Disusun Oleh :
Euis Sonia Ardianti
( J.0105.21.005 )
Puji syukur kami uacapkan kehadirat Allah SWt, karena berkat rahmat dan karunianyalah
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “asuhan keperawatan keluarga
Tn.D pada An.A dengan gangguan sistem pernafasan : asma “ tepat pada waktunya.
Dalam penyelesaian makalh ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak, antara lain dosen selaku pembimbing dan Keluarga pasien yang tidak dapat disebutkan
satu persatu namanya, yang telah banyak memberikan sumbangan, masukan, dukungan, dalam
penyelesaian makalah ini. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimaksih yang
sebesar – besarnya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini belum sempurna.Untuk itu, segala
saran dan kritikan yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dari semua pihak, demi
Semoga dengan adanya makalah ini akan dapat memberikan manfa’at yang besar bagi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai tatanan pelayanan
etik dan etika keperawatan, dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan.
melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk
secara mandiri.
kegiatan yang diberikan kepada keluarga dengan anak usia prasekolah. Dimana, pada
anak usia inilah yang rentan dan memiliki masalah tertentu dalam menghadapi proses
tumbuh kembangnya. Peran keluarga sangat dibutuhkan sehingga proses tumbuh dan
kembang anak dapat mencapai hasil yang sesuai dengan yang diharapkan, terutama
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak – anak merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dar bayi ( 0-1 tahun ), usia bermain/
toddler ( 1-2, 5 tahun ), prasekolah ( 2,5 – 5 tahun ) usia sekolah ( 5-11 tahun), hingga
Anak merupakan bagian atau anggota keluarga, sering dikatakan sebagai potret
atau gambar dari orang tuanya saat masih kecil.Namun tidaklah demikian, karena anak
merupakan individu tersendiri yang bertumbuh dan berkembang secara unik dan tidak
khusus terhadap perkembangan fisik, social , emosional dan kognitif anak. disamping itu
keluarga mempunyai tugas yaitu memenuhi kebutuhan anak rumah rasa aman, membantu
unutk bersosialisasi mempertahankan hubungan yang sehat keluarga intern dan luar,
TINJAUAN TEORITIS
A. PENGERTIAN
1. Pengertian
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran napas mengalami penyempitan karena
penyempitan ini bersifat berulang namun reversible, dan diantara episode penyempitan
bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal (sylvia A.dkk, yang
Asma adalah gangguan inflamasi kronik pada jalan napas dimana banyak sel
memainkan peranan, terutama sel mast, eosinofil, dan limfosit T. Pada individu yang
rentan, inflamasi ini menyebabkan episode rekuren dari mengi, sulit bernapas, dada terasa
sesak, dan batuk terutama pada malam/dan atau pagi hari. Gejala-gejala ini biasanya
berhubungan dengan terbatasnya aliran udara yang meluas tetapi bervariasi, yang
Inflamasi ini juga menyebabkan peningkatan responsivitas jalan napas terhadap berbagai
Menurut NHLBI (Expert Panel Report 3:Guidelines for the Diagnosis and
Management of Asthma 2007) asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas
dimana banyak sel berperan terutama sel mast, eosinofil, limfosit T, makrofag, neutrofil,
suatu penyakit yang ditandai oleh tanggap reaksi yang meningkat dari trakea dan bronkus
terhadap berbagaimacam rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran bernapas
Klasifikasi
a. Asma bronkial
luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap dan bahan lain penyebab alergi. Gejala
kemunculan sangat mendadak, sehingga gangguan asma bisa datang secara tiba-tiba. Jika
tidak mendapatkan pertolongan secepatnya, resiko kematian bisa datang. Gangguan asma
juga bisa muncul lantaran adanya radang yang mengakibatkan penyempitan saluran
pernapasan bagian bawah. Penyempitan ini akibat berkerutnya otot polos saluran
berlebihan.
b. Asma kardial
Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma kardial biasanya
terjadi pada malam hari, disertai sesak napas yang hebat. Kejadian ini disebut nocturnal
1) Ringan sampai sedang: mengi/batuk tanpa distres berat, dapat mengadakan percakapan
2) Sedang sampai berat: mengi/batuk dengan distres, berbicara dalam kalimat atau frasa
pendek, nilai aliran puncak kurang dari 50% dan beberapa derajat desaturasi oksigen jika
diukur dengan oksimetri nadi. Didapatkan nilai saturasi antara 90-95% jika diukur
3) Berat, mengancam nyawa: distres pernapasan berat, kesulitan berbicara, sianosis, lelah
dan bingung, usaha respirasi batuk, sedikit mengi (silent chest) dan suara napas lemah,
takipnea, bradikardia, hipotensi, aliran puncak kurang dari 30% angka prediksi atau
angka terbaik, saturasi oksigen kurang dari 90% jika diukur dengan oksimetri nadi perifer
Menurut berbagai penelitian patologi dan etiologi asma belum diketahui dengan
pasti penyebabnya, akan tetapi hanya menunjukan dasar gejala asma yaitu inflamasi dan
respons saluran napas yang berlebihan ditandai dengan adanya kalor (panas karena
vasodilatasi), tumor (esudasi plasma dan edema), dolor (rasa sakit karena rangsangan
sensori), function laesa (fungsi yang terganggu). Dan rangsangan harus disertai dengan
RSV), iklim (perubahan mendadak suhu, tekanan udara), inhalan (debu, kapuk, sisa-sisa
serangga mati, bulu binatang, serbuk sari, bau asap, uap cat), makanan (putih telur, susu
sapi, kacang tanah, coklat, biji-bijian, tomat), obat (aspirin), kegiatan fisik (olahraga
a. Genetik
Telah diterima secara umum bahwa ada kontribusi heriditer pada etiologi
asma, pola heriditer komplek dan asma tidak dapat diklasifikasikan secara
multiple chromosoma region yang berisi gen-gen yang memberi kontribusi asma.
Asma pada anak lebih sering dijumpai pada anak laki-laki tetapi menjadi
berlawanan pada pubertas dan dewasa. Prevalensi secara keseluruhan wanita lebih
banyak dari pria. Di Amerika Serikat ras kulit hitam diketahui mempunyai resiko
tinggi kematian, tidak tergantung status sosial ekonomi dan pendidikan. Insiden
c. Faktor lingkungan
menurun. Alergen indoor yang penting adalah domestic (house dust) mites,
alergen hewan, alergen kecoak dan jamur. House dust terutama beberapa senyawa
organik dan inorganik termasuk spora jamur. Out door terutama dari pohon,
saluran napas dan peningkatan respons terhadap aeroalergen. Ada dua polutan out
door yang penting yaitu industrial smog (sulfur dioxide, particulatecomplex) dan
hemat energi ada ±50% udara bersih pertukarannya kurang terjadi. Polusi indoor
termasuk cooking, heating fuel exhausts, cat yang mengandung formaldehid dan
isocynate.
e. Faktor lain
resiko atopi dan rhinitis alergi pada dewasa mengesankan bahwa faktor
bakar biomassal seperti; kayu, batu bara ke gas dan listrik. Penggunaan bahan
a. Gejala asma paling umum adalah batuk (dengan atau tanpa disertai
dengan inspirasi)
b. Serangan asma paling sering terjadi pada malam hari atau pagi hari
e. Eksema, ruam, dan edema temporer merupakan reaksi alergi yang biasanya
menyertai asma
Komplikasi
a. Pneumothoraks
c. Atelectasis
e. Gagal napas
f. Bronchitis
g. Fraktur iga
Pemeriksaan Penunjang
a. Spirometri
Cara yang paling cepat dan sederhana untuk menegakkan diagnosis asma
≥12% atau (≥200 mL) menunjukan diagnosis asma. Tetapi respons yang kurang
dari 12% atau 200 mL, tidak berarti bukan asma. Hal-hal tersebut dapat dijumpai
pada pasien yang sudah normal atau mendekati normal. Demikian pula respons
terhadap bronkodilator tidak dijumpai pada obstruksi saluran napas yang berat,
oleh karena obat tunggal bronkodilator tidak cukup kuat memberikan efek yang
dapat terjadi tanpa pengobatan yang dapat dilihat dari hasil pemeriksaan
spirometri yang dilakukan pada saat yang berbeda-beda misalnya beberapa hari
hipertensi atau glukometer pada diabetes militus. Banyak pesen asma tanpa
berlangsung lama atau kronik dapat berlanjut menjadi penyakit paru obstruksi
kronik.
hiperaktivitas bronkus dilakukan uji provokasi bronkus. Ada beberapa cara untuk
metakolin, kegiatan jasmani, udara dingin, larutan garam hipertonik, dan bahkan
dengan aqua destilata. Penurunan VEP1 sebesar 20% atau lebih dianggap
berlari cepat selama 6 menit sehingga mencapai denyut jantung 80-90% dari
Ekspirasi) paling sedikit 10%. Akan halnya uji provokasi dengan alergen, hanya
Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinopil.
Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus.
Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan
viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
b. Pemeriksaan darah
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, atau asidosis.
Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana
menandakan terdapatnya suatu infeks
Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu
serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan
Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan
peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.Akan tetapi bila terdapat
komplikasi, maka kelainan yang didapat adalahsebagai berikut:
Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.
Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan
semakin bertambah.
Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka
dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
b. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang
dapatmenimbulkan reaksi yang positif pada asma.
c. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3
bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :
Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock
wise rotation.
Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB ( Right
bundle branch block).
Tanda-tanda hipoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau
terjadinya depresi segmen ST negative.
d. Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi
udaraselama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
e. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang
palingcepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan
denganbronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudahpamberian
bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik.
Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis
asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaanspirometri
tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga pentinguntuk menilai berat
obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpakeluhan tetapi pemeriksaan
spirometrinya menunjukkan obstruksi.
Penatalaksanaan
Tujuan terapi asma adalah :
a. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma dan mencegah kekambuhan
b. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya
c. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan exercise
d. Menghindari efek samping obat asma
e. Mencegah obstruksi jalan napas yang ireversibel
Strategi pengobatan pada asma bronchial terbagi 2, yaitu :
1. Pengobatan non farmakologik :
a. Memberikan penyuluhan
b. Menghindari faktor pencetus
c. Pemberian cairan
d. Fisioterapi
e. Beri O2 bila perlu
2. Pengobatan farmakologik :
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
a. Pengobatan non farmakologik:
Memberikan penyuluhan
Menghindari faktor pencetus
Pemberian cairan
Fisiotherapy
Beri O2 bila perlu.
b. Pengobatan farmakologik :
Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan :
a. Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat :
Orsiprenalin (Alupent)
Fenoterol (berotec)
Terbutalin (bricasma)
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup,
suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered doseinhaler).
Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (VentolinDiskhaler dan
Bricasma Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent,Berotec, brivasma
serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadiaerosol (partikel-partikel
yang sangat halus ) untuk selanjutnya dihirup.
b. Santin (teofilin)
Nama obat :
Aminofilin (Amicam supp)
Aminofilin (Euphilin Retard)
Teofilin (Amilex)
Efek dari teofilin sama dengan obat golonganimpatomimetik, tetapi cara
kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling
memperkuat.
Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan
asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah.
Karena sering merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya
diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai sakit
lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga dalam
bentuk supositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus.
Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum
teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering)
Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma.
Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anak-anak. Kromalin biasanya
diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian
satu bulan.
Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan dengan
dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah dapat diberika secara oral.
Konsep Proses Keperawatan Keluarga
A. Pengkajian Keperawatan
pengkajian ini merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
al.,1996, yang dikutip oleh Setiadi, 2008). Cara pengumpulan data tentang keluarga dapat
berkaitan dengan hal-hal yang tidak perlu ditanyakan, 3. Studi dokumentasi: kartu
1. Data Umum
2) Umur (KK)
Status Imunisasi
Hub
U
J . Pendid Polio DPT Hepatiti Ke
Nama mu BC Cam
K Dng ikan s t
r G pak
KK
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
d. Genogram:
d. Tipe Keluarga
e. Suku Bangsa:
1) Asal Suku Bangsa Keluarga
2) Bahasa yang Dipakai Keluarga
3) Kebiasaan Keluarga yang dipengaruhi suku yang dapat mempengaruhi
kesehatan
f. Agama:
1) Agama yang dianut keluarga
2) Kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
g. Status sosial ekonomi keluarga:
1) Rata-rata penghasilan seluruh anggota keluarga
2) Jenis pengeluaran keluarga tiap bulan
3) Tabungan khusus kesehatan
4) Barang (harta benda) yang dimiliki keluarga (perabotan, transportasi)
h. Aktifitas rekreasi keluarga
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua)
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
c. Riwayat keluarga inti:
1) Riwayat terbentuknya keluarga inti
2) Penyakit yang diderita keluarga orang tua (adanya penyakit
menular atau penyakit menular di keluarga)
d. Riwayat keluarga sebelumnya (suami istri)
1) Riwayat penyakit keturunan dan penyakit menular di keluarga
2) Riwayat kebiasaan/gaya hidup yang mempengaruhi kesehatan
3. Lingkungan
a. Karakteristik rumah:
1) Ukuran rumah (luas rumah)
2) Kondisi dalam dan luar rumah
3) Kebersihan rumah
4) Ventilasi rumah
5) Saluran pembuangan air limbah (SPAL)
6) Air bersih
7) Pengelolaan sampah
8) Kepemilikan rumah
9) Kamar mandi/wc
10) Denah rumah
b. Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal
1) Apakah ingin tinggal dengan satu suku saja
2) Aturan dan kesepakatan penduduk setempat
3) Budaya setempat yang memengaruhi kesehatan
c. Mobilitas geografis keluarga
1) Apakah keluarga sering pindah rumah
2) Dampak pindah rumah terhadap kondisi keluarga (apakah
menyebabkan stress)
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
1) Perkumpulan/organisasi sosial yang diikuti oleh anggota
keluarga
2) Digambarkan dalam ecomap
e. Sistem pendukung keluarga
Termasuk siapa saja yang terlibat bila keluarga mengalami
masalah
4. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi keluarga:
1) Cara dan jenis komunikasi yang dilakukan keluarga
2) Cara keluarga memecahkan masalah
I II III IV
No Data Masalah
1 Anggota keluarga menetapkan tujuan Kesiapan peningkatan
untuk meningkatkan gaya hidup sehat koping keluarga
Anggota keluarga menetapkan
sasaran untuk meningkatkan
kesehatan
Anggota keluarga mengidentifikasi
pengalaman yang mengoptimalkan
kesejahteraan
Anggota keluarga berupaya
menjelaskan dampak krisis terhadap
perkembangan
Anggota keluarga mengungkapkan
minat dalam membuat kontak dengan
orang lain yang mengalami situasi
yang sama
2 Mengungkapkan tidak memahami Management kesehatan
masalah kesehatan yang dideritab keluarga tidak efektif
Mengungkapkan kesulitan menjalan
perawatan yang ditetapkan
Gejala penyakit anggota keluarga
semakin memberat
Aktivitas keluarga untuk mengatasi
masalah kesehatan tidak tepat
Gagal melakukan tindakan untuk
mengatasi masalah kesehatan tidak
tepat
Gagal melakukan tindakan untuk
mengurangi resiko
3 Keluarga tidak mampu beradaptasi Gangguan proses keluarga
terhadap situasi
Tidak mampu berkomunikasi secara
terbuka diantara anggota keluarga
Keluarga tidak mampu memenuhi
kebutuhan fisik/emosional/spiritual
anggota keluarga
Keluarga tidak mampu mencari atau
menerima bantuan secara tepat
Keluarga tidak mampu mengumpulkan
perasaan secara leluasa
Skala: sebagian
Skala: masalah
berat harus
segera
ditangani
TOTAL 3 1/3
Diagnosa Keperawatan 2 : Management kesehatan keluarga tidak efektif
No Kriteria Nilai Bobot Skor Pembenaran
Skala: masalah
berat harus
segera
ditangani
TOTAL 3 1/3
Diagnosa keperawatan 3 : Gangguan proses keluarga
TOTAL 4 1/3
A. Diagnosa keperawatan
No Kode Diagnosa
Membangun harapan
Perilaku Membangun
kurang harapan
dalam
mencari
bantuan Keluarga Keluarga mampu
Tugas fungsional
perkemba
ngan
tidak
tercapai
Data Kode Diagnosa Kode Hasil Kode Intervensi Keperawatan
Penunja
ng
Keterangan :
: Laki- laki
: Perempuan
: Laki-laki sudah meninggal
: Perempuan sudah meninggal
: pasien
: ( menunjukan hubungan )
: Tinggal satu rumah
3. TipeKeluarga
Tipe keluarga Tn.D Nuclear Familyyang terdiri dari keluarga inti ayah, ibu, dan
anak – anak.
4. Suku Bangsa :
Suku bangsa keluarga Tn.D bersuku sunda.
5. Agama :
Agama yang dianut keluaga Tn.D islam
6. Status Sosial Ekonomi Keluarga :
Tn.D berkerja pada perusahaan swasta di kota Sukabumi dan Ny.R merupakan
ibu rumah tangga yang mengurus rumah dan anak – anak saja di rumah. Tn.D hanya
pulang satu kali dalam seminggu pada hari libur bekerja, penghasilan Tn.D ± 3.500.000/
bulan. Penghasilan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga
Tn.D.
7. Aktivitas Rekreasi Keluarga :
Tn.D dan keluarga pergi rekreasi sebulan sekali mengunjungi tempat-tempat
wisata terdekat
Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Tn.D berada dalam tahap menghadapi anak prasekolah.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tn.D memiliki 2 orang anak, anak ke 1 mempunyai riwayat penyakit asma dan
terkadang kambuh sehingga membuat berat badan menurun, setiap kali An.A sakit selalu
di bawa ke pelayanan kesehatan atau klinik terdekat untuk berobat
3. Riwayat Kesehatan keluarga inti
Ny.R mengatakan anaknya yang pertama memiki penyakit asma sejak usia 3
tahun, ketika asma anaknya kambuh Ny.R membawanya ke pelayanan kesehatan untuk di
Nebu. Ny.R mengatakan Tn.D memiliki penyakit hipertensi dan selalu mengonsumsi
obat dari dokter. Dan anak nya yang ke 2 dalam keadaan sehat.
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Ny.R mengatakan pernah mengalami asma sewaktu kecil dan tidak pernah
kambuh lagi sampai saat ini.
5. Sumber pelayanan yang dimanfaatkan
Ny.R sering membawa anaknya ketika sakit ke klinik / puskesmas terdekat
Lingkungan
1. Karakteristik rumah :
a.Denah rumah :
R.makan
dapur toilet
Kamar
tidur
R.
keluarga
Kamar
tidur
Teras rumah
S = 36,50C
Keluhan Rewel
umum
Harapan keluarga
Keluarga menyatakan merasa sangat senang dengan kehadiran perawat dan
berharap sangat membantu keluarga mencegah penyakit keluarga.
ANALISA DATA
DO:
-keluarga tampak tidak
memahami situasi yang
dihadapi
-keluaraga tampak cemas
dengan keadaan anggota
keluarga yang lain
DX KeperawatanKeluarga:
1. Tentukanskoreuntuksetiap criteria
2. SkorAktualadalahSkordibagidenganangkatertinggidandikalikandenganbobot
Skor
SkorAktual = xBobot
AngkaTertinggi
3. Jumlahkanskoraktualuntuksemuakriteria
No Kriteria Skor Bobot Perhitungan Justifikasi
JUMLAH 3.2
Skoring :
1. Tentukanskoreuntuksetiap criteria
2. SkorAktualadalahSkordibagidenganangkatertinggidandikalikandenganbobot
Skor
SkorAktual = xBobot
AngkaTertinggi
3. Jumlahkanskoraktualuntuksemuakriteria
INTERVENSI
I II III IV
Jurnal
PENDIDIKAN KESEHATAN INHALASI SEDERHANA TERHADAP
TINGKATPENGETAHUAN KELUARGA DENGAN ASMA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SELOGIRI
Asthma is a chronic inflammation of the airways. Chronic airways that have chronic
inflammation are hyperresponsive so that when stimulated by certain risk factors, the airway
becomes blocked and the air flow is obstructed due to bronchial constriction, mucous congestion,
and increased inflammation. Lack of patient and family knowledge can increase the risk of
asthma complications. To improve the prevention of complications, health education in simple
inhalation therapy is given. The purpose of this study was to determine the effect of health
education on simple inhalation therapy on the level of knowledge of families of asthmatics.The
method used in this research is descriptive case study which is one type of strategy in qualitative
research with a case study research approach (case study). The population in this study was all of
the Tandan Village, Kepatihan Village, Selogiri Subdistrict, which are included in the work area
of the Selogiri Community Health Center who suffer from asthma. Sample of 3 family
respondents with asthma.The action taken was simple inhalation health education. This health
education is carried out 1 day for 1 hour. All three family respondents experienced an increase in
knowledge as evidenced by the ability to answer the questionnaire before and after being given
health education, from the inadequate category (33% -53%) to the moderately good category
(73% -100%). From the case study it was found that the level of respondents' knowledge
increased as evidenced by the ability to answer the questionnaire before and after being given
health education, from the category of inadequate (33% -53%) to the category of fairly good
(73% -100%). The increase in the level of knowledge is influenced by the level of education,
socioeconomic, age, and experience of obtaining previous health educationKeywords: Asthma,
Knowledge, Health Education, Simple Inhalatio
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR(SOP) TERAPI KOMPLEMENTER
PENYAKIT ASMA DENGAN MENGGUNAKAN INHALASI SEDERHANA
3. Tahap Kerja
a. Menjaga privacy klien ruangan tertutup
b. Mengatur klien dalam posisi duduk
c. Menempatkan meja/troly di depan klien
d. Meletakkan baskom berisi air panas di atas meja
klien yang diberi pengalas
e. Memasukkan obat-obatan aroma terapi (Minyak
kayu putih) ke dalam baskom
f. Tempatkan klien dan campuran tersebut di ruangan
tertutup supaya uap tidak tercampur denga udara
bebasselama 10 – 15 menit
g. Merapikan pasien
4. Tahap Terminasi