Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN

NAMA : RISKA PUSVITA SARI

NIM : P17240203027

TINGKAT : 2A

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

2022
LAPORAN PENDAHULUAN

NAMA MAHASISWA : RISKA PUSVITA SARI


NIM : P17240203027
RUANG : SAKURA

MASALAH KESEHATAN : SC
AREA KEPERAWATAN
…………………………………………………… (...…) Masalah system Pernafasan
…………………………………………………… (…….) Masalah system Kardiovaskuler
…………………………………………………… (…….) Masalah system Pencernaan
…………………………………………………… (…….) Masalah system Perkemihan
…………………………………………………… (…….) Masalah system Persyarafan
…………………………………………………… (…….) Masalah system Endokrin
…………………………………………………… (…….) Masalah system Integumen
…………………………………………………… (…….) Masalah system Muskuloskeletal
…………………………………………………… (…….) Masalah system Imunitas
…………………………………………………… (…….) Masalah Kegawatan
…………………………………………………… (  ) Masalah Maternitas
…………………………………………………… (…….) Masalah syatem THT
…………………………………………………… (…….) Masalah system Penglihatan
A. DEFINISI KASUS :
Seksio secaria merupakan prosedur operatif, yang di lakukan di bawah
anestesia sehingga janin, plasentadan ketuban di lahirkan melalui insisi dinding
abdomendan uterus. Prosedurini biasanya di lakukan setelah viabilitas tercapai ( mis,
usia kehamilan lebih dari 24 minggu (Myles, 2011)

Sectio sesarea adalah pengeluaran janin melalui insisi abdomen. Teknik ini
digunakan jika kondisi ibu menimbulkan distres pada janin atau jika telah terjadi
distres janin. Sebagian kelainan yang sering memicu tindakan ini adalah malposisi
janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan ibu. Sectio
sesarea dapat merupakan prosedur  elektif atau darurat .Untuk sectio caesarea
biasanya dilakukan anestesi spinal atau epidural. Apabila dipilih anestesi umum, maka
persiapan dan pemasangan duk dilakukan sebelum induksi untuk mengurangi efek
depresif obat anestesi pada bayi. (Muttaqin A, 2008)

Kesimpulan dari ketiga pengertian diatas yaitu, Sectio caesarea adalah


pengeluaran janin melalui insisi dinding abdomen. Teknik ini digunakan jika kondisi
ibu menimbulkan distres Perdarahan
pada janin atau jika telah terjadi distres janin. Sebagian
kelainan yang sering memicu tindakan ini adalah malposisi janin, plasenta previa,
diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan ibu

Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen
bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh Ostium Uteri Internum
(OUI) atau plasenta yang ada di depan jalan lahir. Jadi yang dimaksud dengan
plasenta adalah plasenta yang implantasinya tidak normal sehingga menutupi seluruh
atau sebagian jalan lahir (Ostium Uteri Internum) (Hanaiah, 2004).

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada bagian bawah rahim
(Bobak, 2004). plasenta previa merupakan implantasi di bagian bawah sehingga
menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan
segmen bawah rahim (Garry, 2005)

B. PATOFISIOLOGI :
Indikasi section caesarea
a. CPD (Chepalo pelvic Disproportion
b. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
c. KPD (Ketuban Pecah Dini)
d. Bayi kembar
e. Kelainan letak janin
1. Kelainan pada letak kepala
a) Letak kepala
tengadah
b) Presentasi muka
c) Presentasi dahi
2. Letak sungsang

Post partum
Post anestesi Sectio Caesarea (SC)
nifas

\
Penekanan medula Penurunan Luka post operasi
Oblongata kerja PONS

Penurunan Penurunan Jaringan Jaringan


refleks batuk kerja otot – terbuka terputus
otot eliminasi

Dx. Kep. Bersihan


jalan nafas tidak Dx. Kep. Proteksi Invasi
efektif Konstipasi kurang bakteri

Lanjutan
Invasi bakteri

Dx. Kep.
Nyeri akut

Post partum nifas

Distensi kandungan kemih Penurunan progesterone dan estrogem Psikologi

Bengkak dan memar uretra Kontraksi uterus Merangsang Penambahan


pertumbuhan anggota baru
kelenjar
Penurunan sensitivitas dan
distensi kadung kemih Masa krisis
Peningkatan
hormone proklatin
Pengeluaran lochea Perdarahan Pengeluaran ASI Dx. Kep. Gangguan
Dx. Kep. Gangguan Involusio Perubahan
eliminasi urine peranpola tidur
Merangsang
Dx. Kep.Tidak
Resiko
adekuat laktasi dan Bayi Menangis
syok oksitosin
hipovolemia
Efektif Tidak Efektif

Dx. Kep. Resiko


Menyusui tidak
efektif

Uraian
Sectio caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di
atas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan
tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak,
plazenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar
dan letang lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum
baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari
aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI
yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entries bagi kuman.
Oleh karena itu perlu di berikan antibiotic dan perawatan luka dengan prinsip steril.
Nyeri adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa
nyaman. Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat
regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin
maupun ibu anestesi janin sehingga kadang – kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe
yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan
pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa otonia uteri
sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas
yang tidak efektif akibat secret yang berlebihan karena kerja otot nafas silia yang
menutup.
Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan
mobilitas usus. Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan
terjadi proses penghancuran dengan bantuan peristaltic usus. Kemudian diserap untuk
metabolisme sehingga tubuh memperoleh energy. Akibat dari mortilitas yang
menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan
menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat berisiko
terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu mobilitas yang
menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi (Saifuddin,
Mansjoer & Prawirohardjo, 2002)
1. Dilihat dari fisik :
a. Post anestesi akan terjadi penurunan kerja pons akibat otot eliminasi
juga menurun. Jika terjadi penurunan peristaltik usus ini bisa
menimbulkan masalah keperawatan gangguan eliminasi alvi, dan jika
terjadi penurunan sensitifitas dan sensasi kandung kemih akan
mengakibatkan masalah keperawatan gangguan eliminasi uri. Pada
sistem cardiovaskuler dapat menyebabkan gangguan sirkulasi dan
menyebabkan gangguan imobilitas, pada sistem pernafasan terjadi
penurunan kerja syaraf pernafasan yang dapat menyebabkan bersihan
jalan nafas inefektif
b. Luka post operasi akan terjadi jika jaringan terputus terbuka, luka
terbuka dan mengakibatkan post d’entry kuman sehingga terjadi
infeksi bakteri yang akan menimbulkan masalah resiko tinggi infeksi
c. Post partum nifas mempengaruhi sistem endokrin yang menyebabkan
penurunan hormon prolaktin akan meningkat yang menimbulkan ejeksi
ASI dan apabila tidak mengetahui cara perawatan payudara yang benar
akan menyebabkan gangguan proses laktasi yang cukup lama. Pada
sistem reproduksi akan menurun hormone FSH dan LH dimana
hormone tersebut dapat mempengaruhi kontraksi uterus apabila lemah
akan terjadi Antonia uteri dan menimbulkan resiko tinggi pendarahan.
Sedangkan jika kontraksi uterus kuat dan terjadi involusi uteri yang
mengeluarkan lochea yang apabila perawatan kurang baik akan
menimbulkan resiko tinggi infeksi.
2. Dilihat dari psikis
a. Fase taking in (dependen, pasif, focus pada diri sendiri, perlu tidur dan
makan, konsentrasi menurun). Timbul pada hari 1-2 post partum dapat
menyebabkan adanya kelemahan menjadi masalah Defisit Perawatan
Diri
b. Fase taking hold (dependen, focus melibatkan bayi, melakukan
perawatan diri, dapat menerima tanggung jawab, konsentrasi kembali),
jika tidak ada informasi yang didapat dapat menimbulkan masalah
kurang pengetahuan.
c. Fase letting go (Independen, sistem keluarga, dapat menyesuaikan diri,
tubuh klien sembuh). Terjadi setelah 10 hari post partum, akan
menimbulkan perubahan peran pada ibu, jika belum siap terhadap
perannya akan menimbulkan masalah Ansietas.
3. Fase post partum blues
Post partum blues adalah keadaan depresi ringan dan spintas
yang umumnya terjadi dalam minggu pertama atau lebih sesudah
melahirkan.

A. ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN FOKUS
1) Identitas
Pada penderita dengan indikasi sectio caesaria dapat terjadi pada setiap umur
kehamilan yang dapat dilihat pada kehamilan muda.
2) Keluhan utama
Pada klien dengan post operasi keluhan utamanya yaitu klien mengeluh nyeri
pada luka bekas operasi, badannya lemah, tidak berani bergerak dan rasa haus
yang berlebihan
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Pada riwayat penyakit sekarang yang perlu dikaji yaitu jam selesai operasi
kesadaran klien, keadaan umu, letak dan ukuran dari luka operasi
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah klien pernah mengalami riwayat tindakan operasi sebelumnya
5) Riwayat penyakit keluarga
Peranan keluarga atau keturunan merupakan faktor penyebab penting yang
perlu dikaji yaitu penyakit berat yang pernah diderita salah satu anggota yang
ada hubunganya dengan operasi misalnya: TBC, DM, dan Hypertensi
6) Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada klien dengan letang lintang yang perlu
di ketahui adalah
- Keadaan haid
Perlu di tanyakan kapan datangnya menarche siklus haid, hari pertama haid
terakhir untuk dapat diketahui yang keluar darah muda atau darah tua, encer atau
menggumpal, lamanya nyeri atau tidak, pada sebelum atau sesudah haid, berbau
atau tidak, dimana untuk mengetahui gambaran tentang keadaan alat kandungan.
- Perkawinan
Berapa kali kawin dan berapa lama dengan suami yang sekarang.
- Kehamilan
Riwayat kehamilan pada klien dengan partus bisa terdapat pada
primi/multigravida
- Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
Ditanyakan kelangsungan dari kehamilan dan persalinan serta nifas yang
lalu, bagaimana keadaan bayi yang dilahirkan, apakah cukup bulan atau tidak,
kelahirannya normal atau tidak, siapa yang menolong persalinan dan dimana
melahirkannya, sehingga mendapat gambaran yang jelas tentang riwayat
kehamilan, persalinan yang lalu.

7) Pola Kebiasaan Sehari – hari menurut Virginia Henderson


- Respirasi
Pada kasus post seksio caesaria penyulit yang sering ditemukan adalah
obstruksi jalan nafas, respirasi yang tidak adekuat dan respirasi arrest.
- Nutrisi
Klien setelah selesai operasi pemenuhan nutrisinya selama puasa
melalui infus dan setelah 6 jam baru diberikan minum secara bertahap dan
setelah 8 jam baru diberikan makanan lunak, tapi bila klien dengan lumbal
fungsi langung diberi makan, minum seperti biasanya, bahkan dianjurkan
banyak minum
- Eliminasi
Meliputi berapa kali BAB, konsistensi, warna, bau, dan klien dengan
post seksio caesaria, untuk BAK melalui dawer cateter yang sebelumnya
telah terpasang.
- Istirahat/tidur
Pada klien dengan post seksio caesaria mengalami gangguan
istirahat tidur karena adanya rasa nyeri pada daerah operasi dan ada rasa
yang tidak enak pada uretra akibat terpasangnya dowet kateter.
- Mempertahankan temperature tubuh dan sirkulasi
Pada klien dengan post op section caesaria mengalami gangguan dalam
hal temperature tubuh, suhu tubuh >37,50 C.
- Kebutuhan personal hygiene
Klien dengan post section caesaria pada hari pertama dan kedua sebelum
kateter dibuka klien membutuhkan orang lain untuk membersihkan diri
dalam hal ini klien harus dimandikan.
- Aktivitas
Pola aktivitas dapat terganggu dengan adanya rasa nyeri pada daerah operasi
sehingga klien membatasi gerakan
- Gerak dan keseimbangan tubuh
Aktivitas berkurang, tidak bisa berjalan karena nyeri dan ketidaknyamanan.
- Kebutuhan berpakaian
Klien dengan post op section caesaria mengalami gangguan dalam memenuhi
kebutuhan berpakaian tersebut.
- Kebutuhan keamanan
Kebutuhan keamanan ini perlu dipertanyakan apakah klien tetap merasa aman dan
terlindungi oleh keluarganya. Klien mampu menghindari bahaya dari lingkungan.
- Sosialisasi
Pada data sosial ini dapat dilihat apakah klien merasa terisolasi atau terpisah karena
terganggunya komunikasi, adanya perubahan pada kebiasaan atau perubahan dalam
kapasitas fisik untuk menentukan keputusan untuk beradaptasi dengan lingkungan
sekitarnya. Klien mungkin tampak sangat cemas dan ketakutan.
- Kebutuhan spiritual
Klien yang menganut agama islam selama keluar darah nifas/masa nifas tidak
diperbolehkan melaksanakan ibadah. Sedangkan darah nifas adalah darah yang
keluar dari rahim ibu sesudah ia melahirkan anak, ini berlangsung selama 40 hari
dan selama – lamanya 60 hari sesudah melahirkan.
- Kebutuhan bermain dan rekreasi
Klien dengan post op section caesaria biasanya tidak dapat memenuhi kebutuhan
bermain dan rekreasi karena dalam kondisi yang lemah.
- Kebutuhan belajar
Bagaimana klien berusaha belajar, menemukan atau memuaskan rasa ingin tahu
yang mengarah pada perkembangan yang normal, kesehatan dan penggunaan
fasilitas kesehatan yang tersedia.
8) Pemerikasaan fisik :

a) Keadaan umum : Keadaan umum biasanya lemah


b) Kesadaran : Apatis
c) Tanda tanda vital
Tekanan darah : Normal atau menurun <120/90 mmHg
Nadi : Nadi meingkat >80x/menit.
Suhu : Suhu meningkat >37,50 C.
Respirasi : Respirasi meningkat

d) Pemeriksaan head to toe

a. Kepala
Meliputi bentuk wajah apakah simetris atau tidak, keadaan rambut dan keadaan kulit
kepala
b. Wajah
Apakah ada cloasma gravidarum, konjungtiva pucat atau merah, adanya oedema.
c. Mata – telinga – hidung
Pada daerah wajah dikaji bentuk wajah, keadaan mata, hidung, telinga, mulut dan
gigi.
d. Leher
Perlu dikaji apakah terdapat benjolan pada leher, pembesaran vena jugu laris dan
adanya pembesaran kelenjar teroid.
e. Dada dan punggung
Perlu dikaji kesimetrisan dada, ada tidaknya retraksi intercostae, pernafasan
tertinggal, suara wheezing, ronchi, bagaimana irama dan frekuensi pernafasan, pada
jantung dikaji bunyi jantung (interval) adakah bunyi gal lop, mur-mur.
f. Payudara/mammae
Apakah putting menonjol atau tidak, areola menghitam, kolostrum.
g. Abdomen
Ada tidaknya distensi abdomen, bagaimana dengan luka operasi adakah perdarahan,
berapa tinggi fundus uterinya, bagaimana dengan bising usus, adakah nyeri tekan.
h. Ekstermitas atas dan bawah
- Ekstermitas atas
Kesimetrisannya, ujung-ujung jari sianosis atau tidak, ada tidaknya oedem klien
dengan post operasi biasanya terpasang infuse.
- Ekstermitas bawah
Kesimetrisannya, ada tidaknya oedema, bagaimana dengan pergerakannya, biasanya
klien dengan post operasi sering takut menggerakkan kakinya, apakah tanda – tanda
hormon, refleks patella, adakah tanda – tanda thrombosis vena.
i. Genetalia
Adakah pengeluaran lochea, bagaimana warnanya, banyaknya, bau serta adakah
oedema vulva, bagaimana posisi kateter terpasang dengan baik atau tidak, apakah
lancar dan bagaimana kebersihan klien pada post operasi yang biasanya akan tampak
kotor karena banyak usia darah yang belum dibersihkan.
B. ETIOLOGI
Indikasi SC :
Indikasi klasik yang dapat dikemukakan sebagai dasar section caesarea adalah:
a. Prolog labour sampai neglected labour. 
b. Ruptura uteri imminen
c. fetal distress
d. janin besar
e. Perdarahan antepartum
(Manuaba, I.B, 2001)
Sedangkan indikasi yang menambah tingginya angka persalinan dengan sectio adalah:
a. Malpersentasi janin
1. Letak lintang
bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalah jalan / cara
yang terbaik dalam melahirkan janin dengan segala letak lintang yang jani
nnya hidup dan besarnya biasa. Semua primigravida dengan letak lintang
harus ditolong dengan sectio caesarea walaupun tidak ada
perkiraan panggul sempit.Multipara dengan letak lintang  dapat  lebih 
dulu ditolong dengan cara lain.
2. Letak belakang
Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang bila
panggul sempit, primigravida, janin besar dan berharga. 
b. Plasenta previa sentralis dan lateralis
c. Distosia serviks

B. MASALAH KEPERWATAN :
1. Nyeri akut
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif
3. Konstipasi
4. Gangguan eliminasi urine
5. Resiko syok hipovolemia
6. Resiko Menyusui tidak efektif
7. Gangguan pola tidur

C. MASALAH KOLABORATIF :
1. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi, seperti pemberian terapi
oksigenasine.
2. Kolaborasi dengan tim laboratorium untuk pemeriksaan lab.
3. Kolaborasi dengan tim medis dan dokter dalam pelaksanaan sc (seksio secaria)

D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan ultrasound. Digunakan untuk memastikan perkiraan klinis
presentasi bokong, bila mungkin untuk mengidentifikasi adanya anomali
janin. USG dilakukan pada usia kehamilan 32-34 minggu yang bergunan
baik untuk menegakkan diagnosis maupun untuk memperkirakan ukuran dan
konfigurasi panggul ibu.(Fadlun, 2012: 124)
b. Pemeriksaan sinar-X. Meskipun sudah digantikan secara besar-besaran
oleh ultrasound, sinar-X memiliki manfaat tambahan yang memungkinkan
dilakukannya pelvimetri secara bersamaan. (Myles, 2009: 553)

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berikut beberapa diagnosa yang bisa diambil dari kasus post operasi sectio caesarea :
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan
DS :
- Mengeluh nyeri

DO :
- Tampak meringis
- Bersikap protektif
- Gelisah
- Frekuensi nadi meningkat
- Sulit tidur
2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive yang di tandai dengan
klien mengeluh sakit bila bergerak, keadaan umum lemah

Faktor resiko :
1. Penyakit kronis (mis. Diabetes militus)
2. Efek prosedur invasif
3. Malnutrisi
4. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
5. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer :
a. Gangguan peristaltic
b. Kerusakan integritas kulit
c. Perubahan sekresi pH
d. Penurunan kerja siliaris
e. Ketuban pecah lama
f. Ketuban pecah sebelum waktunya
g. Merokok
h. Statis cairan tubuh
6. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder :
a. Penurunan hemoglobin
b. Imununosupresi
c. Leukopenia
d. Supresi respon inflamasi
e. Vaksinasi tidak adekuat

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri luka bekas operasi, di


tandai dengan klien mengeluh sakit bila bergerak, keadaan umum lemah,
kebutuhan aktivitas klien tampak di bantu
DS :
- Mengeluh Lelah

DO :
- Frekuensi jantung meningkat > 20% dari kondisi istirahat

4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik


DS :
1. Menolak melakukan perawatan diri

DO :
1. Tidak mampu mandi/ menggenakan pakaian/ makan/
ketoilet/berhias secara mandiri
2. Minat melakukan perawatan diri kurang

F. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Dx 1 Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan

Tujuan : Setelah dilakukan tidakan keperawatan diharapkan pasien mampu

Kriteria hasil :
- Klien dapat mengetahui penyebab nyeri, onset nyeri
- Klien mampu menggunakan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri,
dan tindakan pencegahan nyeri
- Klien melaporkan nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
- Klien mengatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Intervensi :

- Kaji secara komperhensif tentang nyeri, meliputi : lokasi, karakteris, dan


onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri dan faktor – faktor
presipitasi
- Observasi isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya
ketidakmampuan komunikasi secara efektif
- Gunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat mengekspresikan nyeri
- Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (misalnya : nafas dalam, teknik
distraksi, atau massage)
- Evaluasi tentang keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah
digunakan
- Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga
- Berikan informasi tentang nyeri, seperti : penyebab, berapa lama terjadi dan
tindakan tindakan pencegahan
- kontrol faktor – faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon klien
terhadap ketidaknyamanan.
- Tingkatkan istirahat yang cukup
- Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan respon klien
- Libatkan keluarga untuk mengurangi nyeri
- Informasikan kepada tim kesehatan lainnya/anggota keluarga saat tindakan
nonfarmakologi dilakukan untuk pendekatan preventif
- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesic
Rasional :

a. Peningkatan tanda-tanda vital (tekanan darah dan nadi) menandakan adanya


nyeri
b. Menurunkan perasaan terisolasi, marah dan cemas yang dapat
meningkatkan nyeri tersebut
c. Mempengaruhi pilihan atau pengawasan keefektifanIntervensi
d. Meningkatkan pengetahuan pasien tentang rasa nyeri pasca operasi hal
biasa sehingga pasien tidak cemas
e. Mengurangi nyeri, dihubungkan dengan nyeri agar pasien lebih memahami
dan meningkatkan rasa nyaman bagi pasien
f. Memberikan ketenangan pada pasien sehingga nyeri berkurang
g. Memberikan rasa nyaman bagi pasien
h. Analgetikmengurangi peningkatan mediator kimiawi nyeri
(Serotonin,histamine, prostaglandin) pada reseptor nyeri sehingga mengurangi
nyeri

d. Dx 2 : Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive yang di tandai


dengan klien mengeluh sakit bila bergerak, keadaan umum lemah

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatn 3x24 jam diharapkan klien


dapat meingkatkan pertahanan tubuh dengan :

Kriteria hasil :

- Klien tidak menunjukkan tanda – tanda infeksi


- Suhu Tubuh normal (36,5 – 370 C)
- Nadi Normal (70-80x/menit)
- Frekuensi nafas normal (20x/menit)
- Tekanan darah normal (120/70 mmHg)
- Cairan ketuban tidak berbau busuk
Intervensi dan rasional :

- Pantau tanda/gejala infeksi


Rasional : Mengetahui tanda/gejala infeksi
- Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi
Rasional : mengetahui faktor peningkatan infeksi
- Pantau hygiene personal untuk perlindungan terhadap infeksi
Rasional : menjaga kebersihan di daerah infeksi
- Anjurkan klien atau keluarga untuk menjaga personal hygiene dan melindungi
tubuh terhadap infeksi
Rasional : mencegah perluasan infeksi
- Anjurkan pada pengunjung untuk mencuci tangan sewaktu masuk dan
meinggalkan ruangan klien
Rasional : mencegah penularan infeksi
- Ajarkan klien dan keluarga tentang tanda – tanda dan gejala dari infeksi
Rasional : agar klien dan keluarga mengetahui tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan klien dan anggota keluarga bagaimana mencegah infeksi
Rasional : klien dan keluarga dapat mengetahui pencegahan infeksi
- Gunakan sabun untuk cuci tangan
Rasional : mencegah adanya kuman yang menyebabkan perluasan infeksi
- Gunakan sarung tangan steril
Rasional : mencegah penularan infeksi
- Lakukan perawatan vulva dan perineum
Rasional : mencegah perluasan infeksi

e. Diagnosa 3 : Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri luka bekas


operasi, di tandai dengan klien mengeluh sakit bila bergerak, keadaan umum
lemah, kebutuhan aktivitas klien tampak di bantu

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan mobilitas klien meningkat


dengan criteria
Kriteria hasil :
- Aktivitas fisik meningkat
- Melaporkan perasaan peningkatan kekuatan dan kemampuan dalam bergerak

Intervensi dan rasional :


- Kaji kemampuan klien dalam melakukan mobilitas
Rasional : dapat mengetahui kemampuan mobilitas klien
- Observasi penyebab gangguan mobilitas yang dialami klien
Rasional : dapat mengetahui penyebab mobilitas klien
- Monitor dan catat kemampuan klien dalam mentoleransi aktivitas
Rasional : dapat mengetahui kemampuan klien dalam beraktivitas
- Jika memungkinkan observasi tindakan yang dilakukan untuk nyerinya dan
gangguan musculoskeletal sebelum beraktivitas.
Rasional : dapat merencanakan tindakan yang akan dilakukan sebelum
beraktivitas
- Ajarkan latihan ROM secara pasif/aktif sesuai kondisi klien
Rasional : Agar tubuh pasien dapat beroperasi/berjalan dengan baik

f. Diagnosa 4 : Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 Jam


diharapkan dapat menunjukkan perawatan diri aktivitas kehidupan sehari –
hari : mandi dengan kriteria.

Kriteria hasil :

- Klien menerima bantuan atau perawatan total dari pemberi perawatan jika
diperlukan
- Klien mengungkapkan secara verbal kepuasan tentang kebersihan tubuh dan
hygiene mulut
- Klien mempertahankan mobilitas yang diperlukan untuk ke kamar mandi dan
menyediakan perlengkapan mandi
- Klien mampu membersihkan dan mengeringkan tubuh
- Klien mampu melakukan perawatan mulut

Intervensi dan Rasional :

1) Pastikan berat atau durasi ketidaknyamanan


Rasional : Nyeri dapat mempengaruhi respons emosi dan perilaku, sehingga
klien mungkin tidak mampuu berfokus pada perawatan diri sampai kebutuhan
fisik

2) Tentukan tipe-tipe anestesi


Rasional : klien yang telh menjalani anestesia spinal dapat diarahkan untuk
berbaring datar.

3) Ubah posisi klien setiap 1-2 jam


Rasional : membantu mencegah komplikasi bedah seperti flebitis

4) Berikan bantuan sesuai kebutuhan (perawatan mulut,mandi,gosokan


punggung dan perawatan perineal)
Rasional : memperbaiki harga diri,meningkatkan perasaan kesejahteraan

5) Berikan pilihan bila mungkin (jadwal mandi, jarak selama ambulasi)


Rasional : mengizinkan beberapa otonomi meskipun tergantung pada bantuan
profesional

6) Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi


Rasional : Menurunkan ketidaknyamanan,yang dapat mempengaruhi
kemampuan untuk melaksanakan perawatan diri
DAFTAR PUSTAKA

Dongoes, M. (2001). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai