Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PEDAHULUAN DISTOSIA BAHU

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas stase Keperawatan Maternitas


Dosen Pembimbing : Dedeh Sri Rahayu, S.Pd.,S.Kep.,MAN

Disusun Oleh :

Hikmah Nurhanipah
J.0105.21.009

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI
2021
A. Definisi
Distosia didefinisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit, atau

abnormal, yang timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan lima

factor persalinan yaitu persalinan disfungsional, perubahan struktur pelvis,

sebab-sebab pada janin, posisi ibu dan respons psikologis. Doenges, Marilynn

E. 2001.

Distosia bahu merupakan masalah persalinan yang terjadi selama kala

kedua pada saat kepala janin telah lahir, tetapi bagian bahu terlalu lebar untuk

masuk dan dilahirkan melalui rongga pelvic. Hal tersebut dapat membahayakan

bagi ibu karena dapat merobek serviks dan vagina; hal tersebut juga berbahaya

bagi janin karena tali pusar tertekan oleh tubuh janin dan tulang pelvic.

Distosia bahu adalah tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat di

lahirkan setelah kepala janin di lahirkan. Salah satu kriteria diagnosa distosia

bahu adalah bila dalam persalinan per vagina untuk melahirkan bahu harus di

lakukan manufer khusus seperti trapsi curam bawah dan episiotomi.

B. Etiologi

1. Ibu dengan diabetes 7% insiden distosia bahu terjadi pada ibu dengan

diabetes gestasional.

2. Janin besar (makrosomia) distosia bahu lebih sering terjadi pada bayi

dengan berat lahir yang lebih besar, meski demikian hampir separuh dan

dari kelahiran distosia bahu memiliki berat kurang dari 4000 gram

3. Riwayat obstretri atau persalinan dengan bayi besar


4. Ibu dengan obesitas

5. Multiparitas

6. Kehamilan posterm dapat menyebabkan distosia bahu karena janin terus

tumbuh setelah usia 42 minggu

7. Riwayat obstretri dengan persalinan lama/persalinan sulit atau riwayat

distosia bahu, terdapat kasus distosia bahu rekuren pada 5(12%) di antara

42 wanita.

C. Klasifikasi

1. Persalinan Disfungsional ( Distosia karena Kelainan Kekuatan)

Persalinan disfungsional adalah kontraksi uterus abnormal yang

menghambat kemajuan dilatasi serviks normal, kemajuan

pendataran/effacement (kekuatan primer), dan atau kemajuan penurunan

(kekuatan sekunder). Gilbert (2007).

2. Distosia karena Kelainan jalan lahir

3. Distosia karena kelainan letak dan bentuk janin

4. Distosia karena respon psikologis

5. Stress yang diakibatkan oleh hormon dan neurotransmitter (seperti

catecholamines) dapat menyebabkan distosia. Sumber stress pada setiap

wanita bervariasi, tetapi nyeridan tidak adanya dukungan dari seseorang

merupakan faktor penyebab stress.

6. Cemas yang berlebihan dapat menghambat dilatasi servik secara normal,

persalinan berlangsung lama, dan nyeri meningkat. Cemas juga

menyebabkan peningkatan level strees yang berkaitan dengan hormon


(seperti: β endorphin, adrenokortikotropik, kortisol, dan epinephrine).

Hormon ini dapat menyebabkan distosia karena penurunan kontraksi

uterus.

D. Patofisiologi

Pada akhir kehamilan, agar dapat melewati jalan lahir kepala harus

dapat mengatasi tebalnya segmen bawah rahim dan servik yang masih belum

mengalami dilatasi. Perkembangan otot uterus di daerah fundus uteri dan daya

dorong terhadap bagian terendah janin adalah faktor yang mempengaruhi

kemajuan persalinan kala 1.

Setelah dilatasi servik lengkap, hubungan mekanis antara ukuran dan

posisi kepala janin serta kapasitas panggul di katakan baik bila sudah terjadi

desensus janin. Gangguan fungsi otot uterus dapat di sebabkan oleh regangan

uterus berlebihan dan atau partus macet. Dengan demikian maka persalinan

yang tidak berlangsung secara efektif adalah merupakan tanda akan adanya

fetopelvic disproportion.

Membedakan gangguan persalinan menjadi disfungsi uterus dan

fotopelvic disproportion secara tegas adalah tindakan yang tidak tepat oleh

karna kedua hal tersebeut sebenarnya \memiliki hubungan yang erat. Kondisi

tulang panggul bukan satu-satunya penentu keberhasilan berlangsungnya

proses persalinan pervaginam. Bila tidak ada data objektif untuk mendukung

adanya disfungsi uterus dan FPD, harus dilakukan TRIAL of LABOR untuk

menentukan apakah persalinan pervaginam dapat berhasil pada sebuah

persalinan yang di perkirakan akan berlangsung tidak efektif. Banyak ahli yang
berpendapat bahwa tindakan TRIAL of LABOR adalah merupakan prioritas

utama untuk menurunkan kejadian sectio caesar.

Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang

menyebabkan kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang bahu

pada umumnya akan berada pada sumbu miring (oblique) di bawah ramus

pubis. Dorongan pada saat ibu meneran akan meyebabkan bahu depan

(anterior) berada di bawah pubis, bila bahu gagal untuk mengadakan putaran

menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap berada pada posisi

anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan

terhadap simfisis sehingga bahu tidak bisa lahir mengikuti kepala.

PATHWEY DISTOSIA BAHU

KELAINAN TENAGA KELAINAN BENTUK DAN KELAINAN JALAN LAHIR KELAINAN RESPON
LETAK JANIN (JANIN PISIKOLOGIS
BESAR)
KONTRAKSI TIDAK
PAP SEMPIT KETOLOLAMIN
SINGKRON DENGAN
TENAGA MENINGKAT

JANIN KESULITAN VASKOLONTRAKSI


TENAGA CEPAT MELEWATI PAP PEMBULUH DARAH DI
HABIS MIOMETRIUM
HIS/LONTRAKSI UTERUS

KESULITAN PERSALINAN

DISTOSIA

TONUS OTOT
MENURUN PARTUS LAMA RENCANA
TINDAKAN SC

OBSTRUKSI
MELANISME PD
PENEKANAN PENEKANAN JLN LAHIR
PENURUNAN JANIN pendarahan
JALAN LAHIR KEPALA JANIN TERPAPAR
PADA PANGGUL TERLALU LAMA
DENGAN UDARA
RESIKO CIDERA MENEKAN RESIKO ENERGI IBU PATOGEN
MATERNAL SYRAF CIDERA MENURUN MUDAH
JANIN HIPERMETA MASUK
BOLISME
RESPON
HIPOTALAMUS RESIKO INFEKSI
KEKURANGAN
VOLUME
PENGELUARAN CAIRAN KRITIS SITUASI
MEDIATOR NYERI LETOKOLAMIN
MENINGKAT

RESPON NYERI
STRES

NYERI AKUT

ANSIETAS

E. Manifestasi klinis

1. Kepala janin telah lahir namun masih erat berada di vulva.

2. Kepala bayi tidak melakukan putaran paksi luar.

3. Dagu tertarik dan menekan perineum.

4. Tanda kepala kura-kura yaitu penarikan kembali kepala terhadap perineum

sehingga tampak masuk kembali ke dalam vagina.

5. Penarikan kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang terperangkap di

belakang symphisis.

F. Komplikasi

1) Pada Ibu

a. Partus lama yang sering kali disertai pecahnya ketuban pada

pembukaan kecil, dapat menimbulkan dehirasi serta asidosis dan

infeksi intrapartum.

b. Dengan his yang kuat, sedang janin dalam jalan lahir tertahan, dapat

menimbulkanregangan segmen bawah uterus dan pembentukan


lingkaran retraksi patologis (Bandl).

c. Dengan persalinan yang tidak maju karena disproporsi sefalopelvik,

jalan lahir pada suatu tempat mengalami tekanan yang lama antara

kepala janin dan tulang panggul.

2) Pada Bayi

a. Partus lama dapat meningkatkan kematian perinatal apalagi jika

ditambah dengan infeksi intrapartum.

b. Propalus funikuli, apabila terjadi mengandung bahaya yang sangat

besar bagi janin dan memerlukan kelahirannya dengan segala cara

apabila ia masih hidup.

c. Dengan adanya disproporsi sefalopelvik kepala melewati rintangan

pada panggul dengan mengadakan moulge.

d. Selanjutnya tekanan oleh promontarium atau kadang-kadang oleh

simfisis pada panggul picak menyebabkan perlukaan pada jaringan

diatas tulang kepala janin, malahan dapat pula menimbulkan fraktur

pada os parietalis (Hanifah, 2002).

G. Pemeriksaan diagnostik

1. Palpasi dan Balottmen: Leopold I : teraba kepala (balottmen) di fundus

uteri

2. X-ray : Dapat membedakan dengan presentasi kepala dan pemeriksaan ini

pentinguntuk menentukan jenis presentasi sungsang dan jumlah kehamilan

serta adanya kelainan kongenital lain

3. Tes prenatal : dapat memastikan polihidromnion, janin besar, atau gestasii


multiple

4. Tes stress kontraksi/tes nonstres : mengkaji kesejahteraan janin

5. Ultrasound atau pelvimetri sinar x : mengevaluasi arsitek pelvis, presentasi

janin, posisi, dan formasi.

6. Pengambilan sampel kulit kepala janin : mendeteksi atau

mengesampingkan asidosis

H. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan distosia bahu juga harus memperhatikan kondisi ibu dan janin.

Syarat- syarat agar dapat di lakukan tindakan untuk menangani distosia bahu

adalah:

1. Kondisi vital ibu cukup memadai sehingga dapat bekerjasama untuk

menyelesaikanpersalinan

2. Masih mampu untuk mengejan

3. Jalan lahir dan pintu bawah panggul memadai untuk akomodasi tubuh bayi

4. Bayi masih hidup atau di harapkan dapat bertahan hidup

5. Bukan monstrum atau kelainan kongenital yang menghalangi keluarnya

bayi

Penatalaksanaan umum :

1. Berteriak minta bantuan . Segera mobilisasi semua personel yang tersedia

a. Buat episiotomy yang adekuat untuk mengurangi obstruksi jaringan

lunak dan

b. memberikan jarak untuk manipulasi

c. Minta ibu untuk merefleksikan kedua pahanya ketika berbaring dengan


mengangkat lututnya setinggi mungkin kearah dada. Minta dua asisten

untuk mendorong lutut ibu

d. yang fleksi ke arah dada dengan kuat.

e. Dengan memakai sarung tangan yang steril atau yang didesinfeksi

tingkat tinggi

1) Lakukan traksi ke bawah yang kuat dan berkelanjutan pada kepala

janin untuk memindahkan bahu anterior ke bawah simfisis pubis

Catatan : hindari traksi yang berlebihan pada kepala janin karena

tindakan ini dapat menyebabkan cedera pleksus brakialis.

2) Minta asisten untuk memberikan tekanan suprapubik ke bawah

secara bersamaan untuk membantu pelahiran bahu.

Catatan : jangan memberikan tekanan pada fundus. Tindakan ini

berdampak lebih

lanjut pada bahu dan dapat menyebabkan rupture uterus

2. Jika bahu tetap tidak lahir

a. Masukkan satu tangan ke dalam vagina disepanjang punggung bayi

b. Berikan tekanan pada bahu anterior searah sternum bayi untuk

memutar bahu danmengurangi diameter bahu

c. Jika perlu, berikan tekanan pada bahu posterior searah sternum

3. Jika bahu tetap tidak lahir walaupun tindakan di atas telah dilakukan

a. Masukkan satu tangan ke dalam vagina

b. Pegang humerus lengan posterior dan dengan mempertahankan fleksi

lengan, padasiku, ayunkan lengan melewati dada. Tindakan ini


memberi ruang bagi bahu anterior untuk pindah ke bawah simfisis

pubis.

4. Jika tindakan di atas gagal untuk melahirkan bahu,

pilihan tindakan lainnyameliputi:

a. Mematahkan klavikula untuk mengurangi lebar bahu dan

membebaskan bahu anterior

b. Melakukan traksi pada aksila dengan menggunakan pengait untuk

mengeluarkan lengan posterior.

Tehnik penanganan distosia bahu :

Prinsip utama dalam penanganan distosia bahu adalah melahirkan

bayi sesegera mungkin dengan beberapa teknik berikut:

a. Episiotomi

Episiotomi di lakukan dengan tujuan memperluas jalan lahir sehingga bahu di

harapkan dapat lahir.

b. Manuver Mc Robert

1) Dengan posisi ibu berbaring, minta ibu untuk menarik kedua lututnya

sejauh mungkin ke arah dadanya, minta dua asisten (boleh suami atau

anggota keluarganya)

2) Tekan kepala bayi secara mantap dan terus-menerus ke arah bawah (kearah

anus ibu) untuk memggerakkan bahu anterior di bawah symphisis pubis.

Hindari tekanan yang berlebihan pada bagian kepala bayi karena mungkin

akan melukainya.

3) Secara bersama minta salah satu asisten untuk memberikan sedikit tekanan
supra pubis ke arah bawah dengan lembut. Jangan lakukan dorongan pada

pubis, karena akan mempengaruhi bahu lebih jauh dan bisa menyebabkan

rupture uteri

c. Manuver Corkscrew Woods

1) Masukkan satu tangan ke dalam vagina dan lakukan penekanan pada bahu

anterior, ke arah sternium bayi, untuk memuar bahu bayi dan megurangi

diameter bahu

2) Jika perlu, lakukan penekanan pada bahu posterior ke arah sternum.

d. Teknik Pelahiran Bahu Belakang

1) Masukkan satu tangan ke dalam vagina dan pegang tulang lengan atas yang

berada pada posisi posterior

2) Fleksikan lengan bayi di bagian siku dan letakkan lengan tersebut

melintang didada banyi

e. Manuver Rubin

1) Pertama dengan menggoyong-goyang kedua bahu janin dari satu sisi ke

sisi lain dengan memberikan tekanan pada abdomen.

2) Bila tidak berhasil, tangan yang yang berada di panggulmeraih bahu yang

paling di akses, kemudian mendorongnya ke permukaan anterior bahu. Hal

ini biasanya akan menyebabkan abdusi kedua bahu kemudian akan

menghasilkan diameter antar bahu dan pergeseran bahu depan dari

belakang simfisis pubis.

f. Manuver Hibbard
Menekan dagu dan leher janin ke arah rectum ibu dan seorang asisten

menekan kuat fundus saat bahu depan dibebeskan. Penekanan fundus yang

dilakukan pada saat yang salah akan megakibatkan bahu depan semakin

terjepit.

g. Posisi Merangkak

1) Minta ibu untuk berganti posisi merangkak

2) Coba ganti kelahiran bayi tersebut dalam posisi ini dengan cara melakukan

tarikan perlahan pada bahu anterior ke arah atas dengan hati-hati

3) Segera setelah lahir bahu anterior, lahirkan bahu posterior dengan tarikan

perlahan ke arah bagian bawah dengan hati-hati.

h. Manuver Zavanelli

1) Mengembalikan kepala ke posisi oksiput anterior atau posterior bila kepala

janin telah berputar dari posisi tersebut

2) Memfleksikan kepala dan secara perlahan mendorongnya masuk kembali

ke vagina yang diikuti dengan pelahiran secara sesar.

3) Memberikan terbutaline 250 mg subkutan untuk menghasilkan relaksasi

uterus.

i. Fraktur Klavikula

Mematahkan klavikula dengan cara menekan klavikula anterior terhadap ramus pubis

dapat dilakukan untuk membebaskan bahu yang terjepit.

j. Kleidotomi

Kleidotomi yaitu memotong klavikuka dengan gunting atau benda tajam lain,

biasanya dilakukan pada janin mati

k. Simfisotomi
Simfisotomi yaitu mematahkan simfisotomi pubis untuk memermudah persalinan

juga dapat diterapkan dengan sukses.


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian keperawatan

1. Identitas/ demografi klien

2. Riwayat kehamilan harus mencakup gravida atau paragravida, pola dan

perawatan prenatal, rencana terhadap persalinan, tinjauan ulang terhadap

kehamilan, kondisi fisik dan psikologis, kesehatan secara umum.

3. Riwayat kehamilan dahulu

a. Catat kehamilan terdahulu (jumlah, tanggal, jenis kelahiran, komplikasi, dan

hasil kehamilan mencakup jenis kelamin dan berat badan).

b. Tanyakan pada klien riwayat kesehatan terdahulu dan catat jika klien pernah

menjalani pembedahan, penyakit jantung, diabetes, anemia, tuberculosis,

penyakit ginjal, hipertensi, atau penyakit menular seksual

4. Riwayat kesehatan keluarga

a. Tanyakan pada klien jika ada anggota keluarga yang memiliki penyakit

jantung, diskrasia darah, diabetes, penyakit ginjal, kanker, alergi, kejang,

defek congenital atau retardasi mental

b. Mencakup proses persalinan keluarga (mis. Saudara, ibu) dan informasi

mengenai pengobatan dalam keluarga

5. Pemeriksaan Fisik

a. Kaji penampilan klien secara keseluruhan dan catat jika terdapat pucat,

kelelahan, sakit atau rasa takut; edema; dehidrasi; atau lesi terbuka

b. Kaji turgor kulit untuk menentukan adanya dehidrasi

c. Kaji adanya jaringan parut, karena pembedahan abdomen atau pelvic dapat

menyisakan perlekatan

d. Kaji presentasi dan posisi janin melalui maneuver Leopold


e. Tentukan ukuran janin melalui pengukuran tinggi fundus

f. Inspeksi membrane mukosa pada mulut untuk mengetahui adanya lesi

(herpes) dan inspeksi konjungtiva untuk mengetahui warna mata.

g. Inspeksi ekstremitas bawah akan adanya edema dan varises

h. Lakukan palpasi untuk mengetahui adanya pembesaran nodus limfatikus

untuk mendeteksi kemungkinan infeksi

i. Palpasi payudara klien dan kaji adanya benjolan atau kista serta catat

kemunculannya untuk dievaluasi lebih lanjut (mungkin kelenjar susu yang

membesar)

j. Palpasi dan perkusi kandung kemih untuk mendeteksi kepenuhannya

k. Auskultasi paru untuk memastikan kejernihan suaranya dan kaji bunyi

jantung.
3) ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH

 Ibu Penekanan jalan lahir NYERI AKUT


mengatakan
merasakan Menekan syaraf
nyeri
pinggang Respon hipotalamus
yang
menjalar Pengeluaran mediator
hingga ke
perut dan nyeri
keluar lendir
bercampur Respon nyeri
darah,
 ibu NYERI AKUT
mengatakan
mulesnya
semakin
sering

Do :
 setiap his
datang kedua
tangan ibu
merangkul
paha dengan
mata
membuka
melihat perut,
 Ttv :
TD : 110/70

mmHg
Nadi : 83 x/m RR : 23

x/m Suhu : 36,5

DO Partus lama RESIKO ASYOK


-
DS Pendarahan
Klien Nampak
lemas Energy ibu menurun
Konjungtipa
ananemis
CTR kurang dari hipermetabolisme
normal
KEKURANGAN

VOLUME CAIRAN

Ds : Paertus lama RESIKO CIDERA


 ibu
mengatakan Penekanan kepala JANIN
lelah dan
tidak kuat janin pada panggul
untuk
mengedan RESIKO CIDERA
lagi
JANIN
Do :
Kepala bayi tampak

sudah lahir namun bahu

belum juga lahir

DO Jalan lahir terpapar RESIKO INFEKSI

- terlalu lama dengan

DS udara

- Pathogen mudah

masuk

RESIKO INFEKSI

Ds : Rencana tindakan SC ANSIETAS


 Ibu
mengatakan Krisis situasi
merasa cemas
menghadapi ketokolamin
persalinanny
a karena menurun
jarak
persalinan Stress
dengan anak
pertamanya ANSIETAS
cukup jauh
yaitu 7 tahun

Do :
-Ibu tampak gelisah

menghadapi persalinan

4) Diagnosa keperawatan

a. Nyeri b/d penekanan jalan lahir

b. Resiko syok b/d pendarahan Kekurangan volume cairan

c. Resiko infeksi b/d lama persalinan

d. Resiko cidera janin b/d penekanan kepala janin pada panggul

e. Ansietas b/d skrisis situasi

5) Intervensi

DX TUJUAN INTERVENSI RASIONA

1 Setelah diberikan asuhan 1. Kaji  Menentukkan


karakteristik tindakan yang
keperawatan selama 3 x 24 nyeri PQRST akan dilakukan
jam, diharapkan (NOC) : khususnya saat selanjutnya
his timbul sesuai dengan
KONTROL NYERI 2. Hilangkan respons pasien
factor-factor terhadap nyeri
◻ Ditingkatkan ke 5 yang  Tingkat
◻ Dipertahankan ke menghasilkan toleransi
ansietas dan ansietas adalah
3
anjurkan individual dan
◻ 1 Tidak pernah keberadaan dipengaruhi
menunjukan pasanganpasien. oleh berbagai
3. Anjurkan factor. Ansietas
◻ 2 jarang
teknik relaksasi berlebihan pada
menunjukan dan massage respons
◻ 3 Kadang pada ibu terhadap situasi
4. Anjurkan ibu darurat dapat
menunjukan mengantisipa meningkatkan
◻ 4 sering si nyeri ketidaknyaman
dengan napas an karena rasa
menunjukan dalam bila takut, tegang,
◻ 5 secara konsisten his timbul dan nyeri yang
5) Kolaborasi saling
menunjuk Dengan pemberian berhubungan
Kriteria Hasil analgetik dan membantu
Ibu dapat mengontrol kemampuan
nyeri klien
untukmengatasi
 Nyeri nyeri.
berkurang  Dapat
membantu
 Menggunakan dalam reduksi
tindakan pengurangan ansietas dan
meningkatkan
nyeri kenyamanan
 Dengan napas
dalam otot-otot
Mengurangi tindakan dapa
berelaksasi,
terjadi
pencegahan vasodilatasi
pembuluh
darah, ekspansi
paru optimal
sehingga
kebutuhan O2
pada jaringan
terpenuhi
 Meningkatkan
kenyamanan
dengan
memblok
impuls nyeri.
Kerja agen
analgetik
2 Setelah di lakukan tindakan 1. Pertahankan 1. Penurunan keluaran
keperwatan selama 1x24 jam masukan/keluar urin dan
dapat Mempertahankan an akurat,tes peningkatan berat
keseimbangan cairan, dibuktikan jenis urin
dengan membran mukosa
urin terhadap
keton dan kaji menunjukkan
lembab, keluaran urin tepat dan dehidrasi.
nadi dapat diraba pendarahan
Ketidakadekuatan
serta bebas dari komplikasi. masukan glukosa
- Pendarahan berkurang 3 Pantau tanda mengakibatkan
- TTV Normal vital. Catat pemecahan lemak
- Kesadaran kompos mentis laporan pusing dan adanya keton
pada perubahan 2. Peningkatan
posisi frekuensi nadi dan
suhu dan perubahan
3. Kaji bibir dan tekanan darah
membran mukosa ortostatik dapat
oral dan derajat menandakan
salivasi penurunan volume
sirkulasi
4.Perhatikan 3. Membran
respons DJJ mukosa/bibir yang
abnormal kering dan
perubahan salivasi
adalah indikator
lanjut dari dehidrasi
4. Dapat
menunjukkan efek
dehidrasi meternal
dan penurunan
perfusi
3 Setelah dilakukan tindakan  Monitor  Untuk

selama 1x24 jam tanda menghindari

diharapkan dan infeksi

Tidak terjadi infeksi gejala  Agar tidak

infeksi terjadi infeksi

 Hindari  Untuk

penyeba pemberian

b infeksi antibiotik

 Kolabor

asi

dengan

dokter

4 Resiko cidera pada janin Observasi  Mengidentifikasi

Tupan  Identifikasi area lingkungan

Setelah dilakukan tindakan area yang berpotensi

keperawatan selama 3x24 lingkungan menyebabkan

jam diharapkan resiko yang cedera


cedera pada janin dapat di berpontensi  Mengetahui obat

cegah menyebabka yang berpotensi

Tupen n cedera menyebabkan

Setelah dilakukan tindakan  Identifikasi cidera

keperawatan selama 1x24 obat yang  Mengetahui

jam masalah kontraksi pada berpotensi kesesuaian alas

ibu dapat kembali membaik menyebabka kaki untuk

dengan kriteria hasil n cidera menghindari jatuh

TTD mulai normal  Identifikasi  Untuk

DJJ normal kesesuaian mengetahui

Keadaan umum tampak alas kaki kedaan ibu dan

lemas terlihat pucat mulai atau janin yang

berkurang stocking menyebabkan

elastis pada cidera


Adanya plasenta menutup
ekstremitas
jalan lahir mulai membaik
bawah

 Identifikasi

keaadaan

ibu dan

janin

5 Ansietas 1. Bunyi nafas


1. Auskultasi bunyi
Setelah dilakukan nafas dan catat menurun / tak ada
adanya bunyi nafas
intervensi keperawatan adventisius, seperti
mengi, gesekan bila jalan nafas
selama 3 x 24 jam,
pleural.
diharapkan 2. Tinggikan kepala obstruksi sekunder
dan bantu
Tingkat kecemasan mengubah posisi. terhadap
Bangunkan klien
◻ Ditingkatkan pada turun tempat tidur
dan ambulasi perdarahan,
level 5
sesegera bekuan atau
◻ Dipertahankan
mungkin.
pada level 3 3. Dorong / bantu kolaps jalan nafas
◻ 1 Berat klien dalam nafas
dalam dan latihan kecil
◻ 2 Cukup berat batuk.
◻ 3 Sedang ( atelektasis ).
Penghisapan per
◻ 4 Ringan oral atau Ronki dan mengi
◻ 5 Tidak ada nasotrakeal bila
diindikasikan. menyertai
Dengan kriteria hasil : 4. Berikan oksigen
tambahan.
obstruksi jalan
◻ Perasaan gelisah krekels, nafas / kegagalan
tidak ada 5. Observasi
frekuensi, pernafasan.
◻ Wajah tegang tidak
kedalaman 2. Duduk tinggi
ada pernafasan memungkink
Rasa cemas yang dan ekspansi an
dada. Catat ekspansi paru dan
disamapaikan secara
upaya memudahkan
lisan pernafasan, pernafasan.
termasuk
3. Dapat
penggunaan
otot bantu meningkatkan
/pelebaran
/ banyaknya
nasal.Observ
si pola batuk sputum
dan karakter
sekret. dimana
gangguan
ventilasi dan
ditambah
ketidaknyamanan
upaya bernafas.
4. Memaksimal
kan bernafas
dan
menurunkan kerja
nafas.
5. Kecepatan
biasanya
meningkat.
Dispnea dan terjadi
peningkatan kerja
nafas.
Kongesti alveolar

mengakibatkan batuk

kering / iritasi.

Anda mungkin juga menyukai