4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala diabetes melitus adalah :
a. Poliuria (air kencing keluar banyak) dan polydipsia (rasa haus yang berlebih) yang
disebabkan karena osmolalitas serum yang tinggi akibat kadar glukosa serum yang
meningkat.
b. Anoreksia dan polifagia (rasa lapar yang berlebih) yang terjadi karena glukosuria
yang mengakibatkan keseimbangan kalori negatif.
c. Keletihan (rasa cepat lelah) dan kelemahan yang disebabkan pengunaan glukosa oleh
sel menurun.
d. Kulit kering, lesi kulit atau luka yang lambat untuk sembuh, serta rasa gatal pada
kulit.
e. Sakit kepala, mengantuk, dan gangguan pada aktivitas disebabkan oleh kadar glukosa
inntrasel yang rendah.
f. Kram pada otot, iritabilitas, serta emosi yang labil disebabkan oleh
ketidakseimbangan elektrolit.
g. Gangguan penglihatan seperti pandangan kabur yang diakibatkan karena adanya
pembengkakan akibat glukosa.
h. Sensasi kesemutan atau kebas di tangan dan kaki yang diakibatkan karena kerusakan
jaringan saraf.
i. Gangguan rasa nyaman dan nyeri pada abdomen yang disebabkan karena neuropati
otonom yang menyebabkan konstipasi.
j. Mual, dan konstipasi yang disebabkan karena kekurangan cairan dan
ketidakseimbangan elektrolit dan neuropati otonom.
5. Patofisiologi/ Pathway
- Faktor genetik Kerusakan sel beta resistensi insulin Gula dalam darah KETIDAKSTABILAN
- Infeksi virus
- Pengrusakan imunologik tidak dapat dibawa KADAR GLUKOSA
masuk dalam sel DARAH
Sel kekurangan bahan Protein dari lemak Diuresis osmotik Penurunan aliran Viskositas darah
dibakar arteri dan vena meningkat
untuk metabolisme
Poliuria/Retensi
BB menurun Penurunan suplai Alirah darah lambat
Peningkatan metabolisme Urin/Kehilangan darah ke genetalia
KELETIHAN cairan aktif
Iskemik jaringan
Merangsang hipotalamus Kekurangan elektrolit Penurunan fungsi
dalam sel genetalia
PERFUSI
PERIFER TIDAK
Pusat lapar dan haus Dehidrasi DISFUNGSI
EFEKTIF
SEKSUAL
DEFISIT NUTRISI
Nefropati diabetik
RISIKO CEDERA
Relaksasi diketahui dapat membantu menurunkan kadar glukosa darah pada
pasien diabetes melitus karena dapat menekankan pengeluaran hormon-hormon yang
dapat meningkatkan kadar glukosa darah, yaitu epinefrin, kortisol, glukagon,
adrenocorticotropic hormone (ACHT), kortikosteroid, dan tiroid. Pada saat melakukan
relaksasi otot progresif, aktivasi hipotalamus dapat mengendalikan kedua sistem
neurorndokrin, yaitu sistem simpatis dan sistem korteks adrenal. Sistem simpatis akan
mendominasi pada keadaan seseorang yang rileks dan tenang, dimana efek yang dapat
ditimbulkan merangsang sekresi hormon insulin. Dominasi dari sistem saraf simpatis
akan merangsang hipotalamus untuk menurunkan sekresi Corticotropin-Releasing
Hormon (CRH), yaitu suatu zat kimia yang bekerja pada kelenjar hipofisis yang terletak
tepat dibawah hipotalamus. Penurunan CRH juga akan mempengaruhi adrenohipofisis
untuk mengurangi sekresi hormon Adrenokortikotropic (ACTH), yang dibawa melalui
aliran darah ke korteks adrenal. Keadaan tersebut dapat menginhibisi korteks adrenal
untuk melepaskan hormon kortisol. Penurunan hormon kortisol akan menghambat proses
glukomeogenesis dan meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel, sehingga gula darah
yang tinggi (hiperglikemia) akan menurun dan kembali dalam batas normal.
6. Komplikasi
Pada DM tidak tekendali dapat terjadi komplikasi metabolik akut maupun
komplikasi vaskuler kronik, baik mikroangiopati maupun makroangiopati. Komplikasi
kronis yang dapat terjadia akibat diabetes yang tidak terkendali adalah :
a. Kerusakan Saraf (Neuropati)
Sistem saraf tubuh kita terdiri dari susuna saraf pusat, yaitu otak dan sumsum
tulang belakang, susunan saraf perifer di otot, kulit, dan organ lain, serta susunan
saraf otonom yang mengatur otot polos di jantung dan saluran cerna. Hal ini biasanya
terjadi setelah glukosa darah terus tinggi, tidak terkontrol dengan baik, dan
berlangsung sampai 10 tahun lebih. Apabila glukosa darah berhasil diturunkan
menjadi normalm terkadang perbaikan saraf bisa terjadi. Namun bila dalam jangka
yang lama glukosa darah tidak berhasil diturunkan menjadi normal maka akan
melemahkan dan merusak dinding pembuluh darah kapiler yang memberi makan ke
saraf sehingga terjadi kerusakan saraf yang disebut neuropati diabetik (diabetic
neuropathy).
b. Kerusakan Ginjal
Ginjal manusia terdiri dari dua juta nefron dan berjuta-juta pembuluh darah
kecil yang disebut kapiler. Kapiler ini berfungsi sebagai saringan darah. Bahan yang
tidak berguna bagi tubuh akan dibuang ke urin atau kencing. Ginjal bekerja selama 24
jam sehari untuk membersihkan darah dari racun yang masuk ke dan yang dibentuk
oleh tubuh. Bila ada nefropati atau kerusakan ginjal, racun tidak dapat dikeluarkan,
sedangkan protein yang dipertahankan ginjal bocor keluar. Gangguan ginjal pada
penderita diabetes juga terkait dengan neuropathy atau kerusakan saraf.
neuropati diabetik didefinisikan oleh proteinuria > 500 mg dalam 24 jam pada
keadaan diabetes, tetapi biasanya diawali dengan derajat proteinuria yang lebih
rendah atau “mikroalbuminuria”. Mikroalbuminuria didefinisikan sebagai eksresi
albumin 30-299 mg/24 jam. Tanpa intervensi, pasien diabetes dengan
mikroalbuminuria biasanya akan mengarah ke proteinuria dan nefropati diabetik.
c. Kerusakan Mata
Penyakit diabetes bisa merusak mata penderitanya dan menjadi penyebab
utama kebutan. Ada tiga penyakit utama pada mata yang disebabkan oleh diabetes,
yaitu : 1) retinopati, retina mendapatkan makanan dari banyak pembuluh darah
kapiler yang sangat kecil. Glukosa yang tinggi dapat merusak pembuluh darah retina ;
2) katarak, lensa yang biasanya jernih bening dan transparan menjadi keruh sehingga
menghambat masuknya sinar dan makin diperparah dengan adanya glukosa darah
yang tinggi; 3) glaukoma, terjadi peningkatan tekanan dalam bola mata sehingga
merusak saraf mata.
Retinopati diabetes merupakan komplikasi mikrovaskuler yang paling umum.
Risiko retinopati diabetes atau komplikasi mikrovaskuler lainnya tergantung pada
durasi dan keparahan hiperglikemia. Pengembangan retinopati diabetes pada pasien
dengan diabetes melitus tipe 2 dakibatkan karena keparahan hiperglikemia dan
hipertensi.
d. Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Diabetes merusak dinding pembuluh darah yang menyebabkan penumpukan
lemak di dinding yang rusak dan menyempitkan pembuluh darah. Akibatnya suplai
darah ke otot jantung berkurang dan tekanan darah meningkat, sehingga kematian
mendadak bisa terjadi.
e. Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi jarang menimbulkan keluhan yang
dramatis seperti kerusakan mata atau kerusakan ginjal. Namun, harus diingat
hipertensi dapat memicu terjadinya serangan jantung, retinopati, kerusakan ginjal,
atau stroke. Risiko serangan jantung dan stroke menjadi dua kali lipat apabila
penderita diabetes juga terkena hipertensi.
f. Penyakit Pembuluh Darah Perifer
Kerusakan pebuluh darah di perifer atau di tangan dan kaki, yang dinamakan
Peripheral Vaskular Disease (PVD), dapat terjadi lebih dini dan prosesnya lebih cepat
pada penderita diabetes daripada orang yang tidak menderita diabetes. Denyut
pembuluh darah di kaki terasa lemah atau tidak terasa sama sekali. Bila diabetes
berlangsung selama 10 tahun lebih, sepertiga pria dan wanita dapat mengalami
kelainan ini. Dan apabila ditemukan PVD yang diikuti dengan dangguan saraf atau
neuropati dan infeksi yang sukar sembuh, pasien biasanya sudah mengalami
penyempitan pada pembuluh darah jantung.
g. Gangguan Pada Hati
Banyak yang beranggapan bahwa jika penderita diabetes tidak mengkonsumsi
gula bisa-bisa mengalami kerusakan hati. Pendapat ini keliru, hati bisa terganggu
akibat adanya penyakit diabetes itu sendiri. Jika dibandingkan dengan orang yang
tidak menderita diabetes, maka penderita diabetes akan lebih mudak terserang infeksi
virus hepatitis B atau hepatitis C.
h. Penyakit Paru
Pasien diabetes lebih mudah terserang infeksi tuberkulosis paru dibandingkan
dengan orang biasa, sekalpun penderita bergizi baik dan secara sosioekonomi cukup.
Diabetes akan memperberat infeksi paru, demikian pula sakit paru akan menaikkan
glukosa darah.
i. Gangguan Saluran Cerna
Gangguan saluran cerna pada penderita diabetes diakibatkan oleh kontrol
glukosa darah yang tidak baik, dan gangguan saraf otonom yang bisa mengenai
saluran pencernaan. Gangguan ini diawali dari rongga mulut yang mudah terserang
infeksi, gangguan rasa pengecapan sehingga mengurangi nafsu makan, sampai pada
akar gigi yang mudah terserang infeksi, dan gigi menjadi mudah tanggal serta
pertumbuhan menjadu tidak rata. Rasa sebal, mual, bahkan muntah dan diare juga
bisa terjadi. Ini merupakan sebab dari gangguan, saraf otonom pada lalmbung dan
usus. Keluhan gangguan saluran makan bisa juga timbul akibat pemakaian obat-
obatan yang dikonsumsi.
j. Infeksi
Glukosa darah yang tinggi akan mengganggu fungsi kekebalan tubuh dalam
menghadapi masuknya virus atau kuman sehingga penderita diabetes menjadi mudah
terkena infeksi.
7. Klasifikasi
Klasifikasi etiologis DM dibagi dalam 4 jenis, yaitu :
a. Diabetes melitus tipe 1
DM tipe 1 disebabkan karena adanya destruksi sel beta ke pankreas karena
sebab autoimun. Pada DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama sekali sekresi
insulin dapat ditentukan dengan level protein c-peptida yang jumlahnya sedikit atau
tidak terdeteksi sama sekali. Manifestasi klinik pertama dari penyakit ini yaitu
ketoasidosis.
Faktor penyebab terjadinya DM tipe 1 adalah infeksi virus atau rusaknya
sistem kekebalan tubuh yang disebabkan karena adanya reaksi autoimun yang
merusak sel-sel penghasil insulin yaitu sel β pada pankreas, secara menyeluruh. Oleh
sebab itu, pada DM tipe 1, pakreas tidak bisa menghasilkan insulin. Penderita DM
untuk bertahan hidup harus diberikan insulin melalui suntikan pada area tubuh. Jika
insulin tidak diberikan maka penderita akan tidak sadarkan diri, atau bisa disebut juga
dengan koma ketoasidosis atau koma diabetik.
b. Diabetes melitus tipe 2
Pada DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin tidak bisa membawa
glukosa masuk ke dalam jaringan karena terjadi resistensi insulin yang berarti turunya
kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer
serta untuk menghambat produksi gluka oleh hati. Oleh karena terjadinya resitensi
insulin (reseptor insulin sudah tidak aktif karena dianggap kadarnya masih tinggi
dalam darah) akan menyebabkan defisiensi relatif insulin. Hal itu bisa menyebabkan
berkurangnya sekresi insulin pada adanya glukosa bersama bahan sekresi insulin lin
sehingga sel beta pankreas akan mengalami desentisisasi terhadap adanya glukosa.
Diabetes melitus tipe 2 diakibatkan karena adanya kegagalan relatif sel β
pankreas dan resisten insulin. Resisten insulin merupakan turunnya kemampuan
insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel β pankreas tidak mampu mengimbangi
resistensi insulin ini sepenuhnya, yang berarti terjadi defensiesi relatif insulin.
Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan
glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin
lain.
Gejala pada DM tipe ini perlahan-lahan bahkan asimptomatik. Dengan pola
hidup sehat, yaitu mengonsumsi makanan bergizi seimbang serta olahraga secara
teratur biasanya penderita akan berangsur membaik. Penderita juga harus mampu
mempertahankan berat badan yang normal. Namun pada penderita stadium akhir
kemungkinan akan diberikan suntik insulin.
c. Diabetes tipe lain
DM tipe ini terjadi oleh karena adanya penyakit metabolik yang ditandai
dengan kenaikan kadar glukosa darah akibat faktor genetik fungi sel beta, defek
genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, penyakit metabolik endokrin lain,
iatrogenik, infeksi virus, penyakit autoimun dan sindrom genetik lain yang berkaitan
dengan penyakit DM. Diabetes tipe ini bisa dipicu oleh obat atau bahan kimia (seperti
dalam pengobatan HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ).
d. Diabetes Melitus Gestasional
DM tipe ini terjadi selama masa kehamilan, dimana intoleransi glukosa
didapati pertama kali pada masa kehamilan, biasanya terjadi pada trimester kedua dan
ketiga. DM gestasional berhubungan dengan meningkatnya komplikasi perinatal.
Penderitah DM gestasional memiliki risiko lebih besar untuk menderita DM yang
menetap dalam 5-10 tahun setelah melahirkan.
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk mengetahui penyakit diabetes melitus yaitu sebagai
berikut :
1) Pemeriksaan darah
a) Glukosa darah puasa (GDP) > 120 mg/dl
b) Glukosa darah 2 Jam PP (post pradial) > 200 mg/dl
c) Glukosa darah acak (GDA) > 200 mg/dl
2) Urine
Pemeriksaan urin reduksi biasanya 3x sehari dilakukan 30 menit sebelum
makan dapat juga 4x sehari, tetapi lebih lazim dilakukan 3x sehari sebelum
makan, urin reduksi normal umumnya biru, bila tiap glukosa dalam urin.
9. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes adalah untuk menormalkan aktifitas insulin dan
kadar glukosa darah untuk mengurangi komplikasi yang ditimbulkan akibat DM. Caranya
adalah menjagakadar glukosa dalam batas normal tanpa terjadi hipoglikemia dan
memelihara kualitas hidup yang baik. Ada lima macam komponen dalam
penatalaksanaan DM tipe 2 yaitu :
a. Farmakologi tentang Obat Hiperglikemik Oral (OHO)
Tujuan terapi insulin adalah menjaga kadar gula darah tetap dalam kondisi
mendekati normal. Pada DM tipe 2, insulin terkadang diperlukan sebagai terapi
jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika dengan diet, latihan
fisik dan obat hipoglikemia oral (OHO) tidak dapat menjaga gula darah dalam
rentang normal. Pada pasien DM tipe 2 kadang membutuhkan insulin secara temporer
selama sakit, infeksi, kehamilan, pembedahan atau beberapa kejadian stress lainnya.
Berdasarkan consensus perkeni, 2006 OHO saat ini terbagi dalam 2 kelompok, 1)
obat yang memperbaiki kerja insulin, 2) obat yang meningkatkan produksi insulin.
Obat-obatan seperti metformin, glitazone, dan akarbose adalah termasuk kedalam
kelompok pertama. Mereka bekerja pada hati, otot dan jaringan lemak, usus.
Singkatnya, obat tersebut bekerja ditempat dimana terdapat insulin yang mengatur
glukosa darah. Sulfonil, replaginid, nateglinid, dan insulin yang disuntikkan adalah
obat-obatan kelompok kedua. Mereka bekerja meningkatkan pelepasan insulin yang
disuntikkan dan bekerja menammbah kadar insulin disirkulasi darah.
Metformin dapat mengurangi A1C dari 1-1,5%, jarang menyebabkan
hipoglikemia jika digunakan sebagai monterapi dan tidak menyebabkan kenaikan
berat badan. Ini adalah biaya-rendah, obat oral dengan catatan akumulasi jangka
panjang pasien dan keselamatan, yang memiliki efek lipid menguntungkan.
Metformin juga dapat digunakan dalam kombinasi dengan semua agen penurun
glukosa lainnya. Penoingkatan mikrovaskuler dan hasil makrovaskuler telah
dibuktikan di klinik besar percobaan. Dalam United Kingdom Prospective Study
(UKPDS), pasien obesitas diobati dengan metformin telah mengurangi komplikasi
dan kematian secara keseluruhan.
b. Terapi Nutrisi
Terapi nutrisi khusus untuk meningkatkan pasien dengan lebih intensif,
menilai makan dan asupan gizi, memberikan konseling yang menghasilkan
peningkatan kesehatan dan dapat mengurangi komplikasi DMT2. Terapi nutrisi
diabetes dapat menghasilkan penghematan biaya serta peningkatan hasil seperti
pengurangan A1c. Terapi nutrisi bisa dipersonalisasikan berdasarkan kebutuhan
pasien, komorbiditas, kondisi kronis yang ada dan faktor kunci lainnya.
c. Edukasi
1) Manajemen diet
Tujuan dari penatalaksanaan diet antara lain adalah untuk mencapai dan
mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid mendekati normal, mencapai dan
mempertahankan berat badan dalam batas normal kurang lebih 10% dari berat
badan dalam idaman, mencegah komplikasi akut dan kronik dan meningkatkan
kualitas hidup.
2) Pendidikan perawatan kaki
Pendidikan harus disesuaikan dengan pengetahuan pasien saat ini,
kebutuhan individu serta faktor risiko. Pasien harus menyadari faktor risiko
dengan langkah yang tepat untuk mencegah komplikasi. Pendidikan harus
mencakup : 1) memeriksa kaki setiap hari terkait luka, memar, perdarahan,
kemerahan serta masalah kuku. 2) usahakan cuci kaki setiap hari kemudian
keringkan dengan benar, termasuk di antara sela-sela jari kaki. 3) jangan
merendam kaki tanpa ditentukan oleh dokter, perawat atau tenaga kesehatan.
e. Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan pada pasien DM memerlukan perilaku penanganan yang
khusus seumur hidup. Pasien tidsk hanya belajar keterampilan untuk merawat dirinya
sendiri agar menghindari perubahan naik turunnya kadar glukosa darah yang
mendadak, tetapi juga harus memiliki prilaku preventif dalam gaya hidup untuk
menghindari komplikasi diabetic jangka panjang. Pasien harus mengerti tentang
nutrisi, manfaat dan efek samping terapi, latihan, perkembangan penyakit, strategi
pencegahan, teknik pengontrolan gula darah serta penyesuaian terhadap terapi.
1. Defenisi
Perawatan kaki merupakan suatu upaya dalam pencegahan terjadinya komplikasi
kronik pada penderita DM (Charles & Anne, 2011). Perawatan kaki merupakan sebagian
dari upaya pencegahan primer pada pengelolaan kaki diabetik yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya luka. Perawatan luka dengan metode moisture balance ini lebih dikenal
dengan modern dressing (Kartika, 2015).
Perawatan kaki yang bersifat preventif mencakup tindakan mencuci kaki dengan
benar, mengeringkan dan meminyakinya, harus berhati –hati agar jangan sampai celah
diantara jari –jari kaki menjadi basah (oleh air atau lotion yang terakumulasi di bagian ini).
Inspeksi kaki harus dilakukan setiap hari untuk memeriksa apakah terdapat gejala
kemerahan, lepuh, fisura, kalus atau ulserasi. Bagi pasien yang penglihatanya terganggu atau
yang gerakan sendinya sudah menurun (khusus lansia) sediakan cermin untuk melihat
telapak kaki atau jika diperlukan, minta bantuan anggota keluarga untuk melakukan inspeksi
kaki. Permukaan interior diperiksa sepatu juga harus diperiksa untuk mencari apakah
terdapat bagian yang kasar atau benda asing. Pemeriksaan visual dan manual (dengan
tangan) yang dilakukan setiap hari merupakan tindakan penting. Pasien yang memiliki
bagian - bagian yang menonjol pada kaki sehingga mudah terkena takanan, seperti kalus
atau yang memiliki kuku jari yang tebal.
Penderita DM harus diberitahu untuk mengenakan sepatu yang pas dan tertutup
pada bagian jari kaki. Perilaku beresiko tinggi harus dihindari , seperti berjalan dengan kaki
telanjang tanpa mengenakan alas kaki, menggunakan bantal pemanas pada kaki,
mengenakan sepatu yang terbuka pada jari kakinya dan memangkas kalus. Kuku jari kaki
harus dipotong rata tanpa membuat lengkungan pada sudut – sudutnya. Pengendalian
glukosa darah sangat penting untuk menghindari penurunan resistensi terhadap infeksi dan
mencegah neuropati diabetik (Smeltzer et al, 2008).
Neuropati diabetes dapat menjadi hal yang paling tidak menyenangkan bagi
penderita diabetes. Neuropati disebabkan oleh kerusakan saraf akibat tingginya tingkat kadar
gula darah, sehingga terjadi gejala kesemutan, nyeri dan akhirnya mati rasa pada kaki dan
tungkai. Apabila kehilangan semua rasa, berartisaraf pada tempat tersebut sudah mati, hal itu
berbahaya, karena bila kena infeksi sang penderita tidak akan merasakannya lagi, dan infeksi
tersebut mudah berkembang ke tempat lain. Untuk itu disarankan agar merawat kaki untuk
menjaga kaki dan tungkai tidak sampai mati rasa.