TINJAUAN TEORI
2. Etiologi
a) Terapi antitrombosis
b) Koagulopati
c) Perdarahan saluran pencernaan
d) Varises esofagus
e) Ulkus peptikum dan duodenum
f) Ca gaster dan esofagus
g) Obstetrik/ginekologi
h) Plasenta previa
i) Abruptio plasenta
j) Ruptur kehamilan ektopik
k) Ruptur kista ovarium
l) Paru
m) Emboli pulmonal
n) Ca paru
o) Penyakit paru yang berkavitas: TB, aspergillosis
p) Rupturaneurisma
q) Perdarahan retroperitoneal
r) Trauma
s) Laserasi
t) Luka tembus pada abdomen dan toraks
u) Ruptur pembuluh darah besar
3. Patofisolohgi
4. Patway
5. Manifestasi klinis
Gejala klinis tunggal jarang ditemukan saat diagnosis syok ditegakkan.
Pasien bisa mengeluh lelah, kelemahan umum, atau nyeri punggung belakang
(gejala pecahnya aneurisma aorta abdominal). Penting diperoleh data rinci tentang
tipe, jumlah, dan lama perdarahan, karena pengambilan keputusan untuk tes
diagnostik dan tatalaksana selanjutnya tergantung jumlah darah yang hilang dan
lamanya perdarahan. Untuk perdarahan pada saluran cerna sangatlah penting
dicari asal darah dari rectum atau dari mulut. Karena cukup sulit menduga jumlah
darah yang hilang dari saluran cerna bagian bawah. Semua darah segar yang
keluar dari rectum harus diduga adanya perdarahan hebat sampai dibuktikan
sebaliknya. Syok umumnya memberi gejala klinis seperti turunnya tanda vital
tubuh: hipotensi, takikardi, penurunan urinoutput, dan penurunan kesadaran.
Kumpulan gejala tersebut merupakan mekanisme kompensasi tubuh. Gejala
umum lainnya yang bisa timbul adalah kulit kering, pucat, dan dengan
diaphoresis. Pasien menjadi bingung, agitasi, dan tidak sadar. Pada fase awal nadi
cepat dan dalam dibandingkan denyutnya, tekanan darah sistolik bisa saja masih
dalam batas normal karena kompensasi. Konjungtiva pucat, seperti yang terdapat
pada anemia kronik. Lakukan inspeksi pada hidung dan faring untuk melihat
kemungkinan adanya darah. Auskultasi dan perkusi dada juga dilakukan untuk
mengevaluasi apakah terdapat gejala hemotoraks, suara nafas akan turun, serta
suara perkusi redup di area dekat perdarahan. Pemeriksaan jasmani Periksa
abdomen dari tanda perdarahan intra-abdominal. Periksa panggul apakah ada
ekimosis yang mengarah ke perdarahan retroperitoneal. Lakukan pemeriksaan
rectum untuk mengetahui asal darah yang keluar dari rectum. Pasien dengan
riwayat perdarahan vagina dilakukan pemeriksaan pelvis lengkap dan lakukan tes
kehamilan untuk menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik.
6. Terapi
a) Pemeriksaan jasmani
b) Akses pembuluh darah
c) Terapi awal cairan
d) Transfusi darah
e) Evaluasi resusitasi cairan dan perfusi organ
Hal penting yang perlu ditanyakan pada kasus syok hemoragik adalah
mekanisme trauma atau penyebab perdarahan lainnya serta volume/jumlah
perdarahan dan durasinya.
b) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik syok hemoragik dapat dilakukan dengan terarah. Pasien
dapat tampak gelisah, bingung, atau pucat. Indikator klinis tanda syok adalah
tanda-tanda vital yang abnormal, seperti hipotensi, takikardia, nadi melemah,
menurunnya capillary refill time (CRT), penurunan output urine, dan perubahan
status mental.
Survei Primer berdasarkan Advanced Trauma Life Support (ATLS)
5) Exposure/Environmental control
Pada pemeriksaan exposure, lepaskan pakaian pasien lalu lakukan pemeriksaan
keseluruhan untuk menilai adanya trauma di tempat lain. Berikan selimut hangat
untuk mencegah terjadinya hipotermia yang dapat memperberat syok hemoragik.
Identifikasi perdarahan dilakukan baik secara eksternal dan internal. Perdarahan
internal dapat diidentifikasi dan dinilai menggunakan pemeriksaan fisik dan
pencitraan seperti xray atau Focused Assessment Sonography in Trauma (FAST).
Umumnya perdarahan internal terjadi akibat trauma pada toraks, abdomen, pelvis
dan tulang panjang seperti femur.
Adanya mekanisme kompensasi, faktor usia, dan penggunaan obat-obatan tertentu
dapat menyebabkan pasien syok datang dengan tekanan darah dan denyut nadi
yang normal. Pemeriksaan fisik pada pasien syok hemoragik harus dilakukan
dengan menyeluruh dan dalam keadaan tidak berpakaian.
Laserasi pada kulit dapat menyebabkan perdarahan yang signifikan karena kulit
kepala kaya akan pembuluh darah. Muka dapat terlihat pucat. Konjungtiva yang
anemis dapat menandakan anemia yang kronis. Hidung dan telinga diperiksa
untuk mencari sumber perdarahan.
b) Toraks
Pada hemotoraks akan terjadi penurunan suara napas dan perkusi yang redup pada
sisi perdarahan. Distensi vena jugular mengindikasikan tension hemotoraks atau
hemotoraks dengan kompresi paru jantung yang kontralateral. Pada cardiac
tamponade akan muncul Beck’s triad, yaitu bunyi jantung menjauh, distensi vena
jugularis, dan hipotensi.
c) Abdomen
Trauma pada hepar atau limpa adalah penyebab utama syok hemoragik. Tanda-
tanda perdarahan intraabdominal seperti distensi, nyeri saat palpasi, dullness pada
perkusi, serta ecchymosis dapat mengindikasikan perdarahan intraabdomen.
Rektal dan Vagina
a) Syok Septik
Pada anamnesis dapat ditemukan adanya trauma pada otak dan medula spinalis
serta riwayat tindakan epidural atau spinal. Pada pemeriksaan fisik, dapat
ditemukan hipotensi, bradikardia, hipotermia, warm dry peripheries with
bounding pulses, priapisme, serta kelumpuhan anggota gerak.
Untuk membantu menegakkan diagnosis, diperlukan pemeriksaan MRI tulang
belakang untuk melihat adanya cedera atau kompresi pada medula spinalis yang
menyebabkan syok neurogenik.
c) Syok Kardiogenik
Pemeriksaan Pencitraan
Pemeriksaan pencitraan dilakukan untuk mengidentifikasi sumber trauma atau
perdarahan. Pencitraan yang dapat dilakukan pada syok hemoragik adalah :
Foto rontgen toraks dan pelvis dilakukan pada kasus syok hemoragik. Foto
rontgen toraks untuk evaluasi hemotoraks yang ditandai opasitas pada satu atau
kedua rongga pleura. Foto rontgen pelvis dilakukan untuk mengidentifikasi
fraktur pelvis.
CT-Scan :
Angiografi :
Dalam kasus perdarahan gastrointestinal akut bagian bawah, angiografi salah satu
pemeriksaan terbaik dalam melokalisasi sumber perdarahan, bahkan dapat
mendeteksi perdarahan minimal 1-2 mL/ menit. Angiogram selektif dari celiac,
mesenterika superior dan arteri mesenterika inferior dilakukan untuk menemukan
area perdarahan. Angiografi juga dapat dilakukan untuk mendiagnosis dan
menatalaksana fraktur pelvis.
Pemeriksaan Laboratorium
Asidosis metabolik merupakan tanda kurangnya oksigen yang memadai dan perlu
resusitasi lebih agresif. Selain itu, perlu dilakukan juga pemeriksaan kadar serum
laktat. Peningkatan serum laktat pada keadaan syok terjadi akibat metabolisme
anaerob, gangguan mitokondria dalam memenuhi kebutuhan oksigen, serta
disfungsi hepar.
Analisa gas darah dapat menggunakan darah vena apabila arteri tidak dapat
dilakukan.
Pemeriksaan Hematologi :
Umumnya, kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht) tidak berubah dari nilai
normal setelah perdarahan akut. Kadar Ht dapat berubah setelah resusitasi dengan
cairan kristaloid karena perpindahan cairan ekstraseluler ke intravaskular.
Pemeriksaan Koagulasi :
Hasil pemeriksaan koagulasi dapat saja normal pada awal perdarahan akut,
kecuali ada riwayat penggunaan warfarin, low molecular weight
heparin (LMWH), antiplatelet, serta riwayat insufisiensi hepar. Pemeriksaan yang
dilakukan adalah PT dan aPTT untuk identifikasi masalah hemostasis sekunder.
Proses koagulasi yang disebabkan oleh trauma dapat juga terjadi sehingga
pemeriksaan koagulasi dapat membantu untuk menentukan jenis transfusi yang
harus dilakukan.
Pemeriksaan kimia klinik seperti kadar elektrolit tidak berubah pada awal
perdarahan akut, namun dapat berubah setelah dilakukan resusitasi. Kadar sodium
dan klorida dapat meningkat secara signifikan setelah resusitasi dengan pemberian
cairan isotonik natrium klorida sehingga menyebabkan non–ion gap acidosis yang
dapat memperparah asidosis.
Peningkatan kadar kalium dan penurunan kadar kalsium dapat terjadi setelah
dilakukan transfusi darah. Hasil pemeriksaan fungsi ginjal seperti kreatinin dan
ureum umumnya dalam batas normal, kecuali pasien memiliki riwayat penyakit
ginjal sebelumnya.
Pemeriksaan Lainnya
2. Analisa Data
Tabel 2.1
Suplai oksigen
ke miokard
menurun
Hipoksia
Penurunan
curah jantung
DS : Fasokontriksi Perfusi Perifer
DO : pembuluh tidak efektif
- Akral dingin darah
Tangg Data senjang ( DS & Etiologi Masalah
al DO) keperawatan
- CRT > 3detik
Kulit
Akral dingin
Perfusi perifer
tidak efektif
DS : Dispnea Suplai oksigen Gangguan
DO : ke miokard pertukaran gas
- PCO2 meningkat menurun (D.0003)
- Takikardia
- Bunyi nafas
tambahan Metabolisme an
- Nilai AGD aerob
Terjadi
peningkatan
asam laktat
Gangguan
pertukaran gas
DS : Perdarahan Hipovolemia
-
DO : Keluarnya
- Perdarahan banyak darah
- Produksi cairan
bercampur darah Kehilangan
- Mukosa bibir volume cairan
Tangg Data senjang ( DS & Etiologi Masalah
al DO) keperawatan
kering
Hipovolemia
Gambar 3 5
an EKG
Aritmia
takikard 4 5
ia
II Setelah dilakukan O: observasi 1. untuk mengetahui
Ganggua tindakan keperawatan kecepatan oksigen kecepatan oksigen
n selama 1x24 jam N: pertahankan pasien
pertukara diharapkan gangguan kepatenan jalan nafas 2. untuk mengurangi
n gas pertukaran gas pasien K: Kolaborasi syok
dapat teratasi dengan pemberian oksigen 3. untuk
Kriteria Hasil : mempertahakan jalan
I E nafas
R R
Tingkat 4 5
kesadar
an
dispnea 3 5
takikard 3 5
ia
Bunyi 3 5
nafas
tambah
an
Pola 3 5
No. Dx Tujuan Rencana Tindakan Rasional
nafas
III Setelah dilakukan O: periksa sirkulasi 1. Untuk
Perfusi tindakan keperawatan perifer mengetahui
perifer selama 2x24 jam (nadi,perifer,warna,su perifer pasien
tidak diharapkan menjadi hu) 2. Untuk
efektif orang tua dapat teratasi T: lakukan hidrasi memperbaiki
dengan Kriteria Hasil : -lakukan pencegahan sirkulasi
IR ER infeksi 3. perifer dan
Warna kulit 4 5 E: informasi tanda pencegahan
dan gejala darurat yg infeki
Pengisian 4 5 harus di laporkan 4. spuntuk
akral mengetahui
Akral 4 5 gejala darurat