Anda di halaman 1dari 27

@ISO]IN SGNEIJW@WIN

I[WJIN HGSG]IQIUIN HG@WI]AI UN. I SIEI UN.I EGNAIN


BI[I@IJ EDIMGUG[ BD@DUW[ UDSG DD ED QD@ITIJ HG]LI
SW[HG[BI[ MINAGUITW [GBI]INA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Stase Keluarga

CI : Mukti Setiawan, S.Kep., Ns.

Eisusun O`gj <

]DFHDIUW@

D[NI

S.1;;1523118327

;.I2

S]OA]IB [UWED EDDD HGSG]IQIUIN [GBI]INA

LW]W[IN HGSG]IQIUIN

SO@DUGHNDH HG[GJIUIN HGBGNHG[ [GBI]INA

2321
A. KONSEP DASAR KELUARGA
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebihdari dua individu yang

tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau


pengangkatan, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu
sama lain, serta masing-masing berperan dalam menciptakan dan
mempertahankan suatu kebudayaan (Harmoko, 2012).
Menurut teori interaksional sebagaimana dinyatakan Padila (2012)
keluarga adalah suatu arena berlangsungnya interaksi kepribadian
sebagai bagian terkecil yang terdiri dari seperangkat komponen
yang sangat tergantung dan dipengaruhi oleh struktur internal dan
sistem-sistem lain.

2. Struktur Keluarga
Menurut Padila (2012) struktur keluarga yang ada di Indonesia
pada umumnya berstruktur sebagai berikut :
a. Patrilineal, yaitu keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan
itu disusun melalui jalur ayah.
b. Matrilineal, yakni keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan
itu disusun melalui jalur ibu.

c. Matrilokal, yaitu sepasang suami istri yang tinggal bersama


sedarah ibu.
d. Patrilokal, yakni sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah ayah.
e. Keluarga kawin, yaitu hubungan suami istri sebagai dasar
bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang
menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami
atau istri.
;. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1998) dikutip Harmoko (2012), membagi
fungsi dasar keluarga sebagai berikut :

a. Fungsi afektif terdiri dari:


1) Pola kebutuhan keluarga yang berfungsi untuk
menggambarkan kebutuhan mereka.
2) Mengkaji gambaran diri anggota keluarga.
3) Keterpisahan dan keterikatan.
b. Fungsi sosialisasi yaitu apakah keluarga terdapat otonomi setiap
anggota keluarga, apakah saling ketergantungan, dan lain —lain.
c. Fungsi perawatan kesehatan yaitu sejauh mana keluarga sudah
mengenal masalah kesehatan.

d. Fungsi reproduksi dimana digunakan untuk mengkaji jumlah


anggota keluarga dan mengendalikan jumlah anggota keluarga.
e. Fungsi ekonomi yaitu sejauh mana keluarga memenuhi
kebutuhan pokok dalam keluarga dan memanfaatkan sumber
yang ada di masyarakat untuk meningkatkan status kesehatan
keluarga.

Menurut Friedman (1998) , tugas kesehatan keluarga sebagai


berikut:

1. Mengenal masalah kesehatan.


2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tetap.
3. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
4. Mempertahankan suasana rumah yang sehat.
5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
5. Uajap-tajap Perkebmangan Keluarga
Menurut Friedman (1998) dikutip Mubarak, dkk. (2006), tahap
perkembangan keluarga berdasarkan siklus kehidupan keluarga
terbagi atas 8 tahap :
a. Keluarga baru (beginning family), yaitu perkawinan dari sepasang
insan yang menandakan bermulanya keluarga baru.
b. Keluarga sedang mengasuh anak (child bearing family), yaitu

dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30


bulan.
c. Keluarga dengan usia anak pra sekolah, yaitu kelurga dengan anak
pertama yang berumur 30 bulan sampai dengan 6 tahun.
d. Keluarga dengan anak usia sekolah, yaitu dengananak pertama
berusia 13 tahun.
e. Keluarga dengan anak remaja, yaitu dengan usia anak pertam 13
tahun sampai dengan 20 tahun.
f. Keluarga dengan anak dewasa, yaitu keluarga dengan anak

pertama, meninggalkan rumah.


g. Keluarga usia pertengahan, yaitu dimulai ketika anak terakhir
meninggalakan rumah dan berakhir pada saat pensiun.
h. Keluarga usia lanjut, tahap terakhir siklus kehidupan keluarga
dimulai dari salah satu pasangan memasuki masa pensiun, terus
berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dunia.
5. Tipe Keluarga
Tipe keluarga yang dikutip Mubarak, dkk. (2006) sebagai berikut :
a. Nuclear family adalah keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu

dan anak yang tinggal dalam satu rumah.


b. Extended family adalah keluarga inti ditambah dengan sanak
saudara.
c. Reconstituted nuclear adalah pembentukan baru dari keluarga
inti melalui perkawinan kembali suami atau isteri.
d. Niddle age / aging couple dimana suami sebagai pencari uang,
isteri di rumah atau kedua-duanya bekerja di rumah.
e. Dyadic nuclear dimana suami isteri yang sudah berumurdan
tidak mempunyai anak, keduanya / salah satu bekerja di luar

rumah.
f. Single parent yaitu dimana satu orang tua sebagai akibat
perceraian.
g. Dual carrier dimana suami isteri atau keduanya orang karier dan

tanpa anak.
h. Commuter married dimana suami isteri atau keduanya orang
karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu.
i. Single adult dimana wanita atau pria dewasa yang tinggal
sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk kawin.
j. Three generation adalah dimana dari tiga generasi atau lebih
tinggal dalam satu rumah.
k. Institusional yaitu anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal
dalam suatu panti-panti.

l. Communal adalah satu rumah terdiri dari dua atau lebih


pasangan yang monogamnya dengan anak-anaknya dan bersama-
sama dalam penyediaan fasilitas.
m. Group marriage dimana satu perumahan terdiri dari orang tua
dan keturunannya di dalam satu kesatuan.
n. Unmarried parent and child dimana ibu dan anak yang
perkawinannya tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.
o. Cohibing couple dimana dua orang atau satu pasangan yang
tinggal bersama tanpa kawin.
B. KONSEP DASAR PENYAKIT DIABETES MILITUS
1. Definisi Diabetes Militus
Diabetes mellitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik
yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah
(hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin,
atau keduanya (Smeltser, 2017).
Menurut NANDA (2013) diabetes melitus adalah gangguan
metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi yang
berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak,
dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau
penurunan sensivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan
komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati.
Diabetes Mellitus merupakan penyakit gangguan metabolisme
kronis yang ditandai dengan hiperglikemia yang disebabkan karena
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan insulin (Tarwoto,
2012, hlm. 151).
Diabetes tipe II atau yang juga disebut diabetes melitus tidak
tergantung insulin, adalah penyakit jangka panjang yang terjadi ketika
tubuh tidak secara efektif menggunakan insulin. Pengidap diabetes tipe
II memiliki kadar glukosa (gula) darah diatas normal akibat tubuh
tidak efektif menggunakan insulin atau kekurangan insulin yang
relatif dibandingkan kadar glukosa darah.
2. Etiologi
Etiologi dari diabetes mellitus menurut Widharto (2014) adalah :
a. Diabetes Melitus Tipe I
Pada diabetes tipe ini tubuh sama sekali tidak memproduksi
insulin. Diabetes mellitus ini biasanya diderita sejakkecil.
Kerusakan pada sel-sel tersebut biasanya disebabkan oleh
serangan virus. Diabetes mellitus tipe ini dikenal dengan diabetes
yang tergantung pada insulin (Widharto, 2014).
1) Faktor genetik
Penderita tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri tetapi

mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik


kearah terjadinya diabetes tipe 1. Kecenderungan genetik
ini ditentukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA
(Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
transplantasi dan proses imun lainnya.
2) Faktor imunologi
Pada diabetes tipe 1 terdapat bukti adanya suatu
respon autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana

antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara


bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-
olah sebagai jaringan asing.
3) Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β
pankreas, sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan
bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang dapat menimbulkan destruksi sel β pankreas
(Rendy & Margareth, 2012).

b. Diabetes Melitus Tipe II


Diabetes mellitus tipe II merupakan penyakit keturunan. Pada
penderita Diabetes mellitus tipe II orang tersebut menghasilkan
insulin, namun insulin tersebut tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya (Widharto, 2014). Faktor resiko yang berhubungan
dengan proses terjadinya diabetes tipe II : usia, obesitas, riwayat
dan keluarga (NANDA, 2013).
3. Manifestasi Klinis
Menurut Rendy & Margareth (2012) seseorang dapat dikatakan

menderita diabetus militus dengan gejala sebagai berikut :


a. Keluhan TRIAS yang ditandai dengan banyak minum,
banyak kencing dan penurunan berat badan.
b. Keluhan glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl.

c. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl.
Keluhan yang sering terjadi pada penderita diabetes melitus adalah
poliuria, polidipsia, polifagia, BB turun, lemah, kesemutan,
gatal, bisul/luka.

Sedangkan menurut Smeltzer (2017) adalah :

a. Poliuria, polydipsia, dan polifagia.


b. Keletihan dan kelemahan, perubahan pandangan secara
mendadak, sensasi kesemutan atau kebas ditangan atau kaki,

kulit kering, lesi kulit, atau luka yang lambat sembuh atau
infeksi berulang.
c. Awitan diabetes tipe1dapat disertai dengan penurunan berat
badan mendadak atau mual, muntah atau nyeri lambung.
d. Diabetes tipe 2 disebabkan oleh intoleransi glukosa yang
progresif dan berlangsung perlahan (bertahun-tahun) dan
mengakibatkan komplikasi jangka panjang apabila diabetes
tidak terdeteksi selama bertahun-tahun. Komplikasi dapat
muncul sebelum diagnosis yang sebenarnya ditegakkan.

e. Tanda dan gejala ketoasidosis (DKA) diabetes mencakup nyeri


abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, dan napas berbau
buah. DKA yang tidak tertangani dapat menyebabkan
perubahan tingkat kesadaran, koma dan kematian.
4. Patofisologi
Diabetes Mellitus (DM) dibagi dua menjadi primer dan sekunder.
DM primer mencakup IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
tipe 1 dan NIDDM (Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus) tipe 2.
Sedangkan diabetes mellitus sekunder dapat disebabkan oleh penyakit
pancreas, kelainan hormonal, karena obat, kelainan reseptor insulin
dan syndrom genetic.
Tahap perjalanan penyakit DM adalah pertama terjadi kepekaan

genetic kemudian dipengaruhi oleh lingkungan yang mengawali proses


pada individu yang peka yang dapt menyerang pancreas dan
menyebabkan insulitis . kemudian terjadi aktivasi autoimunitas dan
terjadi perubahan pada permukaan sel-sel beta sehingga oleh system
imun dikenali sebagai “non-self” (asing) yang kemudian menimbulkan
respons imun yaitu antibody sitotoksik menyerang sel beta lebih dari
90% yang akhirnya menyebabkan diabetes mellitus.
Pada waktu terjadi IDDM, sebagian besar sel beta dalam pancreas
telah rusak. Penyebabnya hampir selalu autoimun. Bila diringkas

pathogenesis IDDM meliputi: predisposisi genetic — environmental


insulin — insulitis — konversi sel beta dari “self” ke “non-self” —
aktivasi system imun — destruksi sel-sel beta — DM.
Gejala dan manifestasi klinis yang timbul bervariasi, biasanya
gejala hiperglikemia dengan gejala yang dirasakan berupa poliuria,
polidipsia, dan polifagia. Kadang-kadang komplikasi degenerative
berupa neuropati (Tambayong, 2012, hlm. 157).
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang diabetes mellitus menurut Wijaya dan

Putri (2013) adalah :


a. Glukosa darah : darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi dari pada
darah vena, serum/plasma 10-15% daripada darah utuh, metode
dengan deproteinisasi 5% lebih tinggi daripada metode tanpa
deproteinisasi.
b. Glukosaurin : 95% glukosa direabsorpsi tubulus,bila glukosa darah
> 160-180% maka sekresi dalam urine akan naik secara
eksponensial,uji dalam urin : + nilai ambang ini akan naik pada
orangtua. Metode yang populer :carik celup memakai GOD.
c. Benda keton dalam urine: materi urine segar karena asam
asetoasetat cepat di dekrboksilasi menjadi aseton. Metode yang
dipakai Natroprusid, 3-hidroksibutirat tidak terdeteksi.

d. Pemeriksan lain: fungsi ginjal (Ureum, creatinin), Lemak darah :


(Kholesterol, HDL, LDL , Trigleserid), fungsi hati, antibodi
antisel insula langerhans (isletcellantibody).
6. Penatalaksanaan Meeis
Prinsip penatalaksanaan pasien DM adalah mengontrol gula darah
dalam rentang normal. Untuk mengontrol gula darah, ada lima factor
penting yang harus diperhatikan yaitu :
1) Asupan makanan atau manajemen diet
Kontrol nutrisi, diet dan berat badan merupakan dasar

penanganan pasien DM. tujuan yang paling penting dalam


manajemen nutrisi dan diet adalah mengontrol total kebutuhan
kalori tubuh, intake yang dibutuhkan, mencapai kadar serum lipid
normal. Komposisi nutrisi pada diet DM adalah kebutuhan kalori,
karbohidrat, lemak, protein, dan serat.
a. Kebutuhan kalori
Kebutuhan kalori tergantung dari berat badan, jenis
kelamin, usia, aktivitas, fisik. Untuk menentukan jumlah
kalori dipakai rumus Broca yaitu:

Berat Badan Idaman = (TB (cm) - 100) — 10%


Ketentuan:
• Berat badan kurang = <90% BB idaman
• Berat badan normal = 90-110% BB idaman
• Berat badan lebih = 110-120% BB idaman
• Gemuk = >120% BB idaman
b. Kebutuhan karbohidrat
Karbohidrat merupakan komponen terbesar dari
kebutuhan kalori tubuh, yaitu sekitar 50-60%.
c. Kebutuhan protein
Untuk adekuatnya cadangan protein, diperlukan kira-kira
10%-20% dari kebutuhan kalori atau 0,8 g/kg/hari.

d. Kebuthan lemak
Kebutuhan lemak kurang dari 30% dari total kalori,
sebaiknya dari lemak nabati dan sedikit dari loemak hewani.
e. Kebutuhan serat
Serat dibutuhkan sekitar 20-35 g perhari dari berbagai
bahan makanan atau rata-rata 25 g/hari.
2) Latihan fisik atau exercise
Latihan fisik bagi penderita DM sangat dibutuhkan, karena
pada saat latihan fisik energi yang dipakai adalah glukosa dan

asam lemak bebas.


3) Obat-obatan penurun gula darah
a. Obat antidiabetik oral atau Oral Hypoglikemik Agent (OH)
efektif pada DM tipe II, jika managemen nutrisi dan latihan
gagal.
Jenis obata-obatan antidiabetik oral diantaranya:
1. Sulfonylurea
Bekerja dengan merangsang beta sel pancreas untuk
melepaskan cadangan insulinnya. Yang termasuk obat jenis

ini adalah Glibenklamid, Tolbutamid, Klorpropamid.


2. Biguanida
Bekerja dengan menghambat penyerapan glukosa di
sus, misalnya mitformin, glukophage.
b. Pemberian insulin
Pasien dengan DM tipe I tidak mampu memproduksi
insulin dalam tubuhnya, sehingga sangat bergantung pada
pemberian insulin. Tujuan pemberian insulin adalah
meningkatkan transport glukosa ke dalam sel dan menghambat

konversi glikogen dan asam amino menjadi glukosa. Dosis


insulin ditentukan berdasarkan kebutuhan pasien dan respon
terhadap injeksi insulin.
4) Pendidikan kesehatan

Hal penting yang harus dilakukan pada pasien dengan DM


adalah pendidikan kesehatan. Beberapa hal yang perlu
disampaikan pada pasien DM adalah:
a. Penyakit DM yang meliputi pengertian, tanda dan gejala,
penyebab, patofisiologi dan tes diagnostic.
b. Diet atau manajemen diet pada pasien DM.
c. Aktivitas sehari-hari termasuk latihan dan olahraga.
d. Pencegahan terhadap komplikasi DM diantaranya
penatalaksanaan hipoglikemia, pencegahan terjadi ganggren

pada kaki dengan latihan senam kaki.


e. Pemberian obat-obatan DM dan cara injeksi insulin.
f. Cara monitoring dan pengukuran glukosa darah secara mandiri
5) Monitoring gula darah
Pasien dengan DM perlu diperkenalkan tanda dan gejala
hiperglikemia dan hipoglikemia serta yang paling penting adalah
bagaimana memonitor glukosa darah secara mandiri dengan
menggunakan glukometer. Pemeriksaan ini penting untuk
memastikan glukosa darah dalam keadaan stabil (Tarwoto, 2012,

hlm. 165-169).
7. Komplikasi
Komplikasi dari DM menurut Chris Tanto … [et al.] (2014) dapat
dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu makroangiopati,
mikroangiopati, dan neuropati. Mikroangiopati adalah komplikasi yang
terjadi paling dini diikuti dengan makroangiopati dan neuropati.
1) Makroangiopati (mengenai pembuluh darah besar).
a. Penyakit jantung koroner
b. Penyakit arteri perifer

c. Penyakit serebrovaskler
2) Mikroangiopati (mengenai pembuluh darah kecil)
a. Retinopati diabetic
b. Nefropati diabetic

c. Disfungsi ereksi
3) Neuropati
a. Neuropati perifer
b. Neuropati otonom
4) Hypoglikemia
5) Ketoasidosis
6) Luka sukar sembuh
7) Rentan terkena infeksi
8. Pencegahan Diabetes Militus

Pencegahan diabetes melitus menurut Bustan (2007) dapat


dilakukan dengan cara berikut :
a. Pencegahan premodial kepada masyarakat yang sehat,
untuk berperilaku positif mendukung kesehatan umum misalnya
berperilaku hidup sehat, tidak merokok, makanan bergizi dan
seimbang, diet.
b. Pencegahan khusus ditujukan pada mereka yang mempunyai
risiko tinggi untuk melakukan pemeriksaan atau upaya sehingga
tidak jatuh ke DM.

c. Diagnosis awal dilakukan dengan penyaringan (screening)


yaitu pemeriksaan kadar gula darah kelompok risiko. Tetapi
yang menjadi kendala adalah keinginan masyarakat untuk
memeriksa dini dan aksesibilitas yang rendah (pelayanan yang
tersedia masih kurang).
d. Pengobatan yang tepat.
K. KONSEP DASAR ASUJAN KEPERAQATAN KELUARGA
DENGAN DIABETES MILITUS
Asuhan keperawatan pada klien keluarga dengan diabates melitus

menggunakan pendekatan proses keperawatan sebagai berikut :


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahapan dimana seorang perawat mengambil
informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang
dibinanya. Secara garis besar data dasar yang digunakan mengkaji
status keluarga adalah struktur dan karakteristik keluarga; sosial,
ekonomi, budaya; faktor lingkungan; riwayat kesehatan dan medis dari
setiap anggota keluarga; dan psikososial keluarga (Harmoko, 2012).
Pada tahap ini hal-hal yang dikaji dalam keluarga

sebagaimana dikutip dalam Harmoko (2012) meliputi :


a. Data umum
Nama kepala keluarga, alamat, pekerjaan dan pendidikan
kepala keluarga, komposisi keluarga yang terdiri dari nama,
jenis kelamin, hubungan dengan kepala keluarga, umur,
pendidikan masing-masing anggota keluarga (Mubarak, dkk.
2006). Pengkajian pendidikan diketahui bahwa pendidikan
berpengaruh pada kemampuan dalam pengelolaan diabetes
melitus dan pandangan klien mengenai perawatan diabetes melitus

(Long dikutip dalam Harmoko, 2012). Sedangkan faktor usia


berpengaruh pada diabetes melitus terutama dewasa tua (> 40
tahun) adalah risiko tinggi diabetes melitus (Syaifoellah dikutip
dalam Harmoko, 2012).
b. Genogram
Genogram bermanfaat untuk mengetahui faktor genetik
atau faktor bawaan yang sudah ada pada diri manusia untuk
timbulnya diabetes melitus.
c. Status Sosial
Status sosial ekonomi keluarga dapat dilihat dari pendapatan
kepala keluarga maupun dari anggota keluarga lainnya dan

kebutuhan —kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga. Pada


pengkajian status sosial ekonomi diketahui bahwa tingkat sosial
ekonomi berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang.
Dampak dari ketidakmampuan keluarga membuat seseorang
enggan memeriksakan diri ke dokter dan fasilitas kesehatann
lainnya.
d. Riwayat Kesehatan
Hal yang perlu dikaji adalah mengenai riwayat kesehatan
masing-masing anggota keluarga dan apakah dari anggota

keluarga tersebut ada yang mempunyai penyakit


keturunan. Karena sebagaimana telah diketahui bahwa diabetes
melitus merupakan salah satu dari penyakit keturunan,
disamping itu perlu dikaji tentang perhatian keluarga terhadap
pencegahan penyakit, sumber pelayanan kesehatan yang biasa
digunakan keluarga serta pengalaman terhadap pelayanan
kesehatan.
e. Karakteristik Lingkungan
Hal yang perlu dikaji adalah karakteristik rumah, tetangga

dan komunitas, geografis keluarga, sistem pendukung


keluarga dimana karakteristik rumah dan penataan lingkungan
yang kurang pas dapat menimbulkan suatu cidera, karena pada
penderita diabetes melitus bila mengalami suatu cidera atau luka
biasanya sulit sembuh.
f. Fungsi Keluarga
1. Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran dari
anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam

anggota keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota


keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap
saling menghargai. Semakin tinggi dukungan keluarga
terhadap anggota keluarga yang sakit, semakin

mempercepat kesembuhan penyakitnya. Fungsi ini merupakan


basis sentral bagi pembentukan dan kelangsungan unit
keluarga.Fungsi ini berkaitan dengan persepsi keluarga
terhadap kebutuhan emosional para anggota keluarga.
Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan
mengakibatkan ketidakseimbangan keluarga dalam
mengenal tanda —tanda gangguan kesehatan selanjutnya.
2. Fungsi Keperawatan
a. Mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah

kesehatan sejauh mana keluarga mengetahui fakta —


fakta dari masalah kesehatan yang meliputi
pengertian, faktor penyebab, tanda dan gejala serta
mempengaruhi keluarga terhadap masalah, kemampuan
keluarga dapat mengenal masalah, tindakan yang
dilakukan oleh keluarga akan sesuai dengan tindakan
keperawatan, karena diabetes mellitus memerlukan
perawatan yang khusus yaitu mengenai pengaturan
makannya.

b. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil


keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat.
Yang perlu dikaji adalah bagaimana keluarga mengambil
keputusan yang tepat apabila anggota keluarga terserang
diabetes mellitus.
c. Untuk mengetahui sejauh mana keluarga merawat anggota
keluarga yangsakit. Yang perlu dikaji sejauh mana
keluarga mengetahui keadaan penyakitnya dan cara
merawat anggota keluarga yang sakit diabetes mellitus.
d. Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga
memelihara lingkungan rumah yang sehat. Yang perlu
dikaji bagaiman keluarga mengetahui keuntungan atau

manfaat pemeliharaan lingkungan kemampuan keluarga


untuk memodifikasi lingkungan akan dapat mencegah
kekambuhan dari pasien diabetes mellitus.
e. Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga
menggunakan fasilitas kesehatan yang akan mendukung
terhadap kesehatan seseorang
3. Fungsi Sosialisasi
Pada kasus penderita DM yang sudah
mengalami komplikasi seperti ganggren, dapat

mengalami gangguan ungsi sosial baik di dalam


keluarga maupun didalam komunitas sekitar keluarga.
4. Fungsi Reproduksi
Pada penderita diabetes mellitus perlu dikaji
riwayat kehamilannya untuk mengetahui adanya tanda-
tanda diabetes mellitus gestasional, karena diabetes
gestasional terjadi pada saat kehamilan. Pada pria juga
perlu dikaji kemungkinan terjadi gangguan
reproduksi seperti disfungsional ereksi, kecendurungan

yang terjadi pada penderita DM.


5. Fungsi Ekonomi
Status ekonomi keluarga sangat mendukung
terhadap kesembuhan penyakit. Biasanya karena faktor
ekonomi orang segan untuk mencari pertolongan dokter
ataupun petugas kesehatan lainnya.

Pengkajian fokus asuhan keperawatan keluarga dengan salah


satu anggota yang menderita DM menurut Wijaya dan Putri (2013)
adalah :
1. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang : kesemutan, menurunnya
BB, meningkatnya nafsu makan, sering haus, banyak
kencing, menurunnya ketajaman penglihatan.
b. Riwayat kesehatan dahulu : riwayat penyakit pancreas,
hipertensi MCI , ISK berulang.
c. Riwayat kesehatan keluarga : riwayat keluarga dengan DM.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara,


tinggi badan, beratbadan dan tanda—tandavital.
b. Head to Toe
1) Kepala Leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah
pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang
berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering
terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah
goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah

penglihatan kabur /ganda, diplopia,lensa mata keruh


2) Sistem Integument
Kaji Turgor kulit menurun pada pasien yang
sedang mengalami dehidrasi, kaji pula adanya luka atau
warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu
kulit didaerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan
pada kulit sekitar luka, tekstur rambutdan kuku.
3) Sistem Pernafasan
Adakah sesak nafas menandakan pasien

mengalami diabetes ketoasidosis, kaji juga adanya


batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.
4) Sistem Kardiovaskuler

Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah


atau berkurang, takikardi / bradikardi, hipertensi /
hipotensi, aritmia, kardiomegalis. Hal ini berhubungan
erat dengan adanya komplikasi kronis pada
makrovaskuler.
5) Sistem Urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa
panas atau sakit saat berkemih. Kelebihan glukosa akan
dibuang dalam bentuk urin.

6) Sistem Musculoskeletal
Adanya katabolisme lemak, Penyebaran lemak dan,
penyebaran masa otot berubah. Pasien juga cepat lelah,
lemah.
7) Sistem Neurologis
Berhubungan dengan komplikasi kronis yaitu pada
system neurologis pasien sering mengalami penurunan
sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk,
reflek lambat, kacau mental, disorientasi.

3. Pemeriksaan penunjang kadar glukosa, gula darah sewaktu


>200 mg/dl, gula darah puasa >140gr/dl, dan gula darah 2 jam
PP >200 mg/dl. Pemeriksaan aseton plasma hasil (+)
mencolok, asam lemak bebas (peningkatan lipid dan
kolseterol), osmolaritas serum (> 330 osm/l), urinalisis
(proteinuria, ketonuria, glukosuria).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan
data yang di dasarankan pada pengkajian. Komponen diagnosis

keperawatan meliputi problem atau masalah (P), etiologi atau


penyebab (E), sign atau tanda (S).
Tipologi dari diagnosis keperawatan keluarga sama
sebagaimana diagnosis klien lainnya yaitu : Diagnosis aktual (terjadi
defisit atau gangguan kesehatan), Diagnosis risiko tinggi (ancaman
kesehatan), Diagnosis potensial (keadaan sejahteraatau wellness).
Perumusan diagnosa berdasarkan NANDA :
1) Defisiensi pengetahuan proses penyakit berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenali masalah anggota

keluarga dengan DM.


2) Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenali masalah anggota
keluarga dengan DM.
3) Resiko glukosa tidak stabil denganfaktor resiko kurang
kepatuhan managemen diit berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
DM.

Proses skoring masalah keperawatan keluarga

No. Kriteria Skor Bobot

1. Sifat Masalah

3
- Tidak atau kurang sehat 1
- Ancaman kesehatan 2

-Krisis atau keadaan sejahtera 1

2.Kemungkinan masalah dapat diubah


-Dengan mudah 2 2
-Hanya sebagian 1
-Tidak dapat
0

3.Potensial masalah dapat dicegah

-Tinggi 3 1
-Cukup 2
-Rendah
1

4. Menonjolnya masalah

-Masalah berat harus segera 2 1


ditangani
- Ada masalah, tetapi tidak perlu 1

segera ditangani
- Masalah tidak dirasakan 0

Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan


dengan cara berikut ini :

1) Tentukan skor untuk setiap kriteria yang telah dibuat.


2) Selanjutnya skor dibagi dengan angka tertinggi yang dikalikan
dengan bobot.
3) Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria, skor tertinggi adalah 5,
sama dengan seluruh bobot.
;. Dntgrvgnsi Hgpgriwitin
a. Defisinsi pengetahuan proses penyakit berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenali masalah anggota keluarga

dengan DM.
Tujuan: Setelah melakukan tindakan keperawatan, keluarga
dapat mengetahuitentang Diabetes mellitus, meliputi:
pengertian, penyebab, tanda dan gejala, komplikasi.
Kriteria: Keluarga dapat menilai tanda dan gejala DM yang
terjadi pada penderita
Standar: Keluarga mengetahui pengertian DM adalah
sekumpulan gejala yang timbul, ditandai dengan kadar gula
darah yang melebihi normal akibat tubuh kekurangan insulin,

(Mahendra, dkk. 2008). Penyebab DM adalah riwayat


keturunan diabetes, kurang olah raga, obesitas. Tanda dan
gejala adalah poliuria, poliphagia, polidipsi.
Komplikasinya adalah kerusakan saraf perifer, retina dan
adanya luka yang sukar sembuh.
Menurut Nurafif & Hardhi (2013), Intervensi dengan diagnosa
Defisiensi pengetahuan proses penyakit berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenali masalah anggota keluarga
dengan DM sebagai berikut:

1. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga


2. Berikan gambaran tanda dan gejalayang biasa muncul pada
penyakit
3. Diskusikan penanganan pada penderita DM
4. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi
b. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenali masalah anggota keluarga
dengan DM.
Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga
dapat mengetahui perubahan nutrisi yang terjadi pada anggota
keluarga dengan Diabetes mellitus.

Kriteria : Keluarga dapat mengerti adanya peningkatan berat


badan yang ideal sesuai dengan tinggi badan.
Standar :
Berat Badan Normal (BBR) : BB (kg) x 100%
TB (cm) — 100
Kurus : BBR < 90 %
Normal (ideal) : BBR 90-110 %
Gemuk : BBR > 110 %
Obesitas : BBR > 120 %

(Rendi & Margareth, 2012)


Menurut Nurafif &Hardhi (2013), intervensi dengan
diagnosa perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengenali masalah anggota
keluarga dengan DM sebagai berikut :
1) Anjurkan keluarga untuk meningkatkan protein dan vitamin
C.
2) Diskusikan dengan keluarga mengenai diit yang dibutuhkan
klien mengandung kalori tinggi.

3) Ajarkan keluarga untuk memonitor adanya penurunan


berat badan.
4) Berikan informasi kepada keluarga tentang kebutuhan
nutrisi dalam sehari.
c. Resiko glukosa tidak stabil denganfaktor resiko kurang
kepatuhan managemen diit berhubungan dengan kadar glukosa
tinggi karena ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga dengan DM.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, keluarga

dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota


keluarga yang mengalami resiko distruksi jaringan dan
peningkatan paparan lingkungan terhadap pathogenakibat
kadar glukosa tinggi.

Kriteria : Keluarga dapat mengetahui tentang pengertian


resiko glukosa tidak stabil kurang kepatuhan managemen
diit terjadi pada penderita DM.
Standart : Pengaturan makan (diet) merupakan komponen
utama keberhasilan pengelolaan diabetes mellitus, akan tetapi
mempunyai kendala yang sangat besar yaitu kepatuhan
seseorang untuk menjalaninya. Potter, Patricia A., & Perry,
Anne G. (2005).
Menurut Nurafif & Hardhi (2013), intervensi dengan

diagnosa Resiko glukosa tidak stabil denganfaktor resiko


kurang kepatuhan managemen diit berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan


DM sebagai berikut :
1) Diskusikan dengan keluarga untuk penanganan DM
2) Anjurkan klien dan keluarga untuk mengatur diit.
3) Ajarkan keluargadan klien untuk mengatur diit yang boleh
dikonsumsi.
4) Anjurkan keluarga dan klien untukuntuk mengatur diit

yang harus dihindari.


5. Dbp`gbgntisi Hgpgriwitin
Implementasi yang dilakukan pada asuhan keperawatan
keluarga dengan Diabetes Mellitus, yaitu :
a. Defisiensi pengetahuan proses penyakit volume cairan
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenali
masalah anggota keluarga dengan DM.
1) Mengkaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
2) Memberikan gambaran tanja dan gejala yang biasa muncul

pada penyakit
3) Mendiskusikan penanganan pada penderita DM
4) Menyediakan informasi pada pasien tentang kondisi
b. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenali masalah anggota keluarga


dengan DM.
1) Menganjurkan keluarga untuk meningkatkan protein dan
vitamin C.
2) Mendiskusikan dengan keluarga mengenai diit yang
dibutuhkan klien mengandung kalori tinggi.
3) Mengajarkan keluarga memonitor adanya penurunan berat
badan.
4) Memberikan informasi kepada keluarga tentang kebutuhan

nutrisi dalam sehari.


c. Resiko glukosa tidak stabil dengan faktor resiko kurang
kepatuhan managemen diit berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
DM.
1) Mendiskusikan dengan keluarga untuk penanganan DM.
2) Menganjurkan klien dan keluarga untuk mengatur diit
3) Mengajarkan keluarga dan klien untuk mengatur diit yang
boleh dikonsumsi.

4) Menganjarkan keluarga dan klien untuk untuk mengatur


diit yang harus dihindari
7. Gvi`uisi Hgpgriwitin
Evaluasi yang diharapkan pada asuhan keperawatan
keluarga dengan Diabetes Mellitus adalah :
a. Defisiensi pengetahuan proses penyakit berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenali masalah anggota keluarga
dengan DM.
Evaluasi : Keluarga klien mampu menjelaskan dan

menyebutkan Pengertian , penyebab, dan tanda gejala DM


b. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenali masalah anggota keluarga
dengan DM.

Evaluasi : Keluarga klien mampu menyebutkan kebutuhan


nutrisi yang dibutuhkan anggota keluarganya dengan DM.
c. Resiko glukosa tidak stabil denganfaktor resiko kurang
ketidakpatuhan managemen diit berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
DM.
Evaluasi : Keluarga mengatakan dapat menjelaskan cara
merawat anggota keluarga untuk managemen diit penderita DM.
EIFUI] SW[UIHI

Chris Tanto …[et al.]. 2014. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 4. Jakarta: Media
Aesculapius.

Harmoko. (2012). Asuhan keperawatan keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nurafif & Hardhi. (2013). Asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis &
NANDA NIC-NOC.Yogyakarta: Mediaction.

Padila. (2012). Buku ajar keperawatan keluarga. Yogyakarta : Nuha Medika.

Rendy,M., C.,& Margareth, T. H. (2012). Asuhan keperawatan medical bedah


penyakit dalam. Yogyakarta : Nuha Medika.

Smeltzer. (2017). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 12.
Jakarta : EGC.

Tambayong, Jan. 2012. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Tarwoto. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta:


TIM.

Whidarto. (2014). Kencing Manis (Diabetes). Jakarta : Sunda Kelapa


PustakaWijaya dan Putri

Wijaya dan Putri. (2013). Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa) 2.


Yogyakarta : Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai