Kelainan Hemodinamika,
Penyakit Tromboemboli dan Syok
76
Kelainan Hemodinamika, PenyakitTromboemboli dan Syok O 77
EDEMA
Edema adalah keadaan bertambahnya jumlah cairan di dalam ruang-ruang
jaringan interstisial atau rongga tubuh (mis aTnya hidrotorahs, hidroperihardium;
hid.rJperitoneunr. yang juga disebut osiles). Edema clapat bersifat lokaI (misalnya
akibai obstruksi-pembuluh vena atau limfe terisolasi) atau sistemik (seperti
pada gagal jantung); edema sistemik yang.berat dinamakan anasarka' Tabel 4-1
-"*'.iuiauitur berbagai kategori patofisiologik edema; secara kasar edema dapat
dikelompokkar. -"njudi ed.ema noninflatnasi (yang menghasilkan transudat
Pp*ng** flidrPsratr*
Cangguan aliran balik wna
Cagal lantung kongestif
Perikarditis konstrikti i
:::iiAsitb!'iFif.o5ls:llatil'r r:,, :.": ..,:,,.' l
:,:Gbrtr:uksi:atau k*mpiedrtveia:"'r: r: :',' i. irri::::':::::r"'',:r' l
Trombosis
.
l'i,
-t'Te1g4*:n:ekste r!f].]isalry'4 marsa) , ,::; ;:' : : ; ,,;
::;
;,,:, -:
:
:,:,i'frra.lrlivitasrelitre{rlita5:bawq!,akihaldepe-rrdeas.i y*ngJaml
Dilatasi arleriol
Panas
Disregulasi neurohumoral
Dimodifikasi dari Leaf A, Cotran RS: Renal Pathophysiology, edisi ke-3. New York, oxford university
Press, 1985, hal. 146. Dengan ijin dari Oxford Press, lnc'
78 O felainan Hemodinamika, Penyakit Tromboemboli dan Syok
Morfologi
Edema merupakan gejala yang paling mudah dilihat secara makroskopis;
secara mikroskopis, manifestasi edema hanya berupa pembengkakan sel yang
tidak jelas dan terpisahnya matriks ekstrasel.
. Ed,ema subhutan dapat bersifat difus atau terjadi ketika terdapat tekanan
hidrostatik yang paling tinggi (miSalnya, jika dipengaruhi oleh berat jenis,
dinamakan edema dependen ftetjadi pada tungkai pada saat berdiri atau pada
sakrum ketika pasien berbaring telentang]). Edema dependen merupakan ciri
khas gagal jantung kongestif. Edema yang terjadi karena hipoproteinemia
umumnya lebih berat dan lebih difus; gejala ini terlihat paling nyata pada
jaringan ikat yang longgar (misalnya palpebra yang menyebabkan edema
periorbita[).
. Edema pada organ padat mengakibatkan peningkatan ukuran dan berat
organ; secara histologis hanya terlihat pemisahan unsur-unsur parenkim.
. Edema paru (Bab 15) merupakan ciri khas kegagalan ventrikel kiri kendati
juga terlihat pada gagal ginjal, sindrom distress pernapasan dewasa (adult
respiratory d.istress syndrome IARDSI), infeksi dan reaksi hipersensitivitas.
Paru-paru yang mengalami edema memiliki berat dua hingga tiga kali berat
normalnya; pada saat diiakukan pengisapan akan terlihat sputum yang
Kelainan Hemodinamika, PenyakitTromboemboli dan Syok O 79
berbuih dan bernoda darah karena merupakan campuran udara, cairan edema
serta eritrosit.
. Edem,a otah d,apat terlokalisasi di tempat jejas (misalnya pada abses atau
neoplasma) atau generalisasi (misalnya pada ensefalitis, krisis hipertensi atau
obstruksi aliran-keluar darah vena). Jika bersifat menyeluruh, otak secara
makroskopis tampak membengkak dengan penyempitan sulkus dan distensi
girus yang menjadi rata karena tertekan pada tulang tengkorak'
Morfologi
Pad.a kongesti oftul, pembuluh darah mengalami distensi dan organ tubuh
secara makroskopis tampak hiperemik; kongesti anyaman kapiler juga sering
menyebabkan edema interstisial. Pada hongesti hronih, tuptur 'kapiler dapat
menimbulkan perdarahan fokal; pemecahan eritrosit yang terjadi berikutnya
mengakibatkan terlihatnya sel-sel makrofag yang penuh dengan hemosiderin'
Atrofi atau kematian sel parenkim (pada keadaan fibrosis) dapat pula ditemukan.
Secara makroskopis, jaringan tubuh terlihat ber'warna cokelat, mengerut dan
fibrotik. Paru-paru dan hati merupakan organ yang sering terkena keadaan ini-
. Paru-paru secara khas terkena pada gagal ventrikel kiri karena sebab apa
pun. secara akut akan terjadi distensi kapiler disertai edema interstisial
dan transudat di dalam alveoli. Secara kronik akan terlihat sel-sel makrofag
yang penuh dengan hemosiderin (sel gagal jantung); disertai edema septum
alveolaris yang fibrosis (indurasi cohelat).
o Hati turut terkena kalau terjadi gagal jantung kanan atau kadang pada
obstruksi vena hepatika atau vena kava inferior' Secara akut terdapat
disiensi vena sentralis dan sinusoid hepar; degenerasi sentral hepatosit juga
dapat ditemukan. Secara kronis, daerah sentral lobulus hepar tampak secara
makroskopis berwarna merah-cokelat dan agak cekung (kehilangan se1) bila
dibandingkan dengan jaringan hati kecoklatan di sekitarnya yang tidak
mengalami kongesti (sehingga disebut nutmeg liuer). Secata mikroskopis
terlihat nekrosis sentrilobuler disertai hilangnya hepatosit dan perdarahan,
termasuk sel-sel makrofag yang penuh dengan hemosiderin. Pada kongesti
80 O felainan Hemodinamika, PenyakitTromboemboli dan Syok
berat dan lama, bahkan, terdapat fibrosis hepatik (slrosis ha'rdiah). Karena
bagian sentral lobulus hepatika merupakan bagian terakhir yang menerima
darah, nekrosis sentrilobuler akan terjadi ketika perfusi hati berkurang;
sebelumnya tidak selalu terdapat kongesti hepatik.
PERDARAHAN
Perdarahan mengacu kepada ekstravasasi darah setelah terjadi ruptur
pembuluh darah. Ruptur arteri atau vena yang besar biasanya terjadi karena
jejas vaskul,er (misalnya trauma, aterosklerosis atau erosi karena inflamasi
atau neoplasma pada pembuluh darah). Perdarahan kapiler dapat terjadi pada
kongesti kronik. Kecenderungan perdarahan akibat jejas yang tidak signifikan
terlihat pada berbagai kelainan yang dinamakan d.iatesis perdarahan (Bab
13). Perdarahan dapat bersifat eksterna] atau terbungkus dalam jaringan;
keadaan terakhir ini dinamakan hematoma. Hematoma mungkin ringan
(misal luka memar) atau bisa berupa penumpukan darah yang cukup banyak
sehingga menimbuikan kematian (mis., hematoma retroperitoneal akibat ruptur
aneurisma aorta). Perdarahan dapat digolongkan menurut ukurannya:
. Petehie: Bintik-bintik perdarahan yang kecil dengan ukuran 1-2 mm pada kulit,
membran mukosa atau permukaan serosa; gejala ini terjadi pada peningkatan
tekanan intravaskuier, jumlah trombosit yang rendah (trombositopenia), fungsi
trombosit yang terganggu atau pada keadaan defisiensi faktor pembekuan.
. Purpura: Bercak-bercak perdarahan yang berukuran lebih besar (> 3 mm);
gejala ini terjadi karena sebab yang sama seperti petekie juga pada trauma,
inflamasi vaskuler Iokal (uashulifis) atau peningkatan fragilitas vaskuler
(misal amiloidosis).
c Ekinosis: Hematoma subkutan yang lebih besar (> 1-2 cm) (sering disebut
luka memar). Ekimosis biasanya terjadi sesudah trauma, tetapi mengalami
eksaserbasi akibat berbagai keadaan di atas.
o Akumulasi darah yang luas di dalam rongga tubuh disebut hem.otoraks,
hemoperikardium, hemoperitoneum alatt hemartrosis menurut lokasinya.
Eritrosit pada perdarahan akan diuraikan oleh sel-sel makrofag. Hemogiobin
(warna merah-biru) diubah menjadi bilirubin dan biliverdin (warna biru-hijau)
dan akhirnya menjadi hemosiderin (cokelat keemasan) yang menyebabkan
perubahan warna yang khas pada luka memar. Pasien dengan perdarahan luas
kadang-kadang mengalami ikterus akibat pemecahan eritrosit yang masif dan
pelepasan bilirubin sistemik.
Makna klinik perdarahan yang penting bergantung pada volume dan
kecepatan darah yang hilang. Kehilangan darah yang cepat sebanyak kurang
dart 20% atau kehilangan yang lambat tetapi dengan jumlah yang lebih besar
mungkin hanya memiliki dampak yang kecil; kehilangan yang lebih banyak lagi
dapat mengakibatkan syok perdarahan (hipouolemlft). Lokasi perdarahan juga
yang penting: perdarahan yang tidak membawa akibat apa-apa dalam jaringan
subkutan dapat menimbulkan kematian jika terjadi dalam otak.
Hemostasis Normal
Sesudah ieias, terjadi respon hemostatik yang khas (Gambar 4-1):
c vasohonstrilesi arteriol neurogenih reflehs dtperkuat olelr endotelin (vasokon-
striktor poten yang berasal dari endotelium).
. Adhesi dan aktiuasi trom.bosit (perubahan bentuk dan pelepasan granul
sekretorik) didorong oleh pajanan matriks ekstrasel (FICM; extracellular
matrix) subendotelial yang terpajan. Produk yang disekresikan merekrut
trombosit lainnya untuk membenluk sumbat hemostatik tenlporer.
. Aktiuasi hashad.e hoagulasi diatur faktor jaringan-yaitu, faktor prokoagulan
lipoprotein terikat membran; yang disintesis oleh endotelium dan terpajan
sesudah terjadi jejas. Al<tivasi koagulasi mencapai puncaknya dengan meng-
hasilkan trombin dan mengubah fibrinogen dalam darah menjadi fibrin yang
tidak larut Qihat bawah). Trombin juga mencetuskan rekrutmen trombosit dan
pelepasan granula. Fibrin yang mengalami polimerisasi dan agregat trombosit
akan membentuk sumbat perrnanen yang solid.
. Ahtiuasi rnekanisme hontra-regulasi (misalnya aktivator plasminogen jaringan
jejas'
[t"PA]) akan membatasi pembentukan sumbat hemostatik di tempat
Endotelium
Sel-sel endotel (EC; end.othelial cells) mengatur beberapa aspek hemostasis
yang acapkali saling bertentangan. sel-sel endotel dalam keadaan normal
memperlihatkan sifat-sifat antitrombosit, antikoagulan dan fibrinolitik. Namun,
sesudah jejas atau aktivasi, sel-sel endotel memperlihatkan fungsi prolzoagulan
(Gambar 4-2). Keseimbangan antara aktivitas anti- dan protrombosis yang
dimiliki oleh sel-se] endotel akan menentukan apakah akan terjadi pembentukan
trombus, peningkatan pembentukan trombus ataukah disolusi trombus'
Trombosit
Trombosit sangat penting bagi hemostasis normal dan trombosis. sesudah
terjadi jejas vaskuler, trombosit akan menghadapi konstituen matriks ekstrasel
(kolagen, proteoglikan, fibronektin dan glikoprotein adhesif lainnya) yang secara
normal mengalami fragmentasi di balik endotelium yang utuh. Kemudian
trombosit menjalani pros es ahtiuasi yang meliputi adhesi dan perubahan bentuk,
sekresi (reaksi pelepasan) dan agregasi.
. Adhesi trombosit-matrihs ekstrasel terjadi lewat pengantaraan faktor von
Willebrand (vWF) yang bekerja sebagai sebuah jembatan antara reseptor
trombosit (terutama glikoprotein Ib) dan kolagen yang terpajan. Defisiensi
genetik vwF (penyakit von willebrand) atau glikoprotein-Ib (sindrom Bernard-
Soulier) mengakibatkan kelainan perdarahan.
82 O felainan Hemodinamika, Penyakit Tromboemboli dan Syok
A. VASOKONSTRIKSI Otot
Endotelium Membranbasalis polos arteriol
B. HEMOSTASIS PRIMER
Kolaoen
DASAIIS
GAMBAR 4-1 Diagram yang melukiskan proses hemostasis normal. A, Sesudah cedera vaskuler,
faktorfaktor neurohumoral setempat menimbulkan vasokonstriksi sepintas. B, Trombosit melekat
pada matriks el<strasel (ECM) yang terpajan lewat faktor von Willebrand (vWF) dan diaktifkan se-
hingga terjadi perubahan bentuk dan pelepasan granula; adenosin difosfat {ADP) dan tromboksan A.
(TxAr) yang dilepaskan menyebabkan agregasi trombosit lebih lanjut untuk membentuk sumbat he-
mostatik primer. C, Aktivasi lokal rangkaian koagulasi (yang rnelibatkan faktorjaringan dan fosfolipid
trombosit) menghasilkan polimerisasi {ibrin yang "menyemen" trombosit dalam sumbat hemostatik
sekunder. D, Mekanisme kontraregulasi seperti pelepasan aktivator plasminogen tipe jaringan (t-PA)
(fibrinolitik) dan trombomodulin (yang mengganggu kaskade koagulasi) membatasi proses hemosta-
sis hanya pada tempat cedera.
Kelainan Hemodinamika, Penyakit Tromboemboli dan Syok O 83
C. HEMOSTASIS SEKUNDER
KONTRAREGULASI ANTI-TROMBOS IS
FAVOR TROMBOSIS
r 1tt
#@@
MENGHAMBAT TROMBOSIS
GAMBAR 4-2 llustrasi skematik beberapa aktivitas pro- dan antikoagulan pada sel-sel endotel.
Yang tidak terlihat di sini adalah sifat pro- dan antifibrinolitik. vWF, faktor von Willebrand; PGl,,
prostasiklin; NO, nitrogen monoksida; t-PA, aktivator plasminogen jaringan.
Kelainan Hemodinamlka, Penyakit Tromboemboli dan Syok O 85
Tromboksan A" vans berasal dari trombosit mengaktifkan agregasi trombosit
dan merupatan vasokonstriktor yang poten; prostaglandin I, yang berasal
dari sel endotel (Bab 2) menghambat agregasi trombosit dan merupakan
vasodilator yang poten. Hubungan saling memengaruhi antara prostaglandin
I, dan tromboksan A, dapat memodulasi secara halus fungsi trombosit'
. Agf,egasi trombosit menciptalan surnbat hernostatih primer yang reversibel.
Aktivasi rangkaian koagulasi (Iihat bawah) akan menghasilkan trombin dan
fibrin untuk membentuk massa trornbosi, beserta fi'brin yang berfusi secara
ireversibel; massa ini merupakan sumbat hemostatik sekunder.
r Eritrosit dan leukosit juga mengadakan agtegasi dalam sumbat hemostatik;
leukosit melekat pada trombosit lewat P-selektin dan turut menimbulkan
respon inflamasi yang menyertai trombosis.
Kaskade Koagulasi
Rangkaiankonversi proenzim inaktif menjadi enzim aktif, mencapai puncaknya
dengan dihasilkannya fibrin yang tidak larut dari protein plasma fi'brinogen yatg
Iarut. Biasanya koagulasi dibagi menjadi lintasan ekstrinsik dan intrinsik yang
kemudian menyatu ketika faktor X diaktifkan (Gambar 4-3).
o Kaskade intrinsik secara klasik dimulai lewat aktivasi faktor Hageman
(faktor XII); rangkaian ekstrinsik diakti{kan ole}r' fahtor jaringan Qihat atas).
Terdapat tumpang tindih yang cukup luas antara kedua lintasan tersebut, dan
pembagiannya sangat bersifat artefak dari pemeriksaan in uitro.
. setiap reaksi dalam berbagai lintasan terjadi karena perakitan suatu kompleks
yang disatukan oleh ion'ion kalsium pada kompleks fosfolipid dan tersusun
dari:
Enzim (faktor koagulasi yang sudah diaktifkan)
Substrat (bentuk proenzim faktor koagulasi)
Kofaktor (akselerator reaksi).
Dengan demikian, pembekuan darah cenderung tetap terlokalisir pada tempat
perakitan itu terjaili (misalnya pada permukaan endotelium atau trombosit
diaktifkan).
. Di samping mengatalisis pemecahan fibrinogen menjafi fibrin, trombin
juga menimbulkan sejumlah efek pada dinding pembuluh darah setempat
dan sel-sel inflamasi; bahkan trombin membatasi luasnya hemostasis (ihat
bawah). Sebagian besar efek tersebut dimediasi lewat reseptor protease yang
diaktifkan Qtrotease-actiuated receptors IPAR])' tujuh buah penjangkau protein
transmembran. Reseptor dipotong oleh trombin untuk menghasilkan peptida
l:efiali (tethered peptide) yang terikat di tempat lain pada resepto ; proses
ini menimbulkan perubahan struktur yang mengaktifkan protein G terkait.
Al<tivitas autokatalisis ini menjelaskan mengapa trombin dengan jumlah yang
kecil sekalipun memiliki potensi yang mengesankan.
Mekanisme Kontrol
setelah diaktilkan, koagulasi harus dibatasi pada tempat jejas vaskuler untuk
mencegah pembekuan darah ilalam seluruh percabangan vaskuler Qihat Gambar
4-2):
85 O felainan Hemodinamika, Penyakit Tromboemboli dan Syok
GAMBAR 4-3 Rangkaian koagulasi. Perhatikan korelasi umum antara lintasan intrinsik dan ekstrin-
sik pada tingkat aktivasi faktor lX. Faktorfaktor yang diaktitkan ditunjukkan dengan huruf kecil "a-"
PL, permukaan fosfolipid; HMWK, kininogen dengan berat molekul tinggi. Yang tidak terlihat di sini
adalah lintasan inhibisi antikoagulan (lihat Cambar 4-2).
Kelainan Hemodinamika, Penyakit Tromboemboli dan Syok O 87
r Aktivasi faktor hanya dapat terjadi pada tempat-tempat fosfolipid terpajan.
Demikian pula, faktor pembekuan yang diaktifkan akan diencerkan oleh
aliran darah dan dibersihkan oleh sel-sel makrofag jaringan serta hati.
. Antitrombin (misalnya antitrombin III) yang membentuk kompleks dengan
kofaktor mirip-heparin pada endotelium akan menghambat kerja trornbin dan
protease serin lainnya-faktor IXa, Xa, XIa dan XIIa.
. Trombomodulin endoLel memodifikasi trombin untuk dapat memecah protein
C dan S; selanjutnya kedua protein ini membuat faktor Va dan VIIIa tidak
aktif..
. Trombin menginduksi pelepasan t-PA; t-PA menghasilkan plasmin yang aktif
dari plasminogen yang beredar dalam darah. Plasmin dapat puia dihasilkan
oleh lintasan yang bergantung pada faktor XII. Plasmin memecah fibrin dan
mengganggu polimerisasinya; produh pernecahanan fibrin yang dihasilkan
juga bekerja sebagai antikoagulan lemah. Aktivitas fungsional plasmin hanya
terbatas pada tempat-tempat terjadinya trombosis:
t-PA mengaktifkan plasminogen paling efektif ketika terikat pada jalinan
fibrin.
Plasmin yang bebas dengan cepat dinetralkan oleh inhibitor crr-plasmin.
r Endotelium memodulasi antikoagulasi dengan melepaskan pe nyehat ahtiuator
plasrninogen (PAI) yang menghambat pengikatan t-PA pada fibrin. Trombin
dan sitokin tertentu akan meningkatkan produksi PAI; dengan demikian,
sitokin yang dilepas pada keadaan inflamasi yang akut dapat menyebabkan
trombosis intravaskuler.
Trombosis
Tlombosis adalah peristiwa aktivasi pembuluh darah yang tidak tepat dalam
pembuluh darah yang tidak mengalami jejas atau merupakan oklusi trombotik
pembuluh darah setelah terjadi jejas yang relatif ringan. Ada tiga faktor primer
yang mempengaruhi pembentukan trombus; ketiga faktor ini dinamakan lrios
Virchow:
l.Jejas endotel bersifat dominan dan jejas ini sendiri dapat menyebabkan
trombosis (misalnya endokarditis atau plak aterosklerosis yang mengalami
ulserasi). Jejas dapat disebabkan oleh stres hemofinamik (misalnya hipertensi
atau aliran turbulen pada katup jantung dengan sikatriks), endotoksin bakteri,
homosistinuria, hiperkolesterolemia, radiasi atau produk yang terserap dari
asap rokok. Trombosis terjadi karena faktor jaringan serta matriks ekstrasel
subendotel yang terpajan, pelekatan trombosit dan deplesi prostaglandin I,
serta PAI.
2. Perubahan dalam aliran darah yang normal dapat menyebabkan trombosis.
Aliran darah yang normal betstfat laminer (yaitu, unsur-unsur sel mengalir di
bagian tengah lumen pembuluh darah dan dipisahkan dengan endotelium oleh
zona jernih plasma). Stasis dan turbulensi (yang terakhir ini akan membentuk
arus pusaran dengan kantong-kantong stasis setempat) akan:
Memecah aliran laminer dan membuat trombosit bersentuhan dengan
endotelium.
88 O felainan Hemodinamika, Penyakit Tromboemboli dan Syok
Morfologi Trombus
Trombus dapat terbentuk di mana saja di dalam sistem kardiovaskuler.
Trombus di dalam aorta atau jantung biasanya bersifat nonohlusif (tnural)
sebagai akibat dari aliran darah yang cepat dan bervolume tinggi pada bagian
tersebut; trombus di dalam pembuluh arteri yang lebih kecil bisa berslfat oklusif.
Semua trombus ini biasanya mulai terbentuk di tempat terjadinya jejas endotel
(misalnva plak aterosklerosis) atau turbulensi (bifurkasio pembuluh darah).
Trombus vena secara khas terjadi di tempat stasis dan bersifat ohlusif.
Kelainan Hemodinamika, Penyakit Tromboemboli dan Syok O 89
Korelasi Klinik
Trombus merupahan peristiwa yong signifikan karena (l) menyebabkan
obstruksi arteri serta uena, dan (2) m.erupahan sumber emboli yang rnunghin
terjadi. Pada setiap kasus, relevansi ini bergantung pada tempat terjadinya
trombosis. Jadi, sekalipun trombosis vena dapat menyebabkan kongesti dan
edema pada anyaman vaskular sebelah distal, konsekuensi yang lebh serius
adalah kecenderungannya untuk menimbulkan emboli (misainya dari vena
tungkai yang dalam ke paru-paru). Sebaliknya, sekalipun trombus arterial
dapat menyebabkan embolisasi, peranannya dalam proses terjadinya obstruksi
vaskuler setempat (misalnya dengan menimbulkan infark miokardiumium atau
serebral) jauh lebih penting.
Kelainan Hemodinamika, Penyakit Tromboemboli dan Syok O 91
Trombosis Anerial
Di samping konsekuensi obstruksi yang ditimbulkan oleh trombus arterial,
trombus mural kardiak dan aorta dapat pula mengadakan embolisasi ke peri{er;
otak, ginjal dan lien merupakan target primer. Infark miohardium dengan
diskinesia dan kerusakan endokardium dapat menyebabkan trombus mural.
Penyahit katup reurnatih stenosis dapat menyebabkan katup mitral yang diikuti
oleh dilatasi atrium kiri dan pembentukan trombus dalam atrium atau apendiks
aurikular. Fibrilasi atrium yang terjadi secara bersamaan akan menambah
stasis darah at}jlurn. Aterosklerosis merupakan penyebab utama trombus arterial,
aliran vaskuler abnormal terkait dan kehilangan integritas endotel.
EMBOTI
Emboli mengacu kepada setiap massa intravaskuler yang padat, cair atau
berbentuk gas dan terbawa oleh aliran darah ke tempat yang jauh dari tempat
asal terbentuknya emboli itu. Sebagian besar keadaan ini (99%) terjadi dari
trombus dan karenanya istilah yang digunakan adalah tromboernboli. Kecuali
dinvatakan sebaliknya, emboli dianggap berasal dari trombus. Bentuk emboli
yang lain meliputi butir-butir lemak, gelembung-gelembung gas, debris
aterosklerotik (ateroernboli), fragmen tumor, sumsum tulang atau benda asing
seperti peluru. Emboli yang terjepit di dalam pembuluh darah berukuran terlalu
kecil untuk bisa berjalan lebih lanjut sehingga terjadi oklusi vaskuler parsial
atau total dan nekrosis iskemik pada jaringan sebelah distal (infarh).
Tromboemboli Sistemik
Tromboemboli sistemik mengacu kepada emboli di dalam sirkulasi arterial.
Lebih-kurang 80% keadaaniniterjadikarena trombus muralintrakardiak; dua per
tiga kasus diakibatkan infark miokardium, dan 25% timbul di dalam atrium kiri
yang berdilatasi (misalnya, karena penyakit katup rematik). Kasus-kasus emboli
sistemik lainnya berasal dari aneurisma aorta, trombus pada plak aterosklerosis
yang mengalami ulserasi, atau vegetasi valvular dan hanya kadang-kadang
terjadi rlari emboli paradoksal. Secara kasar 10% kasus tromboemboli sistemik
tiilak cliketahui sebabnya. Tempat utama terjadinya embolisasi arteriol terdapat
pada ekstremitas bawah (75%), otak (10%), visera (10%) dan ekstremitas atas
(b%;. Konsekuensi emboli sistemik bergantung pada pasokan vaskuler kolateral,
kerentanan jaringan terhadap keadaan iskemia dan kaliber pembuluh darah;
biasanya emboli arterial menyebabkan infark cli sebelah distalnya.
Emboli Lemak
Emboli lemak merupakan bentuk emboli tersering kedua (sesudah trombo-
emboli). Keadaan ini terjadi karena pelepasan butir-butir mikroskopis lemak
sesudah fraktur tulang panjang, atau kadang-kadang terjadi sesudah luka bakar
atau trauma jaringan lunak. Emboli lemak terjadi pada 90% trauma skeletal yang
berat; kurang dari 10% kasus emboli ini memperlihatkan gambaran klinis'
Sindrom em.boli lemak yang merupakan kejadian fatal pada lebih-kurang
10% kasus cliclahului oleh insufisiensi paru yang mendadak t hingga 3 hari
sesudah trauma; 20-50% pasien mengalami ruam petekie yang difus dan dapat
menunjukkan gejala neurologis (ilitabilitas dan gelisah) yang berlanjut menjadi
delirium atau koma. Trombositopenia dan anemia dapat pula terjadi'
n Patogenesis meliputi obstruksi mekanik oleh mikroemboli lemak netral yang
diikuti dengan agregasi lokal trombosit dan eritrosit. Pelepasan asam lemak
yang kemudian terjadi menyebabkan jejas toksik pada endotelium; aktivasi
trombosit dan rekrutmen granulosit turut menimbulkan radikal bebas,
protease dan eikosanoid.
. biagnosisbergantung pada butir-butir lemak mikrovaskuler yang ditemukan.
Karlna pelarut histologis yang rutin dipakai akan melarutkan lipid keluar dari
jaringan, pemeriksaan diagnostik ini memerlukan pewarnaan lemak khusus
yang dikerjakan dalam kondisi beku. Edema dan perdarahan (serta membran
hialin pulmoner) dapat pula terlihat pada pemeriksaan mikroskopis'
Emboli Udara
Emboti ud.ara mer:rgacu kepada gelembung-gelembung udara di dalam sir-
kulasi yang menyumbat aliran vaskuler dan menyebabkan iskemia. udara
dapat masuk ke dalam sirkulasi pada saat dilakukannya prosedur obstetrik atau
sesudah terjadinya trauma dinding dada; umumnya diperlukan lebih dari 100 cc
udara untuk menimbulkan efek kliqik.
Penyakit dehompresi merupakan bentuk khusus emboli udara yang disebabkan
oleh perubahan mendadak pada tekanan atmosfer; para penyelam laut dalam dan
penumpang pesawat udara tanpa pengaturan tekanan yang terbang naik dengan
94 O felainan Hemodinamika. Penyakit Trornboemboli dan Syok
cepat merupakan orang-orang yang berisiko. Udara yang dihirup pada tekanan
yang tinggi (misalnya ketika melakukan penyelaman laut dalam) menyebabkan
peningkatan jumlah gas (khususnya nitrogen) yang larut di dalam darah dan
jaringan. Kenaikan cepat yang terjadi kemudian (depresurisasi) membuat gas
yang larut itu mengembang dan menggelembung keluar dari larutan untuk
membentuk emboli gas.
r Pembentukan gelembung-gelembung gas di dalam otot skeletal dan persendian
menimbulkan keadaan dehompresi (bends) yang nyeri. Dalam paru-paru,
edema, perdarahan dan emfisema lokal menimbulkan gawat napas atau
tersedah. Emboli gas dapat pula menyebabkan iskemia fokal dalam sejumlah
jaringan yang meliputi otak dan jantung. Terapi keadaan ini terdiri atas
tindakan represurisasi (pemberian tekanan kembali) untuk mengembalikan
gelembung-gelembung gas ke dalam larutan dan kemudian dilakukan
dekompresi secara perlahan-lahan.
o Bentuk penyakit dekompresi yang lebih kronik adalah p enyahit caisson; emboli
gas persisten pada bagian rangka dengan vaskularisasi buruk (kaput femoris,
tibia dan humerus) yang menimbulkan nekrosis iskemik.
EmboliCairan Amnion
Emboli cairan amnion merupakan komplikasi yang serius (angka kematian
> 8O%)tetapi jarang terjadi (1:50.000 kelahiran) pada persalinan dan periode
pascapartum; komplikasi akibat masuknya cairan amnion ke dalam sirkulasi
darah maternal. Gambaran klasiknya meliputi sel-sel skuamosa janin, musin,
lanugo dan lemak verniks kaseosa di dalam mikrosirkulasi pulmoner maternal.
Sindrom ini clitandai oleh dispnea hebat yang mendadak, sianosis dan syok
hipotensif dengan diikuti serangan kejang dan koma. Edema palcu, kerusakan
alueoli yang difus dan koagulasi intravaskuler diseminata terjadi karena
pelepasan substansi yang toksik (asam lemak) serta trombogenik ke dalam
cairan amnion.
INFARK
Infark merupakan daerah nekrosis iskemik yang disebabkan oleh oklusi
pada pasokan darah arteri (97% kasus) atau drainase darah vena dalam suatu
jaringan tertentu. Hampir semua infark terjadi karena peristiwa trombosis atau
emboli; penyebab lainnya meliputi vasospasme; kompresi ekstrinsik pembuluh
darah oleh tumor, edema atau penjepitan dalam kantong hernia dan pemuntiran
pembulul darah seperti pada torsio testis atau volvulus usus; ruptur pembuluh
darah merupakan penyebab yang jarang ditemukan. Drainase darah vena yang
tersumbat (misalnya, trombosis vena) paling seringhanya menimbulkan kongesti;
biasanya pada keadaaa ini, saluran pfurtasan akan terbuta dengan cepat untuk
mengalirkan darah vena keluar. Infark yang terjafi karena trombosis vena lebih
sering ditemukan dalam organ dengan aliran-keluar darah vena yang tunggal
seperti testis atau ovarium.
Morfologi
Infark dapat berupa infark merah fuetnoragik) atar putih (pucat, anernik) darr
bisa bersifat septik (lnfark septik) atau blozd (infark biasa).
Kelainan Hemodinamika, Penyakit Tromboemboli dan Syok O 95
. Infark merah terjadi pada:
Ok1usi vena (misalnya torsio ovarium)
Jaringan longgar (seperti paru)
Jaringan dengan sirkulasi rangkap (misalnya paru dan usus halus)
Jaringan yang sebelumnya mengalami kongesti karena aliran-keluar darah
vena yang lamban
Tempat oklusi dan nekrosis sebelumnya ketika aliran darah pulih kembali.
. Infarh putih terladi di dalam organ padat (seperti jantung, lien dan ginjal)
dengan sirkulasi end-arterial (yaitu, beberapa kolateral).
. Semua infark cenderung berbentuk baji (wedge); pembuluh darah yang
tersumbat menandai bagian apeks dan bagian perifer organ membentuk bagian
basis. Tepi lateral terlihat tidak teratur dan gambaran ini mencerminkan pola
pasokan vaskuler di sekitarnya.
. Ciri khas histologis yang dominan pada infark adalah nehrosis ishemik
koagulatif. Respons inflamasi inisial (yang berlangsung beberapa jam hingga
beberapa hari) diikuti oleh respons reparasi (yang berlangsung beberapa hari
hingga beberapa minggu) dimulai dari bagian tepi yang masih utuh (Bab 3).
Dalam jaringan yang stabil atau labil, dapat terjadi regenerasi parenkim
tertentu dengan arsitektur stroma yang ada di bawahnya masih utuh; sebagian
besar infark akhirnya akan digantikan oleh jaringan parut.
. Otak merupakan pengecualian; iejas iskemik otak menimbufkan nekrosis
lihuefahsi (Bab 1).
. Infarkseptikterjadikalauvegetasikatupjantungyangterinfeksimenimbulkan
emboli atau kalau mikroba tumbuh di daerah nekrosis; infark tersebut akan
berubah menjadi obses.
SYOK
Syok merupakan hipoperfusi sistemik yang terjadi karena berkurangnya curah
jantung atau volume darah yang beredar secara efektif; akibat yang ditimbulkan
adalah hipotensi dengan diikuti oleh gangguan perfusi jaringan dan hipoksia
seluler. Syok merupakan lintasan umum terakhir bagi banyak kematian,
meliputi perdarahan hebat, trauma yang luas, infark miokardium yang luas,
emboli paru masif, dan sepsis.
Syok dikelompokkan menjadi tiga kategori utama (Tabel 4-3)' Mekanisme
dasar yang melandasi syok hordiogenik dar' hipouolemih adalah curah jantung
yang rendah. Syok septik disebabkan oleh infeksi sistemik mikrobial dan
memiliki patogenesis yang lebih kompleks (lihat bawah). Jenis syok yang lebih
jarang ditemukan adalah syok neurogenlk dengan hilangnya tonus vaskuler
serta akumulasi darah perifer (pada kecelakaan pembiusan atau trauma medula
spinalis), dan syoh anafilaktik dengan vasodilatasi sistemik serta peningkatan
permeabilitas vaskuler (hipersensitivitas yang dimediasi oleh IgE, Bab 6).
Morfologi
Syok dengan bentu-k apa pun menyebabkan perubahan nonspesifik pada sel
dan jaringan yang terutama mencerminkan jejas hipoksia; organ tubuh yang
terutama terkena adalah otak, jantung, paru, ginjal, kelenjar adrenal dan traktus
98 O Kelainan Hemodinamika, Penyakit Tromboemboli dan Syok
Perjalanan Klinik
Manifestasi klinis bergantung pada faktor yang memicu syok.
. Pada syok hipovolemik dan kardiogenik, pasien mengalami hipotensi dengan
gejala: denyut nadi yang lemah serta cepat, takipnea dan kulit yang dingin,
basah serta sianotik. Pada syok septik, kulit mula-mula masih terasa hangat
dan menunjukkan kemerahan karena vasodilatasi perifer.
. Di luar malapetaka yang memicu keadaan syok (misalnya infark miokardium,
perdarahan atau sepsis), perubahan pada jantung, otak dan paru-paru akibat
syok akan menambah parah situasinya.
. Pasien yang berhasil mengatasi komplikasi awal akan memasuki fase kedua
yang didominasi oleh insufisiensi renal dan ditandai oleh penurunan progresif
keluaran urin di samping gangguan keseimbangan cairan serta elektroLit yang
berat.
o Prognosis syok bewariasi menurut penyebab dan lamanya syok. Dengan
demikian, 80% hingga 90% pasien yang masih muda dan sehat dengan syok
hipovolemit akan dapat bertahan hidup jika dilaksanakan manajemen syok
yang tepat. Sedangkan syok kardiogenik yang menyertai infark miokardium
yang luas atau pun syok septik memiliki angka mortalitas yang mendekati
75%.