Anda di halaman 1dari 39

KULIAH

REFRESHING

PERSALINAN PATOLOGIS
FIO RENTIA APRILIANZA-
22204101012
Timeline Lorem Ipsum

KALA I KALA III


- Gangguan kemajuan persalinan / persalianan lama - Retensio plasenta
- Ketuban pecah dini
- Fetal distress

- Distosia bahu - Atonia Uteri


- Persalinan sungsang - Asfiksia

KALA II KALA IV

Presentation title 2
PATOLOGI KALA I
1. Gangguan kemajuan persalinan / persalinan
lama
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan
proses biokimia yang terjadi dalam kolagen matriks ekstra selular
amnion, koriion dan apoptosis membran janin. Membran janin dan
desidua bereaksi terhadap stimuli seperti infeksi dan peregangan selaput
ketuban dengan memproduksi mediator seperti prostaglandin, sitokinin ,
dan protein hormon yang merangsang aktivitas “matrix degrading
enzyme”

Presentation title 4
Faktor-faktor persalinan lama

1. Power atau his tidak efisien (tidak adekuat) / ◦ Ibu tidak merasakan nyeri, persalinan mengalami
disfungi uterus hipotonik/ inersia uteri kemajuan namun kemudian berhenti
◦ Pada pemeriksaan kontraksi tidak sering, durasi
2. Passanger atau Faktor janin (malpresentasi, singkat, intensitas ringan
malposisi, janin besar) ◦ Pemeriksaan dalam tidak ada kemajuan dilatasi
serviks atau penurunan janin karena kontraksi
tidak efektif
3. Passage Faktor jalan lahir (panggul sempit,
kelainan serviks, vagina, tumor)
Persalinan seringkali menguat jika ibu berdiri atau berjalan-jalan
4. Psikologi (tegang khawatir, ketakutan) karena dalam posisi tersebut, kepalabayi menekan serviks dan
menyebabkan kontraksi lebih kuat. Beberapa ibu mengalami
5. Position of Mother kontraksi yang lebih kuat hanya dengan mengubah posisi.

Presentation title 5
2. Ketuban Pecah Dini
Persalinan dikatakan terlalu lama jika persalinan berlangsung selama >
12 jam untuk multipara dan > 24 jam untuk primipara. Pada prinsipnya,
persalinan lama dapat disebabkan faktor-faktor yang satu sama lain
saling berhubungan.

Presentation title 6
Subjektif
1) Mempunyai risiko terjadinya KPD : riwayat KPD atau persalinan prematur, serviks tidak kompeten,
riwayat tindakan pada serviks/ robekan serviks, infeksi serviks/ vagina, peningkatan PH vagina,
perdarahan selama persalinan, gemelli, polyhidramnion, kelainan plasenta, prosedur saat prenatal
(amniosentesis, chorionic Villus sampling), kebiasaan merokok, penggunaan narkoba, hipertensi,
diabetes, malnutrisi, sosial ekonomi rendah.
2) Waktu terjadi pecah ketuban
3) Tanda dan gejala infeksi
4) Jumlah cairan yang keluar (menyembur, sedikit terus menerus, perasaan basah pada celana dalam)
5) Ketidakmampuan mengendalikan kebocoran dengan latihan kegel (untuk membedakan iknontinensia
uteri dan KPD
6) Warna cairan (jernih atau keruh, bercampur mekoneum atau lainnya)
7) Bau cairan (khas, membedakan dengan urine)
8) Hubungan seksual terakhir
Objektif

1. Pemeriksaan abdomen untuk menentukan volume cairan amnion

2. Pemeriksaan spekulum (inspekulo) : pengeluaran cairan dari orifisium, dilatasi serviks,

prolaps tali pusat)

3. Pemeriksaan laboratorium : Uji kertas nitrazin positif bila warna kertas menjadi biru gelap

(basa, PH amnion 7,0-7,5) dan USG untuk mendeteksi oligohidramnion


Penatalaksanaan Konservatif
4. Jika usia kehamilan 32-37
minggu, belum in partu, tidak ada
infeksi, tes busa negatif : beri
1. Rawat di Rumah Sakit deksametason, observasi tanda-
tanda infeksi, dan kesejahteraan
janin. Terminasi pada kehamilan
37 minggu

2. Berikan antibiotika (ampisilin 4 3. Jika umur kehamilan < 32-34


x 500 mg atau eritromisin) dan minggu, rawat selama air ketuban
metronidazol 2 x 500 mg selama masih keluar atau sampai air
7 hari ketuban tidak keluar lagi
Penatalaksanaan Konservatif
8. Pada usia kehamilan 32-34
5. Jika usia kehamilan 32-37 minggu berikan steroid, untuk
minggu, sudah in partu, tidak ada memacu kematangan paru janin,
infeksi, berikan tokolitik dan kalau memungkinkan
(salbutamol), deksametason dan periksa kadar lesitin dan
induksi sesudah 24 jam spingomielin tiap minggu.
Dosis betametason 12 mg sehari
dosis tunggal selama 2 hari,
deksametason IM 5 mg setiap 6
jam sebanyak 4 kali

6. Jika usia kehamilan 32-37


minggu, ada infeksi, beri
antibiotik dan lakukan induksi 7. ) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu,
lekosit, tanda-tanda infeksi uterin)
Penatalaksanaan Aktif

1. Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesaria. Dapat pula

diberikan misoprostol 50 μg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.

2. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan diakhiri :

• Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian insuksi. Jika tidak berhasil, akhiri

persalinan dengan SC.

• Bila skor pelvik >5, induksi persalinan, partus pervaginam


3. FETAL DISTRESS JANIN ( GAWAT JANIN)
Disebut gawat janin, apabila ditemukan denyut jantung janin diatas
160kali/menit atau dibawah 100x/menit, denyut tidak teratur atau
keluarnya meconium yang kental pada awal persalinan.

Presentation title 12
• PENYEBAB

• Prematuritas
TAKIKARDIA: DJJ > • Demam maternal
160x/menit berlangsung dalam
10 menit atau lebih, sering • Hipoksia janin
dihubungkan dengan penurunan • Penggunaan obat-obatan pada ibu
variabilitas.
• Anomali jantung janin
Takikardi ini dikatakan berat jika
>180x menit
• Dehidrasi pada ibu
• Diabetes ketoasidosis
• Anemia janin (isoimunisasi Rh, perdarahan
fetomaternal, abruptio plasenta)
• Hipertiroidisme Maternal
• PENYEBAB

• Hipotermi maternal

BRADIKARDIA : DJJ
• Kompresi tali pusat (prolaps tali pusat,
<110x/menit. kompresi tali pusat intermiten)
• Hipoksia atau asfiksia janin dan penurunan
Perlambatan kurang < 110x/menit variabilitas
yang progresif atau tiba-tiba
menunjukkan dekompensasi janin. • Stimulasi vagal (valsava maternal,
pemeriksaan vagina, penurunan yang cepat,
kepala janin pada posisi posterior atau
melintang)
• Anomali jantung janin
• Pengobatan maternal
Penatalaksanaan

• Bila sedang dalam infus oksitosin  • Bila terdapat oligohidramnion akibat


STOP ketuban pecah maka kompresi tali pusat
• Ibu berbaring miring ke kiri dapat diatasi dengan amnio infusi.
• Cari penyebab DJJ yang abnormal. • Bila DJJ tetap tak normal, segera akhiri
Misalnya : ibu demam, atau efek obat persalinan dengan cara yang sesuai
tertentu. Bila penyebab diketahui, atau syarat tindakan (EV, FE atau Seksio
permasalahannya sesaria)
• Lakukan pemeriksaan dalam untuk • Pada kala II sebanyak 30-40% dapat
mengetahui hal-hal berikut: terjadi bradikardia akibat kompresi, bila
persalinan lancar tidak perlu tindakan
- Kemajuan persalinan
- Adakah kompresi tali pusat?
- Air ketuban sedikit?
PATOLOGI KALA II
1. DISTOSIA BAHU
Distosia bahu adalah presentasi sefalik dengan bahu anterior terjepit
diatas simfisis pubis atau dengan kata lain Kepala janin sudah lahir tetapi
bahu tidak dapat (sukar) dilahirkan atau bahu gagal melewati pangul
secara spontan setelah pelahiran kepala.

Presentation title 17
PENILAIAN KLINIK JENIS DISTOSIA

• Turtle sign : kepala bayi tersangkut di


• Kepala janin telah lahir namun
perineum, seolah akan masuk
masih erat berada di vulva. Kembali ke vagina
• Snug shoulder, kedua bahu diatas
• Dagu tertarik dan menekan pintu atas panggul, biasanya terjadi
perineum. pada bayi besar dan kadang kala pada
ibu dengan obesitas.
• Penarikan kepala tidak berhasil • Bed dystocia, distosia yang
melahirkan bahu yang disebabkan karena tempat tidur yang
empuk di bagian bokong ibu sehingga
terperangkap di belakang simpisis. tidak ada ruang yang cukup untuk
melahirkan bayi.
Deteksi Dini Distosia Bahu :

• Kemajuan persalinan yang lambat dari 7 – 10 cm pada kala I persalinan

• Kala II yang lama

• Penurunan berhenti atau kegagalan penurunan kepala

• Makrosomia (>4000 gram)

• Perlunya tindakan persalinan


PENATALAKSANAAN
A. Lakukan Tindakan HELPERR
HELP! • Panggil bantuan, aktivasi protokol.

• memungkinkan akses lebih baik bagi janin dan


Episiotomi
manuver internal

• manuver Mc Robert (30-60 detik), yaitu hiperfleksi


tungkai ibu membentuk posisi lutut mendekati
dada, untuk memperbaiki hubungan
sakrumdengan lumbal dan memungkinkan simpisis
Legs (tungkai)
pubis berotasi ke arah superior sehingga PAP
(pintu atas panggul) tegak lurus terhadap kekuatan
maksimum ekspulsif maternal, serta mengurangi
Presentation title
sudut inklinasi. 20
• tekanan suprapubis eksternal (30-60 detik) yaitu
memberikan tekanan lembut dengan telapak tangan atau
pangkal tangan terhadap punggung janin, arahkan tekanan
ke arah garis tengah janin. Tindakan ini akan mengaduksi
Pressure (tekanan)
bahu dan mengurangi diameter bisakromial sehingga
memungkinkan bahu untuk memutar tulang pubis dan ke
dalam panggul. Yakinkan kandung kemih dalam keadaan
kosong.

• Manuver wood’s screw; Rubin (30-6- detik). Manuver


woows’s srew memerlukan bantuan asisten yang
memberikan tekanan ke bawah secara lembut pada bokong
janin dengan satu tangan sementara bidan memasukkan dua
Enter the vagina
jari ke dalam vagina sampai menemukan dinsing dada
(masuk vagina)
anterior yang berhadapan dengan bahu posterior dan
mendorong bahu posterior ke belakang dengan arkus 1800.
Manuver Rubin dijelaskan sebagai kebalikan manuver woods’
screw.
Presentation title 21
• Pelahiran lengan posterior dilakukan jika
manuver rotasional gagal menurunkan
Remove impaksi janin yang tersangkut pada PAP.
(keluarkan) Tekanan ke dalam fossa antekubiti
lengan membantu lengan bawah fleksi sehingga
posterior dapat melewati dada. Pelahiran lengan
posterior dapat memudahkan rotasi janin
dengan arkus 1800.

Roll (putar) • Jika manuver Mc Robert bukan Tindakan


melalui yang tepat, posisikan ibu dalam keadaan
manuver all menungging dengan tangan dan lutut
fours menjadi tumpuan (posisi all four).
Presentation title 22
PENATALAKSANAAN

B. Lakukan pencatatan

C. Komunikasikan dengan ibu dan pasangannya atau keluarga.

D. Praktik manuver

E. Refleksikan pengalaman dengan teman sejawat

F. Pertimbangkan isu penatalaksanaan risiko


Presentation title 23
2. PERSALINAN SUNGSANG
Letak bayi sesuai dengan sumbu bdan ibu, kepala berada pada fundus
uteri sedangkan bokong merupakan terbawah atau di daerah pintu atas
panggul.

Presentation title 24
Persalinan sungsang dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu :

• Cara Bracht  dilakukan segera setelah bokong lahir dengan


mencengkram secara bracht
• Cara klasik/Deventer  digunakan jika bahu masih tinggi
• Cara Muller digunakan jika bahu sudah berada di pintu bawah
panggul
• Cara Lovset  digunakan jika lengan bayi terjungkit di belakang
kepala
• Cara Mauriceau  digunakan bila bayi dilahirkan secara manual aid
atau bila dengan cara bracht kepala belum lahir

Presentation title 25
PATOLOGI KALA III
1. RETENSIO PLASENTA
Bila plasenta tetap tertinggal dalam uterus setengah jam setelah anak lahir
disebut se-bagai retensio plasenta. Plasenta yang sukar dilepaskan dengan
pertolongan aktif kala tiga bisa disebabkan oleh adhesi yang kuat antara
plasenta dan uterus

Presentation title 27
Gejala dan tanda

Kadang- kadang
Selalu ada ada

• 1. Plasenta belum lahir setelah 30 • 1. Tali pusat putus akibat traksi


menit berlebihan
• 2. Perdarahan segera • 2. Inversio uteri akibat tarikan
• 3. kontraksi Uterus baik • 3. Perdarahan lanjutan

Presentation title 28
Beberapa predisposisi terjadi retensio
plasenta adalah:
1. Grandemultipara
2. Kehamilan ganda, sehingga memerlukan implatasi plasenta yang
agak luas.
3. Kasus infertilitas, karena lapisan endometriumnya tipis.
4. Plasenta previa, karena dibagian isthmus uterus, pembuluh
daarh sedikit, sehingga perlu masuk jauh ke dalam.
5. Bekas operasi pada uterus.
6. Plasenta Adhesiva
PATOLOGI KALA IV
1. ATONIA UTERI
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari
tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir.

Presentation title 31
Beberapa predisposisi terjadi atonia uteri
adalah:
1. Regangan rahim berlebihan karena kehamilan gemeli,
polihidramnion, atau anak ter-lalu besar.
2. Kelelahan karena persalinan lama atau persalinan kasep.
3. Kehamilan grande-multipara.
4. Ibu dengan keadaan umum yang jelek, anemis, atau menderita
penyakit menahun.
5. Mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim.
6. Infeksi intrauterin (korioamnionitis).
7. Ada riwayat pernah atonia uteri sebelumnya.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan bila setelah bayi dan plasenta lahir ternyata
perdarahan mash aktif dan banyak, bergumpal dan pada palpasi
didapatkan fundus uteri mash setinggi pusat atau lebih dengan
kontraksi yang lembek. Perlu diperhatikan bahwa pada saat atonia
uteri didiagnosis, maka pada saat itu juga masih ada darah sebanyak
500 - 1.000 cc yang sudah keluar dari pembuluh darah, tetapi masih
terperangkap dalam uterus dan harus diperhitungkan dalam
kalkulasi pemberian darah pengganti
Perdarahan oleh karena atonia uteri dapat
dicegah dengan:
• Melakukan secara rutin manaiemen aktif kala III pada semua
wanita yang bersalin karena hal ini dapat menurunkan insidens
perdarahan pascapersalinan akibat atoniauteri.
• Pemberian misoprostol peroral 2 - 3 tablet (400 - 600 ug) segera
serelah bayi lahir.
2. ASFIKSIA
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari
tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir.

Presentation title 35
Beberapa keadaan pada Ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu
melalui plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen ke janin
berkurang, akibatnya terjadi gawat janin. Hal ini dapat
menyebabkan asfiksia BBL
KEADAAN IBU KEADAAN TALI PUSAT KEADAAN BAYI

• Preeklampsia dan • Lilitan tali pusat • Bayi prematur (sebelum 37


eklampsia • Tali pusat pendek minggu kehamilan)
• Pendarahan abnormal • Simpul tali pusat • Persalinan sulit (letak
(plasenta previa atau • Prolapsus tali pusat sungsang, bayi kembar,
solusio plasenta) distosia bahu, ekstraksi
• Partus lama atau partus vakum, forsep)
macet • Kelainan kongenital
• Demam selama persalinan • Air ketuban bercampur
• Infeksi berat (malaria, mekonium (warna
sifilis, TBC, HIV) kehijauan)
• Kehamilan Post Matur
(sesudah 42 minggu
kehamilan)

Presentation title 36
TINDAKAN
Mulai lakukan resusitasi jika:
• Bayi tidak cukup bulan dan atau bayi megap-megap/tidak bernapas
dan atau tonus otot bayi tidak baik/bayi lemas
• Air ketuban tercampur mekonium
Lakukan penilaian usia kehamilan dan air ketuban sebelum bayi lahir.
Segera setelah lahir sambil meletakkan & menyelimuti bayi di atas perut
ibu atau dekat perineum, lakukan penilaian cepat usaha napas dan tonus
otot. Penilaian ini menjadi dasar keputusan apakah bayi perlu resusitasi.
Nilai (skor) APGAR tidak digunakan sebagai dasar keputusan untuk
tindakan resusitasi Penilaian harus dilakukan segera sehingga keputusan
resusitasi tidak didasarkan penilaian APGAR; tetapi cara APGAR tetap
dipakai untuk menilai kemajuan kondisi BBL pada saat 1 menit dan 5
menit setelah kelahiran.
Dalam Manajemen Asfiksia, proses penilaian sebagai dasar
pengambilan keputusan bukanlah suatu proses sesaat yang dilakukan
satu kali. Setiap tahapan manajemen asfiksia, senantiasa dilakukan
penilaian untuk membuat keputusan, tindakan apa yang yang tepat
dilakukan.

Presentation title 38
Thank you

Anda mungkin juga menyukai