akan dirasakan & Lee (2012) mengenai pengaruh
setelah individu mengalami tidur massage punggung terhadap
nyenyak yang disebabkan oleh kerja penurunan nyeri, tingkat ansietas dan
hormone pertumbuhan pada tidur kualitas tidur pasien post operasi
tahap 4. Hormon pertumbuhan Gastrectomy dimana terdapat
berfungsi untuk pemulihan tubuh, peningkatan kualitas tidur secara
memperbaiki sel, membangun otot signifikan pada responden kontrol
dan jaringan pendukung (Arjunam, yang telah diberi massage punggung,
2011). 9 responden (52.8%) juga dan diperkuat dengan hasil penelitian
mengalami peningkatan kepuasan Cinar & Eser (2012) yaitu adanya
tidur dari perasaan tidak puas tidur peningkatan kualitas tidur pada
menjadi kepuasan tidur sedang lansia setelah dilakukan SSBM
dengan rerata puas tidur sebesar 3.06 selama 3 hari.
(SD .827) dan tidak merasa lelah Skor total peningkatan kualitas
beraktivitas siang 9 responden tidur dilihat dari total nilai waktu
(52.9%) dengan rerata 3.47 (SD yang diperlukan untuk dapat
.624), hal tersebut karena adanya memulai tidur (sleep latency),
peningkatan total jam tidur setelah lamanya waktu tidur (sleep
diberikan terapi slow stroke back duration), frekuensi terbangun di
massage yang berdampak pada malam hari, perasaan ketika bangun

164
tidur, kedalaman tidur, kepuasan 2. Bagi profesi keperawatan
tidur dan adanya lelah di siang hari Perawat diharapkan mampu
(Buysse et al, 2000; Bukit, 2003). mengedukasi anggota keluarga
cara melakukan terapi slow
KESIMPULAN stroke back massage untuk
mengatasi gangguan kualitas
1. Terdapat pengaruh terapi slow tidur pasien maupun perawat
stroke back massage terhadap secara mandiri memberikan
kualitas tidur pasien post operasi terapi langsung ke pasien.
di RSI Sultan Agung Semarang 3. Bagi peneliti selanjutnya
dibuktikan dengan nilai p value Diharapkan dapat melakukan
pada uji paired t-test adalah penelitian selanjutnya tentang
0.001. pengaruh sejenis dengan
2. Hasil pengukuran kualitas tidur intensitas dan durasi yang
pasien post operasi di RSI Sultan berbeda.
Agung Semarang sebelum diberi
terapi slow stroke back massage DAFTAR PUSTAKA
memiliki kualitas tidur buruk
dengan nilai rerata 11.06 dan Arifin, Z. (2011). Analisis hubungan
besaran variabilitas 1.600. kualitas tidur dengan kadar
3. Hasil pengukuran kualitas tidur glukosa darah pasien diabetes
pasien post operasi di RSI Sultan mellitus tipe 2 di Rumah Sakit
Agung Semarang setelah diberi Umum Propinsi Nusa Tenggara
terapi slow stroke back massage Barat. Tesis. Depok: Fakultas
memiliki peningkatan rerata Ilmu Keperawatan Universitas
sebesar 22.24 dengan variabilitas Indonesia
sebesar 2.905 yang berarti data Arjunam, K. (2011). Pengaruh pola
diantara anggota elemen lebih tidur terhadap tinggi badan anak
heterogen dan terjadi perbaikan umur 15-18 tahun di SMA
kualitas tidur. Raksana Medan tahun 2011.
4. Terapi slow stroke back massage Karya Tulis Ilmiah. Medan:
(SSBM) dapat meningkatkan Fakultas Kedokteran Universitas
kualitas tidur pada pasien post Sumatera Utara.
operasi. http://repository.usu.ac.id/bitstre
am/123456789/31208/4/Chapter
SARAN %20II.pdf
Bukit, E.K. (2003). Kualitas tidur
1. Bagi keluarga pasien dan faktor - faktor gangguan
Keluarga pasien yang sudah tidur klien lanjut usia di ruang
melihat cara melakukan slow penyakit dalam rumah sakit
stroke back massage mampu Medan. Jurnal Keperawatan
mengaplikasikan terapi tersebut Indonesia, 9(2)
secara mandiri terhadap anggota Buysse, D.J., Reynolds Iii, C.F.,
keluarga lain yang mengalami Monk, T.H., Berman, S.R., &
gangguan kualitas tidur. Kupfer, D.J. (1989). The
pittsburgh sleep quality index : a

165
new instrument for psychiatric http://repository.usu.ac.id/handle
practice and research. Journal of /123456789/39784
Psychiatric Research, 28 (2), Gayu, S.H., Nur, S.D. (2012). The
193 - 213. Effect Of Slow Stroke Back
Http://www.Ncbi.Nlm.Nih.Gov/ Massage (Ssbm) To The Change
Pubmed/2748771. Of The Pain Intensity In Patients
Cadwell, E & Hegner, B R. (2003). With Acute Low Back Pain
Asisten Keperawatan: Suatu (LBP). Journal Nursing Studies,
Pendekatan Proses 1(1), 66-67. http://Ejournal-
Keperawatan edisi 6. Jakarta: S1.Undip.Ac.Id/Index.Php/Jnurs
EGC ing
Cinar, S., Eser, I. (2012). Effect On Han, M. S., & Lee, K. Y. (2012). The
Sleep Quality Of Back Massage Effect Of Back Massage On
In Older Adults In Rest Home. Degree Of Pain, State Anxiety
Deuhyo Ed, 5(1), 2-7 And Quality Of Sleep Of
Cinar, S., Eser, I., Khorshid, L. Postoperative Patients With
(2009). The Effect Of Back Gastrectomy. Asian Oncology
Massage On Vital Signs And Nursing, 12(1), 69-76
Anxiety Level Elderly Staying Hidayat, A. A. (2006). Pengantar
In A Rest Home. Faculty of Konsep Dasar Keperawatan.
Health Sciences Nursing Journal Jakarta: Salemba Medika
16 (2), 14-21 Holland, B., Pokorny, M. (2001).
Depkes RI. (2009). Pasien Post Slow Stroke Back Massage : Its
Operasi di Indonesia. Effect On Patients In
http://www.depkes.go.id/index.p Rehabilitation Setting.
hp?vw=2&id=2278 Rehabilitation Nursing, 26, 182
Fahmi, F. (2012). Pengaruh terapi http://www.Ncbi.Nlm.Nih.Gov/
musik terhadap tingkat Pubmed/12035687
gangguan tidur pada pasien Mardliyah. (2010). Pengaruh
paska operasi laparotomi di Irna Stimulasi Kutanius: Slow Stroke
b (teratai) dan Irna a ambun pagi Back Massage Terhadap
RSUP dr. M. Djamil Padang. Intensitas Nyeri Osteoarthritis
Skripsi. Padang: Fakultas Pada Lansia Di Panti Werdha
Keperawatan Universitas Hargo Dedali Surabaya. Skripsi.
Andalas. http://alumni.unair.ac.id/
http://repository.unand.ac.id/178 kumpulanfile/ 1091844746
27/1/Bab%20I%20 skripsi.pdf _abs.pdf
Fitrisyia, R. (2012). Pengaruh Mukhoirotin, Zuliani. (2010).
Relaksasi Otot Progresif Pemanfaatan Stimulasi Kutaneus
Terhadap Pemenuhan Kebu- (Slow Stroke Back Massage)
tuhan Tidur Lansia Di UPT Terhadap Penurunan Intensitas
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Nyeri Haid (Disminore). Jurnal
Dan Anak Balita Wilayah Binjai Unipdu,1(2).
dan Medan. Skripsi. Medan: http://www.Journal.Unipdu.Ac.I
Fakultas Keperawatan d/Index.Php/Seminas/Article/Vi
Universitas Sumatera Utara. ew/166

166
Mustafa, Mw.D.Y. (2010). http://repository.usu.
Hubungan Antara Kompetensi ac.id/bitstream/ 123456789/
Perawat Dalam Melakukan 38841/4/ Chapter%20ll.pdf
Tindakan Keperawatan Pada Schachter, L. (2008). Sample
Pasien Terhadap Kepuasan Diagnostic Report Sleep
Pasien Rawat Inap Di Rumah Services Australia.
Sakit Umum Kota Semarang. http://www.tmjtreatment.com.au
Nuraini, T., Afifah, E., Sugiwati, S. /SSA_diagnostic.pdf diakses 10
(2003). Gangguan Pola Tidur April 2014
Pasien 2 – 11 Hari Pasca Scott, F; Jane, B; James, P.R; John,
Operasi. Jurnal Keperawatan J.B.2010. Bonica’s Management
Indonesia, 7(21) of Pain. 4th Ed.Baltimore
Nurlela, S., Saryono., Yuniar, I. Smeltzer, S.C & Bare, B.G. (2002).
(2009). Faktor - Faktor Yang Buku Ajar Keperawatan Medical
Mempengaruhi Kualitas Tidur Bedah. Edisi 8,Vol. 1. Jakarta:
Pasien Post Operasi Laparotomi EGC
Di Ruang Rawat Inap Rumah Sofaer, B. (2003). Pain Principles,
Sakit PKU Muhammadiyah Practice And Patients. 3th
Gombong. Jurnal Ilmiah edition. Cheltenham: Nelson
Kesehatan Keperawatan, 5(1). Thornes Ltd
http://Ejournal. Spiegel, K. (1999). Impact of Sleep
Stikesmuhgombong. Ac.Id/ Debt on Metabolic And
Index. Php/ Jikkn/ Article/ Endocrine Function. Lancet,
View/6 354: 1435-1439
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Steiger, A. (2003). Sleep And
Fundamental Keperawatan; Endocrinology. Journal of
Konsep, Proses Dan Praktik. Internal Medicine, 254: 13–22
Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC Weiser, T.G., Regenbogen, S.E.,
Prayitno, A. (2002). Gangguan Pola Thompson, K.D., Haynes, A.B.,
Tidur Pada Kelompok Usia Lipsitz, S.R., Berry, W.R.,
Lanjut Dan Penatalaksanaannya. Gawande, A.A. (2008). An
Jurnal Kedokteran Trisakti. Estimation of The Global
21(1) Volume of Surgery: A Modelling
Raymond, I., Nielsen, T. A., Strategy Based on Available
Lavigne, G., Manzini, C., & Data. Lancet; 372: 139–44
Choiniere, M. (2001). Quality Of Thomas, H., Kenneth, D.C. (2004).
Sleep And Its Daily Relationship Pain Psychological
To Pain Intensity In Hospitalized Perspectives. New Jersey:
Adult Burn Patients. Pain, 92(3), Lawrence Elbaum Associates,
381-388 Inc
Sagala,V.P. (2011). Kualitas Tidur Venes, D. (2009). Sleep Taber’s
Dan Faktor - Faktor Gangguan Cyclopedic Medical Dictionary.
Tidur Pada Penderita Nursing Reference Center
Hipertensi. Skripsi. Medan: (http://web.ebscohost.com/nrc/d
Fakultas Keperawatan etail?) diakses 10 April 2014
Universitas Sumatera Utara.

167
Wicaksono, D.W. (2011). Analisis Airlangga. Skripsi. Surabaya:
Faktor Dominan Yang Fakultas Keperawatan
Berhubungan Dengan Kualitas Universitas Airlangga.
Tidur Pada Mahasiswa Fakultas http://journal.unair.ac.id/filerPD
Keperawatan Universitas F/Jurnal.rtf

168
PENDAHULUAN

Asuhan pada ibu nifas bertujuan Jumlah persalinan di RSU Bhakti


untuk mendeteksi adanya perdarahan Husada Krikilan Banyuwangi pada
masa nifas, menjaga kesehatan ibu bulan Juni 2014 s/d Nopember 2014
dan bayinya, melakukan skrening sudah mencapai 284 persalinan.
secara komprehesif, memberikan Jumlah persalinan ini sama besarnya
pendidikan mengenai laktasi dan jika dibandingkan dengan jumlah
perawatan payudara (Nanny, 2005). persalinan di rumah sakit lainnya
Perawatan payudara merupakan yang ada di sekitar kota Banyuwangi.
kegiatan merawat payudara yang Namun, berdasarkan studi pen-
bertujuan untuk memperlancar dahuluan yang dilakukan peneliti
produksi ASI dan mencegah ter- pada bulan 29 Nopember 2014 di
jadinya masalah pada payudara. RSU Bhakti Husada Krikilan
Berdasarkan data WHO (2000) Banyuwangi dari 10 ibu menyusui
yang dikutip dari Roesli (2000) pada didapat hasil bahwa 1 ibu melakukan
enam negara berkembang, resiko perawatan payudara dengan benar
kematian bayi antara usia 9-12 bulan dan 9 ibu melakukan perawatan
meningkat 40% jika bayi tersebut payudara kurang benar. Sebelumnya
tidak disusui ASI. Sedangkan untuk bidan di RSU Bhakti Husada
bayi yang berusia dibawah dua Krikilan Banyuwangi sudah pernah
bulan, angka kematian ini meningkat memberikan penyuluhan tentang cara
menjadi 48% (Roesli, 2000). perawatan payudara pada ibu
Sementara menurut laporan dari menyusui, namun dari studi
Survei Demografi dan Kesehatan pendahuluan yang dilakukan oleh
Indonesia (SDKI, 2007) diusia lebih peneliti didapatkan hasil bahwa
dari 25 tahun sepertiga wanita di masih banyak ibu menyusui yang
dunia (38%) didapati tidak menyusui melakukan perawatan payudara
bayinya karena terjadi pem- kurang benar. Oleh karena itu
bengkakan payudara, dan di peneliti tertarik untuk melakukan
Indonesia angka cakupan ASI penelitian efektifitas pendidikan
eksklusif mencapai 32,3% ibu yang kesehatan metode simulasi untuk
memberikan ASI eksklusif pada anak meningkatkan keterampilan iu dalam
mereka. Survei Demografi dan perawatan payudara di RSU Bhakti
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun Husada Krikilan Banyuwangi.
2008-2009 menunjukkan bahwa 55% Perawatan payudara pada ibu
ibu menyusui mengalami mastitis menyusui meliputi pengurutan yang
dan putting susu lecet, kemungkinan terdiri dari tiga kali pengurutan yang
hal tersebut disebabkan karena kemudian dilanjutkan dengan tahap
kurangnya perawatan payudara. pengompresan serta pengosongan
Sementara itu, Berdasarkan ASI. Waktu pelaksanaan perawatan
penelitian di Surabaya pada tahun payudara dimulai sedini mungkin
2013 menunjukkan 46% ibu yang yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan
memberikan ASI eksklusif pada dan dilakukan 2 kali sehari pada pagi
anaknya dan yang tidak melakukan dan sore hari. Perawatan payudara
perawatan payudara sekitar 34%. yang tidak benar menyebabkan

170
kurang lancarnya pengeluaran ASI menentukan responden sesuai
serta payudara bengkak. Sehingga, dengan kriteria penelitian, meminta
akan menjadi penyulit dalam proses kesediaan sebagai responden dan
menyusui. Perawatan payudara pada kesediaan menandatangani informed
ibu menyusui yang tidak benar concent, melakukan wawancara
disebabkan karena kurangnya kepada ibu dan menanyakan apakah
informasi tentang cara perawatan ibu pernah melakukan perawatan
payudara yang benar serta. Oleh payudara, meminta ibu untuk
karena itu, persiapan menyusui melakukan perawatan payudara
sebelumnya harus dipersiapkan sesuai dengan kemampuan ibu,
dengan perawatan payudara yang mengevaluasi cara perawatan payu-
benar, sehingga ibu menyusui harus dara ibu sesuai dengan check list
memiliki pengetahuan yang baik perawatan payudara, memberikan
tentang perawatan payudara (breast simulasi cara perawatan payudara ibu
care). menyususi, kemudian meminta ibu
untuk melakukan cara perawatan
METODE PENELITIAN payudara pasca pemberian simulasi
dan mengevaluasi sesuai dengan
Penelitian ini dilakukan di RSU check list perawatan payudara.
Bhakti Husada Krikilan Banyuwangi Langkah ini dilakukan untuk
pada bulan Desember 2014 s/d memperoleh data sebelum dan
Januari 2015, penelitian ini sesudah dilakukan simulasi.
menggunakan metode penelitian Pra
Eksperiment dengan desain HASIL PENELITIAN DAN
penelitian “One Group Pretest- PEMBAHASAN
Postest”. Populasi dan sampel dalam
penelitian ini adalah seluruh ibu Hasil
menyusui pada bulan Januari yang 1. Deskripsi Ringkasan Data
ada di ruang nifas RSU Bhakti Keterampilan Ibu dalam
Husada Krikilan Banyuwangi. Melakukan Perawatan Payudara
Variabel dalam penelitian ini adalah Hasil dari analisis statistik
perawatan payudara ibu menyusui deskriptif yang dilakukan pada
sebelum dan sesudah dilakukan ibu menyusui di yang ada di RS
simulasi. Dalam hal ini pengumpulan Bhakti Husada Krikilan pada
data dilakukan dengan menggunakan bulan Desember 2014 sampai
check list. Adapun langkah- Januari 2015.
langkahnya adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Ringkasan Data Keterampilan Ibu dalam Melakukan Perawatan
Payudara
Mean N Std. Deviasi Std. Error Mean
Pre 8.96 50 2.204 0.312
Post 13.98 50 2.199 0.311
Berdasar tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata nilai responden sebelum
mendapatkan pelatihan perawatan payudara adalah 8.96 dengan standar
deviasi 0,312 dan nilai rata-rata responden setelah mendapat pelatihan
perawatan payudara adalah 13.98 dengan standar deviasi 0,311.

171
Pengujian Hipotesis menggunakan IBM SPSS versi
Pada penelitian ini, pengujian 20. Setelah dilakukan
hipotesis dilakukan dengan perhitungan diperoleh hasil
menganalisa data hasil prestasi sebagai berikut:
belajar mahasiswa dengan
Tabel 2 Nilai korelasi antara 2 variabel
N Correlation Sig.
Pair Pre post 50 0.994 0.000
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa nilai Korelasi antara 2
variabel tersebut menunjukkan hasil sebesar 0,994 yang artinya terdapat
hubungan yang kuat dan positif.
Tabel 3 Korelasi menurut Joanathan Sarwono
Korelasi Jonathan Sarwono
0 Tidak ada korelasi
0.00 – 0.25 Korelasi sangat lemah
0,25 – 0,50 Korelasi cukup
0,50 – 0,75 Korelasi kuat
0,75 – 0,99 Korelasi sangat kuat
1 Korelasi sempurna
Berdasar pada tabel diatas dan melihat hasil dari penelitian ini yang memiliki
nilai korelasi 0,994 maka menurut teori Johari Sarwono penelitian ini
tergolong memiliki korelasi sangat kuat.
Tabel 5 Hasil perhitungan T Test menggunakan SPSS 20
Paired Differences
Mean Std. Std. 95% Confidence
Deviati Error Interval of the
on Mean Difference T df Sig.
Lower Upper
Pair Pre - 0.0247 0.035 - 5.090 - 4.950 - 49 0.000
1 post 5.020 143.93
9
Berdasarkan hasil output Pembahasan
menunjukkan Nilai t-hitung Berdasarkan hasil output
yang dihasilkan adalah -143.939 menunjukkan Nilai t-hitung yang
pada derajat bebas 49 lebih kecil dihasilkan adalah -143.939 pada
daripada nilai t-tabel sebesar derajat bebas 49 lebih kecil daripada
2.010 (5%) (lihat tabel sebaran nilai t-tabel sebesar 2.010 (5%) (lihat
t). nilai sig.2-tailed lebih kecil tabel sebaran t). nilai sig.2-tailed
daripada nilai kritik 0,05 (0,0001 lebih kecil daripada nilai kritik 0,05
< 0,05) berarti kita dapat (0,0001 < 0,05) berarti kita dapat
menerima H0 dimana pengaruh menerima H0 dimana pengaruh
adalah sama dengan nol, artinya adalah sama dengan nol, artinya
tidak ada pengaruh antara tidak ada pengaruh antara sebelum
sebelum dan sesudah pemberian dan sesudah pemberian perlakuan
perlakuan perawatan payudara perawatan payudara terhadap ibu
terhadap ibu nifas. nifas.

172
Pendidikan kesehatn yang dalam tidak membuat para siswa tersebut
penelitian ini berupa metode simulasi suntuk, dan juga para siswa tersebut
tidak mempunyai pengaruh terhadap dapat menangkap ilmu dari tenaga
keterampilan ibu dalam melakukan pendidik tersebut dengan mudah.
perawatan payudara, karena ada Dalam penelitian ini peneliti meng-
beberapa faktor yang mempengaruhi- gunakan metode simulasi.
nya. Hal ini diperkuat oleh pendapat Penelitian ini sejalan dengan
Syah (2003) yang menyatakan bahwa penelitian yang dilakukan oleh
untuk mencapai prestasi belajar yang Meryem (2009) menyebutkan bahwa
diharapkan maka perlu diperhatikan metode belajar tidak mempengaruhi
beberapa faktor, yaitu faktor yang pencapaian prestasi belajar siswa.
berasal dari dalam diri siswa Bahan audiovisual yang digunakan
(internal) dan faktor yang berasal dalam lingkungan belajar yang
dari luar (eksternal). Faktor yang dirancang dengan baik tidak mem-
berasal dari dalam diri anak bersifat pengaruhi pencapaian prestasi siswa
fisiologis (kondisi panca indera, yang memiliki beragam jenis gaya
kondisi kesehatan) dan psikologis belajar. Prestasi mahasiswa dalam
(intelegensi, bakat, minat, motivasi, penelitian ini adalah berupa keteram-
kepercayaan diri) sedangkan faktor pilan melakukan perawatan payu-
yang berasal dari luar adalah faktor dara.
keluarga, pendidikan, masyarakat, Ada beberapa faktor yang
dan sebagainya. Hal serupa juga menyebabkan responden tidak biasa
disampaikan oleh Walgito (2006) mencera materi penyuluhan yang
yang menyatakan bahwa hasil belajar diberikan, yaitu faktor internal dan
tidak hanya ditentukan oleh sarana faktor eksternal. Pada penelitian ini
prasarana yang ada dan kualitas kedua faktor tersebut sangat
pembelajaran saja, tetapi juga berperan. Kondisi fisik sehat dan
dipengaruhi oleh kualitas peserta bugar akan berpengaruh positif
yang masuk (in put). Sebaik apapun selama menerima materi simulasi.
sarana prasarana yang tersedia dan Panca indera yang berfungsi dengan
proses pembelajaran yang terjadi baik akan mempermudah aktivitas
akan sulit menghasilkan prestasi belajar seseorang, begitu juga
belajar yang maksimal jika kualitas sebaliknya. Begitu juga dengan
peserta didik rendah, seperti yang kondisi psikologis mereka, salah
diketahui, responden dari penelitian satunya adalah motivasi. Dengan
ini rata-rata adalah tamatan sekolah motivasi, peserta didik dapat me-
dasar dan sekolah menengah ngembangkan aktivitas dan inisiatif,
pertama. dapat mengarahkan dan memelihara
Metode pembelajaran adalah ketekunan dalam melakukan kegia-
suatu cara atau upaya yang dilakukan tan belajar, peserta didik yang
oleh para pendidik agar proses memiliki motivasi kuat akan
belajar-mengajar pada siswa tercapai mempunyai banyak energi untuk
sesuai dengan tujuan. Metode melakukan kegiatan belajar sehingga
pembelajaran ini sangat penting di hasil belajar akan optimal jika ada
lakukan agar proses belajar mengajar motivasi yang tepat dan kuat.
tersebut nampak menyenangkan dan

173
Faktor yang kedua adalah faktor peningkatan keterampilan ibu dalam
eksternal yang meliputi lingkungan melakukan perawatan payudara,
sosial dan nonsosial. Lingkungan antara lain lingkungan sekitar tempat
yang kumuh, udara tidak segar, belajar, dukungan kelurga, teman
terlalu panas atau terlalu dingin, terdekat, pemberi materi dan
ketegangan yang terjadi di rumah lingkungan dalam melakukan
sakit (tempat melakukan penelitian) penyuluhan.
maupun dirumah mempengaruhi Dari hasil analisis tersebut maka
konsentrasi untuk melakukan kegia- kita akan mendapatkan bahwa tidak
tan belajar. ada pengaruh antara sebelum dan
Kondisi fisik ibu yang menga- sesudah pemberian perlakuan
lami kelelahan setelah melahirkan perawatan payudara terhadap ibu
juga sangat mempengaruhi pene- nifas. Untuk mendapatkan hasil yang
rimaan materi yang diberikan oleh baik dalam pemberian perawatan
peneliti. Responden yang dalam payudara harus dilakukan dua kali
penelitian ini adalah 3 hari sehari pada waktu mandi pagi dan
melahirkan masih terlalu sibuk untuk sore hari, namun dalam pemberian
memikirkan peran barunya sebagai pelatihan pada ibu nifas yang
seorang ibu, masih berfokus pada dilakukan, terdapat peningkatan
bayinya dan kurang istirahat. Hal pengetahuan kepada ibu nifas yang
ituah yang membuat materi dari tidak tahu cara perawatan
penyuluhan tidak bisa diterima payudara menjadi mengerti dan tahu
dengan baik oleh responden. cara perawatan payudara, dan dari
Selain itu, berdasarkan testimoni para reponden terdapat
pengamatan yang dilakukan di pengaruh terhadap penambahan air
tempat penelitian terdapat banyak susu ibu setelah dilakukan perawatan
faktor yang mempengaruhi keter- payudara selama 1 minggu.
capaian peningkatan keteram-pilan
ibu dalam melakuan perawatan KESIMPULAN
payudara. Faktor internal yang
berpengaruh selain motivasi belajar Berdasarkan hasil penelitian
peserta didik, antara lain aspek yang telah dilakukan maka dapat
fisiologis (kesehatan peserta didik) disimpulkan hal – hal berikut ini:
dengan kesehatan yang baik maka responden yang merupakan ibu
proses menerima dan informasi akan menyusui rata-rata melakukan
berjalan lancar, sebaliknya apabila perawatan payudara dengan salah
kesehatan yang kurang akan ketika diberi simulasi pelatihan
menghambat proses penerimaan perawatan payudara, responden yang
materi pembelajaran. Aspek merupakan ibu menyusui rata-rata
psikologis (sikap dan inteligensi) melakukan perawatan payudara
dengan sikap interaksi yang aktif dan dengan benar ketika diberi simulasi
intelegensi yang tinggi, maka akan pelatihan perawatan payudara, tidak
mendukung proses penerimaan terdapat pengaruh yang signifikan
materi pembelajaran dengan baik. antara sebelum dan sesudah
Sedangkan faktor eksternal yang pemberian perlakuan pelatihan
dapat mempengaruhi tercapainya

174
perawatan payudara terhadap ibu Suharsimi, A. 2006. Prosedur
nifas. Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
DAFTAR PUSTAKA Syah, M. 2003. Psikologi Pendidikan
Dengan Pendekatan Baru.
Oktarina. 2006. SPSS 13.0 Untuk Bandung: PT.Remaja Rosda
Orang Awam. Maxikom, karya.
Palembang. Walgito, B. 2006. Pengantar
Roesli, Utami, 2000, Mengenal ASI Psikologi Umum. Andi Offset,
Eeksklusif. Jakarta: Trubus Yogyakarta
Agriwidya.

175

Anda mungkin juga menyukai