KELOMPOK 2
1. SELFIANA
2. KHAIRUL MUKRIMIN
3. MITA ANUGERAH
5. NURFADILLAH
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah Swt. Karena atas berkat rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tidak lupa pula kami mengucapkan
terima kasih kepada dosen Mata Kuliah keperawatan kritis dengan judul “askep syok” yang
telah memberikan tugas ini kepada kami sebagai upaya untuk menjadikan kami manusia yang
Keberhasilan kami dalam menyelesaikan tugas ini tentunya tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih pada semua pihak yang telah
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu, kami mengharapkan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
sampul
Kata pengantar ii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar belakang1
B. Rumusan masalah 2
C. manfaat 2
D. tujuan 3
A. Patofisiologi syok 4
B. Pathway 4
C. Farmakologi 6
E. Penatalaksanann ………………………..…………..……………………………..…11
F. Pencegahan…………………………..……………………………………………....13
H. Proses keperawatan……………..…………………..…..……………………………19
A. kesimpulan 61
iii
B. saran 61
Daftar pustaka 62
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menyebabkan perfusi jaringan tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sel akan
berhubungan dengan MAP yang ditentukan oleh volume darah, curah jantung
perfusi jaringan, Keadaan akut yang menyebar secara luas dimana terjadi
intravaskuler yang efektif, Suatu bentuk sindroma dinamik yang akibat akhirnya
aerob pada tingkat mikroseluler dilepas dalam kecepatan yang tidak adekuat
oleh aliran darah yang sangat sedikit atau aliran maldistribusi (Candido, 1996)
jarang kita temui insiden seperti ini. Mahasiswa keperawatan harus mampu
mengenal tanda dan gejala syok dan melaksanakan penatalaksanaan pada pasien
pertolongan pertama pada klien. Oleh karena itu, mahasiswa perlu mempelajari
C. Manfaat
keperawatan gawat darurat. tugas ini juga dibuat untuk memenuhi syarat dalam
PEMBAHASAN
A. Patofisiologi Syok
1. Fase kompensasi
vasokonstriksi untuk menaikkan aliran darah ke jantung, otak dan otot skelet
dan penurunan aliran darah ke tempat yang kurang vital. Faktor humoral
penurunan kadar oksigen di daerah arteri. Jadi pada fase kompensasi ini
Akan tetapi jika tekanan darah menurun, maka filtarasi glomeruler juga
2. Fase progresif
kebutuhan tubuh. Faktor utama yang berperan adalah jantung. Curah jantung
tidak lagi mencukupi sehingga terjadi gangguan seluler di seluruh tubuh. Pada
akhirnya terjadi kematian sel. Dinding pembuluh darah melemah dan tak
dan respirasi di otak. Keadaan ini menambah hipoksia jaringan. Hipoksia dan
penurunan integritas mukosa usus, pelepasan toksin dan invasi bakteri usus ke
sirkulasi. Invasi bakteri dan penurunan fungsi ditoksikasi hepar dapat timbul
3. Fase Irevesibel
Karena kerusakan seluler dan sirkulasi meluas sehingga tidak dapat di
cukup, paru menjadi kaku, timbul edema interstisial, daya respirasi menurun,
B. Pathway
Gangguan seluler
Bendungan vena
Ketidakseimbangan alveolus-kapiler
C. Farmakologi
1. Dopamin
pada dosis 5 sampai 20 mg/ kg/ menit. Kerja dari dopamin tergantung pada
2. Dobutamin
jantung titik d buta min merupakan indikasi pada keadaan syok apabila
dari 2, 5-20 mg/kg/menit diberikan melalui pompa infus volume trik untuk
mendapatkan dosis yang tepat. Konsentrasi debut Amin yang sering dipakai
secara bertahap, jika sudah tidak diperlukan lagi.[ CITATION pet13 \l 1033 ]
3. Norepinefrine
Suatu katekolamin dengan kerja vasokontriksi yang sangat kuat. Obat ini
dipakai pada keadaan syok, sering dipakai sebagai obat terakhir, pada saat
normal dan diinfus kan dengan dosis 2 sampai 12 mg/per menit untuk orang
4. Epinefrin
Obat pilihan dalam mengobati syok anafilaktik, alergi yang paling gawat
dapat menjadi fatal jika tidak segera diobati titik tanda utamanya adalah
epinephrine diberikan dalam dosis 0,1- 0,5 MG secara subkutan (SK) atau
5. Difenhidramin hidroklorida
Hifenhidramin (benadryl), adalah suatu antihistamin, sering diberikan
pruritus yang sering timbul akibat reaksi alergi berat. Dosis standar dewasa
adalah 10-50 mg diberikan IV atau IM dalam. Obat ini dapat juga diberikan
1033 ]
6. Dekstrosa 50%
karena syok insulin. Apabila diketahui adanya syok insulin atau bila diduga
terjadi syok insulin dan kesadaran klien terganggu pemberian larutan gula
ml dekstrosa 50% dan diberikan sebagai suatu bolus IV. dekstrosa 50%
pembuluh vena perifer yang besar atau pembuluh vena sentral. Bisa terjadi
Perawat harus memantau kadar gula darah klien dengan seksama, sering
10. Digitalis bila ada fibrilasi atrial atau takikardi supraventrikel[ CITATION pet13
\l 1033 ]
D. Terapi diet
Terapi diet yang di terapkan pada salah satu syok seperti syok hipovolemi
dimana salah satu penyebab dari syok hipovolemik adalah diare,perioritas utama
E. Penatalaksanaan
mempertahan kan suhu tubuh tindakan ini tidak bergantung pada penyebab syok.
2. Buka jalan napas korban, dan pertahankan kepatenan jalan nafas (Airway)
6. Cegah hipotermi dengan menjaga suhu tubuh pasien tetap hangat (missal
dengan selimut)
medis tiba. Periksa kembali pernafasan, denyut jantung suhu tubuh korban
Segera menghentikan perdarahan yang terlihat dan mengatas inyeri yang hebat,
yang juga bias merupakan penyebab syok. Pada syok septik, sumber sepsis
1. Posisi tubuh
menghindari terjadi nya luka yang lebih parah atau untuk memberikan
nafas.
c) Penderita yang mengalami luka parah pada bagian bawah muka, atau
kejantung lebih besar dan tekanan darah menjadi meningkat. Tetapi bila
2. Pertahankan Respirasi
muntah
nafas(gudel/oropharingeal airway).
3. Pertahankan sirkulasi
Segera pasang infuse intravena. Bias lebih dari satu infus.pantau
pri13 \l 1033 ]
F. Pencegahan
1033 ]
pencernaan lainnya.
memompa darah.
g) Kateter kemi untuk mengukur jumlah urine yang masuk dalam kandung
a) Jumlah leukosit
60-80% pasien.
c) IgE spesifik
dilakukan.
d) Serum tryptase
pemeriksaan serum tryptase dapat digunakan untuk
e) Tes kulit
antibodi yang serupa pada organ yang sakit. Dapat dilakukan dengan
f) Tes sampel
dengan mengukur diameter urtika dan eritema yang muncul titik tes
3. Pemeriksaan penunjang
analisa gas darah, serum laktat dan kadar troponin serial/berkala. Walau
Pemeriksaan laboratorium :
b) Profil biokimia
1) Elektrolit
2) Fungsi ginjal
buruk.
c) Analisa gas darah (AGD):
base deficit berkorelasi dengan derajat syok yang terjadi, maka merupakan
hal yang penting untuk dipantau selama resusitasi syok.[ CITATION Wij14 \l
1033 ]
H. Proses keperawatan
1. Pengkajian
Data-data yang dapat ditemukan pada saat pengkajian meliputi Airway,
Breathing, Circulation (ABC):
a) Gelisah, ansietas, tekanan darah menurun
b) Tekanan darah sistolik < 90 mmHg (hipotensi)
c) Tekanan ventrikel kiri peningkatan tekanan akhir diastolik ventrik
el ki, peningkatan tekanan atrium kiri, peningkatan tekanan baji arteripulmon
al (PCWP)
d) Curah jantung 2,2 l/mnt, penurunan fraksi ejeksi, penurunan indeks jantung
e) Peningkatan tekanan vena sentral 1600 dyne/dtk/cm-5
f) Peningkatan tekanan pengisian ventrikel kanan adanya distensi vena ju
gular peningkata CVP (tekanan > 15 cm H2O, refleks hepatojugular
meningkat
g) Takikardia nadi radialis halus, nadi perifer tidak ada atau berkurang
h) Terdengar bunyi gallop S3, S4 atau murmur
i) Distress pernafasan takipnea, ortopnea, hipoksia,dispnea
j) Perubahan tingkat kesadaran apatis, letargi, semicoma, coma
k) Perubahan kulit pucat, dingin, lembab, sianosis
l) Perubahan suhu tubuh subnormal, meningkat
m) Sangat kehausan
n) Mual, muntah
o) Status ginjal haluaran urine di bawah 20 ml/jam, kreatinin serum meni
ngkat, nitrogen urea serum meningkat
p) Perubahan EKG perubahan iskemi, disritmia, fibrilasi ventrikel
q) Kenyamanan nyeri dada, nyeri abdominal
ANALISA DATA
No Sympton Etiologi Problem
1 Gejala dan tanda mayor Perubahan Penurunan
Ds : afterload curah jantung
1. Ortopnea
2. Lelah
Do :
Takikardia
Distensi vena jugularis
Central venous pressure
meningkat
Tekanan darah menurun
Nadi perifer teraba lemah
Warna kulit sianosis
Terdengar suara jantung s3
Gejala dan tanda minor
Ds :
3. Cemas
4. Gelisah
2. Diagnosa keperawatan
perubahan afterload
2 Gagguan pertukaran gas Bd 11 april 2021 11 april 2021
ketidakseimbangan alveolus
kapiler
3 Hipovolemia Bd peningkatan 11 april 2021 11 april 2021
permeabilitas kapiler
o
1 Penurunan curah 1. Curah jantung 1. Manajemen syok
jantung Bd perubahan
Setelah di a. Definisi
afteload
lakukan Mengindentifikasi
Gejala dan tanda
mayor tindakan dan mengelola
Ds :
keperawatan ketidakmampuan
5. Ortopnea
selama 2x24 tubuh menyediakan
6. LelahDo :
Takikardia jam maka oksigen dan nutrien
Distensi vena takikardia untuk mencukupi
jugularis
menurun kebutuhan jaringan
Central venous
pressure dengan criteria b. Tindakan
meningkat hasil 5 Observasi
Tekanan darah
Setelah di monitor status
menurun
Nadi perifer lakukan kardiopulmonal
tindakan DOTS
keperawatan (defomityldeform
dispnea terbuka,
menurun tendemess/nyeri
dengan criteria tekan,
hasil 5 swelling/bengkak
Setelah di )
lakukan Terapeutik
ortopnea mempertahankan
hasil 5 persiapkan
keperawatan dekompresi
hasil 5 kristaloidb1-2 L
pada dewasa
kolaborasi
pemberian infus
cairan kristaloid
20 mL/kgBB pada
anak
kolaborasi
pemberian
transfusi darah,
jika perlu
2 1. Pertukaran gas 1. Pemantauan respirasi
Gangguan pertukaran
Setelah di a) Definisi
gas Bd
lakukan Mengumpulkan
ketidakseimbangan tindakan dan menganalisis
alveolus kapiler
keperawatan data untuk
Gejala dan tanda
selama 2x24 memastikan
mayor
Ds : jam maka kepatenan jalan
Dispnea dispnea napas dan
Do :
menurun keefektifan
Takikardia
Bunyi nafas dengan criteria penukaran gas
menurun takipnea,
hasil 5 kussmaul,
Setelah di cheyne-stokes,
tindakan monitor
hasil 5 napas
Setelah di palpasi
lakukan kesimetrisan
hasil 5 Edukasi
tindakan pemantauan
keperawatan informasikan
hasil 5 Memberikan
tambahan oksigen
untuk mencegah
dan mengatasi
kondisi
kekurangan
oksigen jaringan
b. Tindakan
observasi
Monitor
kecepatan
aliran oksigen
Monitor posisi
alat terap
ioksigen
Monitor aliran
oksigen secara
periodic dan
pasti kan
fraksi yang
diberikan
cukup
Monitor
efektifitas
terapi oksigen
(mis.oksimetri
,analisa gas
darah),jika
perlu
Monitor
kemampuan
melepaskan
oksigen saat
makan
Monitor
tanda-tanda
hipoventilasi
Monitor tanda
dan gejala
toksikasi
oksigen dan
atelectasis
Monitor
tingkat
kecemasan
akibat terapi
oksigen
Monitor
integritas
mukosa
hidung akibat
pemasangan
oksigen
Terapiutik
Bersihkan
secret pada
mulut,hidung
dan trakea,jika
perlu
Pertahankan
kepatenan
jalan nafas
Siapkan dan
atur peralatan
pemberian
oksigen
Berikan
oksigen
tambahan,jika
perlu
Tetap berikan
oksigen saat
pasien
ditransportasi
Gunakan
perangkat
oksigen yang
sesuai dengan
tingkat
mobilitas
pasien
Edukasi
Ajarkan pasien
menggunakan
oksigen di rumah
Kolaborasi
Kolaborasi
penentuan dosis
oksigen
Kolborasi
penggunaan
oksigen saat
tidur
hasil 5 cairan(masukan
Setelah di dan
lakukan haluaran.turgor
tindakan kulit,CRT)
membaik permukaan
Terapeutik
Pertahankan
jalan napas
paten
Berikan oksigen
untuk
mempertahanka
nsaturasi
oksigen>94%
Persiapkan
intubasi dan
ventilasi
mekanis, jika
perlu
Lakukan
penekanan
langsung (direct
pressure)pada
perdarahan
eksternal
Berikan posisi
syok (modified
trendelenberg)
Pasangj alur lV
berukuran
besar(mis,nomo
r 14 atau 16)
Pasang kateter
urine untuk
menilai
produksi urin
Pasang selang
nasogastrik
untuk demopresi
lambung
Ambil sampel
darah untuk
pemeriksaan
darah lengkap
dan elektrolit
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian infuse
cairan kristaloid
1-2 L pada
dewasa
Kolaborasi
pemberian infuse
cairan kristaloid
20 mL/kg BB
Pada anak
Kolaborasi
pemberian
transfuse
darah,jika perlu
I. EBNP
1. Analisis PI (C) OT
a. Analisis Jurnal 1
Status Mental (Gcs) Pada Pasien Syok Hipovolemik Di Igd Rsud Dr.
Meowardi Surakarta”
b. Population
IGD RSUD Dr. Moewardi Surakarta selama periode 04 Mei 2015 sampai
27 Juli 2015.
c. Intervention
jumlah yang tepat dan cepat diharapkan dapat meningkatkan status sirkulasi.
Dan intervensi pembanding yaitu status mental (GCS) pada pasien dengan
syok hipovolemik sehingga efektif untuk perbaikan status hemodinamik dan
status mental
d. Comparation
cairan pada status mental (GCS) dimana nilai GCS sebelum dan sesudah
e. Outcome
Keuntungan
Manfaaat
Efek
f. Time
pasien syok
2. Analisis Jurnal 2
a. Population
b. Intervention
Tindakan ini seringkali merupakan langkah “life saving” pada pasien yang
menderita kehilangan cairan yang banyak seperti dehidrasi karena muntah
c. Comparation
Tidak ada
d. Outcome
1) Keuntungan
2) Manfaaat
3) Efek
4) Time
Pengkajian pertama dilakukan tanggal 13 juni 2019 dan pengkajian pada
3. Analiss Jurnal 3
Coma Scale (Gcs) Pada Pasien Syok Hipovelemik Di Instalasi Gawat Darurat
a. Population
b. Intervention
Pemberian terapi cairan Ringer laktat terhadap skor kesadaran GCS pada
laktat adalah salah satu cairan kristaloid isotonik yang efektif mengisi ruang
iterstial, mudah disediakan, tidak mahal tidk menimbulkan reaksi alergi. Dan
c. Comparation
Tidak ada
d. Outcome
Keuntungan
a) Dapat diketahui adanya pengaruh terapi cairan linger laktat terhadap
c) Ringer laktat adalah salah satu cairan kristaloid isotonik yang efektif
Manfaaat
Efek
adalah pasien terasa pusing, gatal-gatal, sakit perut, demam bahkan sulit
e. Time
4. Latar Belakang
mekanisme terjadinya, syok dapat dikelompokkan menjadi empat macam yaitu syok
jaringan yang disebabkan oleh berbagai keadaan. Penyebab utama syok hipovolemik
diantaranya adalah diare, muntah (dehidrasi), cidera akibat kecelakaan dan trauma,
jenis syok hipovolemik merupakan salah satu jenis syok dengan angka terbanyak
pada pasien trauma yang mengalami syok hipovolemik di rumah sakit dengan
tingkat pelayanan yang lengkap mencapai 6%. Sedangkan 2 angka kematian akibat
trauma yang mengalami syok hipovolemik di rumah sakit dengan peralatan yang
kurang memadai mencapai 36% (Diantoro, 2014). Kasus syok hipovolemik yang
paling sering ditemukan adalah yang disebabkan oleh perdarahan. Oleh karena itu,
syok hipovolemik dikenal juga dengan sebutan syok hemoragik (Hardisman, 2013).
Syok hipovolemik yang disebabkan oleh perdarahan merupakan salah satu penyebab
kematian di negara dengan mobilitas tinggi. Salah satu penyebab terjadinya syok
hemoragik tersebut diantaranya adalah kecelakaan lalu lintas. Angka kematian pada
pasien trauma yang mengalami syok hipovolemik di rumah sakit dengan tingkat
pelayanan yang lengkap mencapai 6%, sedangkan di rumah sakit dengan peralatan
Salah satu pengelolaan kedaruratan pada kasus syok hipovolemik adalah dengan
pemberian terapi cairan dan elektrolit. Terapi cairan dan elektrolit adalah salah satu
1. Jurnal 1
dari:
(Map), Dan Status Mental (Gcs) Pada Pasien Syok Hipovolemik Di Igd
2. Jurnal 2
dari:
3. Jurnal 3
dari:
Laktat,Syok Hipovelemik
4. Rangkuman Research
cairan Terhadap Status Pra Experiment dengan jurnal ini adalah pemberian resusitasi cairan yang telah dlakukan
Mental (GCS) Pada rancangan One group Pre- Pemberian Resusitasi pada pasien syok diperoleh hasil bahwa
Pasien Syok test and post-test design. Cairan Pada Pasien Syok hipovolemik. Berdasarkan semua responden
Hipovolemik Di IGD Dan dimana studi Hipovolemik dimana data hasil penelitian memiliki nilai MAP
RSUD DR.Meowardi populasinya adalah pasien pemberianya adalah: sebelum dilakukan dibawah normal
Surakarta dengan syok Hipovolemik Pemberian resusitasi resusitasi cairan semua sebelum dilakukan
di IGD RSUD Dr. cairan dengan jenis dan responden memiliki nilai resusitasi cairan
Moewardi Surakarta. jumlah yang tepat dan MAP tidak normal yaitu 23 dengan nilai terendah
setelah diberikan
vaskuler menuju
interstitial
sesudah 30 menit
Moewardi Surakarta
terhadap peningkatana
MAP.
hipovolemik Berdasarkan
deviasi 1.953.
hipovolemik Hasil
penelitian menunjukkan
Hipovolemik dengan penulis gunakan adalah hipovolemik tidak sesudah pemberian resusitasi hemodinamika sesudah
Pemberian Resusitasi penerapan evidence based terlepas dari penerapan cairan dilakukan tindakan pada
Cairan Di IGD RSUD practise tentang resusitasi algoritma ABC, dimana Untuk Saturasi oksigen pasien syok hipvolemik
Tugu Rejo Semarang cairan pada kegawatan perawat gawat darurat Tidak terjadi perubahan yaitu terjadi peninkatan
dengan Syok Hipovolemik berperan untuk pada nilai saturasi oksigen tekanan darah sistole pada
di ruang IGD RSUD menangani gangguan pada responde pertama dan responden pertama sebesar
Tugurejo Semarang. airway, breathing dan kedua yaitu 100%. 33 mmHg dan pada
tindakan status hipotermi jika suhu tubuh < pada responden kedua,
menit.
Terjadi perubahan
menjadi 20 x/menit
ringer Laktat Terhadap merupakan pre eksperimen dilakukan adalah: pemberian terapi cairan ringer pasien syok hipovolemik
Skor Kesadaran Glasgow dengan rancangan one laktar terhadap skor kesadaran sebelumpemberian terapi
Coma Scale (GCS) Pada group pretest pasttest. Pemberian Terapi Cairan GCS pada pasien syok cairan laktat 20 responden,
Pasien Syok Populasi pada penelitian ini Ringer laktat. Dapat hipovolemik dengn p value = sebanyak 9 (45%) skor
Hipovolemik Di Instalasi adalah semua pasien syok diketahui bahwa dari 20 0,000 kesadaranya 13.
responden sebanyak 4
responden dengan
gangguan kesadaran.
responden sesudah
diberikan intervensi
Diketahui sebanyak 20
responden sudah
diberikan intervensi
cairan RL sebanyak
3(15%) responden
sebanyak 10 (50%)
respondengn dengan
15..
5. Critical Analysis
NO Judul karya ilmiah, penulis Tujuan Metode (desain, sample, Hasil Komentar
penelitian, analisis)
Pengaruh Resusitasi Tujuan penelitian ini Desain : Hasil penelitian penambahan penelitian
Cairan Terhadap Status adalah untuk Jenis penelitian yang didapatkan bahwa sebelumnya yang
Hemodinamik (Map), Dan mengetahui pengaruh digunakan adalah pra resusitasi cairan dicantumkan menambahkan
Status Mental (Gcs) Pada resusitasi terhadap experiment dengan berpengaruh terhadap kesesuaian dengan hasil yang
Pasien Syok Hipovolemik status hemodinamik rancangan one group pre perubahan status diperoleh dan dapat
Di Igd Rsud Dr. Meowardi (MAP), dan status test – post test design. hemodinamik (MAP) dan meninkatkan ide atau acuan
Surakarta.(Najib, mental (GCS) pada Sample : status mental (GCS). Hal penelitian selanjutnya terkait
Supriyadi, Iis.2019) pasien syok Sampel pada penelitian ini ini menunjukkan bahwa faktor faktor perbaikan pada
hipovolemik di IGD adalah semua pasien dengan resusitasi cairan memiliki pasien dengan syok
RSUD Dr. Moewardi syok hipovolemik yang kontribusi yang sangat hipovolemik
Variable : hipovolemik.sebesar
hipovolemik
Instrumen penelitian :
observasi..
Analisis :
bivariat.
Analisis univariat
variabel dengan
menggunakan tendensi
bivariate. Adapun
hasilnya yakni 1)
distribusi frekuensi
karakterisik berdasarkan
yakni menunjukan
kelompok pemberian
(65,2%), kemudian
kelamin perempuan
sebanyak 8 responden
(34,8%). 2) distribusi
karakteristik responden
sebanyak 10 responden
(43,5%), kemudian
responden (21.7%), 4
25 tahun (17.4%), 4
(17.4%). 3) distribusi
menunjukkan bahwa
tingkat somnolen
sebanyak 9 responden
(39.1%), composmentis
8 responden (34.8%),
apatis 6 responden
resusitasi cairan 7
somnolen dengan
presentasi 30.4%,
composmentis 11
apatis 5 responden
(21.7%).
tingkat kemaknaan p =
0, 05. Dimana
didapatkan nilai
uji Wilcoxcon
didapatkan nilai
pengaruh resusitasi
cairan terhadap
pasien syok
hipovolemik di IGD
Surakarta.
didapatkan nilai
pengaruh resusitasi
syok hipovolemik di
Moewardi Surakarta.
Pengelolaan Pasien Syok Tujuan dari penelitian Desain : Pemenuhan status intervensi dan pemantauan
Hipovolemik Dengan ini adalah menjelaskan Metode rancangan yang hemodinamika sesudah yang dilakuakn dnegan
Pemberian Resusitasi manajemen pengelolaan penulis gunakan adalah dilakukan tindakan pada mengambil 2 responden
Cairan Di Igd Rsud resusitasi cairan pada penerapan evidence based pasien syok hipvolemik dnegan kasus yang berbeda
Tugurejo Semarang) (dina pasien dengan syok practise tentang resusitasi yaitu terjadi peninkatan dapat melihat perbedaan dan
purnama sari. 2018) hipovolemik di instalasi cairan pada kegawatan tekanan darah sistole pada kesamaan yang dapat ditarik
gawat darurat RSUD dengan Syok Hipovolemik responden pertama untuk kemudian dapat
Tugurejo Semarang. di ruang IGD RSUD sebesar 33 mmHg dan dikembangkan di penlitian
ringer laktat terhadap ini adalah untuk penelitian inimerupakan GCS pada pasien syok lanjur=t sebelum memulai
skor kesadaran glasslow menegetahui pegaruh penelitian pre eksprimen hipovolemik sebelum penelitian untuk kemudian
coma scale (gcs) pada terapi cairan ringer dengan rancangan one pemberian terapi cairan didapatkan data dan informasi
pasien syok hipovelemik di laktat terhadap skor group pretest postest dimana dari 20 respon yang lebih maksimal. Dimana
instalasi gawat darurat kesadaran coma scale Sample : terdapat sebanyak 9 dalam penelitian ini
rsud palembang bari (GCS) pada pasien syok 20 responden responen yang memiliki memasukkan keterbatasan
tahun 2018 (Amalia, hipovolemik di Variable : skor GCS 13 dan dalam penelitian dibagian
2018) instalansi gawat darurat Skor kesadaran glasgoew kemudian setelah pengumpulan data dan
RSUD Palembang Bari coma scale (GCS), Terapi ppemberian terapi informasi hal ini terjadi karna
Analisis :
GCS seebleum
intervensi didapatkan 2
GCS 9, 3 responden
didaptkan 1 responden
15
membandingkan skor
responden sebelum
minimum maksimum
adalah 9 – 14.
responden sesdudah
intervensi terapi RL
minumum maksimum
adalah 11 -15.
wilcoxon didapatkan
pengatuh yang
hipovolemik
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
tahapan syock yang dialami. Namun secara umum Diagnosa klinis syock
manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Uly. 2018. Pengaruh Terapi Cairan Ringer Laktat Terhadap Skor
Kesadaran Glasslow Coma Scale (Gcs) Pada Pasien Syok Hipovelemik Di
Instalasi Gawat Darurat Rsud Palembang Bari Tahun 2018.
http://repository.stik-sitikhadijah.ac.id/281/1/B21612035P.pdf