Anda di halaman 1dari 8

Tujuan utama tatalaksana dari hematotoraks adalah untuk menstabilkan hemodinamik pasien,

menghentikan perdarahan dan mengeluarkan darah serta udara dari rongga pleura. Langkah pertama
untuk menstabilkan hemodinamik adalah dengan resusitasi seperti diberikan oksigenasi, cairan infus,
transfusi darah, dilanjutkan pemberian analgetik dan antibiotik.3
Trauma toraks atau dada yang terjadi, menyebabkan gagal ventilasi (keluar masuknya udara), kegagalan
pertukaran gas pada tingkat alveolar (organ kecil pada paru yang mirip kantong), kegagalan sirkulasi
karena perubahan hemodinamik (sirkulasi darah). Ketiga faktor ini dapat menyebabkan hipoksia
(kekurangan suplai O2) seluler yang berkelanjutan pada
hipoksia jaringan. Hipoksia pada tingkat jaringan dapat menyebabkan ransangan terhadap cytokines
yang dapat memacu terjadinya Adult Respiratory Distress Syndrome (ARDS), Systemic Inflamation
Response Syndrome (SIRS) dan sepsis. Hipoksia, hiperkarbia, dan asidosis sering disebabkan oleh trauma
toraks. Hipokasia jaringan merupakan akibat dari tidak adekuatnya pengangkutan oksigen ke jaringan
oleh karena hipovolemia (kehilangan darah), pulmonary ventilation/perfusion mismatch (contoh
kontusio, hematoma, kolaps alveolus) dan perubahan dalam tekanan intratoraks (contoh tension
pneumothoraks, pneumothoraks terbuka). Hiperkarbia lebih sering disebabkan oleh tidak adekuatnya
ventilasi akibat perubahan tekanan intratoraks atau penurunan tingkat kesadaran. Asidosis metabolik
disebabkan oleh hipoperfusi dari jaringan (syok).8
Apabila penanganan pada kasus hematotoraks tidak dilakukan segera maka kondisi pasien dapat
bertambah buruk karena akan terjadi akumulasi darah di rongga thoraks yang menyebabkan paru-paru
kolaps dan mendorong mediastinum serta trakea ke sisi yang sehat, sehingga terjadi gagal napas dan
meninggal, fibrosis atau skar pada membrane pleura, Ateletaksis, Shok, Pneumothoraks, Pneumonia,
Septisemia.9, 10
Pada trauma thoraks perlu dipikirkan juga syok berasal dari trauma di organ intrathorakal. Pemasangan
intubasi diperlukan untuk mengontrol airway. Dilihat juga peningkatan JVP guna membedakan dengan
tension pneumothoraks dan tamponade jantung. Lihat retraksi interkostal dan supraklavikular dapat
menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas. Evaluasi banyak dan persebaran luka (abrasi, emfisema
subkutis, krepitasi, dan adanya fraktur costae). Jangan lupa juga penilaian terhadap daerah thoraks
posterior

Pasien di diagnosa dengan Hematotoraks ec trauma tumpul. Penatalaksanaan awal yang diberikan
kepada pasien adalahresusitasi yaitu dengan pemberian oksigenasi O2 sungkup 3-5 liter/menit, rehidrasi
cairan IVFD RL 20 tetes per menit, pantau Hb serial, pasien berbaring dalam posisi semi fowler, serta
dapat dilanjutkan dengan pemberian analgetik suppositoria sebanyak 2 buah, setelah pasien stabil
dilakukan tindakan untuk pengeluaran darah dari rongga pleura dengan pemasangan chest tube yang
dihubungakan dengan tabung berisi air (water shield drainage) dan didapatkan darah dengan jumlah ±
300 cc saat pertama kali pemasangan. Diberikan obat anti- fibrinolitik sebanyak 3 x 500 mg serta obat
suportif lainnya berupa antibiotik 2x1 gr IV, vit K 3x1 gr IV, antihistamin 2x1 gr IV. Setelah dilakukan
pemasangan WSD dilakukan evaluasi, dimana keadaan pasien sudah cukup stabil, tekanan darah pasien
130/80 mmHg, nadi 100x/menit, respirasi 26x/menit, suhu 36 0C, SPO2 90%, kemudian pasien dapat
dipindahkan keruangan untuk dilakukan observasi.

terdapat suatu trauma pada thoraks, selain itu maka kelainan- kelainan dari dinding thoraks
menyebabkan terganggunya mekanisme inspirasi/ekspirasi, kelainan-kelainan dalam rongga thoraks,
terutama kelainan jaringan paru, selain menyebabkan berkurangnya elastisitas paru, juga dapat
menimbulkan gangguan pada salah satu/semua fungsi-fungsi pernapasan tersebut.2
Dari pemeriksaan fisik, didapatkan hasil perkusi redup pada daerah thoraks sinistra dan suara nafas
menjauh pada daerah thoraks sinstra. Secara umum didapatkan manifestasi klinis berupa takipnea,
nafas dangkal, perkusi redup, penurunan suara nafas vesikuler, dan dapat ditemukan terjadinya
takikardi dan hipotensi apabila telah terjadi kehilangan darah yang berarti. Hematotoraks dibagi
berdasarkan klasifikasi sebagai berikut:11
• Hematotoraks kecil: yang tampak sebagian bayangan kurang dari 15 % pada foto rontgen, perkusi
pekak sampai iga IX. Jumlah darah sampai 300 ml.
• Hematotoraks sedang: 15–35 % tertutup bayangan pada foto rontgen, perkusi pekak sampai iga VI.
jumlah darah sampai 800 ml.
• Hematotoraks besar: lebih 35 % pada foto rontgen, perkusi pekak sampai cranial, iga IV. Jumlah darah
sampai lebih dari 800 – 1500 ml.

Prinsip penatalaksanaan hematotoraks adalah stabilisasi hemodinamik pasien, menghentikan sumber


perdarahan dan mengeluarkan darah serta udara dari rongga pleura. Langkah pertama stabilisasi
hemodinamik adalah dengan melakukan resusitasi yaitu dengan pemberian oksigenasi, rehidrasi cairan,
serta dapat dilanjutkan dengan pemberian analgesik serta antibiotik. Setelah hemodinamik pasien stabil
dapat direncanakan untuk pengeluaran cairan (darah) dari rongga pleura dengan pemasangan chest
tube yang disambungkan dengan water shield drainage dan didapatkan cairan (darah). Pemasangannya
selama beberapa hari untuk mengembangkan paru ke ukuran normal.13 Penatalaksanaan yang
dilakukan kepada pasien sudah sesuai dengan prinsip penatalaksanaan hematotoraks diatas

http://repository.lppm.unila.ac.id/5168/1/ARTIKEL%20DIANA-ANISA%20IKA.pdf

ORGAN
Trauma tumpul kadang tidak menimbulkan kelainan yang jelas pada
permukaan tubuh, tetapi dapat mengakibatkan cedera berupa kerusakan daerah organ sekitar, patah
tulang iga, cedera perlambatan (deselerasi), cedera kompresi, peningkatan mendadak tekanan darah,
pecahnya viskus berongga, kontusi atau laserasi jaringan maupun organ dibawahnya.2,22
Mekanisme terjadinya trauma pada trauma tumpul disebabkan adanya deselerasi cepat dan adanya
organ-organ yang tidak mempunyai kelenturan (non complient organ) seperti hati, lien, pankreas, dan
ginjal. Secara umum mekanisme terjadinya trauma tumpul abdomen yaitu:
1) Saat pengurangan kecepatan menyebabkan perbedaan gerak di antara struktur. Akibatnya, terjadi
tenaga potong dan menyebabkan robeknya organ berongga, organ padat, organ visceral dan pembuluh
darah, khususnya pada bagian distal organ yang terkena. Contoh pada aorta distal yang mengenai tulang
torakal mengakibatkan gaya potong pada aorta dapat menyebabkan ruptur. Situasi yang sama dapat
terjadi pada pembuluh darah ginjal dan pada cervicothoracic junction.
2) Isi intra abdominal hancur diantara dinding abdomen anterior dan columna vertebra atau tulang
toraks posterior. Hal ini dapat menyebabkan ruptur, biasanya terjadi pada organ-organ padat seperti
lien, hati, dan ginjal.

3) Gaya kompresi eksternal yang menyebabkan peningkatan tekanan intra-abdomen yang tiba-tiba dan
mencapai puncaknya biasanya menyebabkan ruptur organ berongga. Berat ringannya perforasi
tergantung dari gaya dan luas permukaan organ yang terkena cedera.17
Kerusakan organ lunak karena trauma tumpul biasanya terjadi sesuai dengan tulang yang terkena
seperti terlihat pada tabel 2 sebagai berikut:

ada di
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/05cb00122059443e6648bef1374d500f.pdf sini
jg

Neuroendokrin
Hipovolemia, hipotensi dan hipoksia dapat dideteksi oleh baroreseptor dan kemoreseptor tubuh. Kedua
reseptor tadi berperan dalam respons autonom tubuh yang mengatur perfusi serta substrak lain. 4-5
2.4.3 Kardiovaskular
Tiga variabel seperti; pengisian atrium, tahanan terhadap tekanan (ejeksi) ventrikel dan kontraktilitas
miokard, bekerja keras dalam mengontrol volume sekuncup. Curah jantung, penentu utama dalam
perfusi jaringan, adalah hasil kali volume sekuncup dan frekuensi jantung. Hipovolemia menyebabkan
penurunan pengisian ventrikel, yang pada akhirnya menurunkan volume sekuncup. Suatu peningkatan
frekuensi jantung sangat bermanfaat namun memiliki keterbatasan mekanisme kompensasi untuk
mempertahankan curah jantung. 4-5
2.4.4 Gastrointestinal
Akibat aliran darah yang menurun ke jaringan intestinal, maka terjadi peningkatan absorpsi endotoksin
yang dilepaskan oleh bakteri gram negatif yang mati

di dalam usus. Hal ini memicu pelebaran pembuluh darah serta peningkatan metabolisme dan bukan
memperbaiki nutrisi sel dan menyebabkan depresi jantung. 4-5
2.4.5 Ginjal
Gagal ginjal akut adalah satu komplikasi dari syok dan hipoperfusi, frekuensi terjadinya sangat jarang
karena cepatnya pemberian cairan pengganti. Yang banyak terjadi kini adalah nekrosis tubular akut
akibat interaksi antara syok, sepsis dan pemberian obat yang nefrotoksik seperti aminoglikosida dan
media kontras angiografi. Secara fisiologi, ginjal mengatasi hipoperfusi dengan mempertahankan garam
dan air. Pada saat aliran darah di ginjal berkurang, tahanan arteriol aferen meningkat untuk mengurangi
laju filtrasi glomerulus, yang bersama-sama dengan aldosteron dan vasopresin bertanggung jawab
terhadap menurunnya produksi urin. 4-5
diagnosis syok hipovolemik
Hypovolemic shock diakibatkan umumnya karena kehilangan darahb ataupun cairan tubuh pada tubuh
manusia yang mengakibatkan jantung kekurangan darah untuk disirkulasi sehingga dapat
mengakibatkan kegagalan organ. Kehilangan darah ini dapat diakibatkan karena trauma akut dan
perdarahan, baik secara eksternal ataupun internal. Gejala-gejala yang dimiliki bergantung pada
persentase darah yang hilang dari seluruh darah yang dimiliki pasien, namun ada beberapa gejala umum
yang dimiliki oleh seluruh penderita hypovolemic shock. Pada umumnya, pasien yang menderita
hypovolemic shock memiliki tekanan darah yang rendah (dibawah 100mmHg) dan suhu tubuh yang
rendah pada bagian-bagian tubuh perifer. Tachycardia (diatas 100 bpm), brachycardia (dibawah 60
bpm), dan tachypnea juga umumnya terjadi pada pasien-pasien yang menderita hypovolemic shock.
Kandungan haemoglobin yang relatif kurang (<=6g/l) pada darah juga dapat menjadi pertanda adanya
perdarahan dan dapat membantu dalam mendeteksi hypovolemic shock. Pasien juga umumnya memiliki
kegangguan kesadaran dan mengalami kebingungan/kemarahan yang diakibatkan oleh gangguan pada
sistem saraf akibat kurangnya darah.6
Pasien yang menderita hypovolemic shock dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan persentase volume
darah yang hilang dari seluruh tubuh pasien, dan gejala yang dialami oleh tiap kategori pasien disajikan
dalam tabel berikut:7
Trauma tumpul dapat diklasifikasikan menjadi dua mekanisme utama yaitu

cedera akselerasi (kompresi) dan cedera deselerasi (perlambatan). Cedera

akselerasi (kompresi) merupakan suatu kondisi trauma tumpul langsung ke

area abdomen atau bagian pinggang. Kondisi ini memberikan menifestasi

kerusakan vascular dengan respons terbentuknya formasi hematom di dalam

viseria. Cedera kompresi yang kuat dapat juga mengakibatkan peningkatan

tekanan transien intraluminal yang memberikan respon adanya rupture pada


organ di dalam abdomen. Peningkatan tekanan transien inraabdomen adalah

mekanisme umum trauma tumpul yang mencederai usus kecil.

Cedera deselerasi adalah suatu kondisi di mana suatu peregangan yang

berlebihan memberikan manifestasi terhadap cedera intraabdomen. Kekuatan

peregangan secara longitudinal memberikan manifestasi rupture (robek) pada

struktur di persimpangan antara segmen intraabdomen. Cedera deselerasi yang

paling sering adalah cedera pada hepar sepanjang ligamentum teres dan cedera

lapisan intima arteri ginjal. Kondisi lain juga akan memberikan manifestasi

pergeseran usus besar, thrombosis, dana cedera mesentrika disertai dengan

cedera pada sistem vascular splanknik. Kondisi cedera akselerasi memberikan

berbagai masalah pada pasien sesuai organ intraabdominal yang mengalami

gangguan. Hal ini memberikan implikasi kedaruratan klinis, respons sistemik,

dan dampak intervensi medis. 11

pa itu perdarahan? Perdarahan adalah rusaknya dinding pembuluh darah yang dapat disebabkan
oleh ruda paksa (trauma) atau penyakit. Klasifikasi sumber perdarahan / golongan perdarahan :

1. Perdarahan nadi (arteri)

Darah yang berasal dari pembuluh nadi keluar memancar keluar sesuai dengan denyutan nadi dan
berwarna merah terang.  

2. Perdarahan balik (vena)

Darah yang keluar dari pembuluh balik, mengalir, berwarna merah gelap.  
3. Perdarahan rambut (kapiler)

Berasal dari pembuluh kapiler, darah yang keluar merembes perlahan.

Jenis-jenis perdarahan :  

1. Perdarahan luar

Perdarahan yang tampak / terlihat jelas keluar dari luka terbuka.  

2. Perdarahan dalam

Perdarahan dalam, biasanya tak terlihat dan kulit tidak tampak rusak. Kadang – kadang terlihat
berada di bawah permukaan kulit tanpa memar. Perlindungan terhadap infeksi pada penanganan
perdarahan :   –   Pakai APD agar tidak terkena darah atau cairan tubuh korban –   Jangan
menyentuh mulut, hidung, mata, makanan sewaktu memberi perawatan –   Cucilah tangan segera
setelah selesai merawat –   Dekontaminasi atau buang bahan yang sudah ternoda dengan darah
atau cairan tubuh korban. Mengendalikan perdarahan luar :  

1. Tekan langsung

Tekan bagian yang berdarah tepat di atas luka, umumnya perdarahan akan berhenti setelah 5-15
menit. Bila belum berhenti dapat ditambah penutup lain, tanpa melepas penutup pertama.  

2. Elevasi

Tinggikan posisi luka dan lakukan bersamaan dengan tekanan langsung.  

3. Tekan pada titik tekan

Arteri Brakialis (pembulu nadi di lengan atas) Arteri Femoralis (pembuluh nadi di lipat
paha) Perlu diingat :   Penangananperdarahan berarti mengendalikanperdarahan, bukan berar
timenghentikan perdarahan sama sekali.SYOK Syok terjadi bila sistem peredaran darah
(sirkulasi) gagal mengirimkan darah yang mengandung oksigen dan bahan nutrisi ke organ vital
(terutama otak, jantung dan paru – paru).   Penyebab

1. Kegagalan jantung memompa darah


2. Kehilangan darah dalam jumlah besar
3. Pelebaran (dilatasi) pembuluh darah yang luas, sehingga darah tidak dapat mengisinya
dengan baik
4. Kekurangan cairan tubuh yang banyak

Tanda syok :

1. a)  Pernapasan : cepat dan dangkal


2. b)  Nadi : cepat dan lemah
3. c)  Kulit : pucat, dingin dan lembab
4. d)  Wajah : pucat, sianosis pada bibir, lidah dan cuping telinga
5. e)  Mata : pandangan hampa, pupil melebar
  Gejala syok :

1. a. Mual dan mungkin muntah


2. Haus
3. Lemah
4. Pusing
5. Gelisah dan takut

Anda mungkin juga menyukai