3. Partus Lama
4. Ruptur Uteri
Kelainan HIS(Power) / Kelainan Tenaga
Kelainan his dengan kekuatan yang lemah / tidak adekuat untuk melakukan pembukaan
serviks atau mendorong anak keluar. Kekuatan his lemah, singkat dan frekuensinya
jarang
Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia, uterus
yang terlalu teregang misalnya akibat hidramnion atau kehamilan kembar atau makrosomia,
grandemultipara atau primipara, serta pada penderita dengan keadaan emosi kurang baik
Inersia Uteri terbagi 2 Inersia uteri primer dan Inersia uteri sekunder
Perbedaan inersia uteri primer
dan inersia uteri sekunder
1. Inersia uteri primer Terjadi permulaan fase laten, sejak awal permulaan persalinan
his tidak adekuat sehingga sulit dipastikan penderita sudah memasuki inpartu atau
belum
2. Inersia uteri sekunder Terjadi fase aktif kala I atau kala II, permulaan his baik
kemudian keadaan selanjutnya terdapat gangguan
Tetania Uteri (Hypertonic Uterine Contraction)
Kelainan his dengan kekuatan yang terlalu kuat dan sering sehingga tidak ada relaksasi
rahim dapat menyebabkan terjadinya partus presipitatus yang dapat menyebabkan
persalinan diatas kendaraan, kamar mandi, dan tidak sempat dilakukan pertolongan.
Pasien merasa kesakitan karena his yang kuat dan berlangsung hampir terus-menerus,
sehingga menyebabkan luka-luka jalan lahir yang luas pada serviks, vagina dan perineum,
dan pada bayi dapat terjadi perdarahan intrakranial,dan hipoksia janin karena gangguan
sirkulasi uteroplasenter.
Bila ada kesempitan panggul dapat terjadi ruptur uteri mengancam, dan bila tidak segera
ditangani akan berlanjut menjadi ruptur uteri
Faktor penyebab rangsangan pada uterus, misalnya pemberian oksitosin yang berlebihan,
ketuban pecah lama dengan disertai infeksi,
Komplikasi Kelainan HIS
Kebutuhan
Mengatur Peran
makanan
posisi pendamping
dan cairan
SOP Inersia Uteri
Nilai KU dan TTV
Tentukan keadaan janin, pastikan DJJ dalam batas normal
Jika ketuban sudah pecah, air ketuban kehijauan bercampur darah kemungkinan terjadi
gawat janin. Jika gawat janin SC
Apabila terdapat disproporsi sefalopelvis maka lakukan SC
Berikan penanganan umum yang kemungkinan akan memperbaiki kontraksi seperti
berjalan-jalan. Nilai frekuensi dan lama kontraksi berdasarkan partograph
Apabila tidak ada kemajuan persalinan maka lakukan induksi dengan oksitosin drips 5 IU
dalam 500 cc RL dengan 8/mnt dan naikkan tiap 30 mnt maksimal 40 tts.
Apabila ada kemajuan persalinan, maka evaluasi kemajuan tiap 2 jam, namun jika tidak
ada SC
SOP Tetania Uteri
Berikan obat seperti morfin, luminal dan sebagainya asal janin tidak akan lahir dalam waktu
dekat (4-6 jam)
Bila ada tanda tanda-tanda obstruksi, persalinan harus segera diselesaikan SC
Pada partus presipitatus tidak banyak yang dapat dilakukan karena janin lahir tiba-tiba dan
cepat, sebaiknya ibu sudah dirumah sakit sehingga dilakukan pemantauan
Jika sudah pembukaan lengkap segera lakukan episiotomy untuk menghindari rupture
perineum
Pemberian sedative dan obat yang bersifat tokolitik (menekan kontraksi uterus) agar
kontraksi uterus tersebut hilang dan diharapkan kemudian timbul his normal. Denyut
jantung janin harus terus dievaluasi
Malposisi dan Malpresentasi
Posisi
UUK Anterior
Presentasi
Kepala dengan
penunjuk ubun-
ubun kecil
(UUK)
Etiologi Malposisi dan Malpresentasi
Ibu Multiparitas, Hidramnion, Plasenta previa, panggul sempit,
Kelainan Uterus, Lilitan tali pusat pendek
Kehamilan Ganda,
Komplikasi Malposisi dan Malpresentasi
Ibu Partus lama dan laserasi jalan lahir
1. Presentasi Dahi Ibu (Partus lama, robekan hebat, rupture uteri), Janin (Mortalitas
tinggi)
2. Presentasi Muka Ibu (Morbiditas meningkat). Janin (Persentase mortalitas 2,5%-
5%)
3. Presentasi Ganda (Majemuk) Janin (Tali pusat menumbung, prolaps tali pusat)
4. Presentasi Bokong Ibu (Perdarahan, trauma jalan lahir, infeksi), Janin (Asfiksia dan
trauma intracranial)
5. Presentasi Bahu dan Letak lintang Ibu(Ruptur uteri, tali pusat menumbung dan
trauma akibat ekstraksi)
Diagnosis Malposisi
Janin berada di posterior panggul ibu Oksiput janin melintang di panggul ibu
• Pemeriksaan abdomen, bagian bawah
abdomenn teraba datar, ekstremutas
janin teraba di anterior dan DJJ dapat
didengar dipinggang ibu
• VT, fontanel posterior kearah sakrum
dan fontanel anterior dapat teraba
dengan mudah jika kepala janin
defleksi
Diagnosis Malpresentasi
Presentasi Bokong
Presentasi Dahi
Pemeriksaan
teraba muka, hidung, pipi
Dalam
RUJUK
Obstruksi Persalinan (Partus macet/partus
lama)
Partus macet/partus lama merupakan fase laten lebih dari 8 jam yang
persalinannya telah berlangsung 12 jam atau lebih tapi bayi belum lahir, disertai
dengan dilatasi serviks di kanan garis waspada pada persalinan fase aktif
Penyebab Obstruksi Persalinan (Partus macet)
Robekan pada Rahim yang dapat membahayakan kesehatan ibu dan bayinya
Penyebab Ruptur Uteri
Nyeri abdomen akut dan perdarahan pervaginam berwarna merah segar serta keadaan janin
yang memburuk
Komplikasi Ruptur Uteri
Laparotomi Janin umumnya meninggal pada rupture uteri. Janin hanya dapat
ditolong apabila pada saat terjadinya ruptur uteri ia masih hidup dan segera dilakukan
laparatomi untuk melahirkannya.
Dokter akan mengutamakan keluarnya bayi melalui prosedur operasi Caesar