Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.

A DENGAN

DIAGNOSA MEDIS SECTIO CAESAREA


DI KAMAR OPERASI RUMAH SAKIT SAMARINDA MEDIKA CITRA

Laporan Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Program Profesi Ners Stase
Keperawatan Medikal Bedah

Di Susun Oleh:

Rima Wulandari

P2003028

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI NERS

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN & SAINS


WIYATA HUSADA SAMARINDA

2021
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. A DENGAN

DIAGNOSA MEDIS SECTIO CAESAREA


DI KAMAR OPERASI RUMAH SAKIT SAMARINDA MEDIKA CITRA

Disusun Oleh:
Rima Wulandari

P2003028

Telah disetujui oleh pembimbing akademik dan preceptor klinik


Pada tanggal … September 2021

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Ns. Chirsyen Damanik, S.Kep.,M.Kep Ns. Desy Suryani, S.Kep


LAPORAN PENDAHULUAN

SECTIO CAESAREA

A. Definisi

Sectio Caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin


lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan. Sehingga

janin di lahirkan melalui perut dan dinding perut dan dinding rahim agar
anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat (Anjarsari, 2019). Sectio Caesarea

adalah suatu cara melahirkan janin denganmembuat sayatan pada dinding


uterus melalui dinding depan perut (Martowirjo, 2018). Sectio Caesarea

adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi
pada dinding depan perut dan dinding rahiim dengan syarat rahim dalam

keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sagita, 2019).

B. Etiologi

1. Indikasi yang berasal dari ibu


Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, Cefalo Pelvik

Disproportion (disproporsi janin/ panggul), ada sejarah kehamilan dan


persalinan yang buruk, ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan

panggul ibu, keracunan kehamilan yang parah, komplikasi kehamilan yaitu


pre eklampsia dan eklampsia berat, atas permitaan, kehamilan yang

disertai penyakit (jantung, DM), gangguan perjalanan persalinan (kista


ovarium, mioma uteri dan sebagainya).

2. Indikasi yang berasal dari bayi


Fetal distress/ gawat janin, mal persentasi dan mal posisi kedudukan janin

seperti bayi yang terlalu besar (giant baby), kelainan letak bayi seperti
sungsang dan lintang, kelainan tali pusat dengan pembukaan kecil seperti

prolapsus tali pusat, terlilit tali pusat, adapun faktor plasenta yaitu
plasenta previa, solutio plasenta, 8 plasenta accreta, dan vasa previa.

kegagalan persalinan vakum atau forseps ekstraksi, dan bayi kembar


(multiple pregnancy).
C. Klasifikasi
1. Sectio Caesarea Klasik

Sectio Caesarea Klasik dibuat vertikal pada bagian atas rahim.


Pembedahan dilakukan dengan sayatan memanjang pada korpus uteri

kirra-kira sepanjang 10 cm. Tidak dianjurkan untuk kehamilan berikutnya


melahirkan melalui vagina apabila sebelumnya telah dilakukan tindakan

pembedahan ini
2. Sectio Caesarea Transperitonel Profunda

Sectio Caesarea Transperitonel Profunda disebut juga low cervical yaitu


sayatan vertikal pada segmen lebih bawah rahim. Sayatan jenis ini

dilakukan jika bagian bawah rahim tidak berkembang atau tidak cukup
tipis untuk memungkinkan dibuatnya sayatan transversal. Sebagian

sayatan vertikal dilakukan sampai ke otot-otot bawah rahim. Kelebihan


dari pembedahan ini adalah :

a. Tidak banyak mengeluarkan perdarahan pada luka insisi


b. Bahaya peritonitis tidak terlalu besar

c. Uterus biasanya sangat kuat sehingga terjadinya ruptur uteri


dikemudian hari tidak terlalu besar karena pada saat masa nifas

segmen bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami kontraksi


seperti korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih cepat dan

sempurna.
3. Sectio Caesarea Histerektomi

Sectio Caesarea Histerektomi adalah suatu pembedahan dimana setelah


janin dilahirkan dengan Sectio Caesarea, dilanjutkan dengan pegangkatan

rahim.
4. Sectio Caesarea Ekstraperitoneal

Sectio Caesarea Ekstraperitoneal, yaitu Sectio Caesarea berulang pada


seorang pasien yang sebelumnya melakukan Sectio Caesarea. Biasanya

dilakukan di atas bekas sayatan yang lama. Tindakan ini dilakukan dengan
insisi dinding dan faisa abdomen sementara peritoneum dipotong ke arah

kepala untuk memaparkan segmen bawah uterus sehingga uterus dapat


dibuka secara ekstraperitoneum.

D. Manifestasi Klinis

Menurut Martowirjo (2018), manifestasi klinis pada klien dengan post


Sectio Caesarea antara lain :

1) Kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600-800 ml.

2) Terpasang kateter, urin jernih dan pucat.

3) Abdomen lunak dan tidakada distensi.

4) Bising usus tidak ada.

5) Ketidaknyamanan untuk menghadapi situasi baru

6) Balutan abdomen tampak sedikit noda.

7) Aliran lokhia sedang dan bebas bekuan, berlebihan dan banyak

E. PATOFISIOLOGI
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang

menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya


karena ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan panggul ibu,

keracunan kehamilan yang parah, pre eklampsia dan eklampsia berat,


kelainan letak bayi seperti sungsang, lintang, dan terlilit tali pusat.

Kemudian sebagian kasus mulut rahim tertutup plasenta yang lebih


dikenal dengan plasenta previa, bayi kembar, kehamilan pada ibu yang

berusia lanjut, persalinan yang berkepanjangan, plasenta keluar dini,


ketuban pecah dan bayi belum keluar dalam 24 jam, kontraksi lemah dan

sebagainya. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan


pembedahan yaitu Sectio Caesarea.
F. PATHWAY

Primi gravida dengan kelainan


letak, Disproporsi sefalofik,
plasenta previa, panggul sempit,
pre-eklampsia berat
Section Caesaria

Post Anastesi Luka Post Operasi Post Partum Nifas

Penurunan medulla Penurunan kerja pons Jaringan terputus Jaringan terbuka Distensi kandung kemih
oblongata

Proteksi kurang Edema dan memar di


Penurunan kerja otot Merangsang area
Penurunan reflex batuk
eliminasi sensorik uretra

Invasi bakteri
Gangguan rasa nyaman
Akumulasi sekret Penurunan peristaltic Penurunan sensitivitas &
usus sensasi kandung kemih

BERSIHAN JALAN NAPAS RESIKO INFEKSI


TIDAK EFEKTIF KONSTIPASI NYERI AKUT GANGGUAN ELIMINASI
URINE

Penurunan progesterone Psikologi


& esterogen
Penambahan anggota
Kontraksi uterus Merangsang baru
pertumbuhan kelenjar
susu & pertumbuhan
Involusi Masa kritis Tuntutat anggota baru

Peningkatan hormone Bayi menangis


Adekuat Perubahan pola peran
Tidak adekuat prolaktin

Pengeluaran lokhea Merangsang laktasi


GANGGUAN POLA
Perdarahan oksitosin
TIDUR

Hemoglobin Kekurangan Ejeksi ASI


volume cairan &
elektrolit
Efektif Tidak efektif
Kekurangan O₂

RESIKO SYOK Nutrisi bayi terpenuhi


Kelemahan
HIPOVOLEMIA

Bengkak
Kurang informasi ttg
DEFISIT PERAWATAN perawatan payudara
DIRI

DEFISIT KETIDAKEFEKTIFAN PEMBERIAN


PENGETAHUAN ASI
NUTRISI BAYI KURANG DARI
KEBUTUHAN
G. INDIKASI SECTIO CAESAREA

1. Faktor ibu sebagai indikasi seksio caesarea


a. Cephalo pelvic disproporsional (CPD)

Keadaan dimana tidak sesuai ukuran kepala janin dengan panggul ibu
sehingga janin tidak dapat keluar melalu vagina

b. Tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi


Tumor (neoplasma) pada jalan lahir terbagi menjadi neoplasma yang

berada pada vagina, serviks, uteri, uterus dan ovarium


c. HAP (hemorage ante partum)

Merupakan perdarahan sebelum melahirkan yang biasanya terdri dari


plasenta previa dan solusio plasenta.

1) Plasenta privia adalah dimana posisi plasenta jatuh dibawah


rahim dan menutupi sebagian atau seluruhnya jalan lahir, hal ini

meyebabkan janin kekurangan oksigen dan nutrisi yang biasanya


diperoleh lewat plasenta.

2) Solusio plasenta adalah keadan dimana plasenta lepas lebih


cepat dari korpus uteri sebelum jalan lahir, seksio sesarea

dilakukan untuk mencegah kekurangan oksigen atau keracunan


air ketuban pada janin.

d. Ketuban pecah dini : adalah kantung yang berdinding tipis yang berisi
cairan dan janin selama kehamilan. Ketuban pecah dini adalah

ketuban yang pecah sebelum proses persalinan berlangsung


e. Pre-eklamsia atau eklamsia

1) Pre-eklamsia adalah peyakit dengan tanda hipertensi, edema dan


kadar proteinuria yang timbul karena kehamilan.

2) Eklamsia adalah memburuknya keadaan pre-eklamsia dan terjadi


gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan

penglihatan, mual, nyeri di epigastrium dan hiperefleksia


f. Usia

Ibu yang melahirkan untuk pertama kali berusia lebih dari 35 tahun
memiliki resiko melahirkan dengan seksio sesarea karena pada usia

tersebut ibu memiliki penyakit berisiko seperti hipertensi, jantung,


diabetes mellitus dan pre-eklamsia

g. Riwayat infertilitas diartikan sebagai ketidakmampuan mempunyai


anak setelah setahun (12 bulan 0) menikah tanpa adanya usaha

menghalagi kehamilan.
h. Insisi uterus sebelumnya seperti miomectomi atau operasi seksio

sesarea pada kelahiran sebelumnya yang bisa membuat dinding


uterus menjadi lemah dan mudah menjadi rupture uterus jika

dilakukan persalinan normal.


i. Partus tak maju adalah suatu persalinan dengan his yang adekuat

yang tidak menunjukkan kemajuan pada pembukaan serviks,


turunnya kepala, dan putar paksa selama 2 jam terakhir, partus tak

maju disebabkan oleh kelainan letak janin, kelainan panggul, kelainan


his, pimpinan partus yang salah, janin besar, primitua dan ketuban

pecah dini
j. Kelainan tali pusat

1) Pelepasan tali pusat (tali pusat menumbung) keadaan dimana tali


pusat berada didepan atau disamping bagian terbawah janin atau

tali pusat berada di jalan lahir sebelum bayi, dan keadaan


bertambah buruk bila tali pusat tertekan.

2) Terlilit tali pusat Lilitan tali pusat ketubuh janin akan berbahaya
jika kondisi tali pusat terjepit atau terpelintir sehingga aliran

oksigen dan nutrisi ketubuh janin tidak lancar, lilitan tali pusat
mengganggu turunnya kepala janin yang sudah waktunya

dilahirkan
2. Faktor bayi sebagai berikut

a. Janin besar Berat bayi 4000 gram atau lebih (giant baby)
meneyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir.

b. Gawat janin dikarenakan keadaan janin kekurangan oksigen (hipoksia)


yang diketahui dari denyut jantung janin yang abnormal dan adanya

ekonium dari air ketuban.


c. Letak lintang Keadaan ini dapat disebabkan karena adanya tumor

dijalan lahir, panggul sempit, kelainan dinding rahim, kelainan bentuk


rahim, plasenta previa dan kehamilan kembar.

d. Letak sungsang Resiko bayi lahir sungsang dengan presentasi bokong


pada persalinan alami diperkirakan empat kali lebih besar dibanding

keadaan normal. Persalinan sungsang adalah persalinan untuk


melahirkan janin yang membujur dalam uterus dengan bokong atau

kaki pada bagian bawah dimana bokong atau kaki akan dilahirkan
terlebih dahulu dari pada anggota badan lainnya.

e. Bayi abnormal Bayi dengan kelainan bawaan yang tidak memiliki


partus pervagina misalnya pada kelainan hydrosepalus dan kelainan

pada dinding perut, seperti gastroskisis dan omphalokel.


f. Kehamilan kembar (Gemelly) Kehamilan kembar mempunyai risiko

terjadi komplikasi yang lebih tinggi seperti pre-eklamsia pada saat ibu
hamil yang stress, cairan ketuban yang berlebih. Operasi seksio

sesarea dilakukan jika terdapat janin pertama dalam keadaan letak


sungsang, letak lintang, tali pusat menumbung, plasenta previa.

H. Komplikasi

1. Komplikasi pada ibu


a. Infeksi puerperal atau sepsis sesudah pembedahan

1) Infeksi peurperalis, dapat bersipat ringan seperti kenaikan suhu


beberapa hari dalam masa nifas atau dapat bersipat berat seperti

peritonitis dan sepsis.


2) Infeksi post operatif terjadi apabila sebelum pembedahan sudah

ada gejala infeksi intra partum atau faktor yang merupakan


predisposisi terhadap kelainan itu.

3) Bahaya infeksi sangat diperkecil dengan pemberian antibiotika


akan tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali.

b. Pendarahan yang jumlahnya banyak dapat timbul pada waktu


pembedahan jika cabang arteri uterine ikut terbuka, atau karena

atonia uteri. Dalam hal ini pendarahan primer terjadi akibat


kegagalan pencapai hemostasis dan ditempat insisi lain rahim atau

akibat atonia uteri yang dapat terjadi setelah pemanjangan masa


persalinan.

c. Cedera pada sekeliling struktur:


1) Bebapa organ di dalam abdomen seperti usus besar, kandung

kemih, pembuluhan di dalam ligamen yang lebar dan ureter,


terutama cenderung terjadi cedera. Hematuria yang singkat

dapat terjadi akibat terlalu antusias dalam menggunakan


retractor di daerah dinding kandung kemih.

2) Dalam hal ini komplikasi lain seperti luka kandung kencing,


embolisme paru dan sebagainya sangat jarang terjadi.

3) Suatu komplikasi yang kemudian tampak adalah kurang kuatnya


perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya

dapat terjadi rupture uteri.


2. Komplikasi pada bayi

a. Seperti halnya dengan ibu nya, nasib anak yang dilahirkan dengan
seksio sesarea banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan

untuk dilakukan seksio sesarea.


b. Menurut statistic di Negara dengan pengawasan antenatal dan

intranatal yang baik kematian perinatal pasca seksio seasrea berkisar


4-7 %.
I. Penatalaksanaan post operasi

ibu post sectio caesarea perlu mendapatkan perawatan sebagai berikut :


1. Ruang pemulihan

Pasien dipantau dengan cermat jumlah perdarahan dari vagina dan


dilakukan palpasi fundus uteri untuk memastikan bahwa uterus

berkontraksi dengan kuat. Selain itu, pemberian cairan intravena juga


dibutuhkan karena 6 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka

pemberian cairan intravena harus cukup banyak dan mengandung


elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada

organ tubuh lainnya. Wanita dengan berat badan rata-rata dengan


hematokrit kurang dari atau sama dengan 30 dan volume darah serta

cairan ekstraseluler yang normal umumnya dapat mentoleransi


kehilangan darah sampai 2.000 ml

2. Ruang perawatan
a. Monitor tanda – tanda vital

Tanda-tanda vital yang perlu di evaluasi adalah tekanan darah, nadi,


suhu, pernafasan, jumlah urine, jumlah perdarahan, dan status

fundus uteri.
b. Pemberian obat – obatan

Analgesik dapat diberikan paling banyak setiap 3 jam untuk


menghilangkan nyeri seperti, Tramadol, Antrain, Ketorolak.

Pemberian antibiotik seperti Ceftriaxone, Cefotaxime, dan


sebagainya

c. Terapi cairan dan diit


Pemberian cairan intravena, pada umumnya mendapatkan 3 liter

cairan memadai untuk 24 jam pertama setelah dilakukan tindakan,


namun apabila pengeluaran urine turun, dibawah 30 ml/jam, wanita

tersebut harus segera dinilai kembali. Cairan yang biasa diberikan


biasanya DS 1%, garam fisiologi dan RL sevara bergantian dan

jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah dapat


diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan. Pemberian cairan infus

biasanya dihentikan setelah penderita flatus, lalu dianjurkan untuk


pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman

dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6-8 jam
pasca operasi, berupa air putih.

d. Pengawasan fungsi vesikaurinaria dan usus


Kateter umumnya dapat dilepas dalam waktu 12 jam pasca operasi

atau keesokan paginya setelah pembedahan dan pemberian


makanan padat bisa diberikan setelah 8 jam, bila tidak ada

komplikasi.
e. Ambulasi

Ambulasi dilakukan 6 jam pertama setelah operasi harus tirah baring


dan hanya bisa menggerakan lengan, tangan, menggerakan ujung

jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit,


menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki.

Setelah 6 jam pertama dapat dilakukan miring kanan dan kiri.


Latihan pernafasan dapat dilakukan sedini mungkin setelah ibu

sadar sambil tidur telentang. Hari kedua post operasi, pasien dapat
didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu

menghembuskannya. Pasien dapat diposisikan setengah duduk atau


semi fowler. Selanjutnya pasien dianjurkan untuk belajar duduk

selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada


hari ke tiga sampai hari ke lima pasca operasi

f. Perawatan luka
Luka insisi diperiksa setiap hari dan jahitan kulit, bila balutan basah

dan berdarah harus segera dibuka dan diganti. Perawatan luka juga
harus rutin dilakukan dengan menggunakan prinsip steril untuk

mencegah luka terinfeksi.


g. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah diperlukan setiap pagi hari setelah pembedahan,

untuk mengukur Hematokrit apabila terdapat kehilangan darah


yang banyak pada saat pembedahan atau terjadi oliguria atau

tanda-tanda lain yang mengisyaratkan hipovolemia.


h. Menyusui

Menyusui dapat dimulai pada hari pasca operasi Sectio Caesarea


BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,


status pernikahan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah

sakit dan diagnosa medis.


2. Riwayat Kesehatan

Keluhan utama : Keluhan apa yang paling dirasakan oleh klien saat di kaji,
diuraikan dalam konsep PQRST dalam bentuk narasi

 Provokatif dan paliatif: apa penyebabnya, yang memperberat dan


yang mengurangi.

 Quality /kuantitas: dirasakan seperti apa, tampilannya, suaranya,


berapa banyak

 Region / radiasi: lokasinya dimana, penyebarannya


 Severity / scale: intensitasnya (skala) pengaruh terhadap aktivitas

 Timing: kapan muncul keluhan, berapa lama, bersiat seperti apa


(tiba-tiba, sering, bertahap).

3. Riwayat Kesehatan Dahulu


Meliputi penyakit yang lain yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang,

maksudnya apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama. Seperti


pada klien dengan post seksio sesarea apakah klien pernah seksio sesarea

atau tidak sebelumnya


4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien ada
juga mempunyai riwayat penyakit tersebut juga baik turunan maupun

menular
5. Riwayat Ginekologi dan Obstetrik

a. Riwayat Ginekologi
1) Riwayat Menstruasi Anamnesis haid memberikan kesan tentang faal

alat reproduksi/kandungan meliputi umur menarche, frekuensi siklus


normal, lamanya, jumlah darah keluar, karakteristik darah, HPHT,

disminorea, perdarahan uterus disfungsional, syndrome


premenstrual

2) Riwayat Perkawinan Usia perkawinan, usia klien dan suami saat


menikah, pernikahan yang keberapa bagi klien dan suami, jumlah

anak.
3) Riwayat Kontrasepsi Jenis kontrasepsi yang digunakan klien sebelum

hamil, waktu lamanya penggunaan kontrasepsi, apakah ada masalah


dengan kontrasepsi yang digunakan jenis kontrasepsi yang akan

digunakan setelah prsalinan, jumlah anak yang direncanakan oleh


keluarga

b. Riwayat Obstetrik
1) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan nifas yang lalu Meliputi umur

kehamilan, keluhan selama hamil, jenis partus, tempat persalinan,


berat badan anak waktu lahir, masalah yang terjadi dan keadaan

anak.
2) Riwayat Kehamilan Sekarang

Usia kehamilan, keluhan selama hamil, imunisasi TT, perubahan


berat badan selama hamil, tempat pemeriksaan kehamilan dan

keterangan klien dalam memeriksakan kehamilannya.


3) Riwayat Persalinan Dahulu

Meliputi tentang jumlah anak., tanggal lahir, usia, jenis kelamin,


berat badan lahir, umur kehamilan, jenis persalinan dahulu, tempat

persalinan dan apakah ada komplikasi pada ibu dan bayi.


4) Riwayat Persalinan Sekarang

Merupakan persalinan keberapa bagi klien, tanggal melahirkan, jenis


persalinan, banyaknya perdarahan, jenis kelamin anak, berat badan

dan APGAR score.


5) Riwayat Nifas Sekarang

Meliputi tentang adanya perdarahan, jumlah darah, kontraksi uterus,


konsistensi uterus biasanya keras seperti papan, tinggi pundus uteri

sepusat setelah plasenta lahir.


6. Pemeriksaan Fisik

a. Pengukuran tanda-tanda vital


Pengukuran tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, nadi, respirasi,

suhu, tinggi badan, serta berat badan


b. Pemeriksaan umum

Pemeriksaan umum meliputi kesesuaian penampakan usia, status gizi


umum, tingkat emosi, kegagalan sistem dan postur tubuh.

c. Kepala
Kebersihan kepala, apakah ada pembesaran kepala, nyeri tekan dan

lesi. Perhatikan warna rambut, rambut mudah rontok atau tidak.


d. Wajah

Penampilan, ekspresi, nyeri tekan, adanya edema pada pipi atau pitting
udem pada dahi.

e. Mata
Warna konjungtiva dan sklera, bentuk mata, kebersihan, pergerakan

bola mata, reflek pupil terhadap cahaya, fungsi penglihatan, kelainan


dan gangguan penglihatan (rabun jauh/dekat).

f. Telinga
Bentuk, kebersihan telinga, fungsi pendengaran, adakah gangguan

pendengaran.
g. Hidung

Bentuk, kebersihan, pernafasan cuping hidung, ada tidak nyeri tekan,


polip, alergi debu dan gangguan pada fungsi penciuman.

h. Mulut
Keadaan mulut, mukosa bibir, kebersihan mulut, gigi, lidah. keadaan

gigi, jumlah gigi, pembesaran tonsil dan adakah nyeri pada saat
menelah.

i. Leher
Ada tidak pembesaran tyroid dan kelenjar limfe, peritonitis, nyeri saat

menelan, adakah peningkatan vena jugularis dan kaku kuduk.


j. Payudara

Bentuk payudara, gangguan ASI, keadaan puting, dan kebersihan.


k. Abdomen

TFU pada saat bayi lahir setinggi pusat, 2 hari setelah melahirkan TFU 2
jari di bawah pusat, 1 minggu setelah melahirkan TFU pertengahan

sympisis, 6 minggu setelah melahirkan bertambah kecil dan setelah 8


minggu TFU kembali dalam keadaan normal dengan berat 30 gram,

kontraksi uterus kerasa seperti papan, bising usus biasanya mengalami


pertambahan akibat efek samping obat anestesi ketika post seksio

sesarea, perhatikan keadaan luka jahitan dan rembesan dan tanda-


tanda infeksi di daerah luka post op.

l. Genetalia Perhatikan kebersihan, pengeluaran pervagina.


m. Anus Perhatikan ada atau tidak haemoroid dan kebersihan.

n. Ekstremitas
Pada ekstremitas dikaji gangguan/kelainan dan bentuk. Pada

ekstremitas bawah kaji bentuk, odem, varises dan hofmen, kekuatan


otot.

7. Data sosial ekonomi


Penyakit dapat terjadi pada siapa saja, akan tetapi kemungkinan dapat

lebih sering terjadi pada penderita malnutrisi dengan social ekonomi


rendah

8. Data psikologi
a. Pasien biasanya dalam keadaan stabil

b. Pasien biasanya cemas akan keadaan seksualitasnya


c. Harga diri pasien terganggu

9. Pemeriksaan Penunjang
a. USG, untuk menentukan letak implantasi plasenta

b. Pemeriksaan Hemoglobin
c. Pemeriksaan Hematokrit

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu,


keluarga atau komunitas terhadap proses kehidupan/masalah kesehatan.

Aktual atau potensial dan kemungkinan menimbulkan tindakan keperawatan


untuk memecahkan masalah tersebut adalah :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik


2. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan hemoglobin

3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan


4. Resiko perdarahan berhubungan dengan

5. Defisit pengetahuan berhubungan kurang terpaparnya informasi


C. Intervensi Keperawatan
LUARAN / KRITERIA
No DIAGNOSA (SDKI) INTERVENSI (SIKI)
HASIL (SLKI)
1 Nyeri akut (D.0077) Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
berhubungan dengan tindakan keperawatan (I.08238)
agen pencedera fisik. penyembuhan luka Observasi :
Ditandai dengan tanda (L.14130) diharapkan 1. Identifikasi lokasi,
dan gejala masalah teratasi, karakteristik, durasi,
a. Mayor dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas, dan
Subjektif : mengeluh 1. Penyatuan kulit (5) intensitas nyeri
nyeri 2. Edema pada sisi 2. Identifikasi skala nyeri
Objektif : meringis, luka (5) 3. Identifikasi respons
gelisah, frekuensi 3. Peradangan luka nyeri non verbal
nadi meningkat, sulit (1) 4. Identifikasi faktor
tidur 4. Nyeri menurun (1) yang memperberat
b. Minor dan memperingan
Subjektif : - Keterangan nyeri
Objektif : tekanan 1 = menurun 5. Identifikasi
darah meningkat, 2 = cukup menurun pengetahuan dan
pola napas berubah, 3 = sedang keyakinan tentang
nafsu makan 4 = cukup meningkat nyeri
berubah 5 = meningkat 6. Identifikasi pengaruh
Kondisi klinis terkait nyeri pada kualitas
pasca operasi hidup
7. Mnitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
8. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik :
1. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
4. Pertimbangan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemelihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri

Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2 Resiko infeksi (D.0142) Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi


berhubungan dengan tindakan keperawatan (I.14539)
penurunan hemoglobin diharapkan tingkat Observasi
infeksi menurun Monitor tanda dan gejala
dengan Kriteria hasil : infeksi lokal dan sistmik
1. Kebersihan tangan Terapeutik :
(5) 1. Perhatikan teknik
2. Kebersihan badan aseptik terhadap
(5) pemasangan transfusi
3. Nafsu makan (5) 2. Cuci tangan sebelum
dan sesudah kontak
Keterangan dengan pasien dan
1 = menurun lingkungan pasien
2 = cukup menurun 3. Pertahankan teknik
3 = sedang aseptik pada pasien
4 = cukup meningkat beresiko tinggi
5 = meningkat Edukasi
1. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
2. Ajarkan cuci tangan
dengan benar
3. Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi

3 Defisit perawatan diri Setelah dilkaukan Manajemen Nyeri


(D.0109) berhubungan tindakan (I.08238)
dengan kelemahan. keperawatan, Observasi :
Ditandai dengan diharapkan perawatan 1. Identifikasi lokasi,
a. Mayor diri meningkat karakteristik, durasi,
Subjektif : menolak dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas, dan
perawatan diri 1. Kemampuan intensitas nyeri
Objektif : tidak mandi (5) 2. Identifikasi skala nyeri
mampu 2. Kemampuan 3. Identifikasi respons
mandi/mengenakan mengenakan nyeri non verbal
pakaian/makan/ke pakaian (5) 4. Identifikasi faktor
toilet/berhias secara 3. Kemampuan ke yang memperberat
mandiri toilet (5) dan memperingan
b. Minor 4. Verbalisasi nyeri
Subjektif : - keinginan 5. Identifikasi
Objektif : - melakukan pengetahuan dan
perawatan diri (5) keyakinan tentang
nyeri
Keterangan 6. Identifikasi pengaruh
1 = menurun nyeri pada kualitas
2 = cukup menurun hidup
3 = sedang 7. Mnitor keberhasilan
4 = cukup meningkat terapi komplementer
5 = meningkat yang sudah diberikan
8. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik :
1. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
4. Pertimbangan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemelihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri

Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
4 Resiko perdarahan Setelah dilakukan Pencegahan perdarahan
(D.0012) berhubungan tindakan keperawatan (I.02067)
dengan tindakan diharapkan masalah Observasi :
pembedahan. teratasi dengan 1. Monitor tanda dan
kriteria hasil gejala perdarahan
perdarahan tidak 2. Monitor nilai
terjadi, ditandai hematokrit/homoglob
dengan : in sebelum dan
1. Membrane mukosa setelah kehilangan
lembap (5) darah
2. Kelembapan kulit 3. Monitor tanda-tanda
(5) vital ortostatik
3. Keluhan nyeri (1) 4. Monitor koagulasi
4. Gelisah (1) (mis. Prothombin time
5. Meringis (1) (TM), partial
6. Uterus tampak thromboplastin time
membulat (3) (PTT), fibrinogen,
7. Pola napas (5) degradsi fibrin dan
8. tekanan darah (5) atau platelet)
Terapeuik :
Keterangan 1. Pertahankan bed rest
1= selama perdarahan
menurun/memburuk 2. Batasi tindakan invasif,
2 = cukup menurun jika perlu
3 = sedang 3. Gunakan kasur
4 = cukup meningkat pencegah dikubitus
5= 4. Hindari pengukuran
meningkat/membaik suhu rektal
Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan
gejala perdarahan
2. Anjurkan mengunakan
kaus kaki saat
ambulasi
3. Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan untuk
menghindari
konstipasi
4. Anjurkan menghindari
aspirin atau
antikoagulan
5. Anjurkan
meningkatkan asupan
makan dan vitamin K
6. Anjrkan segera
melapor jika terjadi
perdarahan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
obat dan mengontrol
perdarhan, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian
prodok darah, jika
perlu
3. Kolaborasi pemberian
pelunak tinja, jika
perlu
5 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan
tentang manajemen tindakan keperawatan (I.12383)
kanker (D.0111) diharapkan masalah Observasi :
berhubungan dengan teratasi dengan 1. Identifikasi kesiapan
kurang terpapar kriteria hasil tingkat dan kemampuan
informasi pengetahuan menerima informasi
(L.12111) meningkat 2. Identifikasi faktor –
Gejala dan Tanda Mayor 1. Perilaku sesuai faktor yang dapat
Subjektif : menanyakan anjuran meningkat meningkatkan dan
masalah yang dihadapi (5) menurunkan motivasi
Objektif : menunjukkan 2. Verbalisasi minat perilaku hidup bersih
perilaku tidak sesuai dalam belajar dan sehat
anjuran, menunjukkan meningkat (5) Terapeutik :
persepsi yang keliru 3. Kemampuan 1. Sediakan materi dan
terhadap masalah menjelaskan media pendidikan
pengetahuan kesehatan
Gejala dan tanda minor tentang suatu 2. Jadwalkan pendidikan
Subjektif : - topic meningkat kesehatan sesuai
Objektif : menjalani (5) kesepakatan
pemeriksaan yang tidak 4. Kemampuan 3. Berikan kesempatan
tepat, menunjukkan menggambarkan untuk bertanya
perilaku berlebihan pengalaman Edukasi :
mislanya apatis, hysteria, sebelumnya 1. Jelaskan faktor resiko
bermusuhan meningkat (5) yang dapat
5. Perilaku sesuai mempengaruhi
dengan kesehatan
pengetahuan 2. Ajarkan perilaku hidup
meningkat (5) bersih dan sehat
6. Pertanyaan 3. Ajarkan strategi yang
tentang masalah dapat digunakan utuk
yang dihadapi meningkatkan
menurun (1) perilaku hidup bersih
dan sehat
Keterangan :
1 = menurun
2 = cukup menurun
3 = sedang
4 = cukup meningkat
5 = meningkat
DAFTAR PUSTAKA

Sofyan, Khairita Silvana. (2019). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Ibu
Nifas Post Sectio Caesarea di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarind.
Poltekkes Kementerian Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur. Kalimantan

Timur : Samarinda
Fitria, Riska. (2018). Karya Tulis Ilmiah Laporan Studi Kasus Asuhan Keperawatan

Pada Ny. M Dengan Post Operatif Sectio Caesarea Dengan Indikasi


Cephalo Pelvik Disproportion Diruang Rawat Inap Kebidanan Rumah

Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan


Perintis. Sumatera Barat : Padang

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi I. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil,
Edisi I. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi I. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai