Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gout Arthritis
1. Definisi
Gout Arthritis atau sering disebut masyarakat dengan penyakit
asam urat adalah suatu penyakit peradangan pada persendian yang
diakibatkan penumpukan asam urat dalam tubuh secara berlebihan
(Naga, 2014). Gout arthritis adalah penyakit yang diakibatkan
gangguan metabolisme purin yang ditandai dengan hiperurikemi dan
serangan sinovitis akut berulang-ulang (Chairuddin, 2015).
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa gout arthritis
adalah suatu peradangan sendi yang disebabkan karena kadar asam
urat dalam tubuh meningkat.

2. Etiologi
Menurut (Naga, 2014) etiologi penyakit gout dapat diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu gout primer dan gout sekunder.
a. Gout primer
Gout primer adalah gout yang disebabkan faktor genetik.
Penyakit gout primer ini 99% belum diketahui penyebabnya.
Faktor genetik dan hormonal diduga menjadi penyebab
gangguan metabolisme yang berakibat produksi asam urat
meningkat. Selain itu, gout primer juga dapat diakibatkan
karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh.
b. Gout sekunder
Gout sekunder biasanya disebabkan oleh :
a. Pembentukan asam urat yang berlebihan.
a) Kelainan mieloproliferatif (polisitemia,
leukimia, mieloma retikularis)

7
8

b) Gangguan penyimpanan glikogen


c) Nutrisi yaitu mengonsumsi makanan yang tinggi
purin. Purin adalah salah satu senyawa basa
organik yang menyusun asam nukleat dan
termasuk dalam kelompok asam amino, unsur
pembentukan protein.
b. Sekresi asam urat yang berkurang, misalnya :
a) Gagal ginjal kronik
b) Pemakaian obat salisilat, tiazid, dan beberapa
macam obat diuretik dan sulfonamid
c) Mengonsumsi alkohol secara berlebihan
Faktor predisposisi terjadinya penyakit gout antara lain umur,
jenis kelamin, iklim, herediter, dan keadaan-keadaan yang
menyebabkan hiperuremia.

3. Tanda dan gejala


Menurut (Naga, 2014) tanda dan gejala gout arthritis yaitu :
a. Hiperurisemia
b. Nyeri hebat
c. Sendi mengalami pembengkakan
d. Sendi terlihat kemerahan
e. Teraba panas pada persendian
f. Terdapat tofi dengan pemeriksaan kimiawi

4. Patofisiologi
Peningkatan kadar asam urat serum disebabkan karena
pembentukan asam urat yang berlebihan atau sekresi asam urat yang
berkurang. Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin
yang terdapat dalam darah dan dibuang oleh ginjal. Asam urat yang
terbentuk dari metabolisme purin kemudian difiltrasi oleh glomerulus
dan direabsorpsi oleh tubulus proksimal di ginjal. Sebagian hasil asam
9

urat yang direabsorpsi akan diekskresikan di nefron dan dikeluarkan


melalui urine (Helmi, 2013).
Pada Gout arthritis terdapat gangguan keseimbangan pembentukan
asam urat dan sekresi asam urat sehingga terjadi penurunan ekskresi
asam urat secara idiopatik dan penurunan ekskresi asam urat sekunder
seperti disebabkan karena gagal ginjal. Peningkatan kadar asam urat
disebabkan karena mengonsumsi makanan yang tinggi purin (Helmi,
2013).
Penumpukan asam urat yang banyak didalam sendi menyebabkan
nyeri, bengkak, kemerahan, panas dan kaku, dan sulit digerakkan, dan
membentuk penumpukan kristal urat dan serangan berulang dapat
menyebabkan terbentuknya endapan kapur putih di persendian atau
disebut tofi. Pada tempat tersebut, endapan penumpukkan kristal
memicu reaksi peradangan graulomatosa. Pasien dapat berpotensi ke
arah penyakit batu ginjal ketika asam urat mengkristal di dalam ginjal
(Helmi, 2013).

5. Komplikasi
Menurut (Dianati, 2015) mengatakan bahwa komplikasi yang
muncul akibat gout arthritis antara lain :
a. Gout kronik bertofus
Merupakan serangan gout yang disertai dengan benjolan-
benjolan (tofi) di sekitar sendi yang sering meradang. Tofi
adalah timbunan kristal monosodium urat di sekitar persendian
seperti di tulang rawan sendi, sinovial, bursa atau tendon.
b. Nefropati gout kronik
Penyakit tersering yang ditimbulkan karena hiperurisemia.
Terjadi akibat dari pengendapan kristal asam urat dalam
tubulus ginjal. Pada jaringan ginjal bisa terbentuk mikrotofi
yang menyumbat dan merusak glomerulus.
10

c. Nefrolitiasis asam urat (batu ginjal)


Apabila kristal menumpuk di saluran kemih maka dapat
menyebabkan batu ginjal. Terjadi pembentukan massa keras
seperti batu di dalam ginjal, bisa menyebabkan nyeri,
pendarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi.
d. Persendian menjadi rusak sehingga dapat menyebabkan
kepincangan.

B. Nyeri
1. Definisi nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau
potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan, awitan yang tiba-
tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang
dapat diantisipasi atau diprediksi (Herdman & Heather, 2015). Nyeri
merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun
potensial, atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut
(Wiarto, 2017). Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa
nyeri adalah sensori subyektif dan pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial.

2. Karakteristik nyeri gout arthritis


Nyeri pada gout memiliki karakteristik yang khas dibandingkan
dengan karakteristik nyeri yang lain. Ciri khas nyeri goutarthritis ini
adalah mucul secara tiba-tiba, terasa nyeri seperti terbakar dan terdapat
bengkak kemerahan, hangat dan terasa kaku pada daerah sendi yang
terserang. Biasanya nyeri ini muncul pada malam hari atau pada saat
bangun tidur yaitu apabila udara dingin menyerang, maka rasa nyeri
akan muncul di persendian kaki, sendi terasa kaku, dan tidak dapat
11

digerakkan. Hal ini dapat mengakibatkan aktivitas sehari-hari menjadi


terganggu (Fitriana, 2015).

3. Pengukuran skala nyeri


Intensitas nyeri (skala nyeri) adalah gambaran tentang beberapa
parah nyeri dirasakan individu, pengukuran intensitas nyeri sangat
subyektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang
sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda (Potter &
Perry, 2010).

Gambar 2.1 Numerical Rating Scale (NRC) (Potter & Perry,


Fundamental Keperawatan, 2010)
Skala nyeri untuk lansia dapat menggunakan Numerical Rating
Scale (NRS) merupakan skala pengukuran nyeri yang mudah dipahami
oleh pasien, terdiri dari angka 0-10 mulai dari angka 0 untuk tidak
nyeri (tidak ada keluhan nyeri), angka 1-3 untuk nyeri ringan (ada rasa
nyeri, mulai terasa dan masih dapat ditahan), angka 4-6 untuk nyeri
sedang (ada rasa nyeri, terasa mengganggu dengan usaha yang cukup
untuk menahannya), angka 7-10 untuk nyeri berat (ada nyeri, terasa
sangat mengganggu / tidak tertahankan sehingga harus meringis,
menjerit bahkan berteriak) (Potter & Perry, 2010).
Menurut (Helmi, 2013) Pengkajian dengan pendekatan PQRST
dapat membantu dalam menentukan rencana intervensi yang sesuai.
P (Faktor Pencetus /Provoking Incident) : Pengkajian untuk
mengindentifikasi faktor yang menjadi predisposisi nyeri. Hal yang
menjadi faktor presipitasi nyeri adalah peradangan.
Q (Quality Of Pain/Kualitas nyeri : Pengkajian untuk menilai
bagaimana rasa nyeri dirasakan secara subyektif, karena sebagian besar
12

deskripsi sifat dari nyeri sulit ditafsirkan. Nyeri yang dirasakan atau
digambarkan bersifat menusuk.
R (Region/lokasi) : Region atau lokasi dimana keluhan nyeri tersebut
dirasakan
S (Skala Severity atau intensitas nyeri) : rasa nyeri yang dirasakan
pasien. Pengkajian ini dapat dilakukan berdasarkan skala nyeri dan
pasien menerangkan seberapa jauh rasa sakit memengaruhi
kemampuan fungsinya. Berat ringannya suatu keluhan nyeri bersifat
subyektif.
T (Time atau waktu lamanya serangan atau frekuensi nyeri) :
Pengkajian untuk mendeteksi berapa lama nyeri berlangsung, kapan,
apakah bertambah buruk pada malam hari atau siang hari (Biasanya
terjadi pada malam hari).

4. Penatalaksanaan nyeri
Menurut (Potter & Perry, 2010), cara untuk menurunkan nyeri
sendi yaitu dengan cara terapi farmakologi dan non-farmakologi.
Terapi farmakologi yaitu tindakan pemberian obat sebagai penurun
nyeri. Tindakan non farmakologi yaitu dengan berbagai terapi
komplementer diantaranya terapi senam, terapi tanaman herbal, dan
terapi kompres seperti terapi kompres jahe merah.
a. Kompres jahe merah
1) Pengertian kompres hangat jahe merah
Kompres hangat jahe merah adalah terapi
nonfarmakologis yang merupakan pemberian kompres
dengan rebusan jahe merah dengan air hangat (Hariana,
2013).
2) Tujuan
Kompres hangat jahe merah bertujuan mengurangi
nyeri, memperlancar sirkulasi darah, dan memberi rasa
hangat dan nyaman.
13

3) Manfaat
Kompres hangat jahe merah dapat menurunkan
skala nyeri pada pasien asam urat.
4) Indikasi
a) Pasien yang kedinginan (suhu tubuh yang rendah)
b) Pasien dengan penyakit peradangan, seperti radang
persendian antara lain gout arthritis, osteoarthritis,
dan rheumatoid arthritis.
c) Kekakuan otot
d) Pasien dengan perut kembung
5) Kontra indikasi
a) Trauma 12-24 jam pertama
b) Perdarahan
d) Gangguan pembuluh darah
e) Memar
6) Prosedur
Siapkan jahe merah sebanyak 20 gram dan air 200
ml, cuci jahe merah sampai bersih, tumbuk jahe merah
sampai halus, rebus jahe merah hingga mendidih dengan
suhu 40 °C , tuangkan rebusan air jahe merah kebaskom,
cuci tangan, balut air rebusan dan jahe dengan handuk,
peras sebelum digunakan untuk mengompres, setelah itu
lakukan kompres hangat jahe merah pada area nyeri
selama 20 menit, dilakukan dalam 7 hari.
7) Kandungan zat yang ada pada Jahe
Menurut (Setyaningrum, Hesti, & Saparinto, 2013)
Jahe merah memiliki peranan penting pada pencegahan
suatu penyakit terutama pada menurunkan peradangan
nyeri pada penderita sam urat. Kandungan aktif pada
jahe merah seperi minyak atsiri, gingerol, shogaol,
14

paradol, zingerone dan lain-lain menunjukkan manfaat


sebagai berikut :
a. Gingero, berfungsi sebagai antioksidan, anti tumor,
anti inflamasi dan analgesik, anti mikroba.
b. Shogoal, berfungsi antioksidan, anti inflamasi, anti
kanker dan anti profilerasi.
c. Zingerone, berfungsi sebagai antioksidan, anti
inflamasi dan anti bakteri.
d. Zerumbone, berfungsi sebagai anti tumor dan anti
mikroba.
8) Penelitian pendukung
Berdasarkan jurnal penelitian dengan judul “The
Effectiveness of Red Ginger Compress Therapy
(Zingiber officinale rosc. var. rubrum) on Elders with
Joint Pain”yang dilakukan oleh Henik Tri Rahayu, Ning
Sri Rahayu and Sunardi pada tahun 2017 dan
berdasarkan penelitian dengan judul “Effect Of Red
Ginger Compress To Decrease Scale Of Pain Gout
Arthitris Patients” yang dilakukan oleh Enny Virda
Yuniarti, Emyk Windartik, Amar Akbar yang
menunjukkankomprea jahe merah efektif menurunkan
nyeri pada gout arthritis.

C. Keluarga
1. Definisi keluarga
(Friedman, 2010) mendefinisikan keluarga adalah suatu kelompok
individu didalam keluarga yang dapat menimbulkan, mencegah,
mengabaikan, atau memperbaiki masalah kesehatan dalam
kelompoknya sendiri. Jadi, keluarga memiliki peran utama dalam
pemeliharaan kesehatan seluruh anggota keluarganya. Masalah
15

kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, peran anggota keluarga akan


mengalami perubahan apabila salah satu anggotanya sakit.

2. Tipe Keluarga
Tipe keluarga menurut (Friedman, 2010) adalah :
a. Tipe Keluarga tradisional
1) The Nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga yang
terdiri atas suami, istri, dan anak, baik anak kandung
maupun anak angkat.
2) The dyad family (keluarga dyad), suatu rumah tangga yang
terdiri atas suami dan istri tanpa anak. Keluarga ini
mungkin belum mempunyai anak atau tidak mempunyai
anak.
3) Single parent, terdiri atas satu orang tua dengan anak
(kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
perceraian atau kematian.
4) Single adult, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu
orang dewasa. Tipe ini dapat terjadi pada seorang dewasa
yang tidak menikah atau tidak mempunyai suami.
5) Extended family, terdiri atas keluarga inti ditambah
keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek, dan
sebagainya. Tipe ini banyak dianut oleh keluarga Indonesia
terutama daerah pedesaan.
6) Middle-aged or elderly couple, orang tua yang tinggal
sendiri di rumah (baik suami/istri atau keduanya), karena
anak-anaknya sudah membangun karir sendiri atau sudah
menikah.
7) Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal
bersama atau saling berdekatan dan menggunakan barang-
barang pelayanan, seperti dapur dan kamar mandi yang
sama.
16

b. Tipe Keluarga Nontradisional


1) The Unmarried teenege mather, keluarga yang terdiri dari
orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa
nikah.
2) The Stepparent Family, keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune Family, beberapa pasangan keluarga (dengan
anaknya) yang tidak ada hubungan saudara hidup bersama
dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama,
pengalaman yang sama : sosialisasi anak dengan melelui
aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama.
4) The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family,
keluarga yang hidup bersama dan berganti – ganti pasangan
tanpa melelui pernikahan.
5) Gay And Lesbian Family, seseorang yang mempunyai
persamaan sex hidup bersama sebagaimana suami-istri
(marital partners).
6) Cohibiting Couple, orang dewasa yang hidup bersama
diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
7) Group-Marriage Family, beberapa orang dewasa
menggunakan alat – alat rumah tangga bersama yang saling
merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk sexual
dan membesarkan anaknya.
8) Group Network Family, keluarga inti yang dibatasi aturan
atau nilai – nilai, hidup bersama atau berdekatan satu sama
lainnya dan saling menggunakan barang – barang rumah
tangga bersama, pelayanan dan tanggung jawab
membesarkan anaknya.
9) Foster Family, keluarga menerima anak yang tidak ada
hubungan keluarga atau saudara didalam waktu sementara,
pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan
bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
17

10) Homeless Family, keluarga yang terbentuk dan tidak


mempunyai perlindungan yang permanent karena krisis
personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan
atau problem kesehatan mental.
11) Gang. Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-
orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga
yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam
kekerasan dan criminal dalam kehidupannya.

3. Struktur Keluarga
Menurut (Friedman, 2010) struktur keluarga terdiri dari :
a. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui
jalur ayah.
b. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur
garis ibu.
c. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama sedarah
ibu.
d. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama sedarah
suami.
e. Keluarga kawin adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
dari keluarga karena adanya hubungan suami istri.

4. Fungsi Keluarga
Menurut (Friedman, 2010), secara umum fungsi keluarga adalah
sebagai berikut :
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif berguna untuk memenuhi kebutuhan
psikologis.Keberhasilan fungsi ini tampak melalui keluarga yang
18

gembira dan bahagia. Anggota keluarga mengembangkan gambaran


diri positif, perasaan dimiliki, berarti, dan merupakan sumber kasih
sayang. Komponen yang perlu dipenuhi adalah memelihara saling
asuh, keseimbangan saling menghargai, pertalian dan identifikasi,
serta keterpisahan dan kepaduan.
b. Fungsi sosialisasi
Fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk
berkehidupan sosial.
c. Fungsi reproduksi
Fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga
secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan
individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan
Fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota
keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.

5. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan


(Friedman, 2010)membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan
yang harus dilakukan, yaitu :
a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga
secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab
keluarga, maka keluarga harus menyadari dan mengerti masalah
yang terjadi pada keluarga.
19

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi


keluarga
Keluarga berupaya untuk mencari pertolongan yang tepat
dengan keadaan keluarganya. Anggota keluarga yang memiliki
kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga agar
masalah kesehatan dapat segera teratasi.
c. Memberi perawatan pada anggotanya yang sakit
Perawatan ini dapat dilakukan di rumah apabila keluarga
memiliki kemampuan untuk tindakan perawatan atau ke pelayanan
kesehatan untuk mendapat tindakan lanjutan agar masalah
kesehatan tidak bertambah parah.
d. Mempertahankan suasana lingkungan rumah yang sehat
Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung dan
bersosialisasi bagi anggota keluarga. Sehingga anggota keluarga
akan memiliki waktu yang lebih banyak berhubungan dengan
lingkungan tempat tinggal.
e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada dimasyarakat
Apabila mengalami masalah yang berkaitan dengan kesehatan
keluarga harus dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
disekitarnya.

6. Peran perawat keluarga dalam asuhan keperawatan keluarga


Menurut (Andarmoyo, 2012) peran perawat dalam melakukan
asuhan keperawatan keluarga antara lain adalah :
a. Edukator, perawat memberikan pendidikan kesehatan kepada
keluarga.
b. Pemberi layanan (Caregiver), perawat menangani dan merawat klien
tertentu beserta keluarganya dengan asuhan keperawatan yang
komprehensif.
20

c. Fasilitator, perawat dapat menjadi tempat bertanya untuk


memecahkan masalah kesehatan serta dapat membantu memberikan
jalan keluar dalam mengatasi masalah
d. Motivator, perawat harus mendorong apabila keluarga telah
mengetahui dan mencoba melaksanakan perilaku positif dalam
kesehatan agar konsisten dan lebih berkembang.

D. Asuhan Keperawatan Keluarga


Keperawatan keluarga merupakan pelayanan holistik yang
menempatkan keluarga dan komponennya sebagai fokus pelayanan dan
melibatkan anggota keluarga dalam tahap pengkajian, diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Widagdo, 2016).
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dimana
seorang perawat mulai mengumpulkan informasi tentang keluarga yang
dibinanya (Riasmini & dkk, 2017). Hal-hal yang dikaji dalam keluarga
adalah :
a. Data Umum atau identitas mencakup nama kepala keluarga,
komposisi anggota keluarga, alamat, agama, suku, bahasa sehari-
hari, jarak pelayanan kesehatan terdekat dan alat transportasi.
b. Kondisi kesehatan semua anggota keluarga terdiri nama, hubungan
dengan keluarga, umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir,
pekerjaan saat ini, status gizi, tanda-tanda vital, status imunisasi
dasar, dan penggunaan alat bantu serta kesehatan anggota keluarga
saat ini meliputi keadaan umum, riwayat penyakit.
c. Data pengkajian individu yang mengalami masalah kesehatan (saat
ini sedang sakit) meliputi nama individu yang sakit, diagnosis
medis, rujukan dokter atau rumah sakit, komunikasi dan budaya,
kebersihan diri,dan perawatan diri sehari-hari.
21

d. Data kesehatan lingkungan mencakup sanitasi lingkungan


pemukiman antara lain ventilasi, penerangan, kondisi lantai, tempat
pembuangan sampah, dll.
e. Struktur keluarga mencakup struktur peran, nilai, komunikasi,
kekuatan. Komponen struktur keluarga ini menjawab pertanyaan
tentang siapa anggota keluarga, bagaimana hubungan diantara
anggota keluarga.
f. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga, ini menjawab tahap
perkembangan keluarga, tugas perkembangan keluarga.
g. Fungsi keluarga. Pengkajian fungsi keluarga mencakup
kemampuan keluarga dalam melakukan tugas kesehatan keluarga,
meliputi kemampuan mengenal masalah kesehatan, mengambil
keputusan mengenai tindakan keperawatan yang tepat, merawat
anggota keluarga yang sakit, memelihara lingkungan rumah yang
sehat dan dapat menggunakan fasillitas kesehatan di masyarakat.

2. Diagnosis
Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis terhadap individu,
keluarga yang diperoleh melalui proses pengumpulan data dan analisis.
Diagnosa keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengkajian
terhadap adanya masalah didalam keluarga baik bersifat aktual, risiko
maupun sejahtera (Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia
[IPKKI], 2017).
Perumusan diagnosis dapat dituliskan dalam 3 komponen yaitu
Problem (P/Masalah) yang merupakan suatu pernyataan tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia oleh anggota keluarga, Etiologi
(E/Penyebab) yaitu suatu pernyataan yang dapat menyebabkan
masalah dengan mengacu pada lima tugas kesehatan keluarga dan Sign
& Symptom (S/Tanda & Gejala) yaitu sekumpulan data subjektif dan
objektif yang mendukung masalah dan penyebab (Suprajitno, 2014).
22

Apabila ditemukan beberapa diagnosis keperawatan maka perlu


menentukan diagnosis mana yang menjadi prioritas. Menentukan
prioritas masalah keperawatan dapat dilakukan dengan skoring.
Komponen dari prioritas masalah keperawatan keluarga adalah
kriteria, bobot, dan skoring.
Tabel 2.1
Skala Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga

No Kriteria Skor Bobot


1 Sifat masalah
Skala : Welness 3
Aktual 3 1
Resiko 2
Potensial 1
2 Kemungkinan masalah dapat
diubah
Skala : Mudah 2 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensi masalah untuk dicegah
Skala : Tinggi 3
Cukup 2 1
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
Skala : Segera 2
Tidak perlu 1 1
Tidak dirasakan 0

Skoring :
a. Tentukan skor dari masing-masing kriteria untuk setiap masalah
keperawatan yang terjadi

b. Skor yang ditentukan akan dibagi dengan nilai tertinggi, kemudian


dikalikan bobot dari masing-masing kriteria. Bobot merupakan nilai
konstanta dari tiap kriteria dan tidak bisa diubah.

c. Jumlahkan skor dari masing-masing kriteria untuk tiap diagnosis


keperawatan keluarga.
23

d. Skor tertinggi yang diperoleh adalah diagnosis keperawatan keluarga yang


prioritas.

Masalah keperawatan keluarga yang mungkin muncul


1) Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga.
a) Definisi
Pola pengaturan dan pengintegrasian kedalam proses
keluarga, suatu program untuk pengobatan penyakit dan
sekuelanya yang tidak memuaskan untuk memenuhi tujuan
kesehatan tertentu dari unit keluarga (NANDA, 2018).
b) Batasan karakteristik
Menurut (NANDA, 2018), Ketidakefektifan Manajemen
Kesehatan Keluarga memiliki batasan karakteristik yaitu
Akselerasi gejala penyakit seorang anggota keluarga, kurang
perhatian pada penyakit, kesulitan dengan regimen yang
ditetapkan, kegagalan melakukan tindakan mengurangi faktor
risiko, ketidaktepatan aktivitas keluarga untuk memenuhi tujuan
kesehatan.
c) Faktor yang berhubungan
Menurut (NANDA, 2018), Faktor yang berhubungan dengan
Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Keluarga yaitu Konflik
pengambilan keputusan, Kesulitan mengatasi kerumitan program
pengobatan, Kesulitan mengarahkan sistem pelayanan kesehatan
yang rumit, Konflik keluarga.
2) Nyeri akut
a) Definisi
Pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau
yang digambarkan sebagai kerusakan, awitan yang tiba-tiba atau
lambat dengan intensitas ringan hingga berat, dengan berakhirnya
dapat diantisipasi atau diprediksi, dan dengan durasi kurang dari 3
bulan (NANDA, 2018).
24

b) Batasan Karakteristik
Menurut (NANDA, 2018), Nyeri akut memiliki batasan
karakteriktik yaitu Perubahan selera makan, perubahan pada
parameter fisiologis, diaforesis, perilaku distraksi, bukti nyeri
dengan menggunakan standar periksa nyeri untuk pasien yang
tidak dapat mengungkapkannya, perilaku ekspresif, ekspresi wajah
nyeri, sikap tubuh melindungi, putus asa, fokus menyempit, sikap
melindungi area nyeri, perilaku protektif, laporan tentang
nyeri/perubahan aktivitas, dilatasi pupil, fokus pada diri sendiri,
keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri,
keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar
instrumen nyeri.
c) Faktor yang berhubungan
Menurut (NANDA, 2018), Faktor yang berhubungan dengan
nyeri akut yaitu agens cedera biologis, agens cedera kimiawi, dan
agens cedera fisik.

3. Perencanaan
Tahap perencanaan merupakan suatu proses penyusunan berbagai
intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, atau
mengurangi masalah-masalah klien dan keluarga (Ikatan Perawat
Kesehatan Komunitas Indonesia [IPKKI], 2017).
Perencanaan keperawatan pada keluarga dengan masalah
ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga berdasarkan (Nursing
Outcomes Classification (NOC), 2013) dan (Nursing Intervensi
Classification (NIC), 2013) yaitu :
a. TUK 1: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, keluarga mampu
mengenal masalah kesehatan
Kriteria hasil : Tingkat pemahaman tentang arthritis, pengobatan,
pencegahan, dan komplikasinya meningkat dari 2 (pengetahuan
terbatas) menjadi 4 (pengetahuan baik) dengan indikator :
25

1. Faktor penyebab
2. Tanda dan gejala awal penyakit
3. Strategi mengelola nyeri
4. Pilihan pengobatan
Intervensi :
1. Identifikasi tingkat pengetahuan keluarga tentang gout arthritis
dan nyeri
2. Berikan informasi mengenai gout arthritis dan nyeri meliputi
definisi, tanda gejala, penyebab, komplikasi, cara pencegahan,
dan cara perawatan dirumah.
b. TUK 2 : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, keluarga mampu
mengambil keputusan yang tepat terhadap masalah kesehatan.
Kriteria hasil : Kemampuan keluarga untuk membuat penilaian dan
keputusan diantara dua pilihan atau lebih meningkat dari skala 2
(banyak terganggu) menjadi 5 (tidak terganggu), dengan indikator :
1. Mengidentifikasi informasi yang relevan
2. Mengidentifikasi alternatif / pilihan
3. Mengidentifikasi sumber daya yang dibutuhkan untuk
mendukung setiap alternatif
Intervensi :
1. Berikan informasi yang dibutuhkan bagi keluarga untuk
membantu mereka membuat keputusan terkait
2. Libatkan anggota keluarga dan pasien dalam membuat
keputusan terkait perawatan klien
3. Dukung pengambilan keputusan dalam merencanakan perawatan
4. Ajarkan perencanaan perawatan pada keluarga terhadap anggota
keluarga yang sakit
c. TUK 3 : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, keluarga mampu
memberikan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit.
Kriteria hasil : Kapasitas keluarga untuk terlibat dalam pemberian
perawatan dan evaluasi perawatan yang diberikan oleh tenaga
26

kesehatan meningkat dari 2 (jarang menunjukkan) menjadi 4


(sering menunjukkan) dengan indikator :
1. Berpartisipasi dalam perencanaan perawatan
2. Berpartisiasi dalam menyediakan perawatan
3. Bekerjasama dalam menentukan perawatan
4. Mengevaluasi efektivitas perawatan
Intervensi :
1. Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang sakit khususnya pasien gout arthritis
2. Ajarkan keluarga cara merawat anggota keluarga yang sakit
khususnya mengatasi nyeri pada gout arthritis
3. Jelaskan kepada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan
dari rencana kompres hangat jahe merah
4. Ajarkan kompres hangat jahe merah pada anggota gerak yang
nyeri
d. TUK 4 : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, keluarga mampu
memodifikasi lingkungan untuk menjamin kesehatan.
Kriteria hasil : Kapasitas dari sebuah keluarga untuk menyediakan
lingkungan yang mendukung yang ditandai dengan hubungan dan
tujuan anggota keluarga meningkat dari skala 2 (jarang
menunjukan) menjadi 4 (sering menunjukan), dengan indikator:
1. Berpartisipasi dalam kegiatan bersama
2. Menjaga kebersihan rumah
3. Mendukung satu sama lain
4. Bekerjasama untuk mencapai tujuan
5. Memecahkan masalah bersama-sama
Intervensi :
1. Identifikasi pemeliharaan rumah klien yang ditentukan
2. Libatkan klien dan keluarga untuk menentukan pemeliharaan
rumah yang telah ditentukan
27

3. Berikan informasi tentang cara menciptakan lingkungan rumah


yang bersih dan aman
e. TUK 5 : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.
Kriteria hasil : Tingkat pemahaman yang disampaikan tentang
sumber-sumber asuhan kesehatan yang elevan meningkat dari skala
2 (pengetahuan terbatas) menjadi 4 (pengetahuan banyak), dengan
indikator :
1. Sumber perawatan kesehatan yang termuka.
2. Sumber-sumber perawatan darurat.
Intervensi :
1. Sarankan keluarga untuk memeriksakan kesehatan di fasilitas
kesehatan.

4. Implementasi
Implementasi pada asuhan keperawatan keluarga dapat dilakukan
pada individu dan anggota keluarga lainnya. Implementasi yang
ditujukan pada individu meliputi tindakan keperawatan langsung,
kolaboratif dan pengobatan dasar, observasi, dan pendidikan kesehatan
(Riasmini & dkk, 2017).
Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup beberapa hal
seperti meningkatkan kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
masalah, membantu keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang
tepat, memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga
yang sakit, membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi sehat dan memotivasi keluarga untuk
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada (Ikatan Perawat Kesehatan
Komunitas Indonesia [IPKKI], 2017).
28

5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses menilai kemajuan klien dan keluarga
terhadap pencapaian hasil dari tujuan keperawatan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Kegiatan evaluasi meliputi mengkaji kemajuan
status kesehatan individu dan keluarga, membandingkan respon
individu dan keluarga dengan kriteria hasil dan menyimpulkan hasil
kemajuan masalah serta kemajuan pencapaian tujuan keperawatan.
Tahapan evaluasi dapat dilakukan selama proses asuhan keperawatan
(evaluasi formatif) atau pada akhir pemberian asuhan keperawatan
(evaluasi sumatif) (Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia
[IPKKI], 2017).
Hasil asuhan keperawatan dapat diukur melalui perubahan fungsi
tubuh (keadaan fisik), afektif/psikologis, kognitif (pengetahuan) dan
psikomotor (perilaku kesehatan). Evaluasi disusun dengan
menggunakan pendekatan SOAP (Subjektif, Objektif, Anlisis dan
Planning) (Riasmini & dkk, 2017) :
S : Hal-hal yang dikemukan keluarga
O : Hal-hal yang ditemukan perawat dan dapat diukur
A : Analisis hasil yang telah dicapai
P : Perencanaan yang direncanakan kembali setelah mendapatkan
hasil dari respons keluarga pada tahapan evaluasi.
7

Anda mungkin juga menyukai