Anda di halaman 1dari 19

DISTOSIA

WAHYUNI SYAMSUDDIN

2117039

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIK GIA MAKASSAR

2019
A. KONSEP MEDIK

1. DEFINISI

Persalinan distosia adalah persalinan yang memerlukan bantuan dari luar

karena terjadi penyimpangan dari konsep eutosia 3P

(power,passage,passenger).(manuaba,1998).

Menurut rustam mochtar,1998 adalah kesulitan dalam jalannya persalinan.

Secara harfiah diartikan sebagai persalinan sulit yang ditandai dengan

kemajuan persalinan yang lambat (Al-fathdry,2002).

2. ETIOLOGI

Distosia dapat disebabkan oleh :

a. Distosia karena kelainan presentas.

Malpersentasi adalah semua persentasi janin selain vertex sementara

malposisi adalah posisi kepala janin relative terhadap pelvis dengan

oksiput sebagai titik referens,masalah ;janin yang dalam keadaan

malpresentasi dan malposisi kemungkinan menyebabkan partus lama

b. Distosia karena kelainan posisi janin

1. letak sunsang disebabkan oleh prematuritas karena bentuk rahim

relative kurang lonjong,air ketuban masih banyak dan kepala relative

besar,hidramion anak mudah bergerak,plasenta previa Karena

mengahalangi turunnya kepala kedalam pintu atas panggul,bentuk


rahim yang abnormal,kelainan bentuk kepala seperti amemsefalus dan

hidrosefalus (obsteri patologi;134).

2. letak lintang disebabkan oleh fiksasi kepala tidak ada indikasi CPD,

hidrosefalus, ansefalus, plasenta previa, dan tumor pelvis ,janin mudah

bergerak karena hidramion, multiparitas, pertumbuhan janin terhambat,

atau janin mati,gemeli, kelainan uterus,lumbar skoliosis, monster, pelvic

kidney,dan kandung kemih serta rectum penuh.

c. Distosia karena kelainan tenaga/ His

Disebabkan oleh sering dijumpai pada primigravida tua dan inersia uteri

sering dijumpai pada multi gravid,factor herediter,emosi dan kekuatan

,salah pimpinan persalinan pada kala II atau salah pemberian obat seperti

oksitosin dan obat penenang.

d. Distosia karena kelainan alat kandungan dan jalan lahir

Berkaitan dengan variasi ukuran dan tulang pelvis ibu atau

keabnormalan saluran reproduksi yang dapat mengganggu dorongan atau

pengeluaran janin.
e. Distosia karena kelainan janin

1. Bayi besar

 Diabetes mellitus : DM mengakibatkan ibu melahirkan bayi besar

dengan berat lahir mencapai 4000-5000 gram atau lebih

 Keturunan : Seorang ibu gemuk berisiko 4 sampai 12 kali untuk

melahirkan bayi besar

 Multiparitas dengan riwayat makrosomia sebelumnya : Bila bumil

punya riwayat melahirkan bayi makrosomia sebelumnya,maka ia

berisiko 5-10 kali lebih tinggi untuk kembali melahirkan makrosomia

dibandingkan wanita yang belum pernah melahirkan bayi

makrosomia karena umumnya berat seorang bayi yang akan lahirv

berikitnya bertambah sekitar 80-120 gr.

2. Hydrosefalus

Terjadi penyumbatan aliran cairan serebrospinal pada salah satu

tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikeldan

tempat absorpsi dalam ruang subaraknoid.

3. Anensefalus

Disebabkan factor mekanik,factor infeksi,factor obat,factor umur

ibu,factor hormonal.
4. Kembar siam

Terjadi apabila zigot dari bayi kembar identik gagal terpisah secara

sempurna.karena terjadinya pemisahan yang lambat,maka pemisah

anak tidak sempurna dan terjadi kembar siam (UNPAD 1998).

5. Gawat janin

 Infusiensi uteruplasenter akut (kurangnya aliran darah uterus

plasenta dalam waktu singkat) berupa : aktivitas uterus,yang

berlebihan,dapat dihubungkan dengan pemberian oksitosin,hipotensi

ibu,kompresi venakava,posisi terlentang,perdarahan ibu,solusio

plasenta,plasenta previa.

 Infusiensi uterus plasenter kronik (kurang aliran darah uterus

plasenta dalam waktu lama) berupa penyakit hipertensi,

 Diabetes melliltus : Pada ibu penderita DM maka kemungkinan pada

bayi akan mengalami hipoglikemia karena pada ibu yg diabetes

mengalami toleransi glukosa terganggu,dan dan seringkali disertai

hipoksia.

 Isoimunisasi rh, postmaturnitas atau dismaturnitas, kompresi

(penekanan) tali pusat.


3. PATOFISIOLOGI TIMBULNYA GEJALA

His yang normal dimulai dari salah satu sudut di fundus uteri yang

kemudian menjalar merata simetris ke seluruh korpus uteri dengan adanya

dominasi kekuatan pada fundus uteri dimana lapisan otot uterus paling

dominan, kemudian mengadakan relaksasi secara merata dan menyeluruh

hingga tekanan dalam ruang amnion balik ke asalnya +10 mmHg.

Incoordinate uterin action yaitu sifat his yang berubah. Tonus otot uterus

meningkat juga di luar his dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa

karena tidak ada sinkronasi kontraksi bagian-bagiannya Tidak adanya

koordinasi antara kontraksi atas, tengah dan bawah menyebabkan tidak

efisien dalam mengadakan pembukaan.

Disamping itu tonus otot yang menaik menyebabkan rasa nyeri yang lebih

keras dan lama bagi ibu dan dapat pula menyebabkan hipoksia pada janin.

His ini juga disebut sebagai incoordinate hipertonic uterin contraction.

Kadang-kadang pada persalinan lama dengan ketuban yang sudah lama

pecah, kelainan his ini menyebabkan spasmus sirkuler setempat, sehingga

terjadi penyempitan kavum uterin pada tempat itu. Ini dinamakan lingkaran

kontraksi atau lingkaran kontriksi. Secara teoritis lingkaran ini dapat terjadi

dimana-mana, tapi biasanya ditemukan pada batas antara bagian atas

dengan segmen bawah uterus. Lingkaran kontriksi tidak dapat diketahui

degan pemeriksaan dalam, kecuali kalau pembukaan sudah lengkap

sehingga tangan dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri.


4. MANIFESTASI KLINIK

a. Dapat dilihat dan diraba,perut terasa membesar kesamping

b. Pergerakan janin pada bagian kiri lebih dominan

c. Nyeri hebat dan janin sulit untuk dikeluarkan

d. Terjadi distensi berlebihan pada uterus

e. Dada teraba seperti punggung, belakang kepala terletak berlawanan

dengan letak dada, teraba bagian – bagian kecil janin dan denyut

jantung janin terdengar lebih jelas pada dada.

5. TES DIAGNOSTIK

a. Tes Prenatal : Untuk memastikan penyulit persalinan seperti : janin besar,

malpresentasi

b. Pelvimetri sinar X : Mengevaluasi arsitektur pelvis, presentasi dan posisi

janin

c. Pengambilan sample kulit kepala janin : mendeteksi atau mencegah

asidosis
6. PENGOBATAN

a. Fase laten yang memanjang : Selama ketuban masih utuh dan passage

serta passanger normal,pasien dengan fase laten memanjang sering

mendapat manfaat dari hidrasi dan istirahat terapeutik. Apabila dianggap

perlu untuk tidur,morfin(15 mg) dapat memberikan tidur 6-8 jam. Apabila

pasien terbangun dari persalinan,diagnosa persalinan palsu dapat ditinjau

kembali,berupa perangsangan dengan oksitosin.

b. protraksi : Dapat ditangani dengan penuh harapan,sejauh persalinan mau

dan tidak ada bukti disproporsi sevalopelvik,mal presentasi atau fetal

distress. Pemberian oksitosin sering bermanfaat pada pasien dengan

suatu kontrakti hipotonik.

c. Kelainan penghentian : Apabila terdapat disproporsi sevalopelvik

dianjurkan untuk dilakukan seksio sesarea.perangsangan oksitosin hanya

dianjurkan sejauh pelviks memadai untuk dilalui janin dan tidak ada tanda-

tanda fetal distress


7. KOMPLIKASI

Distosia yang tidak ditangani dengan segera dapat mengakibatkan

komplikasi antara lain :

a. Pada ibu akan terjadi ruptur jalan lahir akibat his yang kuat sementara

kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan dan juga dapat mengakibatkan

terjadinya fistula karena nekrosis pada jalan lahir

b. Pada janin distosia akan berakibat kematian karena janin mengalami

hipoksia dan perdarahan


8. PATOFISIOLOGI PENYIMPANGAN KDM

Kelainan His

Kontraksi pelvic

Kontraksi uterus

Nyeri Perubahan tonus otot

Abnormalitas Resiko tinggi


pelvis ibu cedera maternal

Laten memanjang 14 jam

Persalinan lama

Ansietas Resiko tinggi Kurang energi


Cidera pada janin

Keletihan
B. KONSEP KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya dalam kehamilan sekarang ada kelainan seperti : Kelainan

letak janin (lintang, sunsang dll) apa yang menjadi presentasi dll.

b. Riwayat kesehatan dahulu

Yang perlu dikaji pada klien, biasanya klien pernah mengalami distosia

sebelumnya, biasanya ada penyulit persalinan sebelumnya seperti

hipertensi, anemia, panggul sempit, biasanya ada riwayat DM, biasanya

ada riwayat kembar dll.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit kelainan darah,

DM, eklamsi dan pre eklamsi.

d. Pemeriksaan Fisik

 Kepala : rambut tidak rontok, kulit kepala bersih tidak ada ketombe

 Mata : Biasanya konjungtiva anemis

 Thorak

Inpeksi pernafasan : Frekuensi, kedalam, jenis pernafasan, biasanya

ada bagian paru yang tertinggal saat pernafasan.


 Abdomen

Kaji his (kekuatan, frekuensi, lama), biasanya his kurang semenjak

awal persalinan atau menurun saat persalinan, biasanya posisi, letak,

presentasi dan sikap anak normal atau tidak, raba fundus keras atau

lembek, biasanya anak kembar/ tidak, lakukan perabaab pada simpisis

biasanya blas penuh/ tidak untuk mengetahui adanya distensi usus dan

kandung kemih.

 Vulva dan Vagina

Lakukan VT : biasanya ketuban sudah pecah atau belum, edem pada

vulva/ servik, biasanya teraba promantorium, ada/ tidaknya kemajuan

persalinan, biasanya teraba jaringan plasenta untuk mengidentifikasi

adanya plasenta previa

 Panggul

Lakukan pemeriksaan panggul luar, biasanya ada kelainan bentuk

panggul dan kelainan tulang belakang.


e. Pola fungsional Gordon

 Pola persepsi-menajemen kesehatan klien terkadang tidak mengetahui

bagaimana penatalaksaan terhadap sakitnya ini

 Pola nutrisi – metabolik : Biasanya pada klien terdapat penurunan nafsu

makan karena sakit yang ia alami

 Pola eliminasi biasanya pada klien ini distensi usus atau kandung kemih

yang mungkin menyertai

 Pola latihan dan aktivitas keadaan biasanya pada klien ini mengalami

keletihan,kurang energi,letargi,penurunan penampilan

 Pola istirahat dan tidur biasanya pada klien ini istriharatnya terganggu

karena sakit yang dirasakan.

 Konsep diri merasa stress dengan keadaan penyakitnya ini.

 Pola peran dan hubungan biasanya ada sedikit masalah karena klien

merasa rendah diri karena selalu merasa bergantung kepada orang di

sekitarnya

 Pola reproduksi uterus mungkin distensi berlebihan karena hidramnion,

gestasi multipel.

 Pola kognitif-perseptual biasanya tidak ada masalah dengan indra.

 Pola coping klien biasanya tampak cemas dan keakutan

 Pola keyakinan pada keadaan ini klien susah menjalankan

kewajibannya dalam beribadah karena sakit yang ia alami


2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Nyeri berhubungan dengan intensitas kontraksi uterus, kontraksi tidak

efektif

b. Cedera, resiko tinggi terhadap maternal (ibu) berhubungan dengan

penurunan tonus otot/pola kontraksi otot, obstruksi mekanis pada

penurunan janin, keletihan maternal.

c. Cedera resiko tinggi terhadap janin berhubungan dengan persalinan lama,

malpresentasi janin, hipoksia/ asidosis jaringan, abnormalitas pelvis ibu.

d. Keletihan berhubungan dengan faktor fisiologis ; kehamilan

e. Ansietas berhubungan dengan persalinan dan kurang informasi.


3. INTERVENSI KEPERAWATAN TERDIRI DARI 3 DIAGNOSA PRIORITAS, TUJUAN DAN KRITERIA

HASIL, RENCANA KEPERAWATAN DAN RASIONAL

PERENCANAAN
DIAGNOSA
NO KEPERAWATAN TUJUAN DAN RENCANA
RASIONAL
(PRIORITAS) KRITERIA KEPERAWATAN
HASIL
1 2 3 4 5
Nyeri berhubungan Setelah dilakukan - Menentukan sifat, - Untuk mengetahui skala
nyeri.
dengan intensitas intervensi selama lokasi, dan durasi
- Untuk mengetahui skala
kontraksi uterus, 1x24 jam nyeri. nyeri
- Untuk mengatasi nyeri
kontraksi tidak kebutuhan rasa - Kaji intensitas nyeri
efektif. nyaman pasien ibu dengan skala nyeri
terpenuhi dengan - Berikan lingkungan
kriteria hasil : yang nyaman, tenang
- Nyeri yang dan aktivitas untuk
dirasakan klien mengalihkan nyeri.
menurun dari 9
menjadi 3.
2. Resiko tinggi Setelah dilakukan - Tinjau ulang riwayat - Untuk mengetahui
riwayat persalinan
cedera maternal tindakan persalinan, awitan dan
- Untuk mengetahui
(ibu) berhubungan keperawatan durasi pergerakan janin.
- Untuk mengurangi
dengan pola selama 3 jam - Catat waktu/jenis obat,
kelelahan pada pasien
kontraksi otot, diharapkan resiko hindari pemberian sebelum persalinan.
keletihan maternal. cereda pada pasien narkotik dan anastesi
berkurang. blok epidural sampai
serviks dilatasi 4 cm
- Evaluasi tingkat
keletihan yang
menyertai,serta
aktifitas dan istirahat,
sebelum awitan
persalinan
3. Cedera resiko Setelah dilakukan - Kaji denyut jantung - Untuk memantau hasil
denyut jantung janin.
tinggi terhadap intervensi selama janin secara manual dan
- Untuk mengetahui kontrak
janin berhubungan 1x24 jam cedera elektronik,dan kaji janin
- Untuk mengetahui
dengan penekanan pada janin dapat irama jantung janin.
pergerakan janin dengan
kepala pada dihindari dengan - Perhatikan tekanan normal
panggul, partus kriteria hasil: uterus selama istirahat
lama. - DJJ dalam batas dan fase kontraksi
normal. melalui kateter tekanan
- Kemajuan intrauterus bila tersedia
persalinan baik. - Perhatikan frekuensi
kontraksi uterus. Beri
tahu dokter bila
frekuensi dua menit
atau kurang
C. DAFTAR PUSTAKA

HK, Joseph dan S, Nugroho. 2010. Catatan Kuliah Ginekologi dan Obstetri.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Ralph C. 2009. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi Ed. 9. Jakarta : EGC.

Sastrawinata, Sulaiman. 2005. Ilmu Kesehatan Reproduksi Obstetri Patologi Ed.

2. Jakarta : EGC.

Mochlar, Rustam. 1990. Synopsis Obstetric. Jakarta : EGC

FKUI Universitas Padjajaran. 1983. Uji Diri Obstetric dan Ginekologi.

Bandung : Eleman

Wiknojosastro, Hanifa. 1992. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawihardjo

Chandranita, Ida Ayu, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetric untuk Mahasiswa

Kebidanan. Jakarta:EGC

Farrer, Helen. 2001. Perawatan Meternitas Edisi II. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai