Anda di halaman 1dari 48

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Keluarga

1. Definisi Keluarga

Keluarga adalah unit yang paling kecil dari masyarakat yang

terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan

tinggal disuatu tempat dalam keadaan yang saling ketergantungan

(Depkes R.I.,1998; dikutip Padila, 2012). Sedangkan Menurut

Friedman (1998) dalam Harmoko (2012), keluarga merupakan

kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan

keterkaitan aturan dan emosional dan individu memiliki peran yang

merupakan bagian dari keluarga. Disimpulkan bahwa keluarga

adalah kumpulan orang yang terdiri dua orang atau lebih yang

diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi.

2. Struktur Keluarga

Ada beberapa struktur keluarga yang ada di Indonesia yang

terdiri dari bermacam- macam, menurut Padila (2012), diantaranya:


a. Patrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun

melalui jalur ayah.

b. Matrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah, dimana hubungan disusun melalui jalur ibu.

c. Matrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah ibu.

d. Patrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah ayah.

e. Keluarga Kawin

Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan

keluarga.

3. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (1998) dikutip Harmoko(2012), membagi

fungsi dasar keluarga sebagai berikut :

a. Fungsi afektif terdiri dari:


1) Pola kebutuhan keluarga yang berfungsi untuk

menggambarkan kebutuhan mereka.

2) Mengkaji gambaran diri anggota keluarga

3) Keterpisahan dan keterikatan

b. Fungsi sosialisasi yaitu apakah keluarga terdapat otonomi setiap

anggota keluarga, apakah saling ketergantungan, dan lain – lain.

c. Fungsi perawatan kesehatan yaitu sejauh mana keluarga sudah

mengenal masalah kesehatan.

d. Fungsi reproduksi dimana digunakan untuk mengkaji jumlah

anggota keluarga dan mengendalikan jumlah anggota keluarga.

e. Fungsi ekonomi yaitu sejauh mana keluarga memenuhi

kebutuhan pokok dalam keluarga dan memanfaatkan sumber

yang ada di masyarakat untuk meningkatkan status kesehatan

keluarga.

Menurut Friedman (1998) , tugas kesehatan keluarga

sebagai berikut:

1) Mengenal masalah kesehatan

2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tetap

3) Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit

4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat

5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat


4. Tahap - tahap perkembangan keluarga

Menurut Friedman (1998) dikutip Mubarak, dkk. (2006), tahap

perkembangan keluarga berdasarkan siklus kehidupan keluarga

terbagi atas 8 tahap:

a. Keluarga baru (beginning family), yaitu perkawinan dari

sepasang insan yang menandakan bermulanya keluarga

baru.

b. Keluarga sedang mengasuh anak (child bearing family), yaitu

dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30

bulan.

c. Keluarga dengan usia anak pra sekolah, yaitu kelurga dengan

anak pertama yang berumur 30 bulan sampai dengan 6 tahun.

d. Keluarga dengan anak usia sekolah, yaitu dengan anak pertama

berusia 13 tahun.

e. Keluarga dengan anak remaja, yaitu dengan usia anak pertam

13 tahun sampai dengan 20 tahun.

f. Keluarga dengan anak dewasa, yaitu keluarga dengan anak

pertama, meninggalkan rumah.

g. Keluarga usia pertengahan, yaitu dimulai ketika anak

terakhir meninggalakan rumah dan berakhir pada saat

pensiun.
h. Keluarga usia lanjut, tahap terakhir siklus kehidupan keluarga

dimulai dari salah satu pasangan memasuki masa pensiun, terus

berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dunia.

5. Tipe keluarga

Tipe keluarga yang dikutip Mubarak, dkk. (2006)

sebagai berikut :

a. Nuclear familyadalah keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu

dan anak yang tinggal dalam satu rumah.

b. Extended family adalah keluarga inti ditambah dengan sanak

saudara.

c. Reconstituted nuclear adalah pembentukan baru dari keluarga

inti melalui perkawinan kembali suami atau isteri.

d. Niddle age / aging couple dimana suami sebagai pencari uang,

isteri di rumah atau kedua-duanya bekerja di rumah.

e. Dyadic nuclear dimana suami isteri yang sudah berumur dan

tidak mempunyai anak, keduanya / salah satu bekerja di luar

rumah.

f. Single parent yaitu dimana satu orang tua sebagai akibat

perceraian.

g. Dual carrier dimana suami isteri atau keduanya orang karier dan

tanpa anak.

h. Commuter married dimana suami isteri atau keduanya orang

karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu.


i. Single adult dimana wanita atau pria dewasa yang tinggal

sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk kawin.

j. Three generation adalah dimana dari tiga generasi atau lebih

tinggal dalam satu rumah.

k. Institusionalyaitu anak- anak atau orang- orang dewasa tinggal

dalam suatu panti- panti.

l. Communal adalah satu rumah terdiri dari dua atau lebih

pasangan yang monogamy dengan anak- anaknya dan bersama-

sama dalam penyediaan fasilitas.

m. Group marriage dimana satu perumahan terdiri dari orang tua

dan keturunannya di dalam satu kesatuan.

n. Unmarried parent and child dimana ibu dan anak yang

perkawinannya tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.

o. Cohibing couple dimana dua orang atau satu pasangan yang

tinggal bersama tanpa kawin.

B. Diabetes Mellitus

1. Definisi

Diabetes mellitusadalah sekelompokpenyakitmetabolik yang

ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah

(hiperglikemia) akibat cacat pada sekresi insulin, kerja insulin


, atau kedua –keduanya(American Diabetes Association[ADA],

2009) dikutip (Smeltzer & Bare, 2010).

2. Klasifikasi DM

Berdasarkan WHO ( World Health Association) yang

dikutipMahendra, dkk. (2008), DM dibagi menjadi dua kelas, yaitu:

a. Kelas Klinis

Kelas klinis dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.

1) Diabetes mellitus

a) DM tipe I ( DM tergantung insulin/ DMTI ) =

insulin dependent DM/ IDDM

Kelompok ini adalah penderita penyakit DM yang

sangat tergantung pada suntikan insulin. Tipe ini

disebabkan oleh kerusakan pankreas sehingga terjadi

kekurangan insulin absolut. Penderita IDDM tergantung

pada terapi insulin selama hidupnya dan tidak dianjurkan

mengonsumsi obat antidiabetik oral.

b) DM tipe II ( DM tidak tergantung insulin/ DMTTI)= non

insulin dependent DM= NIDDM

Kelompok DM tipe II tidak tergantung insulin. DM

tipe 2 terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin

(retensi insulin) atau akibat penurunan produksi insulin.


Normalnya insulin terikat oleh reseptor khusus pada

permukaan sel dan mulai terjadi rangkaian reaksi termasuk

metabolismeglukosa. Pada diabetes tipe 2 reaksi dalam sel

kurang efektif karena kurangnya insulin yang berperan

dalam menstimulasi glukosa masuk ke jaringan dan

pengaturan pelepasan glukosa dihati.

DM tipe 2 banyak terjadi pada usia lebih dari 45

tahun, karena berkembang lambat dan terkadang tidak

terdeteksi, tetapi jika gula darah tinggi baru dapat

dirasakan seperti kelemahan, iritabilitas, poliuria,

polidipsi, proses penyembuhan luka yang lama, dan

kelainan penglihatan.

Penderita diabetes NIDDM umumnya disertai

dengan kegemukan. Pengobatan yang diutamakan dengan

perencanaan menu makanan yang baik dan latihan jasmani

secara teratur. Tipe ini disebabkan oleh pankreas yang

relatif cukup menghasilkam insulin, tetapi insulin yang

ada bekerja kurang sempurna karena adanya resistensi

insulin akibat kegemukan.

Faktor resiko DM tipe 2:

1. Usia > 45 tahun

2. Berat badan lebih dari berat badan ideal


3. Hipertensi

4. Riwayat keturunan DM

5. Ibu melahirkan bayi >4000 gram

6. Kolesterol HDL

7. Kurang aktivitas fisik

8. Pernah diabetes sewaktu hamil

c) DM terkait malnutrisi (DMTM) = malnutrition related DM

(MRDM)

d) Diabetes mellitus tipe lain yang berhubungan dengan

keadaan atau sindroma tertentu.

2) Gangguan toleransi glukosa (GTG)

3) DM pada kehamilan

b. Kelas risiko statistik

Orang- orang yang termasuk dalam kelas ini antara lain:

1) Toleransi glukosa pernah abnormal

2) Kedua orang tua mengidap DM, dan

3) pernah melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4 kg.

3. Etiologi dan Faktor risiko

Penyebab penyakit ini belum diketahui secara lengkap dan

menurut Tarwoto, dkk. (2011), kemungkinan faktor penyebab dan

faktor risiko penyakit DM diantaranya:


a. Riwayat keturunan dengan diabetes

b. Lingkungan seperti virus (cytomegalovirus, mumps, rubella)

yang dapat memicu terjadinya autoimun dan

menghancurkan sel- sel beta pankreas, obat- obatan dan zat

kimia.

c. Usia diatas 45 tahun.

d. Obesitas,

e. Etnik ( golongan manusia berdasarkan kebiasaan, adat

istiadat dan budaya).

f. Hipertensi

g. HDL kolesterollebih dari atau sama dengan 35 mg/dl, atau

trigiserida lebih dari 250 mg/dl.

h. Riwayat gestasional DM

i. Kebiasaan diet.

j. Kurang olah raga.

4. Patofisiologi

Menurut Rendy& Margareth (2012) patofisiologi tentang

diabetes mellitus yaitu:

Penyakit diabetes mellitus disebabkan oleh gagalnya hormon

insulin. Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat

diubah menjadi glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan


terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi,

karena batas untuk gula darah adalah 180 mg % sehingga apabila

terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak menyaring dan mengabsorbsi

sejumlah glukosa darah maka semua kelebihan dikeluarkan

bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan

glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine yang disebut

poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra seluler,yang akan

merangsang haus terus menerus sehingga pasien akan minum terus

yang disebut polidipsi.

Produksi insulin kurang akan menyebabkan menurunnya

transport glukosa ke sel- sel sehingga kekurangan simpanan

karbohidrat, lemak dan protein. Maka klien akan merasa lapar

sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia.

Banyak lemak yang dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat

dalam darah yang menyebabkan keasaman darah meningkat atau

asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu banyak hingga

tubuh berusaha mengeluarkan melalui urine dan pernapasan,

akibatnya bau urine dan napas penderita berbau aseton. Keadaan

asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi koma yang

disebut koma diabetik.


5. Tanda dan gejala diabetes mellitus

Tanda dan gejala diabetes mellitus yang dikemukakan oleh

Tarwoto, dkk. (2011) sebagai berikut.

a. Sering kencing, miksi (poliuria).

b. Meningkatnya rasa haus (polidipsi)

c. Meningkatnya rasa lapar (polipagia)

d. Penurunan berat badan

e. Kelainan pada mata, penglihatan kabur

f. Kulit gatal, infeksi kulit, gatal- gatal sekitar penis dan vagina

g. Ketonuria

h. Kelemahan dan keletihan

i. Terkadang tanpa gejala.


6. Pathway

DM tipe I DM tipe II

Reaksi Idiopatik, usia,


autoimun genetic, dll

Sel b pancreas hancur Jumlah sel b pancreas menurun

Defisiensi insulin

Metabolism protein meningkat


hiperglikemia Lipolisis meningkat

Gliserol
Penurunan BB asam lemak bebas
polipagia
meningkat

Glukosuria
Diuresis osmotic Glukoneogenesis
Kehilangan elektrolit urin Ketogenesis

Kehilangan cairan hipotonik

Polidipsi Hiperosmolaritas Ketoasidosis Ketonuria

Koma

Gambar 2.1 Pathway DM


Dikutip Rendi &Margareth (2012)
7. Komplikasi

Menurut Rendi &Margareth (2012), beberapa komplikasi dari

Diabetes Mellitus adalah

a. Akut

1) Hipoglikemia dan hiperglikemia

2) Penyakit makrovaskuler: mengenai pembuluh darah

besar, penyakit jantung koroner.

3) Penyakit mikrovaskuler: mengenai pembuluh darah

kecil, retinopati, nefropati.

4) Neuropati saraf sensori berpengaruh pada ekstremitas,

saraf otonom berpengaruh pada gastrointestinal,

kardiovaskuler.

b. Komplikasi menahun diabetes mellitus

1) Neuropati diabetik ( kerusakan saraf perifer)

Kerusakan saraf melalui mekanisme yang berbeda,

termasuk kerusakan langsung oleh hiperglikemia dan

penurunan aliran darah ke saraf dengan merusak pembuluh

darah kecil. Kerusakan saraf ini dapat menyebabkan

hilangnya sensorik, kerusakan anggota badan, dan impotensi

pada pria diabetes.


Diagnosis ini dibuat oleh pengakuan awal gejala pasien dan

penyedia layanan kesehatan serta dengan pemeriksaan yang

cermat oleh penyedia layanan kesehatan secara berkala.

2) Retinopati diabetik (kerusakan saraf retina)

Merupakan penyebab utama kebutaan dan cacat visual.

Hal ini disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah kecil

pada lapisan belakang mata, retina, menyebabkan hilangnya

progresif penglihatan, bahkan kebutaan.

Diagnosis perubahan awal pembuluh darah retina dapat

dilakukan melalui pemeriksaan mata secara teratur.

3) Nefropati diabetik(kerusakan fungsi ginjal)

Penyakit ginjal diabetes juga disebabkan oleh

kerusakan pembuluh darah kecil diginjal. Hal ini dapat

menyebabkan gagal ginjal, dan akhirnya menyebabkan

kematian.

Diagnosis ini dapat dilakukan dengan tes urine sederhana

untuk protein serta tes darah untuk fungsi ginjal.

4) Proteinuria

5) Kelainan koroner (kerusakan pada ginjal)

6) Disfungsi erektil diabetika


6) Ulkus/ gangren

Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:

a) Grade 0 : tidak ada luka

b) Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan

kulit

c) Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang

d) Grade III : terjadi abses

e) Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal

f) Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai

bawah distal

8. Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaan klien DM, menurut Tarwoto, dkk.

(2011), untuk mengontrol gula darah, ada lima faktor penting yang

harus diperhatikan yaitu:

a. Asupan makanan atau managemen diet

Prinsip diit DM, adalah:

1) Jumlah sesuai kebutuhan

2) Jadwal diet ketat

3) Jenis: boleh dimakan / tidak

Diit DM sesuai dengan paket- paket yang telah disesuaikan

dengan kandungan kalorinya.


1) Diit DM I : 1100 kalori

2) Diit DM II : 1300 kalori

3) Diit DM III : 1500 kalori

4) Diit DM IV : 1700 kalori

5) Diit DM V : 1900 kalori

6) Diit DM VI : 2100 kalori

7) Diit DM VII : 2300 kalori

8) Diit DM VIII : 2500 kalori

Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu

gemuk.

Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita yang berat

badan normal.

Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes

remaja, atau diabetes komplikasi.

Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari –

hariuntuk penderita DM yang bekerja biasa adalah:

1) Kurus : BB x 40-60 kalori sehari

2) Normal : BB x 30 kalori sehari

3) Gemuk : BB x 20 kalori sehari

4) Obesitas : BB x 10-15 kalori sehari

Komposisi nutrisi pada diit DM adalah sebagai berikut:

1) Kebutuhan kalori
Kebutuhan kalori tergantung dari BB (kurus, ideal, obesitas),

jenis kelamin, usia, aktivitas fisik. Untuk menentukan jumlah

kalori dipakai rumus Broca, yaitu:

BB Idaman = (TB(cm) – 10%

Ketentuan:

a) BB kurang = < 90% BB idaman

b) BB normal = 90-110% BB idaman

c) BB lebih = 110-120% BB idaman

d) Gemuk = > 120% BB idaman

2) Kebutuhan karbohidrat

Karbohidrat merupakan komponen terbesar dari kebutuhan

kalori tubuh, yaitu sekitar 50% - 60%.

3) Kebutuhan protein

Untuk adekuatnya cadangan protein, diperlukan kira – kira

10% - 20% dari kebutuhan kalori atau 0,8 g/kg/hari.

4) Kebutuhan lemak

Kebutuhan lemak kurang dari 30% dari total kalori,

sebaiknya dari lemak nabati dan sedikit dari lemak hewani.

5) Kebutuhan serat

Serat dibutuhkan sekitar 20-35 g perhari dari berbagai bahan

makanan atau rata – rata 25 g/hari.

b. Latihan fisik atau exercise


Latihan fisik bagi penderita DM sangat dibutuhkan, karena pada

saat latihan fisik energi yang dipakai adalah glukosa dan asam

lemak bebas. Latihan fisik bertujuan:

1) Menurunkan gula darah dengan meningkatkan metabolisme

karbohidrat.

2) Menurunkan berat badan dan mempertahankan berat badan

normal.

3) Meningkatkan sensitifitas insulin

4) Meningkatkan kadar HDL (high density lipoprotein) dan

menurunkan trigliserida.

5) Menurunkan tekanan darah

Jenis latihan fisik diantaranya adalah olahraga seperti latihan

aerobic, jalan, lari, bersepeda, renang.

Yang peru diperhatikan dalam latihan fisik pasien DM adalah

frekuensi, intensitas, durasi waktu, dan jenis latihan.

c. Obat- obatan penurun gula darah

Jenis obat – obatan antidiabetik oral (Tarwoto, dkk. 2012)

diantaranya:

1) Tablet OAD ( Oral Antidiabetik)

a) Mekanisme kerja sulfanilurea: bekerja dengan merangsang

beta sel pankreas untuk melepaskan cadangan insulinnya.

Yang termasuk obat jenis ini adalah Glibenklamid,

Tolbutamid, Klorpropamid.
b) Mekanisme kerja biguanida: bekerja dengan menghambat

penyerapan glukosa di usus, misalnya mitformin,

glikophage.

2) Insulin

a) Indikasi penggunaan insulin

(a) DM tipe I

(b)DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat

dengan OAD

(c) DM kehamilan

(d) DM dan gangguan faal hati yang berat

(e) DM dan infeksi akut (selulitis,gangren)

(f) DM dan TBC paru akut

(g) DM dan koma lain pada DM

(h) DM operasi

(i) DM patah tulang

(j) DM dan underweight

(k) DM dan penyakit graves

b) Pemberian hormon insulin

Pasien dengan DM tipe I tidak mampu memproduksi

insulin dalam tubuhnya, sehingga sangat tergantung pada

pemberian insulin. Berbeda dengan DM tipe II yang tidak

tergantung suntik insulin, tetapi memerlukannya sebagai


pendukung untuk menurunkan glukosa darah dalam

mempertahankan hidupnya.

Tujuan pemberian insulin adalah meningkatkan transport

glukosa ke dalam sel dan menghambat konversi

glikogen dan asam amino menjadi glukosa.

(1) Beberapa cara pemberian insulin

(a) Suntikan insulin subkutan

Insulin reguler mencapai puncak kerjanya pada 1-4

jam, sesudah suntikan subcutan, kecepatan absorbsi

ditempat suntikan tergantung pada beberapa faktor

antara lain :

- Lokasi suntikan

Ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yaitu

dinding perut, lengan, dan paha. Dalam

memindahkan suntikan (lokasi) janganlah

dilakukan setiap hari tetapi lakukan rotasi tempat

suntikan setiap 14 hari, agar tidak memberi

perubahan kecepatan absorbsi setiap hari.

- Pengaruh latihan pada absorbsi insulin.

Latihan akan mempercepat absorbsi apabila

dilaksanakan dalam waktu 30 menit setelah

suntikan insulin karena itu pergerakan otot yang


berarti,hendaklah dilaksanakan 30 menit setelah

suntikan.

- Pemijatan (massage)

Pemijatan juga akan mempercepat absorpsi

insulin.

- Suhu

Suhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi uap)

akan mempercepat absorpsi insulin.

- Dalamnya suntikan

Makin dalamsuntikan makin cepat puncak kerja

insulin dicapai. Ini berarti suntikan intramuskular

akan lebih cepat efeknya daripada subcutan.

- Konsentrasi insulin

Apabila konsentrasi insulin berkisar 40-100 U/ml,

tidak terdapat perbedaan absorpsi. Tetapi apabila

terdapat penurunan dari u-100 ke u-10 maka efek

insulin dipercepat.

(b) Suntikan intramuskular dan intravena

Suntikan intramuskular dapat digunakan pada koma

diabetik atau pada kasus-kasus dengan degradasi

tempat suntikan subcutan. Sedangkan suntikan

intravena dosis rendah digunakan untuk terapi koma

diabetik.
(c) Cangkok pankreas

Pendekatan terbaru untuk cangkok pankreas adalah

segmental dari donor hidup saudara kembar identik.

d. Pendidikan kesehatan

Hal penting yang harus dilakukan pada pasien dengan DM

adalah pendidikan kesehatan. Beberapa hal penting yang perlu

disampaikan pada pasien DM adalah:

1) Penyakit DM yang meliputi pengertian, tanda dan gejala,

penyebab, patofisiologi dan tes diagnosis.

2) Diet atau management diet pada pada pasien DM.

3) Aktivitas sehari – hari termasuk latihan dan olahraga.

4) Pencegahan terhadap komplikasi DM diantaranya

penatalaksanaan hipoglikemia, pencegahan terjadi gangren

pada kaki dengan latihan senam kaki.

5) Pemberian obat – obatan DM dan tata cara injeksi insulin

6) Cara monitoring dan pengukuran glukosa darah secara

mandiri.

e. Monitoring gula darah

Pasien dengan DM perlu diperkenalkan tanda dan gejala

hiperglikemia serta yang paling penting adalah bagaimana

monitor glukosa darah secara mandiri. Pemeriksaan glukosa

darah dapat dilakukan secara mandiri dengan menggunakan


glukometer. Pemeriksaan ini penting untuk memastikan glukosa

darah dalam keadaan stabil.

9. Pencegahan

Cara mencegah dan mengelola penyakit diabetes mellitus

yang dikemukakanMahendra, dkk. (2008), yaitu:

1. Mengatur pola makan sehat

2. Berolahraga secara teratur

3. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol

4. Menurunkan berat badan

5. Menghindari stress.

C. Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Pengkajian

Pengkajian keluarga model Friedman (1998) yang diaplikasikan

pada masalah dengan Diabetes Mellitus dikutip Harmoko(2012),

meliputi:

a. Data Umum

Yang perlu dikaji adalah jenis kelamin, umur, pendidikan.

Pada pengkajian pendidikan diketahui bahwa pendidikan


berpengaruh pada kemampuan dalam pengelolaan diabetes dan

pandangan pasien mengenai perawatan sendiri diabetes. Pada

pengkajian umur diketahui bahwa faktor usia berpengaruh pada

diabetes mellitus dan usia dewasa (> 40 tahun) adalah resiko

tinggi untuk DM.

b. Genogram

Dengan adanya genogram dapat diketahui faktor genetik atau

faktor bawaan yang sudah ada pada diri manusia untuk

timbulnya diabetes mellitus. Dan diketahui bahwa diabetes

mellitus adalah penyakit autoimun yang ditentukan secara

genetik.

c. Status Sosial

Status sosial ekonomi keluarga dapat dilihat dari pendapatan

kepala keluarga maupun dari anggota keluarga lainnya dan

kebutuhan – kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga. Pada

pengkajian status sosial ekonomi diketahui bahwa tingkat sosial

ekonomi berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang.

Dampak dari ketidakmampuan keluarga membuat seseorang

enggan memeriksakan diri ke dokter dan fasilitas kesehatann

lainnya.
d. Riwayat Kesehatan

Yang perlu dikaji mengenai riwayat kesehatan masing –

masing anggota keluarga dan apakah dari anggota keluarga

tersebut ada yang mempunyai penyakit keturunan. Karena

sebagaimana telah diketahui bahwa diabetes mellitus juga

merupakan salah satu dari penyakit keturunan, disamping itu

juga perlu dikaji tentang perhatian keluarga terhadap

pencegahan penyakit, sumber pelayanan kesehatan yang biasa

digunakan keluarga serta pengalaman – pengalaman terhadap

pelayanan kesehatan.

e. Karakteristik Lingkungan

Yang perlu dikaji dari karakteristik lingkungan adalah

karakteristik rumah, tetangga dan komunitas, geografis keluarga,

sistem pendukung keluarga dimana karakteristik rumah dan

penataan lingkungan yang kurang pas dapat menimbulkan suatu

cidera, karena pada penderita diabetes mellitus bila mengalami

suatu cidera atau luka biasanya sulit sembuh.

f. Fungsi Keluarga

1) Fungsi Afektif

Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran dari anggota

keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam anggota

keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga dan


bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling

menghargai. Semakin tinggi dukungan keluarga terhadap

anggota keluarga yang sakit, semakin mempercepat

kesembuhan penyakitnya. Fungsi ini merupakan basis sentral

bagi pembentukan dan kelangsungan unit keluarga. Fungsi

ini berkaitan dengan persepsi keluarga terhadap kebutuhan

emosional para anggota keluarga. Apabila kebutuhan ini

tidak terpenuhi akan mengakibatkan ketidakseimbangan

keluarga dalam mengenal tanda – tanda gangguan kesehatan

selanjutnya.

2) Fungsi Keperawatan

a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal

masalah kesehatan sejauh mana keluarga mengetahui

fakta – fakta dari masalah kesehatan yang meliputi

pengertian, faktor penyebab, tanda dan gejala serta

mempengaruhi keluarga terhadap masalah, kemampuan

keluarga dapat mengenal masalah, tindakan yang

dilakukan oleh keluarga akan sesuai dengan tindakan

keperawatan, karena diabetes mellitus memerlukan

perawatan yang khusus yaitu mengenai pengaturan

makannya.
b) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil

keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat.

Yang perlu dikaji adalah bagaimana keluarga mengambil

keputusan yang tepat apabila anggota keluarga terserang

diabetes mellitus.

c) Untuk mengetahui sejauh mana keluarga merawat anggota

keluarga yang sakit. Yang perlu dikaji sejauh mana

keluarga mengetahui keadaan penyakitnya dan cara

merawat anggota keluarga yang sakit diabetes mellitus.

d) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga

memelihara lingkungan rumah yang sehat. Yang perlu

dikaji bagaiman keluarga mengetahui keuntungan atau

manfaat pemeliharaan lingkungan kemampuan keluarga

untuk memodifikasi lingkungan akan dapat mencegah

kekambuhan dari pasien diabetes mellitus.

e) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga

menggunakan fasilitas kesehatan yang akan mendukung

terhadap kesehatan seseorang.

3) Fungsi Sosialisasi

Pada kasus penderita DM yang sudah mengalami

komplikasi seperti ganggren, dapat mengalami gangguan


fungsi sosial baik di dalam keluarga maupun didalam

komunitas sekitar keluarga.

4) Fungsi Reproduksi

Pada penderita diabetes mellitus perlu dikaji riwayat

kehamilannya untuk mengetahui adanya tanda – tanda

diabetes mellitus gestasional, karena diabetes gestasional

terjadi pada saat kehamilan. Pada pria juga perlu dikaji

kemungkinan terjadi gangguan reproduksi seperti

disfungsional ereksi, kecendurungan yang terjadi pada

penderita DM.

5) Fungsi Ekonomi

Status ekonomi keluarga sangat mendukung terhadap

kesembuhan penyakit. Biasanya karena faktor ekonomi orang

segan untuk mencari pertolongan dokter ataupun petugas

kesehatan lainnya.

g. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum: penampilan, tanda vital, kesadaran, TB, BB.

Kulit : Keadaan kulit, warna, turgor, edema, lesi, memar,

luka.

Kepala : kondisi rambut, warnanya, apa ada ketombe.


Mata : pupil,warna sclera, konjungtiva, pandangan kabur

atau tidak

Hidung : apa ada polip, peradangan penciuman

Telinga : apa ada cairan keluar telinga, peradangan nyeri

Mulut : kondisi mulut gigi, mukosa mulut & bibir, apa ada

gangguan menelan

Leher : kondisi leher, kelenjar tiroid.

Dada : bentuk dada, frekuensi napas, apa ada bunyi

Abdomen : apa ada asites, kembung, bisis usus, dan nyeri

tekan.

2. Perumusan Diagnosa

a. Defisiensi pengetahuan proses penyakit berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenali masalah anggota keluarga

dengan DM.

Data subyektif: Keluarga mengatakan belum mengenal tentang

pengertian, penyebab, dan tanda gejala DM.

1) Keluarga mengatakan klien merasa

kesemutan.

2) Keluarga mengatakan klien sering buang

air kecil.
3) Keluarga mengatakan klien merasa lemas

Data obyektif:
1) Klien terlihat bingung

2) Klien tampak bertanya tentang diabetes mellitus

b. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenali masalah anggota

keluarga dengan DM.

Data subyektif : Keluarga mengatakan belum mengenal masalah

kebutuhan nutrisi yang dialami anggota

keluarganya dengan DM.

1) Keluarga mengatakan klien merasa berat

badan turun.

2) Keluarga mengatakan klien merasa sering

merasa lapar.

3) Keluarga mengatakan mukosa bibir klien

pucat.

Data obyektif:

1) Kulit klien tampak kering dan bersisik

2) Indeks Massa Tubuh klien < 18,5 kg/m2

3) Konjungtiva klien tampak anemis


c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan

DM.

Data subyektif: Keluarga mengatakan belum mengetahui cara

merawat luka klien dengan DM.

1) Keluarga mengatakan luka klien tidak

sembuh

Data obyektif:

1) Adanya luka

d. Resiko glukosa tidak stabil denganfaktor resiko kurang

kepatuhan managemen diit berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga

dengan DM.

Data subyektif: Keluarga mengatakan belum mengetahui

cara merawat anggota keluarga untuk

mencegah glukosa tidak stabil akibat DM.

1) Keluarga mengatakan klien merasa lemas.

2) Keluarga klien mengatakan klien merasa

pandangan kabur.
Data obyektif:

1) GD puasa > 126 mg/ dl atau GD 2 jam pp >

200 mg/ dl. (Busta, p. 108)

2) Suhu > 36, 50 C

e. Disfungsi seksual: ketidakmampuan mencapai kepuasan yang

diharapkan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

mengenali masalah anggota keluarga dengan DM.

Data subyektif : Keluarga mengatakan belum mengenal tentang

pengertian disfungsi seksual.

Data obyektif : Klien tampak kurang percaya diri.

Sebelum menentukan diagnoasa keperawatan tentu harus

menyusun prioritas masalah dengan menggunakan proses

skoring.
Gambar 2.1

Proses skoring masalah keperawatan keluarga.

No Kriteria Skor Bobot

1 Sifat masalah 1
- Tidak atau kurang sehat 3
- Ancaman kesehatan 2
- Krisis atau keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2
- Dengan mudah 2
- Hanya sebagian 1
- Tidak dapat 0
3 Potensial masalah dapat dicegah 1
- Tinggi 3
- Cukup 2
- Rendah 1
4 Menonjolnya masalah 1
- Masalah berat, harus segera 2
ditangani.
- Ada masalah, tetapi tidak perlu 1
segera ditangani.
- Masalah tidak dirasakan. 0

Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan

dengan cara berikut ini :

1) Tentukan skor untuk setiap kriteria yang telah dibuat.

2) Selanjutnya skor dibagi dengan angka tertinggi yang

dikalikan dengan bobot.


Skor = Bobot

Angka Tertinggi

4) Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria, skor tertinggi adalah 5,

sama dengan seluruh bobot.

3. Perencanaan

a.Defisinsi pengetahuan proses penyakit berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenali masalah anggota keluarga

dengan DM.

Tujuan : Setelah melakukan tindakan keperawatan, keluarga

dapat mengetahuitentang Diabetes mellitus,

meliputi: pengertian, penyebab, tanda dan gejala,

komplikasi.

Kriteria : Keluarga dapat menilai tanda dan gejala DM yang

terjadi pada penderita

Standar : Keluarga mengetahui pengertian DM adalah

sekumpulan gejala yang timbul, ditandai dengan

kadar gula darah yang melebihi normal akibat tubuh

kekurangan insulin,(Mahendra, dkk. 2008).

Penyebab DM adalah riwayat keturunan diabetes,

kurang olah raga, obesitas. Tanda dan gejala adalah

poliuria, poliphagia, polidipsi. Komplikasinya


adalah kerusakan saraf perifer, retina dan adanya

luka yang sukar sembuh.

Menurut Nurafif & Hardhi (2013), intervensi dengan diagnosa

a. Defisiensi pengetahuan proses penyakit berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenali masalah anggota keluarga

dengan DM sebagai berikut:

1) Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga

2) Berikan gambaran tanda dan gejala yang biasa

muncul pada penyakit

3) Diskusikan penanganan pada penderita DM

4) Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi

b.Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenali masalah anggota keluarga

dengan DM.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga

dapat mengetahui perubahan nutrisi yang terjadi

pada anggota keluarga dengan Diabetes mellitus.

Kriteria : Keluarga dapat mengerti adanya peningkatan berat

badan yang ideal sesuai dengan tinggi badan.


Standar : Berat Badan Normal (BBR): BB (kg) x 100%

TB (cm) – 100

Kurus : BBR < 90 %

Normal (ideal) : BBR 90– 110%

Gemuk : BBR > 110 %

Obesitas : BBR > 120 %

(Rendi & Margareth 2012)

Menurut Nurafif & Hardhi (2013), intervensi dengan diagnosa

perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenali masalah anggota keluarga

dengan DM sebagai berikut:

1) Anjurkan keluarga untuk meningkatkan protein

dan vitamin C.

2) Diskusikan dengan keluarga mengenai diit yang

dibutuhkan klien mengandung kalori tinggi.

3) Ajarkan keluarga untuk memonitor adanya

penurunan berat badan.

4) Berikan informasi kepada keluarga tentang

kebutuhan nutrisi dalam sehari


c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan

DM.

Tujuan : Setelah melakukan tindakan keperawatan, keluarga

dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap

anggota keluarga yang mengalami integritas kulit

akibat Diabetes Melitus.

Kriteria : Sejauhmana keluarga mengetahui tentang grade

luka DM dan cara perawatan luka DM.

Standar : Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:

a) Grade 0 : tidak ada luka

b) Grade I : kerusakan hanya sampai pada

permukaan kulit

c) Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan

tulang

d) Grade III : terjadi abses

e) Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal

f) Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan

tungkai bawah distal

Cara Perawatan luka: lakukan perawatan luka

dengan steril.
Bersihkan area sekitar luka menggunakan lidi kapas

steril setelah itu kalau luka bersih pada luka diberi

kapas yang dibasahi dengan NaCl kalau tidak ada

bisa dengan revanol lalu ditutup dengan perban

supaya tidak terkena debu.

Menurut Nurafif & Hardhi (2013), intervensi dengan diagnosa

kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga merawat anggota keluarga dengan DMsebagai berikut:

1) Ajak keluarga untuk memonitor kulit akan adanya

kemerahan atau luka baru lagi.

2) Diskusikan dengan keluarga untuk menjaga

kebersihan kulit klien agar tetap bersih dan

kering.

3) Ajarkan keluarga untuk membersihkan,

memantau, dan meningkatkan proses

penyembuan pada luka klien.

4) Ajarkan keluarga untuk mengganti balutan luka

dengan benar.

d. Resiko glukosa tidak stabil denganfaktor resiko kurang

kepatuhan managemen diit berhubungan dengan kadar glukosa

tinggi karena ketidakmampuan keluarga merawat anggota

keluarga dengan DM.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, keluarga

dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap

anggota keluarga yang mengalami resiko distruksi

jaringan dan peningkatan paparan lingkungan

terhadap pathogenakibat kadar glukosa tinggi.

Kriteria : Keluarga dapat mengetahui tentang pengertian

resiko glukosa tidak stabil kurang kepatuhan

managemen diit terjadi pada penderita DM.

Standart : Pengaturan makan (diet) merupakan komponen

utama keberhasilan pengelolaan diabetes mellitus,

akan tetapi mempunyai kendala yang sangat besar

yaitu kepatuhan seseorang untuk

menjalaninya.Potter, Patricia A., & Perry, Anne G.

(2005).

Menurut Nurafif & Hardhi (2013), intervensi dengan diagnosa

Resiko glukosa tidak stabil denganfaktor resiko kurang

kepatuhan managemen diit berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan

DM sebagai berikut:

1) Diskusikan dengan keluarga untuk penanganan

DM

2) Anjurkan klien dan keluarga untuk mengatur diit


3) Ajarkan keluargadan klien untuk mengatur diit

yang boleh dikonsumsi

4) Anjurkan keluarga dan klien untuk untuk

mengatur diit yang harus dihindari.

e. Disfungsi seksual: ketidakmampuan mencapai kepuasan yang

diharapkan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

mengenali masalah anggota keluarga dengan DM.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, keluarga

dapat mengetahui disfungsi seksual yang terjadi

pada anggota keluarga akibat Diabetes Melitus.

Kriteria : Keluarga dapat mengetahui tentang pengertian

disfungsi seksual.

Standart : Disfungsi seksual adalah kondisi yang ditandai

dengan individu mengalami perubahan fungsi

seksual selama fase respon seksual hasrat,

terangsang, dan / atau orgasme yang dipandang tidak

memuaskan, tidak berharga atau tidak

adekuat( Nurafif & Hardhi, 2013).

Menurut Nurafif & Hardhi (2013), intervensi dengan diagnosa

disfungsi seksual: ketidakmampuan mencapai kepuasan yang

diharapkan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga


mengenali masalah anggota keluarga dengan DM sebagai

berikut:

1) Anjurkan keluarga klien menyediakan privasi

dan kerahasiaan.

2) Diskusikan dengan keluarga efek dari situasi

penyakit.

3) Diskusikan tingkat pengetahuan pasien tentang

penurunan fungsi seksual.

4) Diskusikan diperlukan, modifikasi dalam

aktivitas seksual.

4. Implementasi

Implementasi yang dilakukan pada asuhan keperawatan

keluarga dengan Diabetes Mellitus, yaitu :

a. Defisiensi pengetahuan proses penyakit volume cairan

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenali

masalah anggota keluarga dengan DM.

1)Mengkaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga

2) Memberikan gambaran tanja dan gejala yang biasa muncul

pada penyakit
3) Mendiskusikan penanganan pada penderita DM

4) Menyediakan informasi pada pasien tentang kondisi

b. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenali masalah anggota keluarga

dengan DM.

1) Menganjurkan keluarga untuk meningkatkan protein dan

vitamin C.

2) Mendiskusikan dengan keluarga mengenai diit yang

dibutuhkan klien mengandung kalori tinggi.

3) Mengajarkan keluarga memonitor adanya penurunan berat

badan.

4) Memberikan informasi kepada keluarga tentang kebutuhan

nutrisi dalam sehari.

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga merawat anggota keluarga dengan DM.

1) Mengajak keluarga untuk memonitor kulit akan adanya

kemerahan atau luka baru lagi.

2) Mendiskusikan dengan keluarga untuk menjaga kebersihan

kulit klien agar tetap bersih dan kering.


3) Mengajarkan keluarga untuk membersihkan, memantau, dan

meningkatkan proses penyembuan pada luka klien.

4) Mengajarkan keluarga untuk mengganti balutan luka dengan

benar.

d. Resiko glukosa tidak stabil dengan faktor resiko kurang

kepatuhan managemen diit berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan

DM.

1) Mendiskusikan dengan keluarga untuk penanganan DM

2) Menganjurkan klien dan keluarga untuk mengatur diit

3) Mengajarkan keluarga dan klien untuk mengatur diit yang

boleh dikonsumsi

4) Menganjarkan keluarga dan klien untuk untuk mengatur

diit yang harus dihindari.

e. Disfungsi seksual: ketidakmampuan mencapai kepuasan yang

diharapkan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

mengenali masalah anggota keluarga dengan DM.

1) Menganjurkan keluarga klien menyediakan privasi dan

kerahasiaan.

2) Mendiskusikan dengan keluarga efek dari situasi penyakit.


3) Mendiskusikan tingkat pengetahuan pasien tentang

penurunan fungsi seksual.

4) Mendiskusikan diperlukan, modifikasi dalam aktivitas

seksual.

5. Evaluasi

Evaluasi yang diharapkan pada asuhan keperawatan keluarga

dengan Diabetes Mellitus adalah:

a. Defisiensi pengetahuan proses penyakit berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenali masalah anggota keluarga

dengan DM.

S : Keluarga klien mampu menjelaskan dan menyebutkan

Pengertian , penyebab, dan tanda gejala DM.

Keluarga mengatakanbahwa klien merasasudah tidak

merasa lemas dan rasa haus sudah berkurang.

O :Keluarga mampu menjelaskan dan menyebutkan

Pengertian , penyebab, dan tanda gejala DM

A : Masalah teratasi

P : Lanjutkan intervensi
b. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenali masalah anggota keluarga

dengan DM.

S :Keluarga klien mampu menyebutkan kebutuhan nutrisi

yang dibutuhkan anggota keluarganya dengan DM.

Keluarga mengatakan berat badan klien tetap, rasa lapar

berkurang, dan mukosa bibir sudah tidak tampak pucat.

O : Kulit klien terlihat lembab dan sudah tidak bersisik, IMT

sudah mendekati batas normal 18,5 kg/ m2 dan

konjungtiva klien anemis.

A : Masalah teratasi

P : Lanjutkan intervensi

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga merawat anggota keluarga dengan DM.

S :Keluarga klien mengatakan mampu menyebutkan cara

perawatan luka klien dengan DM.

Keluarga klien mengatakan luka mulai mengering.

O :Luka klien tampak mulai mengering.

A :Masalah teratasi

P : Lanjutkan intervensi
d. Resiko glukosa tidak stabil denganfaktor resiko kurang

ketidakpatuhan managemen diit berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan

DM.

S :Keluarga mengatakan dapat menjelaskan cara merawat

anggota keluarga untuk managemen diit penderita DM.

Keluarga mengatakan klien tidak merasa lemas hilang dan

pandangan sudah tidak kabur.

O : klien dan keluarga mampu menyebutkan diit yang boleh

dikonsumsi , suhu dalam batas normal (36,50 C), GD

puasa dlm batas normal (126 mg/dl) dan GD 2 jam pp

normal (200 mg/dl).

A : Masalah teratasi

P : Lanjutkan intervensi

e. Disfungsi seksual: ketidakmampuan mencapai kepuasan yang

diharapkan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

mengenali masalah anggota keluarga dengan DM.

S : Keluarga klien mampu menjelaskan tentang pengertian

disfungsi seksual.

Klien mengatakan mengerti, mengapa keinginan

melakukan hubungan suami istri berkurang.


O :Klien sudah menerima dengan kondisi disfungsi seksua

yang terjadi pada dirinya.

A : Masalah teratasi

P : Lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai