Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

TONSILOFARINGITIS AKUT (TFA) PADA


ANAK

DISUSUN OLEH :

AKRIMATUL MUKARROMAH

( P27220018005)

2ADIII KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

2020
A. PENGERTIAN
Tonsilofaringitis adalah radang pada tenggorokan yang terletak dibagian faring
dan tonsil. Radang faring pada anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnya sehingga
infeksi pada faring juga mengenai tonsil sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis dan
kadang dikenal dengan sebutan radang tenggorokan (Ngastiyah, 2015). Tonsilofaringits
adalah peradangan pada tongsil dan faring yang masih bersifat ringan radang faring pada
anak hampir selalu melibatakan organ disekitarnya sehinggga infeksi pada faring
biasanya juga mengenal tongsil. Sehingga disebut sebagai tongsilofaringitis akut (Suriadi,
2014)

Tonsilofaringitis adalah penyakit infeksi pada faring, tonsil, atau keduanya.


Gejala yang timbul pada kasus tonsilofaringitis diantaranya, sakit tenggorokan, disfagia,
cervical lymphadenopathy, dan demam. [ CITATION Sas19 \l 1057 ]
Dalam artikel yang diterbitkan oleh Australian Journal of General Practice
[CITATION Pat19 \l 1057 ] tonsilofaringitis akut adalah penyebab umum sakit tenggorokan
yang disebabkan oleh infeksi virus.
Tonsilofaringitis adalah kondisi peradangan pada orofaring dan tonsila palatina.
Tonsilofaringitis paling sering disebabkan oleh bakteri gram positif seperti Streptococcus
pyogens dan streptococcus viridians.

B. ETIOLOGI
Tonsilofaringitis disebabkan oleh bakteri atau virus. Group A beta-haemolytic
Streptococcus tonsillopharyingitis (GAS), Streptococcus pyogens adalah tipe bakteri
yang paling sering menyebabkan tonsilofatringitis.[ CITATION Hac18 \l 1057 ]
Dalam hopkinsmedicine.org (2018) disebutkan bahwa ada banyak penyebab
infeksi pada tenggorokan. Virus adalah penyebab yang paling sering ditemukan pada
kasus infeksi tenggorokan. Sedangkan penyebab lain infeksi tenggorokan diantaranya,
virus, bakteri, jamur penyebab infeksi, parasit penyebab infeksi, dan asap rokok.
1. Virus
Tonsilofaringitis akut umumnya disebabkan karena virus seperti Adeno virus, entero
virus, herpes virus, epstein-barr virus, dan influenza virus.
2. Bakteri
Group A beta-hemolytic streptococcus (GAS), non-group A beta-hemolytic
streptococci, niserria gonorrhea, corynobacterium diphteria, corynobacterium
hemolyticum, myoplasma dan haemophilus influenza tipe B. ( [ CITATION Oba19 \l 1057
]

Menurut Suriadi (2014) Penyebab tonsilofaringitis bermacam-macam, yakni


sebagai berikut :

1. Streptokokus pyogenesis
Bakteri gram psotif bentuk pudar yang tumbuh dalam rantai panjang dan
menyebabkan infeksi streptokokus gram A penyakit  penting manusia
berkisar  dari infeksi  khasnya bermula ditenggorokan dan kulit.
2.   Streptokokus viridians
Kelompok besar bakteri streptokokuskomensial yang baik a-hemolitik,
mengahasilkan warna hijau pekat pada darah.
3. Streptokukus Beta Hemalitikus
Bakateri gram positif yang dapat berkembang baik tenggorakan yang sehat
dan bisa menyebabkan infeksi saluran nafas akut.
4. Virus influenza
Virus RNA dari family orthomyxo viridae (virus influenza).Virus ini
ditularkan dengan medium udara melalui bersin pada manusia.
C. MANIFESTASI KLINIK
Gejala klinis yang mungkin terjadi pada pasien anak dengan tonsilofaringitis akut
yaitu demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, dan malaise. Mual muntah biasanya terjadi
pada tonsilofaringitis yang disebabkan oleh streptococcal.
Tanda-tanda fisik pada pasien tonsilofaringitis:
1. Suhu tinggi >38,4C.
2. Pembesaran pada tonsil dengan eksudat.
3. Kelenjar getah bening leher anterior bengkak dan nyeri
4. Uvula bengkak dan merah
5. Petekie palatum mole
6. Ruam skarlatina
7. Ekskoriasi hidung disertai lesi impetigo sekunder
(Obaid dkk, 2019)

D. PATOFISIOLOGI

Bakteri dan virus masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas akan
menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui sistem limfa
ke tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya proses
inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat keluar masuknya
udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta
ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan
timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi dan bau mulut serta otalgia.

Faringitis Streptococcus beta hemolitikus grup A (SBHGA) adalah infeksi akut


orofaring dan atau nasofaring oleh SBHGA. Penyebaran SBHGA memerlukan penjamu
yang rentan dan difasilitasi dengan kontak yang erat. Infeksi jarang terjadi pada anak
berusia di bawah 2 tahun, mungkin karena kurang kuatnya SBHGA melekat pada sel-sel
epitel. Infeksi pada toddlers paling sering melibatkan nasofaring. Remaja biasanya telah
mengalami kontak dengan organisme beberapa kali sehingga terbentuk kekebalan, oleh
karena itu infeksi SBHGA lebih jarng pada kelompok ini.
Faringitis akut jarang disebabkan oleh bakteri, diantara penyebab bakteri tersebut,
SBHGA merupakan penyebab terbanyak. Streptococcus grup C dan D telah terbukti
dapat menyebabkan epidemi faringitis akut, sering berkaitan dengan makanan dan air
yang terkontaminasi. Pada beberapa kasus dapat menyebabkan glomerulonefritis akut
(GNA). Organisme ini lebih sering terjadi pada usia dewasa.

Bakteri maupun virus dapat secara langsung menginvaasi mukosa faring yang
kemudian menyebabkan respon peradangan lokal. Rhinovirus menyebabkan iritasi
mukosa faring sekunder akibat sekresi nasal. Sebagian besar peradangan melibatkan
nasofaring, uvula dan palatum mole. Perjalanan penyakitnya adalah terjadi inokulasi dari
agen infeksius di faring yang menyebabkan peradangan lokal, sehingga menyebabkan
eritema faring, tonsil, dan keduanya. Infeksi Streptococcus ditandai dengan invasi lokal
serta pelepasan toksin ekstraseluler dan protease. Transmisi dari virus yang khusus dan
SBHGA terutama terjadi akibat kontak tangan dengan sekret hidung dibandingkan
dengan kontak oral. Gejala akan tampak setelah masa inkubasi yang pendek yaitu 24 – 72
jam (Suardi, 2010)

E. PATWAY
(PPNI, 2017)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa
tonsilofaringitis akut adalah pemeriksaan laboratorium, meliputi kultur apusan tenggorok.
Apusan tenggorok yang adekuat pada area tonsil diperlukan untuk menegakkan adanya S.
pyogenes. Untuk memaksimalisasikan akurasi, maka diambil apusan dari dinding faring posterior
dan regio tonsil, lalu diinokulasikan pada media agar darah domba 5% dan piringan basitrasin
diaplikasikan, kemudian ditunggu selama 24 jam. (Obaid dkk, 2019)

G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
a. Antibiotik untuk SBHGA
b. Tonsilektomi mungkin diperlukan pada kasus tonsilofaringitis rekuren
c. Antibiotik baik injeksi maupun oral seperti cefotaxim, penisilin, amoksisilin,
eritromisin dll
d. Antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol, ibuprofen.
e. Analgesik

2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Kompres dengan air hangat
b. Istirahat yang cukup
c. Pemberian cairan adekuat, perbanyak minum hangat
d. Kumur dengan air hangat
e. Pemberian diit cair atau lunak sesuai kondisi pasien
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
2. Keluhan utama
- Sakit tenggorokan, nyeri telan, demam.
3. Riwayat penyakit sekarang
- Serangan, karakteristik, insiden, perkembangan, efek terapi.
4. Riwayat penyakit dahulu
- Riwayat Riwayat antenatal, natal, dan post natal, riwayat imunisasi, penyakit
yang pernah diderita ( faringitis berulang, ISPA, otitis media ), riwayat
hospitalisasi.
5. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umm
 Vital sign
 Head to toe (kepala, rambut, wajah, mata, hidung, mulut, telinga, leher, dada,
abdomen, genetalia)
6. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan pembiakan apus tenggorokan
 Pemeriksaan laboratorium

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi b.d proses penyakit infeksi
2. Nyeri akut b.d agen cedera biologis
C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
Hipertermi b.d proses Rentang suhu tubuh tetap pada a. Monitor suhu tubuh (derajat
penyakit infeksi rentang normal dan pola), perhatikan
1. Suhu tubuh membaik menggigil atau tidak.
2. Suhu kulit membaik b. Berikan kompres hangat.
c. Berikan cairan yang adekuat.
d. Edukasi untuk mengenakan
pakaian tipis dan menyerap
keringat.
e. Kolaborasi pemberian antipiretik.
Nyeri akut b.d agen Keseluruhan rasa nyaman dan 1. Monitor nyeri klien (skala,
cedera biologis aman secara fisik, psikologis, intensitas, kedalaman, frekuensi)
spiritual, sosial, budaya, dan 2. Monitor TTV
lingkungan. 3. Berikan posisi yang nyaman
1. Kesejahteraan fisik 4. Berikan tehnik relaksasi dengan
meningkat. tarik nafas panjang melalui
2. Kesejahteraan psikologis hidung dan mengeluarkannya
meningkat. pelan – pelan melalui mulut
3. Dukungan sosial dari 5. Berikan tehnik distraksi untuk
keluarga meningkat. mengalihkan perhatian anak
4. Rileks meningkat. 6. Kolaborasi pemberian analgetik
5. Keluhan tidak nyaman Kolaborasi pemberian antibiotik
menurun.
6. Gelisah menurun.

D. Implementasi Keperawatan
Melakukan tindakan asuhan keperawatan yang sesuai dengan intervensi yang telah
disusun.

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi terhadap gangguan atau masalah keperawatan sesuai kriteria hasil tindakan yang
telah dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Hacimustafaoglu, M. (2018). Rational Laboratory for Etilogy of Acute
Tonsilloparyngitis. Pediatr Inf, 124-125.
2. Hopkinsmedicine. (2018). Pharyingitis and Tonsillitis.
3. Obaid dkk. (2019). Acute Group a Streptococcal Tonsillopharyngitis in Children.
International Journal of Pediatrics and Geriatrics, 29-35. (Diakses di
www.pediatricjournal.com 01/06/2020)
4. Patel, Chirag., Benjamin Daniel Green, Jacynta May Batt, Feruza Kholmurodova, Mary
Barnes, William Jude Geyer, Jill Benson. (2019). Antibiotic Prescribing for
Tonsillopharyngitis in a General Practice Setting: Can the Use of Modified Centor
Criteria Reduce Antibiotic Prescribing? Australian Journal of General Practice Vol.48.
(Diakses di www.racgp.org.au 01/06/2020)
5. Sasaki, T. C. (2019). Tonsillopharyingitis. (Diakses di www.msdmanuals.com
01/06/2020)

6. PPNI (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi
1. Jakarta: DPP PPNI
7. PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
8. PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

9. Suardi, Adi Utomo, dkk. (2010). Buku Ajar: Respirologi Anak. Edisi pertama. Jakarta:
Badan penerbit IDAI.

Anda mungkin juga menyukai