Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KETUBAN PECAH DINI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas stase Keperawatan Maternitas

Dosen Pembimbing : Dedeh Sri Rahayu, S.Pd.,S.Kep.,MAN

Disusun Oleh :

EUIS SONIA ARDIANTI

J.0105.21.005

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

KETUBAN PECAH DINI

1. Definisi

Ketuban pecah dini (KPD) adalah keadaan pecahnya selaput

ketuban sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini sebelum usia

kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini pada kehamilan

premature. Dalam keadaan normal 8 – 10 % wanita hamil aterm akan

mengalami ketuban pecah dini (Prawirohardjo, 2010)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum adanya

tanda-tanda persalinan. Sebagian besar ketuban pecah dini terjadi diatas 37

minggu kehamilan, sedangkan dibawah 36 minggu tidak terlalu banyak

(Manuaba, 2010).

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu,

yaitu bila pembukaan pada primipara < 3 cm dan pada multipara <5 cm.

Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya

melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37

minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam

sebelum waktunya melahirkan (Mochtar, 2007).

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa ketuban

pecah dini adalahpecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan atau

sebelum inpartu pada pembukaan < 4 cm (fase laten) yang terjadi setelah

kehamilan berusia 22 minggu


2. Etiologi

Ketuban pecah dini disebabkan oleh kurangnya kekuatan

membrane atau meningkatnya tekanan intra uterin atau oleh kedua faktor

tersebut. Berkurangnya kekuatan membrane disebabkan oleh adanya

infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Penyebabnya juga

disebabkan karena inkompetensi servik. Polihidramnion / hidramnion, mal

presentasi janin (seperti letak lintang) dan juga infeksi vagina / serviks

(Prawirohardjo, 2010).

Adapun yang menjadi faktor resiko terjadinya ketuban pecah dini

adalah : (Prawirohardjo, 2010)

a. Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis)

Korioamnionitis adalah keadaan pada ibu hamil dimana

korion, amnion dan cairan ketuban terkena infeksi bakteri.

Korioamnionitis merupakan komplikasi paling serius bagi

ibu dan janin, bahkan dapat menjadi sepsis. Infeksi, yang

terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun

asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa

menyebabkan terjadinya KPD.

b. Serviks yang inkompeten

Serviks yang inkompeten, kanalis servikalis yang selalu

terbuka oleh karena kelainan

pada serviks uteri (akibat persalinan, curettage). Serviks


yang tidak lagi mengalami kontraksi (inkompetensia),

didasarkan pada adanya ketidakmampuan serviks uteri

untuk mempertahankan kehamilan. Inkompetensi serviks

sering menyebabkan kehilangan kehamilan pada trimester

kedua. Kelainan ini dapat berhubungan dengan kelainan

uterus yang lain seperti septum uterus dan bikornis.

Sebagian besar kasus merupakan akibat dari trauma bedah

pada serviks pada konisasi, produksi eksisi loop

elektrosurgical, dilatasi berlebihan serviks pada terminasi

kehamilan atau laserasi obstetrik.

c. Trauma

Trauma juga diyakini berkaitan dengan terjadinya ketuban

pecah dini. Trauma yang didapat misalnya hubungan

seksual saat hamil baik dari frekuensi yang ≥4 kali

seminggu, posisi koitus yaitu suami diatas dan penetrasi

penis yang sangat dalam sebesar 37,50% memicu terjadinya

ketuban pecah dini, pemeriksaan dalam, maupun

amnosintesis dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah

dini karena biasanya disertai infeksi.

d. Ketegangan intra uterin

Perubahan volume cairan amnion diketahui berhubungan

erat dengan hasil akhir kehamilan yang kurang bagus.

Ketegangan intra uterin yang meninggi atau meningkat


secara berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma,

hidramnion, gamelli.

e. Kelainan letak

Misalnya sungsang sehingga tidak ada bagian terendah

yang menutupi pintu atas panggul serta dapat menghalangi

tekanan terhadap membran bagian bawah.

f. Paritas

Faktor paritas, terbagi menjadi primipara dan multipara.

Primipara adalah wanita yang pernah hamil sekali dengan

janin mencapai titik mampu bertahan hidup. Ibu primipara

yang mengalami ketuban pecah dini berkaitan dengan

kondisi psikologis, mencakup sakit saat hamil, gangguan

fisiologis seperti emosi dan termasuk kecemasan akan

kehamilan. Selain itu, hal ini berhubungan dengan aktifitas

ibu saat hamil yaitu akhir triwulan kedua dan awal triwulan

ketiga kehamilan yang tidak terlalu dibatasi dan didukung

oleh faktor lain seperti keputihan atau infeksi maternal.

Sedangkan multipara adalah wanita yang telah beberapa

kali mengalami kehamilan dan melahirkan anak hidup.

Wanita yang telah melahirkan beberapa kali dan mengalami

ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya serta jarak

kelahiran yang terlampau dekat, diyakini lebih beresiko

akan mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan


berikutnya

g. Usia kehamilan

Persalinan preterm terjadi tanpa diketahui penyebab yang

jelas, infeksi diyakini merupakan salah satu penyebab

terjadinya KPD dan persalinan preterm (Prawirohardjo,

2010). Pada kelahiran <37 minggu sering terjadi pelahiran

preterm, sedangkan bila ≥47 minggu lebih sering

mengalami KPD (Manuaba, 2010). Komplikasi

paling sering terjadi pada ketuban pecah dini sebelum usia

kehamilan 37 minggu adalah sindroma distress pernapasan,

yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi

meningkat pada kejadian ketuban pecah dini, selain itu juga

terjadinya prolapsus tali pusat. Risiko kecacatan dan

kematian janin meningkat pada ketuban pecah dini preterm.

Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi

pada ketuban pecah dini preterm. Kejadiannya mencapai

100% apabila ketuban pecah dini preterm terjadi pada usia

kehamilan kurang dari 23 minggu.

h. Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya

Riwayat KPD sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami

KPD kembali. Patogenesis terjadinya ketuban pecah dini

secara singkat ialah akibat adanya penurunan kandungan

kolagen dalam membrane sehingga memicu terjadinya


ketuban pecah dini dan ketuban pecah dini

preterm terutama pada pasien risiko tinggi. Wanita yang

mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan atau

menjelang persalinan maka pada kehamilan berikutnya

wanita yang telah mengalami ketuban pecah dini akan lebih

beresiko mengalaminya kembali antara 3-4 kali dari

pada wanita yang tidak mengalami ketuban pecah dini

sebelumnya, karena komposisi membran yang menjadi

mudah rapuh dan kandungan kolagen yang semakin

menurun pada kehamilan

berikutnya.
3. Pathway

-Servik ikompeten
-ketegangan rahim berlebihan
-Kelainan letak janin dalam rahim
-Kelainan jalan lahir
-Kelainan dari bawaaan selaput ketuban
-infeksi

Ketuban pecah dini

Post partum nifas Persalinan premature

Perubahan fisiologis
1. Fase taking in
2. Fase taking hold
3. Fase leting gc

Air ketuban Klien tidak Tidak adanya


terlalu mengetahui perlindungandunia
banyak keluar penyabab & akibat luar dengan daerah
ketuban pecah dini rahim

Distoksia
(partus kering) Defisit
Risiko infeksi
pengetahuan

Loserasi pada
jalan lahir

Kecemasan ibu
terhadap
keselamatan
janin dan
dirinya

ansietas
4. Patofisiologi

Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini menurut Manuaba

(2010) adalah :

1) Terjadinya pembukaan premature serviks

2) Membran terkait dengan pembukaan terjadi devaskularisasi

serta nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan

3) Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban makin

berkurang

4) Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi

yang mengeluarkan enzim proteolotik dan enzim

kolagenase.

5. Manifestasiklinis

Menurut Manuaba (2010), tanda dan gejala pada kehamilan yang

mengalami KPD adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui

vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak,

mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat

dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering

karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila duduk/berdiri, kepala

janin yang sudah terletak di bawah biasanya mengganjal atau menyumbat

kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri

perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda infeksi yang

terjadi.
6. Komplikasi

Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan

janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan

janin, serta hipoplasi pulmonal. Komplikasi akibat KPD kepada bayi

diantaranya adalah IUFD, asfiksia dan prematuritas. Sedangkan pada ibu

diantaranya adalah partus lama, infeksi intrauterin, atonia uteri, infeksi

nifas, dan perdarahan post partum (Mochtar, 2007).

7. Konsep Asuhan Keperawatan

a) Pengkajian

1) Identitas klien : nama klien, jenis kelamin, status

perkawinan, agama, suku atau bangsa, pendididkan,

pekerjaan, dan alamat.

2) Identitas Penanggung Jawab Pasien

b) Riwayat Penyakit

1) Keluhan utama:

Kaji keluhan utama saat masuk klinik/RS

2) Riwayat penyakit sekarang

Kaji keluhan peyakit klien

3) Riwayat penyakit masa lalu

Kaji penyakit yang pernah diderita

4) Riwayat psikologis

Pasien cemas karena mengalami perdarahan disertai nyeri,

serta tidak mengetahui asal dan penyebabnya


c) Pemeriksaan fisik (head to toe)

1) Keadaan umum

1.Kesadaran : composmetis sampai dengan koma

2.Postur tubuh : biasanya gemuk

3.Cara berjalan : biasanya lambat dan tergesa-gesa

4.Raut wajah : biasanya pucat

2) Tanda-tanda vital

Tensi : normal sampai turun (syok)

Nadi : normal sampai meningkat (> 100x / menit)

Suhu : normal / meningkat (> 37,5˚ c)

RR : normal / meningkat (> 22x / menit)

d) Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan secara lan"sun" cairan yan" merembes tersebut dapat

dilakukan dengan kertas nitrazine, kertas ini mengukur pH

(asam2basa). pH normal dari -agina adalah 424,7 sedangkan pH

cairan ketuban adalah 7,%27,7. 5es tersebut dapat memiliki hasil

positif yang salah apabila terdapat keterlibatan trikomonas, darah,

semen, lendir leher rahim, dan air seni. Pemeriksaan melalui

ultrasonografi dapat digunakan untuk mengkonfirmasi jumlah air

ketuban yang terdapat di dalam rahim.


8. Analisa data

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS: Ketuban pecah dini Ansietas

-merasa bingung Persalinan frematur

-merasa khawatir Air ketuban terlalu

dengan akibat dari banyak keluar

kondisiyang dihadapi

-sulit berkonsentrasi Distoksia (partus

-Mengeluh pusing kering)

-anoreksia Loserasi pada

-palpitasi jalan lahir

-merasa tidak berdaya Kecemasan ibu terhadap

DO: keselamatan janin dan

-tampak gelisah dirinya

-tampak tegang Ansietas

-sulit tidur

-fekuensi

nafasmeningkat

- frekuensi nadi

meningkat

DS: Ketuban pecah dini Defisit pengetahuan

-menanyakan masalah Persalinan frematur

yang terjadi Klien tidak mengetahui


DO: penyabab & akibat

-menunjukan perilaku ketuban pecah dini

tidak sesuai anjuran Defisit pengetahuan

-menunjukan presepsi

yang keliru terhadap

masalah

-menjalani

pemeriksaan yang

tidak tepat

-menunjukan perilaku

berlebihan
DS: Ketuban pecah dini Resiko infeksi

DO: Persalinan frematur

Tidak adanya

perlindungandunia luar

dengan daerah rahim

Resiko infeksi

9. Diagnosa keperawatan

1. Ansietas

2. Defisit pengetahuan

3. Risiko infeksi

10. Intervensi Keperawatan

No Dx Tujuan Intervensi
1 Ansietas Setelah dilakukan 1.Observasi
tindakan - Identifikasi saat tingkat anxietas

keperawatan berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor)

selama 3x24 jam - Monitor tanda anxietas (verbal dan non

ansietas dapat verbal)

teratasi dengan 2. Terapeutik

kriteria hasil : - Ciptakan suasana terapeutik untuk

-ansietas dapat menumbuhkan kepercayaan

ditangani - Motivasi mengidentifikasi situasi yang

memicu kecemasan

3. Edukasi

- Informasikan secara factual mengenai

diagnosis, pengobatan, dan prognosis

- Latih teknik relaksasi


2 Defisit setelah dilakukan Edukasi Perilaku Upaya Kesehatan

pengtetahuan asuhan keperawatan Observasi 1) Identifikasi kesiapan dan

selama 1x 30 menit kemampuan menerima informasi Terapeutik

diharapkan tingkat 1) Sediakan materi dan media pendidikan

pengetahuan pasien kesehatan

meningkat dengan 2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai

kriteria hasil : kesepakatan

1) Perilaku sesuai 3) Berikan kesempatan untuk bertanya

anjuran meningkat 2) 4) Gunakan variasi mode pembelajaran

Kemampuan 5) Gunakan pendekatan promosi kesehatan

menjelaskan dengan memperhatikan pengaruh dan

pengetahuan tentang hambatan dari lingkungan, sosial serta


suatu topik budaya.

meningkat 6) Berikan pujian dan dukungan terhadap

3) Kemampuan usaha positif dan pencapaiannya

menggambarkan Edukasi

pengalaman 1) Jelaskan penanganan masalah kesehatan

sebelumnya yang 2) Informasikan sumber yang tepat yang

sesuai dengan topik tersedia di masyarakat

meningkat 3) Anjurkan menggunakan fasilitas

4) Perilaku sesuia kesehatan 4) Anjurkan menentukan perilaku

dengan pengetahuan spesifik yang akan diubah (mis. keinginan

meingkat mengunjungi fasilitas kesehatan)

5) Pertanyaan 5) Ajarkan mengidentifikasi tujuan yang

tentang masalah yang akan dicapai

dihadapi menurun 6) Ajarkan program kesehatan dalam

6) Presepsi yang kehidupan sehari hari

keliru terhadap

masalah menurun

3 Risiko Setelah dilakukan Observasi

infeksi tindakan -Identifikasi riwayat kesehatan dan

keperawatan riwayat alergi

selama 3x24 jam Terapeutik

resiko infeksi tidak - Dokumentasikan informasi vaksinasi

dapat terjadi Edukasi

dengan kriteria - Jelaskan tujuan, manfaat, resiko yang


hasil: terjadi, jadwal dan efek samping

- Infeksi

tidak terjadi

Anda mungkin juga menyukai