TINJAUAN PUSTAKA
A. Gout Arthritis
1. Definisi
Gout Arthritis atau sering disebut masyarakat dengan penyakit
asam urat adalah suatu penyakit peradangan pada persendian yang
diakibatkan penumpukan asam urat dalam tubuh secara berlebihan
(Naga, 2014). Gout arthritis adalah penyakit yang diakibatkan
gangguan metabolisme purin yang ditandai dengan hiperurikemi dan
serangan sinovitis akut berulang-ulang (Chairuddin, 2015).
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa gout arthritis
adalah suatu peradangan sendi yang disebabkan karena kadar asam
urat dalam tubuh meningkat.
2. Etiologi
Menurut (Naga, 2014) etiologi penyakit gout dapat diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu gout primer dan gout sekunder.
a. Gout primer
Gout primer adalah gout yang disebabkan faktor genetik.
Penyakit gout primer ini 99% belum diketahui penyebabnya.
Faktor genetik dan hormonal diduga menjadi penyebab
gangguan metabolisme yang berakibat produksi asam urat
meningkat. Selain itu, gout primer juga dapat diakibatkan
karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh.
b. Gout sekunder
Gout sekunder biasanya disebabkan oleh :
a. Pembentukan asam urat yang berlebihan.
a) Kelainan mieloproliferatif (polisitemia,
leukimia, mieloma retikularis)
7
8
4. Patofisiologi
Peningkatan kadar asam urat serum disebabkan karena
pembentukan asam urat yang berlebihan atau sekresi asam urat yang
berkurang. Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin
yang terdapat dalam darah dan dibuang oleh ginjal. Asam urat yang
terbentuk dari metabolisme purin kemudian difiltrasi oleh glomerulus
dan direabsorpsi oleh tubulus proksimal di ginjal. Sebagian hasil asam
9
5. Komplikasi
Menurut (Dianati, 2015) mengatakan bahwa komplikasi yang
muncul akibat gout arthritis antara lain :
a. Gout kronik bertofus
Merupakan serangan gout yang disertai dengan benjolan-
benjolan (tofi) di sekitar sendi yang sering meradang. Tofi
adalah timbunan kristal monosodium urat di sekitar persendian
seperti di tulang rawan sendi, sinovial, bursa atau tendon.
b. Nefropati gout kronik
Penyakit tersering yang ditimbulkan karena hiperurisemia.
Terjadi akibat dari pengendapan kristal asam urat dalam
tubulus ginjal. Pada jaringan ginjal bisa terbentuk mikrotofi
yang menyumbat dan merusak glomerulus.
10
B. Nyeri
1. Definisi nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau
potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan, awitan yang tiba-
tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang
dapat diantisipasi atau diprediksi (Herdman & Heather, 2015). Nyeri
merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun
potensial, atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut
(Wiarto, 2017). Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa
nyeri adalah sensori subyektif dan pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial.
deskripsi sifat dari nyeri sulit ditafsirkan. Nyeri yang dirasakan atau
digambarkan bersifat menusuk.
R (Region/lokasi) : Region atau lokasi dimana keluhan nyeri tersebut
dirasakan
S (Skala Severity atau intensitas nyeri) : rasa nyeri yang dirasakan
pasien. Pengkajian ini dapat dilakukan berdasarkan skala nyeri dan
pasien menerangkan seberapa jauh rasa sakit memengaruhi
kemampuan fungsinya. Berat ringannya suatu keluhan nyeri bersifat
subyektif.
T (Time atau waktu lamanya serangan atau frekuensi nyeri) :
Pengkajian untuk mendeteksi berapa lama nyeri berlangsung, kapan,
apakah bertambah buruk pada malam hari atau siang hari (Biasanya
terjadi pada malam hari).
4. Penatalaksanaan nyeri
Menurut (Potter & Perry, 2010), cara untuk menurunkan nyeri
sendi yaitu dengan cara terapi farmakologi dan non-farmakologi.
Terapi farmakologi yaitu tindakan pemberian obat sebagai penurun
nyeri. Tindakan non farmakologi yaitu dengan berbagai terapi
komplementer diantaranya terapi senam, terapi tanaman herbal, dan
terapi kompres seperti terapi kompres jahe merah.
a. Kompres jahe merah
1) Pengertian kompres hangat jahe merah
Kompres hangat jahe merah adalah terapi
nonfarmakologis yang merupakan pemberian kompres
dengan rebusan jahe merah dengan air hangat (Hariana,
2013).
2) Tujuan
Kompres hangat jahe merah bertujuan mengurangi
nyeri, memperlancar sirkulasi darah, dan memberi rasa
hangat dan nyaman.
13
3) Manfaat
Kompres hangat jahe merah dapat menurunkan
skala nyeri pada pasien asam urat.
4) Indikasi
a) Pasien yang kedinginan (suhu tubuh yang rendah)
b) Pasien dengan penyakit peradangan, seperti radang
persendian antara lain gout arthritis, osteoarthritis,
dan rheumatoid arthritis.
c) Kekakuan otot
d) Pasien dengan perut kembung
5) Kontra indikasi
a) Trauma 12-24 jam pertama
b) Perdarahan
d) Gangguan pembuluh darah
e) Memar
6) Prosedur
Siapkan jahe merah sebanyak 20 gram dan air 200
ml, cuci jahe merah sampai bersih, tumbuk jahe merah
sampai halus, rebus jahe merah hingga mendidih dengan
suhu 40 °C , tuangkan rebusan air jahe merah kebaskom,
cuci tangan, balut air rebusan dan jahe dengan handuk,
peras sebelum digunakan untuk mengompres, setelah itu
lakukan kompres hangat jahe merah pada area nyeri
selama 20 menit, dilakukan dalam 7 hari.
7) Kandungan zat yang ada pada Jahe
Menurut (Setyaningrum, Hesti, & Saparinto, 2013)
Jahe merah memiliki peranan penting pada pencegahan
suatu penyakit terutama pada menurunkan peradangan
nyeri pada penderita sam urat. Kandungan aktif pada
jahe merah seperi minyak atsiri, gingerol, shogaol,
14
C. Keluarga
1. Definisi keluarga
(Friedman, 2010) mendefinisikan keluarga adalah suatu kelompok
individu didalam keluarga yang dapat menimbulkan, mencegah,
mengabaikan, atau memperbaiki masalah kesehatan dalam
kelompoknya sendiri. Jadi, keluarga memiliki peran utama dalam
pemeliharaan kesehatan seluruh anggota keluarganya. Masalah
15
2. Tipe Keluarga
Tipe keluarga menurut (Friedman, 2010) adalah :
a. Tipe Keluarga tradisional
1) The Nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga yang
terdiri atas suami, istri, dan anak, baik anak kandung
maupun anak angkat.
2) The dyad family (keluarga dyad), suatu rumah tangga yang
terdiri atas suami dan istri tanpa anak. Keluarga ini
mungkin belum mempunyai anak atau tidak mempunyai
anak.
3) Single parent, terdiri atas satu orang tua dengan anak
(kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
perceraian atau kematian.
4) Single adult, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu
orang dewasa. Tipe ini dapat terjadi pada seorang dewasa
yang tidak menikah atau tidak mempunyai suami.
5) Extended family, terdiri atas keluarga inti ditambah
keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek, dan
sebagainya. Tipe ini banyak dianut oleh keluarga Indonesia
terutama daerah pedesaan.
6) Middle-aged or elderly couple, orang tua yang tinggal
sendiri di rumah (baik suami/istri atau keduanya), karena
anak-anaknya sudah membangun karir sendiri atau sudah
menikah.
7) Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal
bersama atau saling berdekatan dan menggunakan barang-
barang pelayanan, seperti dapur dan kamar mandi yang
sama.
16
3. Struktur Keluarga
Menurut (Friedman, 2010) struktur keluarga terdiri dari :
a. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui
jalur ayah.
b. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur
garis ibu.
c. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama sedarah
ibu.
d. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama sedarah
suami.
e. Keluarga kawin adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
dari keluarga karena adanya hubungan suami istri.
4. Fungsi Keluarga
Menurut (Friedman, 2010), secara umum fungsi keluarga adalah
sebagai berikut :
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif berguna untuk memenuhi kebutuhan
psikologis.Keberhasilan fungsi ini tampak melalui keluarga yang
18
2. Diagnosis
Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis terhadap individu,
keluarga yang diperoleh melalui proses pengumpulan data dan analisis.
Diagnosa keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengkajian
terhadap adanya masalah didalam keluarga baik bersifat aktual, risiko
maupun sejahtera (Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia
[IPKKI], 2017).
Perumusan diagnosis dapat dituliskan dalam 3 komponen yaitu
Problem (P/Masalah) yang merupakan suatu pernyataan tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia oleh anggota keluarga, Etiologi
(E/Penyebab) yaitu suatu pernyataan yang dapat menyebabkan
masalah dengan mengacu pada lima tugas kesehatan keluarga dan Sign
& Symptom (S/Tanda & Gejala) yaitu sekumpulan data subjektif dan
objektif yang mendukung masalah dan penyebab (Suprajitno, 2014).
22
Skoring :
a. Tentukan skor dari masing-masing kriteria untuk setiap masalah
keperawatan yang terjadi
b) Batasan Karakteristik
Menurut (NANDA, 2018), Nyeri akut memiliki batasan
karakteriktik yaitu Perubahan selera makan, perubahan pada
parameter fisiologis, diaforesis, perilaku distraksi, bukti nyeri
dengan menggunakan standar periksa nyeri untuk pasien yang
tidak dapat mengungkapkannya, perilaku ekspresif, ekspresi wajah
nyeri, sikap tubuh melindungi, putus asa, fokus menyempit, sikap
melindungi area nyeri, perilaku protektif, laporan tentang
nyeri/perubahan aktivitas, dilatasi pupil, fokus pada diri sendiri,
keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri,
keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar
instrumen nyeri.
c) Faktor yang berhubungan
Menurut (NANDA, 2018), Faktor yang berhubungan dengan
nyeri akut yaitu agens cedera biologis, agens cedera kimiawi, dan
agens cedera fisik.
3. Perencanaan
Tahap perencanaan merupakan suatu proses penyusunan berbagai
intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, atau
mengurangi masalah-masalah klien dan keluarga (Ikatan Perawat
Kesehatan Komunitas Indonesia [IPKKI], 2017).
Perencanaan keperawatan pada keluarga dengan masalah
ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga berdasarkan (Nursing
Outcomes Classification (NOC), 2013) dan (Nursing Intervensi
Classification (NIC), 2013) yaitu :
a. TUK 1: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, keluarga mampu
mengenal masalah kesehatan
Kriteria hasil : Tingkat pemahaman tentang arthritis, pengobatan,
pencegahan, dan komplikasinya meningkat dari 2 (pengetahuan
terbatas) menjadi 4 (pengetahuan baik) dengan indikator :
25
1. Faktor penyebab
2. Tanda dan gejala awal penyakit
3. Strategi mengelola nyeri
4. Pilihan pengobatan
Intervensi :
1. Identifikasi tingkat pengetahuan keluarga tentang gout arthritis
dan nyeri
2. Berikan informasi mengenai gout arthritis dan nyeri meliputi
definisi, tanda gejala, penyebab, komplikasi, cara pencegahan,
dan cara perawatan dirumah.
b. TUK 2 : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, keluarga mampu
mengambil keputusan yang tepat terhadap masalah kesehatan.
Kriteria hasil : Kemampuan keluarga untuk membuat penilaian dan
keputusan diantara dua pilihan atau lebih meningkat dari skala 2
(banyak terganggu) menjadi 5 (tidak terganggu), dengan indikator :
1. Mengidentifikasi informasi yang relevan
2. Mengidentifikasi alternatif / pilihan
3. Mengidentifikasi sumber daya yang dibutuhkan untuk
mendukung setiap alternatif
Intervensi :
1. Berikan informasi yang dibutuhkan bagi keluarga untuk
membantu mereka membuat keputusan terkait
2. Libatkan anggota keluarga dan pasien dalam membuat
keputusan terkait perawatan klien
3. Dukung pengambilan keputusan dalam merencanakan perawatan
4. Ajarkan perencanaan perawatan pada keluarga terhadap anggota
keluarga yang sakit
c. TUK 3 : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, keluarga mampu
memberikan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit.
Kriteria hasil : Kapasitas keluarga untuk terlibat dalam pemberian
perawatan dan evaluasi perawatan yang diberikan oleh tenaga
26
4. Implementasi
Implementasi pada asuhan keperawatan keluarga dapat dilakukan
pada individu dan anggota keluarga lainnya. Implementasi yang
ditujukan pada individu meliputi tindakan keperawatan langsung,
kolaboratif dan pengobatan dasar, observasi, dan pendidikan kesehatan
(Riasmini & dkk, 2017).
Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup beberapa hal
seperti meningkatkan kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
masalah, membantu keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang
tepat, memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga
yang sakit, membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi sehat dan memotivasi keluarga untuk
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada (Ikatan Perawat Kesehatan
Komunitas Indonesia [IPKKI], 2017).
28
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses menilai kemajuan klien dan keluarga
terhadap pencapaian hasil dari tujuan keperawatan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Kegiatan evaluasi meliputi mengkaji kemajuan
status kesehatan individu dan keluarga, membandingkan respon
individu dan keluarga dengan kriteria hasil dan menyimpulkan hasil
kemajuan masalah serta kemajuan pencapaian tujuan keperawatan.
Tahapan evaluasi dapat dilakukan selama proses asuhan keperawatan
(evaluasi formatif) atau pada akhir pemberian asuhan keperawatan
(evaluasi sumatif) (Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia
[IPKKI], 2017).
Hasil asuhan keperawatan dapat diukur melalui perubahan fungsi
tubuh (keadaan fisik), afektif/psikologis, kognitif (pengetahuan) dan
psikomotor (perilaku kesehatan). Evaluasi disusun dengan
menggunakan pendekatan SOAP (Subjektif, Objektif, Anlisis dan
Planning) (Riasmini & dkk, 2017) :
S : Hal-hal yang dikemukan keluarga
O : Hal-hal yang ditemukan perawat dan dapat diukur
A : Analisis hasil yang telah dicapai
P : Perencanaan yang direncanakan kembali setelah mendapatkan
hasil dari respons keluarga pada tahapan evaluasi.
7