KEGAWATDARURATAN
PERSALINAN KALA I DAN II
DENGAN DISTOSIA HIS DAN
DISTOSIA BAHU
KELOMPOK 4
ANGGOTA KELOMPOK 4
Auzura Rahmawati
Resti Fuji A
Qatrunnida R Kartini
Shifa
Siti Hafsah Siti Karmilah
Wilandha S
Salma
Zeralita
Mahfudzoh
Ageng NA
TP
01
DISTOSIA KARENA
KELAINAN POWER
(HIS)
PENGERTIAN
(HYPOTONIC UTERINE
CONTRACTION Anemia
Keadaan umum penderita harus diperbaiki. Gizi selama kehamilan harus diperhatikan.
Teliti keadaan serviks, presentasi dan posisi, penurunan kepala / bokong bila sudah masuk PAP pasien disuruh
jalan, bila his timbul adekuat dapat dilakukan persalinan spontan, tetapi bila tidak berhasil maka akan dilakukan
sectio cesaria.
Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500 cc dektrosa 5% ,dimulai dengan 12 tetes permenit,dinaikkan setiap 10-15
tetes permenit sampai 40-50 tetes permenit.
PENANGANAN INERSIA UTERI HIPOTONIK
Pemberian oksitosin tidak perlu terus menerus, sebab bila tidak memperkuat HIS setelah pemberian
beberapa lama,hentikan dulu dan ibu disuruh istirahat.
Pada malam hari berikan obat penenang misalnya valium10 mg dan esoknya dapat diulangi lagi
pemberian oksitosin drips.
Bila inersia disertai dengan disproporsi sefalopelvis, maka sebaiknya dilakukan Secsio Sesarea
Bila semula HIS kuat kemudian terjadi inersia uteri sekunder, ibu lemah dan partus berlangsung lebih
dari 24 jam pada primi dan 18 jam pada multi, sebaiknya partus segera diselesaikan
TETANIA UTERI (HYPERTONIC UTERINE
CONTRACTION)
HIS yang terlampau kuat dan terlalu sering
sehingga tidak ada relaksasi rahim. Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya partus presipitatus
Akibatnya terjadilah luka-luka jalan lahir yang luas
pada serviks, vagina dan perineum, dan pada bayi
dapat terjadi perdarahan intrakranial,dan hipoksia
janin karena gangguan sirkulasi uteroplasenter. Bila
ada kesempitan panggul dapat terjadi ruptur uteri
mengancam, dan bila tidak segera ditangani akan
berlanjut menjadi ruptura uteri.
Faktor yang dapat menyebabkan kelainan ini
antara lain adalah rangsangan pada uterus,
misalnya pemberian oksitosin yang berlebihan,
ketuban pecah lama dengan disertai infeksi, dan
sebagainya.
PENANGANAN
Salah pimpinan
Herediter, emosi dan
Primigravida, multigravida persalinan, atau salah
ketakutan memegang
dan grandemultipara. dalam pemberian obat-
peranan penting.
obatan.
Faktor Faktor
Penyebab Risiko
FAKTOR PENYEBAB
HIS MALPRESENTASI
JANIN BESAR
Penyebab terjadinya partus
DAN MALPOSISI janin besar dapat
lama adalah kelainan his, his Mal presentasi adalah bagian menyebabkan distosia pada
yang tidak normal baik terendah janin yang berada proses persalinan, yang
kekuatan maupun sifatnya disegmen bawah rahim bukan ditandai dengan kelambatan
dapat menghambat persalinan. belakang kepala. Sedangkan atau tidak adanya kemajuan
malposisi adalah penunjuk proses persalinan.
(presenting part) tidak berada di
anterior.
KELAINAN KETUBAN PECAH
SERVIKS DAN DINI
ketuban pecah pada saat serviks masih keras, dan
VAGINA menutup maka sering terjadi periode laten yang lama,
hal ini dikarenakan oleh ukuran Pintu Atas Panggul
(PAP) yang sempit sehingga berpegaruh terhadap
persalinan yaitu pembukaan serviks menjadi lambat
dan seringkali tidak lengkap serta menyebabkan kerja
uterus tidak efisien.
FAKTOR RISIKO
01 FASE LATEN
MEMANJANG
Fase laten memanjang apabila lama fase ini
03 KALA II MEMANJANG
Kala II persalinan pada nulipara dibatasi dua
jam sedangkan untuk multipara satu jam.
lebih dari 20 jam pada nulipara dan 14 jam pada
ibu multipara. Diagnosis dapat pula ditentukan Kala II memanjang dapat didiagnosa jika
dengan menilai pembukaan serviks tidak pembukaan serviks lengkap, ibu ingin
melewati 4 cm sesudah 8 jam inpartu dengan mengedan, tetapi tidak ada kemajuan
his yang teratur penurunan.
Denyut jantung janin dicatat setiap setengah jam dalam kala I dan lebih sering dalam kala II.
Ibu hendaknya tidak diberi makanan biasa namun diberikan dalam bentuk cairan.
LANJUTAN PENANGANAN PARTUS LAMA
Sebaiknya diberikan infuse larutan glukosa 5% dan larutas NaCl isotonik secara intravena berganti – ganti.
Untuk mengurangi rasa nyeri dapat ddiberikan petidin 50 mg yang dapat di ulangi, pada permulaan kala I dapat
diberikan 10 mg morfin.
Apabila persalinan berlangsung 24 jam tanpa kemajuan berarti maka perlu diadakan penilaian seksama tentang
keadaan.
Apabila ketuban sudah pecah maka, keputusan untuk menyelesaikan persalinan tidak boleh ditunda terlalu lama
Sebaiknya dalam 24 jam setelah ketuban pecah sudah dapat diambil keputusan apakah perlu dilakukan seksio sesarea
dalam waktu singkat atau persalinan dapat dibiarkan berlangsung terus.
03
PERSALINAN
DENGAN INDUKSI
/AUGMENTASI
INDIKASI INDUKSI PERSALINAN
pertumbuhan
preeklampsi hipertensi akibat intrauterine fetal
janin terhambat
berat kehamilan death (IUFD)
(PJT)
umbilical
insufisiensi perdarahan
abnormal arteri
plasenta antepartum
doppleR
KONTRA INDIKASI INDUKSI PERSALINAN
disproporsi
sefalopelvik plasenta previa Gamelli Polihidramnion
(CPD)
malpresentasi
riwayat sectio
atau kelainan gawat janin vasa previa
caesar klasik
letak
infeksi herpes
Hidrosefalus
genital aktif
RISIKO INDUKSI
PERSALINAN
BAGI IBU BAGI JANIN
Infeksi
inersia uteri
fetal distress
hiperstimulasi uterus
iufd akibat
rupture uteri hiperstimulasi uterus
induksi gagal yang berakhir
dengan tindakan pembedahan.
KOMPLIKASI ATAU RISIKO MELAKUKAN INDUKSI
PERSALINAN
meningkatkan
kelelahan ibu
perdarahan post pelahiran caesar
infeksi intra uterin dan krisis
partum pada induksi
emosional
elektif
PERSYARATAN PELAKSANAAN INDUKSI PERSALINAN
Pemberian oksitosin
intravena
METODE MEKANIS
kateter transservikal (kateter
foley)
stripping membrane
PROSES INDIKASI
Ada dua cara yang biasanya
dilakukan untuk memulai proses
induksi, yaitu kimia dan mekanik.
Namun pada dasarnya, kedua
cara ini dilakukan untuk
mengeluarkan zat prostaglandin
yang berfungsi sebagai zat
penyebab otot rahim
berkontraksi.
SECARA KIMIA ATAU
MEDICAL/FARMAKOLOGI
PROSTAGLANDIN E2
(PGE2)
PGE2 tersedia dalam bentuk gel atau Efek samping setelah pemberian
pesarium yang dapat dimasukkan prostaglandin E2 pervaginam adalah
intravaginal atau intraserviks. Gel atau peningkatan aktivitas uterus, menurut
pesarium ini yang digunakan secara lokal American College of Obstetricians and
akan menyebabkan pelonggaran kolagen Gynecologists (1999) mendeskripsikannya
serviks dan peningkatan kandungan air di sebagai berikut:
dalam jaringan serviks. PGE2
memperlunak jaringan ikat serviks dan Takisistol uterus diartikan sebagai ≥6 kontraksi
merelaksasikan serabut otot serviks, dalam periode 10 menit.
MEDICAL/FARMAKOLOGI
oksitosin secara cermat
Apabila menggunakan definisi tambahan dari Spong yang menyatakan bahwa distosia bahu
sebagai jarak waktu antara lahirnya kepala dengan lahirnya badan bayi > 60 detik, maka
insidensinya meningkat menjadi 11%. Sementara dari segi gender jumlah bayi lakilaki yang
mengalami insiden distosia bahu adalah sebesar 55% - 68% lebih besar dibandingkan bayi
perempuan. 71% dari semua bayi yang cedera saat persalinan adalah akibat distosia bahu. Lebih dari
70% kasus distosia bahu terjadi dengan bayi dengan berat > 4.000 g. (Cunningham, 2010;
Doumoutchis,2011; Goetlieb,et al, 2007).
ETIOLOGI
Penyebab utama terjadinya distosia bahu adalah makrosomia atau
bayi besar. Beberapa faktor resiko yang berhubungan dengan
makrosomia adalah
intoleransi
diabetes melitus BMI ibu sebelum
glukosa pada
gestasional kehamilan
ibu
riwayat
kenaikan berat
melahirkan
badan pada ibu usia kehamilan
makrosomia
hamil
sebelumnya
FAKTOR RISIKO
PRE KONSEPSI
Riwayat Distosia
Bahu Ibu pada
Ibu Obesitas Usia Ibu
persalinan
sebelumnya
FAKTOR RISIKO
Pre
Konsepsi
Ante
Partum
FAKTOR RISIKO
ANTEPARTUM
Makrosomia. Makrosomia adalah bayi dengan berat badan
lahir lebih dari 4000 gram.
Bayi Serotinus
TANDA KLINIK
Salah satu gambaran yang sering terjadi adalah turtle sign. Tanda klinis yang menandakan
terjadinya distosia bahu meliputi:
Kepala bayi telah lahir, tetapi bahu tertahan dan tidak dapat dilahirkan
Kepala bayi telah lahir, tetapi tetap menekan vulva dengan kencang
Traksi pada kepala bayi tidak berhasil melahirkan bahu yang tetap berada di cranial simfisis pubis
Turtle sign adalah ketika kepala bayi tiba-tiba tertarik kembali ke perineum ibu setelah keluar dari vagina.
Akronim “ALARMER” merupakan panduan yang dapat
membantu melakukan penanganan yang tepat, yaitu :
Ask for help
Episiotomy
Jika manuver tersebut tidak ada yang berhasil, bisa disarankan untuk mematahkan
klavikula bayi, simpisiotomi, manuver Zavanelli .
Bila distosia bahu telah berhasil ditangani, maka
dilakukan :
Menjelaskan semua
langkah yang telah
Manajemen aktif kala III
Mencatat manuver yang dilakukan kepada ibu
untuk mencegah
telah dilakukan. dan keluarga yang
perdarahan postpartum.
mungkin ada pada saat
dilakukan penanganan
PENGERTIAN
INDUKSI PERSALINAN
Mengubah Mengubah
ukuran dan ukuran dan
posisi (ibu) posisi (bayi)
panggul bahu
Mengubah ukuran dan posisi (ibu)
panggul
Mengangkat
kaki dapat
disertai
dengan Gaskin
McRoberts
menggoyang Manuver
ke belakang
dan ke depan
dari pelvis
GASKIN MANUVER
Mengubah ukuran dan posisi (bayi) bahu
Tindakan ini akan membuat diameter bahu bayi lebih kecil. Memutar bahu ke diameter oblique dari
panggul akan tersedia ruang ekstra. Beberapa maneuver yang dilakukan untuk memperkecil
diameter bahu bayi antara lain dengan:
Manuver Teknik
Manuver Rubin Corkscrew Pelahiran Bahu
Woods Belakang
Mengubah ukuran dan posisi Manuver Corkscrew Woods
● Masukkan satu tangan ke dalam
(bayi) bahu vagina dan lakukan penekanan
pada bahu anterior, ke arah
sternum bayi, untuk memutar
Manuver Rubin bahu bayi dan mengurangi
● Pertama dengan menggoyang- diameter bahu
goyang kedua bahu janin dari satu sisi ● Jika perlu, lakukan penekanan
ke sisi lain dengan memberikan pada bahu posterior ke arah
tekanan pada abdomen. sternum
● Bila tidak berhasil, tangan yang
berada di panggul meraih bahu yang Teknik Pelahiran Bahu Belakang
paling mudah di akses, kemudian (Robert et all, 2010)
mendorongnya ke permukaan ● Masukkan satu tangan ke dalam
anterior bahu. Hal ini biasanya akan vagina dan pegang tulang
menyebabkan abduksi kedua bahu lengan atas yang berada pada
kemudian akan menghasilkan posisi posterior
diameter antar-bahu dan pergeseran ● Fleksikan lengan bayi di bagian
bahu depan dari belakang simfisis siku dan letakkan lengan
pubis tersebut melintang di dada bayi
PENDEKATAN DRASTIS
dan
sebagainya
PENANGANAN UTERI HIPERTONIK
riwayat
persalinan
ibu yang pendek
dengan distosia
bahu
FAKTOR RISIKO
DISTOSIA BAHU
MATERNAL FETAL
● Kelainan anatomi panggul ● Dugaan macrosomia
● Diabetes Gestational Kehamilan
postmatur
● Riwayat distosia bahu
● Tubuh ibu pendek
05
STUDI KASUS
DATA SUBJEKTIF
Biodata
a. Nama ibu, termasuk nama panggilannya, dikaji untuk mengenal klien dan memanggil
pasien agar tidak keliru dengan pasien lain.
b. Umur, dalam kurun reproduksi sehat dikenal usia aman untuk persalinan adalah 20-30
tahun.
c. Agama, untuk mempermudah dalam melakukan pendekatan keagamaan dalam
melakukan asuhan kebidanan juga mengetahui pengaruhnya terhadap kebiasaan
kesehatan lain.
d. Pendidikan. Pendidikan berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan
konseling sesuai dengan pendidikannya
e. Suku/ Kebangsaan Ini perlu ditanyakan untuk mengadakan statistik kelahiran.
f. Mengetahui pekerjaan ibu, gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut
g. Alamat, untuk mengetahui keadaan lingkungan perumahan serta keadaan tempat
tinggal ibu.
h. Data mengenai suami/ penanggung jawab. Hal ini akan memberikan jaminan
persalinan ibu mengalami saat kegawatdaruratan maka bidan sudah tahu harus dengan
siapa bidan berunding.
DATA SUBJEKTIF
a. Keluhan utama. Yang perlu dikaji adalah kontraksi (kapan mulainya, frekuensi dan
lamanya) show/ lendir darah (kapan dan berapa banyaknya) his atau kontraksi uterus
yang terjadi secara teratur, terus-menerus dan semakin meningkat frekuensinya yang
dimulai dari bagian punggung kemudian menyebar disekitar abdomen bawah otot
merupakan tanda persalinan yang sebenarnya akan menimbulkan rasa
ketdaknyamanan dan rasa nyeri. Yang perlu dikaji adalah adanya keluhan yang
dirasakan pasien dan tanda yang mendukung terjadinya persalinan sesungguhnya. Hal
yang perlu dikaji : waktu kontraksi, Intensitas kontraksi serta Gambaran lokasi nyeri
dengan kontraksi.
b. Riwayat penyakit. Diabetes Mellitus Gestasional Komplikasi yang mungkin terjadi pada
kehamilan dengan diabetes sangat bervariasi. Pada ibu akan meningkatkan resiko
terjadinya preeclampsia, seksiosesarea, dan terjadinya diabetes mellitus tipe II di
kemudian hari, sedangkan pada janin meningkatkan resiko terjadinya makrosomia,
trauma persalinan, hioperbilirubinemia, hipoglikemia, hipokalsemia, polisitemia,
hiperbilirubenia neonatal, sindroma distress respirasi (RDS), serta meningkatkan
mortalitas atau kematian janin
DATA SUBJEKTIF
Riwayat haid
a. HPHT (hari pertama haid terakhir) untuk mengetahui umur kehamilan yang
sebenarnya dan sekaligus taksiran persalinan yang dihitung dengan rumus neagle.
b. Siklus haid dapat digunakan untuk menentukan hari perkiraan lahir.
c. Dismenorhea, dikaji terutama pada saat dismenorhea sekunder yaitu dismenorhe
yang disertai kelainan anatomis genetalis (Manuaba, 2001: 58). Nyeri haid atau
dismenorhea menjadi tanda bahwa terjadi kontraksi uterus yang hebat. Kontraksi kuat
tersebut dapat mengakibatkan terjadinya persalinan yang cepat.