GOUT ARTHRITIS
Disusun untuk memenuhi tugas praktik klinik Stase Keperawatan Gerontik
Disusun Oleh :
Darmawan Tri Raharja
NIM.P1337420218006
3. Etiologi
i. Hiperurisemia
Peningkatan kadar asam urat serum disebabkan karena pembentukan asam urat
yang berlebihan atau sekresi asam urat yang berkurang. Asam urat merupakan produk
akhir metabolisme purin yang terdapat dalam darah dan dibuang oleh ginjal. Asam
urat yang terbentuk dari metabolisme purin kemudian difiltrasi oleh glomerulus dan
direabsorpsi oleh tubulus proksimal di ginjal. Sebagian hasil asam urat yang
direabsorpsi akan diekskresikan di nefron dan dikeluarkan melalui urine (Helmi,
2013).
Pada Gout arthritis terdapat gangguan keseimbangan pembentukan asam urat dan
sekresi asam urat sehingga terjadi penurunan ekskresi asam urat secara idiopatik dan
penurunan ekskresi asam urat sekunder seperti disebabkan karena gagal ginjal.
Peningkatan kadar asam urat disebabkan karena mengonsumsi makanan yang tinggi
purin (Helmi, 2013).
Penumpukan asam urat yang banyak didalam sendi menyebabkan nyeri, bengkak,
kemerahan, panas dan kaku, dan sulit digerakkan, dan membentuk penumpukan kristal
urat dan serangan berulang dapat menyebabkan terbentuknya endapan kapur putih di
persendian atau disebut tofi. Pada tempat tersebut, endapan penumpukkan kristal
memicu reaksi peradangan graulomatosa. Pasien dapat berpotensi ke arah penyakit
batu ginjal ketika asam urat mengkristal di dalam ginjal (Helmi, 2013)..
6. Komplikasi
a. Identitas
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit
Skor Interpretasi
A Kemandirian dalam hal makan, minum, kontinen (BAB/BAK), berpindah,
kekamar kecil, berpakaian dan mandi.
B Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari fungsi
tersebut.
C Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan satu
fungsi tambahan.
D Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,berpakaian
dan satu fungsi tambahan.
E Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil, dan satu fungsi tambahan.
F Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali berpakaian,
kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan.
G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut.
Lain-lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi tetapi tidak dapat
diklasifikasikan sebagai C,D dan E.
iv. MMSE (Mini Mental State Exam): menguji aspek kognitif dari
fungsi mental, orientasi, registrasi, perhatian dan kalkulasi,
mengingat kembali dan bahasa.
Tabel 2.4 Mini Mental State Exam
Nilai Pertanyaan Paisen
maksimum
Orientasi (5) Tahun, musim, tanggal, lahir,
bulan, negara, wilayah, daerah
Registrasi (3) Nama 3 obyek (1 detik untuk
mengatakan masing-masing)
tanyakan pada lansia ke 3 obyek
setelah Anda katakan. Beri point
untuk jawaban benar, ulangi
sampai lansia mempelajari ke 3-
nya dan jumlahkan skor yang
telah dicapai
Perhatian dan Pilihlah kata dengan 7 huruf,
kalkulasi (5) misal kata “panduan”, berhenti
setelah 5 huruf, beri 1 point tiap
jawaban benar, kemudian
dilanjutkan, apakah lansia masih
ingat huruf lanjutannya
Mengingat (3) Minta untuk mengulangi ke 3
obyek di atas, beri 1 point untuk
tiap jawaban benar
Bahasa (9) Nama pensil dan melihat (2
point)
Skor 25
Analisis hasil:
Skor salah 0-2: fungsi intelektual utuh.
Skor salah 3-4: kerusakan intelektual ringan.
Skor salah 5-7: kerusakan intelektual sedang.
Skor salah 8-10: kerusakan intelektual berat. (Kholifah, S.N.,
2016)
B. Perumusan Diagnosa
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan pada sendi.
c. Gangguan konsep diri, citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk
tubuh pada tulang dan sendi.
d. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peradangan kronik adanya
kristal asam urat.
C. Intervensi
Tabel 2.5 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Noc Nic
keperawatan
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian
berhubungan keperawatan selama 1 x 24 jam, nyeri secara
dengan cidera pasien btidak mengalami nyeri, komprehensif termasuk
biologis demgan kriteria hasil: lokasi, durasi, frekuensi,
1. Mampu mengontrol nyeri kualitas dan faktor
(tahu penyebab nyeri, presipitasi nyeri
mampu menggunakan 2. Observasi reaksi non
teknik nonfarmakologik verbal dari
untuk mengurangi nyeri). ketidaknyamanan
2. Melaporkan bahwa nyeri 3. Bantu pasien dan
berkurang dengan keluarga untuk mencari
manajemen nyeri dan menemukan
3. Mampu mengenali skala dukungan
nyeri (intensitas frekuensi 4. Kontrol lingkungan yang
dan gejala nyeri) dapat mempengaruhi
4. Menyatakan rasa nyaman nyeri
setelah nyeri berkurang 5. Ajarkan teknik non
5. Tanda vital dalam rentang farmakologik: napas
normal dalam, relaksasi dan
6. Tidak mengalami gangguan kompres hangat dingin
tidur 6. Tingkatkan istirahat/tidur
7. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
2 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Monitoring vital sign
mobilitas fisik keperawatan selama 1 x 24 jam sebelum/sesudah latihan dan
berhubungan gangguan mobilitas fisik lihat respon pasien saat
dengan dengan kriteria hasil: latihan
kekakuan pada 1. Klien meningkat dalam
sendi aktivitas fisik
2. Mengerti tujuan dari 1. Konsultasikan dengan
peningkatan mobilitas fisik terapi fisik tentang
3. Memverbalisasikan rencana teknik ambulasi
perasaan dalam 2. Bantu klien unutuk
meningkatakan kekuatan menggunakan tongkat
dan kemampuan berpindah saat berjalan dan
4. Memperagakan penggunaan terhadap cedera
alat bantu untuk mobilisasi 3. Ajarkan pasien atau
tenaga kesahatan lain
tentang teknik ambulasi
4. Kaji kemampuan pasien
dala mobilisasi
5. Latih Pasien dalam
memenuhi kebutuhan
ADLS pasien.
6. Berikan alat bantu jika
klien memerlukan
3 Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Bina hubungan saling
konsep diri, keperawatan selama 1 x 24 jam percaya
citra tubuh pasien menunjukkan: 2. Berikan kesempatan
berhubungan Gamggun citra tubuh menurun mengungkapkan
dengan dengan kriteria hasil: perasaan
perubahan 1. Gambaran diri meningkat 3. Dukung upaya klien
bentuk tubuh 2. Gambaran diri sesuai untuk memperbaiki citra
pada tulang dan 3. Bisa menyesuaikan diri tubuh
sendi dengan status kesehatannya 4. Dorong klien untuk
bersosialisassi engan
orang lain
4 Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan pasien untuk
perfusi jaringan keperawatan selama 1 x 24 jam meggunakan pakaian
berhubungan kerusakan integritas jaringan yang longgar
dengan pasien teratasi dengan kriteria 2. Jaga kulit agar tetap
peradangan hasil: bersih dan kering
kronik adanya 1. Perfusi jaringan normal 3. Mobilasasi pasien (ubah
kristal asam 2. Tidak ada tanda-tanda posisi pasien) setiap dua
urat infeksi jam sekali
3. Ketebalan dan tekstur 4. Monitor kulit akan
jaringan adanya kemerahan
4. Menunjukkan pemahaman 5. Monitor aktivitas dan
dalam proses perbaikan kulit mobilisasi pasien
dan mencegah terjadinya 6. Monitor status nutrisi
proses penyembuhan luka pasien
7. Berikan posisi yang
nyamanan untuk
mengurangi tekanan pada
luka.
D. Implementasi
Implementasi adalah suatu perencanaan dimasukkan kedalam tindakan
selama fase implementasi ini merupakan fase kerja aktual dari proses keperawatan.
Rangkaian rencana yang telah disusun harus diwujudkan dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan, pelaksanaan dapat dilakukan oleh perawat yang bertugas
merawat klien tersebut atau perawat lain dengan cara didelegasikan pada saat
pelaksanaan kegiatan maka perawat harus menyesuaikan rencana yang telah dibuat
sesuai dengan kondisi klien maka validasi kembali tentang keadaan klien perlu
dilakukan sebelumnya. (Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma 2015).
E. Evaluasi
Menurut Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma (2015). Evaluasi
merupakan tahap akhir dari proses keperawatan untuk mngukur keberhasilan dari
rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan klien, bila masalah tidak dapat
dipecahkan atau timbul masalah baru amak perawat harus bersama untuk
mengurangi atau mengatasi beban masalah yang ada.
8. Pathway Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Chairuddin. (2015). Aplikasi NANDA NIC NOC. Jogjakarta: Mediaction Jogja.
Kholifah, S. N. 2016. Keperawatan Gerontik. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Jakarta:
Badan PPSDM Kesehatan.
Naga, S. S. (2014). Buku Panduan Ilmu Penyakit Dalam. Jogjakarta: DIVA Press.
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma 2015, Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosis Medis dan Nanda Nic Noc. Edisi Revisi Jilid 1. Jogyakarta: Mediaction