Anda di halaman 1dari 43

BAHAN TUGAS KONSEP DASAR KEPERAWATAN 2

DOSEN : FAISAL RIZAL,S.Kep.,Ns.,M.KeS

Ns. DEDI SADARMEI NAZARA,S.Kep

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TUAN M DI RUANGAN ICU RSUD


SYEKH YUSUF DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN CONGESTIVE
HEART FAILURE

KELOMPOK V

ALVINA DAMAYANTI

DINA JULIANTI

MARGARETHA FASE

NOFITA SOIN

RANI ANWAR

SINTIA DUELA KANONY

TINCE TIAU

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FAMIKA MAKASSAR

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha esa yang telah memberikan banyak nikmat-Nya
kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang
ditentukan. Makalah ini berjudul CONGESTIVE HEART FAILURE utnuk memenuhi tugas
pembuatan ASKEP mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan 2.

Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh anggota kelompok yang telah berkontribusi
sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Kami sebagai penyusun pastinya tidak pernah lepas
dari kesalahan begitu pula dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
semua pihak sangat kami harapkan.

Gowa, 23 Mei 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Defenisi
B. Etiologi
C. Patofisiologi
D. Klasifikasi
E. Manifestasi klinis
F. Komplikasi
G. Pemeriksaan Diagnostik
H. Penatalaksanaan

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian
Riwayat Kesehatan Saat Ini
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat Psiko-Sosio-Spiritual
Kebiasaan Pola Sehari-hari
Pengkajian Fisik
Terapi Saat Ini
Klasifikasi data
Analisa data
Diagnosa keperawatan
Rencana asuhan keperawatan
Implementasi keperawatan

BAB IV PENUTUP

1. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. DEFINISI

Gagal Jantung adalah suatu kondisi fisiologis ketika jantung tidak dapat
memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh (ditentukan
sebagai konsumsi oksigen). Gagal Jantung terjadi karena perubahan fungsi sistolik dan
diastolik ventrikel kiri. Jantung mengalami kegagalan karena efek struktural atau
penyakit intrinsik, sehingga tidak dapat menangani jumlah darah yang normal atau pada
kondisi tidak ada penyakit, tidak dapat melakukan toleransi peningkatan volume darah
mendadak (misalnya, selama latihan fisik). Gagal Jantung bukan merupakan suatu
penyakit, akan tetapi istilah ini merujuk pada sindrome klinis yang ditandai oleh
manifestasi kelebihan volume darah, perfusi jaringan yang tidak adekuat, dan toleransi
aktifitas yang buruk. Apapun penyebabnya, kegegelan kompa menyebabkan hipoperfusi
jaringan diikuti kongesti pulmonal dan vena sistemik. Oleh karena Gagal Jantung
meyebabkan kongesti vaskular, sering disebut sebagai gagal jantung kongestif, walaupun
kebanyakan ahli jantung tidak lagi menggunakan istilah ini. Istilah lain yang digunakan
untuk menyebut gagal jantung adalah gagal jantung kronis, dekompensasi jantung,
insufisiensi jantung dan gagal ventrikel. (Black, 2014)
Gagal jantung merupakan sindrom yang di tandai dengan dingfungsi miokard
yang meyebabkan berkurangnya curah jantung atau gagal jantung nyata dan kongesti
sirkulasi abnormal. Gagal jantung di klasifikasikan menurut kondisi patafisiologinya,
berupa gagal jantung sisi kanan atau sisi kiri, sistolik atau diastolik, dan akut atau
kronis.Kongestis sirkulasi sistemik atau vena menyebabkan terjadinya edema perifer
atau hepatomegaly; kongestis sirkulasi pulmonal menyebabkan edema pulmonal, sustu
emergensi yang mengancam jiwa. Kegagalan pompa biasanya terjadi pada ventrikel kiri
yang rusak (gagal jantung sisi kiri ) namun dapat terjadi pada ventrikel kanan (gagal
jantung sisi kanan) sebagai kelainan primer atau sekunder dari gagal jantung sisi kiri.
Kadang gagal jantung sisi kiri dan kanan terjadi secara bersamaan. (Joan, 2014)
B. ETIOLOGI
Gagal jantung disebabkan oleh kondisi yang melemahkan atau merusak
miokardium. Gagal jantung dapat disebabkan oleh faktor yang berasal dari jantung
(misalnya penyakit atau faktor patologis intrinsik) atau faktor eksternal yang
menyebabkan kebutuhan berlebihan dari jantung.
- Faktor Intrinsik.
Penyebab paling sering gagal jantung adalah penyakit arteri koroner (PAK). PAK
mengurangi aliran darah melalui arteri koroner sehingga mengurangi pengantaran ke
miokardium. Tanpa oksigen, sel otot tidak dapat berfugsi. Penyebab lain yang cukup
sering adalah infark miokardium. Selama infark miokard, miokardium kekurangan darah
dan jaringan mengalami kematian sehingga tidak dapat berkontraksi. Miokardium yang
tersisa harus melakukan kompensasi untuk kehilangan jaringan tersebut. Penyebab
intrinsik gagal jantung lain meliputi penyakit katup, kardio miopati dan disritmia.
Beberapa kodisi tertentu menekan jantung dari luar sehingga membatasi pengisian
ventrikel dan kontraktilitas miokardium. Gangguan yang menyababkan pengisian ruang
jantung yang berkurang dan peregangan serat miokardium meliputi konstriktif, suatu
proses inflalasi dan fibrinosis pada kantong perikardium dan tamponade jantung, yang
melibatkan akumulasi vairan atau darah dikantong perikardium. Oleh karena perikardium
meliputi keempat ruang jantung, kompresi pada jantung akan mengurangi relaksasi
diastolik sehingga meningkatkan tekanan diastolik dan menghambat aliran darah keluar
dari jantung.
- Faktor Ekstrinsik
Faktor eksternal jantung meliputi peningkatan afterload (misalnya hipertensi),
peningkatan volume sekuncup jantung dan hipovolemia atau peningkatan preload, dan
peningkatan kebutuhan tubuh (kegagalan keluaran yang tinggi, misalnya tirotoksikosis,
kematian). Miokardium yang menjadi lemah tidak dapat menoleransi perubahan volume
darah yang memasuki ventrikel kiri (yang disebut load/beban), otot yang abnormal pada
ventrikel karena pembentukan jaringan parut setelah cedera dan masalah yang
mengurangi kontraktilitas otot jantung. Beban jantung yang abnormal terjadi ketika
tekanan atau volume darah di ventrikel meningkat. Efek peningkatan volume ventrikel
dapat dijelaskan dengan analogi bahwa otot jantung seperti pita karet yang dapat
diregangkan. Ketika pita karet ini diregangkan, pita ini akan berkontraksi dengan
kekuatan yang lebih besar. Otot jantung juga seperti itu. Aliran darah balik vena
meregangkan jantung dan meningkatkan kontraktilitas. Jika pita karet diregangkan secara
berlebihan, pita ini akan menjadi cacat dan tidak dapat berkontraksi. Seperti itu juga juka
jantung diisi darah secara berlebihan, terjadilah peregangan berlebih dan penurunan
kontraksi. Pengisian jantung berlebihan terjadi kerena darah tidak meninggalkan
ventrikel selama kontraksi. Dengan demikian beban jantung meningkat sebagai usaha
untuk menggerakkan darah. Beban jantung yang disebut preload dan afterload terjadi
dalam kondisi normal atau abnormal.Preload dapat didefinisikan sebagai peregangan
awal pada serat otot jantung sebelum kontraksi. Perubahan pada preload ventrikel secara
dramatis memengaruhi volume sekuncup ventrikel dengan mekanisme frank starling.
Peningkatan preload meningkatkan volume sekuncup, sedabkan penurunan preload
menyebabkan penurunan volume sekuncup dengan mengubah kekuatan kontraksi otot
jantung. Preload berhubungan dengan panjang serkomer tetap karena panjang serkomer
tidak dapat ditentukan pada jantung yang utuh, digunakan indikator preload lain seperti
tekanan atau volume akhir-diastolik. (Black, 2014)

Gagal jantung disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

a.Kelainan otot jantung, gagal jantung sering terjadi pada pasien kelainan otot jantung,
hal ini disebabkan karena menurunnya kemampuan pompa/kontraktilitas jantung.
Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot diantaranya ateriosklerosis
koroner, hiprtensi arterial, dan penyakit degeneratif atau inflamasi.
b. Aterosklerosis/sumbatan koroner mengakibatkan disfungsi/gangguan miokardium
dalam memompa karena terganggunya aliran darah ke otot jantung, biasanya
mendahului terjadinya gagal jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
c. Hipertensi, hal ini akan meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya
mngakibatkan hipertrofi otot jantung dan pada akhirnya menurunkan kemampuan
kontraktilits jantung.
d. Peradangan dan penyakit myocardium degenerative berhubungan dengan gagal
jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan
menurunnya kemampuan pompa dari jantung.
e. Penyakit jantung lainnya, Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung
yang sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya
terlibat mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung kelainan katup jantung,
gangguan irama jantung/aritmia.
f. Faktor sistemik, Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan
dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (mis: demam,
tirotoksikosis, hipoksia dan anemia memerlukan peningkatan curah jantung untuk
memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan
suplai oksigen ke jantung sehingga dapat menurunkan kontraktilitas jantung.
(M.Bachrudin, 2016)
Gagal jantung dapat disebabkan dari penyebab selain jantung seperti hipertensi
sistemik atau paru kronis atau, yang leebih jarang terjadi, gangguan seperti gagal ginjal
atau intoksikasi air, yang meningkatkan volume plasma sampai pada derajat tertentu
sehingga volume diastolik-akhir meregangkan serabut ventrikel melebihi panjang
optimumnya. Penyebab gagal jantung antara lain infrak miokard, miopati jantung, defek
katup jantung, dan malformasi kongenital. Proses perjalanan penyakit gagal jantung
setelah infrak miokard dan hipertensi kronis. Jika kebutuhan oksigen ventrikel
hipertrofik yang meningkat tidak dapat dipenuhi dengan peningkatan aliran darah
(biasanya karena aterosklerosis koroner), kontraktilitas ventrikel akan berkurang. Pada
kasus ini, disfungsi diastolik dan disfungsi sistolik, keduanya terjadi. (Elizabeth, 2009)

C. PATOFISIOLOGI
Jantung yang sehat akan mencukupi kebutuhan oksigen melalui cadangan
jantung. Cadangan jantung adalah kemampuan jantung untuk meningkatkan curah
jantung sebagai respons terhadap stres. Jantung yang normal dapat meningkatkan
keluarannya sampai lima kali lipat tingkat istrahat. Jantung yang mengalami kegagalan,
pada waktu istrahat pun memompa semaksimal mungkin sehingga kehilangan cadangan
jantung. Jantung yang lemah memiliki kemampuan yang terbatas untuk berespons
terhadap kebutuhan tubuh terhadap peningkatan keluaran dalam keadaan stres.
Jika curah jantung tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh,
mekanisme kompensasi diaktifkan, termasuk respon neurohormonal. Mekanisme ini
membantu meningkatkan kontraksi dan mempertahankan integritas sirkulasi, tetapi jika
terus berlangsung akan menyebabkan pertumbuhan otot yang abnormal dan refigurasi
(remodeling) jantung. Respons kompensatorik terhadap penurunan curah jantung
merupakan dilatasi ventrikel, peningkatan stimulasi sistem saraf simpatis dan aktivasi
sistem renin-angiotensin. Figur 56-6 menggambarkan Patofisiologi gagal jantung pada
sebuah algoritma. (Black, 2014)

D. KLASIFIKASI
1. Gagal curah rendah versus curah tinggi. Apabila curah jantung adalah normal atau lebih
dari normal, tetapi tidak dapat memenuhi metabolik tubuh, kegagalan jantung ini di sebut
gagal curah tinggi. Termasuk dalam penyebab gagal curah tinggi adalah
hipertiroidisme,anemia, dan penyakit paget. Apabila curah jantung turun di bawah
normal, keadaan ini di sebut gagal curah rendah yang di akibatkan oleh hipertensi
arteriesklerosis, infrakmiokard, dan gangguan katup-katup jantung.

2. Gagal jantung kiri versus kanan. Karena ventrikel kiri dan sangat di pengaruhi
arterosklerosis koroner dan hipertensi maka sering kali jantung kiri lebih dulu
mengalami kegagalan dari pada jantung kanan.Kegagalan ventrikel kiri biasanya di
tandai dengan edema dan kongesti pulmonal. Kegagalan ventrikel kanan menimbulkan
kongesti vena (kongesti vena sistemik ) dan edema perifer (Mary Baradero, SPC, MN,
2008)

E. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan Gejala
 Dispnea, timbul setelah kerja berat
 Binggung
 Pusing
 Ronki bibasilar
 Batuk
 Sianosis atau pucat
 Letih
 Kelemahan otot
 Takirkardia
 Edema, awalnya daerah dependen
 Penambahan berat badan menyeluruh
 Hepatomegali
 Distensi vena jugularis
 Asites
Manifestasi klinis yang terjadi yaitu
1) Dispnoe/sulit bernafas,Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan
mengganggu pertukaran gas yaitu oksigen dengan carbon dioksida. Selain
itu juga dapat terjadi ortopnu/sesaknafas berjadi akibat perubahan posisi dari
duduk ke tidur dan berkurang bila dari tidur ke duduk. Beberapa pasien dapat
mengalami ortopnu pada malam hari yang dinamakan Paroksimal Nokturnal
Dispnea (PND).
2) Batuk,
3) Mudah lelah, Terjadi karena curah jantung yang kurang sehinggah metabolisme
akan mengalami penurunan, sehinggah energi akan menurun juga.
4) Kegelisahan dan kecemasan
(M.Bachrudin, 2016)
Gambaran klinis gagal jantung sering dipisahkan menjadi efek kedepan (forward) atau
efek kebelakang (backward), dengan sisi kanan atau kiri jantung sebagai titik awal
serangan. Efek kedepan dianggap “hilir” dari miokardium yang melemah. Efek
kebelakang dianggap “hulu” dari miokardium yang melemah.
Efek kedepan gagal jantung kiri
 Penurunan tekanan darah sistemik
 Kelelahan
 Peningkatan kecepatan denyut jantung
 Penurunan pengeluaran urine
 Ekspansi volume plasma
Efek kebelakang gagal jantung kiri
 Penigkatan kongesti paru, terutama sewaktu berbaring
 Dispnue
 Apabila keadaan memburuk, terjadi gagal jantung kanan
Efek kedepan gagal jantung kanan
 Penurunan aliran darah paru
 Penurunan oksigenasi darah
 Kelelahan
 Penurunan tekanan darah sistemik (akibat penurunan pengisian jantunug kiri), dan
semua tanda gagal jantung kiri
Efek kebelakang gagal jantung kanan
 Peningkatan penimbunan darah dalam vena, edema pergelangan kaki dan tungkai
 Distensi vena jugularis
 Hepatomegali dan splenomegali
(Elizabeth, 2009)

F. KOMPLIKASI
- Asites
- Hepatomegali
- Edema Paru
- Hidrotoraks
(Reny Yuli Aspiana, 2017)
1. Syok (10% penyebab pasien masuk rumah sakit)
Pasien dalam keadaan hipotensi, pucat, dingin, berkeringat, dan sianosis. Kateter
Swan-Ganz (mengapung dalam arteri pulmonalis kiri) akan membedakan kegagalan
pemompaan (tekanan baji arteri pulmonalis tinggi) dari hipovolemia (tekanan baji
rendah). Sering ditemukan aritmia. Pengobatan yang diberikan adalah:
a. Oksigen
b. Diuretik jika ada edema paru dan tekanan tinggi baji arteri pulmonalis
c. Vasodilator-inhibitor ACE (arteri dan vena) atau nitrat (vena) jika tekanan darah
memungkinkan
d. Inotropik-dopamin dan dobutamin meningkatkan kontraktilitas jantung dengan
merangsang reseptor β1dalam otot jantung. Dopamin dosis rendah (< 5
μg/kg/menit) mengakibatkan vasodilatasi dan peningkdc atan perfusi ginjal,
sedangkan dosis yang lebih tinggi menyebabkan vasokontriksi dan bisa
memperberat gagal jantung

Mortalitas dari keseluruhan lebih dari 70%.Kateter yang mengampung dalam arteri
pulmonalis juga bisa adigunakan untuk memantau respons terapi.

2. Aritmia
Takikardia sinus.Bisa tidak memerlukan pengobatan.Bisa merupakan tanda gagal
jantung.Extrasistol supraventrikel.Pertama-tama cobalah melakukan pemijatan sinus
karotinus unilateral atau manufer valsalva.Adenosin (3 mg suntikan cepat pada vena
sentral atau vena perifer yang besar) biasanya menyebabkan pembalikan segera dari
irama sinus.Waktu paruhnya yang pendek (10 detik) berarti bahwa efek sampingnya
(rona merah pada wajah, bronkuspasme, bradikardia) biasanya hanya dialami dalam
waktu sebentar.Disopiramid dan amiodaron mungkin bermanfaat bagi takikardia
supraventrikel yang resisten.Kardioversi dalam anestesi umum kerja singkat
digunakan jika diperlukan hasil yang cepat atau bila prosedur lain gagal.

3. Flutter fibrilasi atrium.


Digoksin peroral biasanya memperlambat kecepatan denyut ventrikel.Biasnaya juga
digunakan amiodaron.Pertimbangan untuk melakukan kardioversi arus searah direct
currence (DC).(David, 2007)

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. EKG
Digunakan untuk menilai ada tidaknya aritmia, penyakit jantung iskemik,
hipertropi jantung, dan kemungkinan gangguan konduksi.

2. Tes Laboratorium
Uji darah ( Na, K, Renal livwer function test, thyroid function test, CBC, CRP)
3. Analisa Gas Darah
Gagal ventrikel kanan ditandai dengan alkaliosis respiratori ringan (dini) atau
hipoksemia dengan peningkatan pc 02 (akhir).

H. PENATALAKSANAAN
 Panduan praktik terbaik yang dikeluarkan oleh American Heart Association telah
mengidentifikasi penggunaan penyekat beta dan penghambat enzim pengubah
angiotensin (inhibitor ACE) sebagai terapi yang paling efektif untuk gagal jantung
kecuali ada kontraindikasi khusus. Inhibitor ACE menurunkan afterload (TPR)
dan volume plasma (preload). Penyekat reseptor angiotensin dapat digunakan
sebagai inhibitor ACE.
 Diberikan diuretik untuk menurunkan volume plasma sehingga aliran balik vena
dan peregangan serabut otot jantung berkurang.
 Terapi oksigen mungkin digunakan untuk mengurangi kebutuhan jantung.
 Nitrat mungkin diberikan untuk mengurangi afterload dan preload
 Uji-coba nitric oxide boosting drug (BiDil) untuk beberapa pasien penderita gagal
jantung, terutama Afro-Amerika, menunjukkan bahwa obat ini memperbaiki
kualitas hidup pasien dan angka keselamatan hidup yang lebih lama.
 Penyeka aldosteron (epleronon) telah terbukti mengobati gagal jantung kongestif
setelah serangan jantung.
 Digoksin (digitalis) mungkin diberikan untuk meningkatkan kontraktilitas.
Digoksin bekerja secara langsung pada serabut otot jantung untuk meningkatkan
kekuatan setiap kontraksi tanpa bergantun panjang serabut otot. Hal ini dapat
menyebabkan peningkatan curah jantung sehingga volume dan peregangan ruang
ventrikel berkurang. Saat ini digitalis lebih jarang digunakan untuk mengatasi
gagal jantung dibandingkan masa sebelumnya.
(Elizabeth, 2009)

Diagnosa Keperawatan
Menurut Nanda (2009) dan Doengus(2010), diagnosa yang muncul padaklien CHF
adalah :
1. Penurunan cardiac output b.dperubahan kontraktilitas miokard
a. monitor tanda-tanda vital
b. lakukan terapi relaksasi sebagaimana mestinya
c. Isntruksikan pasien dan keluarga mengenai tujuan perawatan danbagaimana
kemajuannyaakan diukur
d. kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
2. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran kapiler-alveoli
a. Kaji tanda-tanda vital
b. Posisikan pasien misalnya miring ke samping atau semi fowler, sesuai
indikasi
c. Ajarkan pasien pada pada pemberian inhaler sesuai resep sebagaimana
mestinya
d. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian inhaler dan pemberian oksigen
3. Kelebihan volume cairan b.d pengaturan melemah.
a. Kaji peningkatan berat badan
b. Anjurkan klien untuk mengatur intake
c. Lakukan latihan ROM pasif
d. Berikan pengetahuan pada keluarga dalam mengatur posisi ekstremitas yang
terkena edema
4. Intoleransi aktifitas b.dketidakseimbangan suplai dankebutuhan O2
a. Kaji tingkat aktivitas yang dapat dilakukan
b. Ubah posisi klien setiap dua jam sekali
c. Berikan kepada keluarga dan pasien untuk mengidentivikasi kelemahan
dalam level tertentu
d. Kolaborasi dengan fisioterapi dalam pemberian terapi
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus CHF

Tuan “M” umur 83 tahun, agama islam, RM 307736, jenis kelamin laki-Laki, masuk di
ruangan ICU dengan diagnosa CHF (Congestiv Heart Failure). Tanggal pengkajian 12
November. Klien masuk di ICU dengan keluhan sesak nafas. Nampak terpasang 02 nasal kanul 5
ltr/menit. Klien tampak lemas dan tampak udema pada ektremitas bawah. Klien mengatakan
sesak bertambah jika melakukan aktivitas.

TTV:

TD : 136/83 mmHg

Nadi : 129 x/menit

Suhu : 36,5° C

RR : 35 x/menit

SPO2 : 98%

Kesadaran composmentis

GCS 15 (E4M6V5)
Asuhan Keperawatan pada Tuan M di ruangan ICU RSUD Syekh Yusuf dengan Diagnosa
CHF ( Congestive Heart Failure)

I. PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Nama : Tn. M
Umur : 83 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Makassar
Agama : Islam
Pendidikan : SR
Pekerjaan :-
No. RM : 307736
Tanggal Masuk : 12 November 2019
Tanggal Pegkajian : 12 November 2019
Diagnosa Medis : CHF
B. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. I
Umur : 43 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Makassar
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Hubungan Dengan Klien : Anak Kandung

II. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI


Keluhan Utama : Sesak Nafas
Riwayat Keluhan Utama : Klien mengatakan mengalami sesak nafas, terpasang O2
nasal kanul 5 l/i. klien tampak lemas dan tampak adanya edama pada ekstremitas bawah.
Klien mengatakan sesak bertambah jika melakukan aktifitas.

III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


- Riwayat penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan sering mengalami sesak sebelumnya.
- Riwayat perawatan
Klien mengatakan pernah dirawat di RS sebelumnya.
- Riwayat Obat-obatan
Klien mengatakan mengonsumsi obat-obatan dari RS
- Riwayat Alergi
Klien mengatakan ia tidak alergi dengan makanan, minuman, obat-obatan, dll.
- Riwayat Imunisasi
Klien mengatakan ia tidak tahu pasti tentang riwayat imunisasinya.

IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

G1
X X X X

G2
X X ? X X
X
8
G3
433 ? ?

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan
: Garis Keturunan

: Garis perkawinan

: Tinggal serumah

? : Umur tidak diketahui

X : Meninggal Dunia

: Klien

G1 : Orangtua dari klien dan orangtua dari istrinya telah meninggal dunia karena
faktor usia, ayah dari klien pernah mengalami penyakit jantung.

G2 : Istri klien telah meninggal dunia karena faktor usia. Klien adalah seorang
ayah yang menderita CHF, dan memiliki tiga anak

G3 :anak pertama klien dengan usia 43 tahun adalah penanggung jawab atas klien

V. RIWAYAT PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL
1. Pola Koping
Klien sering cemas dan gelisah tentang penyakitnya, dalam mengambil keputusan,
klien dibantu oleh anaknya.
2. Harapan klien terhadap penyakitnya
Klien ingin cepat sembuh dan kembali kerumahnya serta beraktivitas seperti
biasanya.
3. Faktor stressor
Klien mengatakanmemikirkan penyakitnya serta anak-anaknya.
4. Konsep diri
Gambaran diri : Klien adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
Ideal diri : Klien sangat berharap agar bisa cepat sembuh dari penyakitnya
Harga diri : Klien ingin dihargai dan disayangi selayaknya manusia dan
keluarga walaupun dalam keadaan sakit.
Peran diri : Klien berperan sebagai ayah dan kepala dalam keluarga.
Identitas diri : Klien adalah seorang laki-laki.
5. Pengetahuan klien tentang penyakitnya
Klien mengatakan penyakitnya lumayan berat, sehingga membuat dirinya merasa
lemas dan sesaknya bertambah ketika beraktivitas
6. Adaptasi
Klien dapat berinteraksi dengan perawat, dokter, keluarga dan orang-orang yang ada
disekitarnya
7. Hubungan dengan Keluarga
Hubungan klien dengananak-anaknya baik dan harmonis
8. Hubungan dengan masyarakat
Hubungan klien dengan masyarakat baik
9. Perhatian terhadap orang lain dan lawan bicara
Perhatian klien terhadap orang lain dan lawan bicara baik
10. Aktivitas sosial
Klien aktif mengikuti kegiatan-kegiatan kemasyarakatan seperti gotong royong.
11. Bahasa yang sering digunakan
Dalam kehidupan sehari-hari klien sering menggunakan bahasa Daerah
12. Keadaan lingkungan
Keadaan lingkungan klien aman dan terjangkau
13. Kegiatan keagamaan
Klien rajin beribadah dan selalu berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa
14. Keyakinan tentang kesehatan
Klien yakin bahwa sakit yang dideritanya akan sembuh atas izin Tuhan-Nya

VI. KEBUTUHAN DASAR/ POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI


1. Makan
Sebelum MRS
- Frekuensi : tiga (3) kali sehari
- Pola makan/ komposisi: nasi, sayuran, lauk-pauk, dan buah
- Makanan yang disukai: umbi-umbian
- Makanan pantangan : tidak ada makanan pantangan
- Nafsu makan : baik

Setelah MRS

- Frekuensi : tiga (3) kali sehari


- Pola makan/ komposisi : bubur, lauk-pauk yang mudah dikunyah
- Nafsu makan : kurang, ⅓ porsi makan dihabiskan
2. Minum
Sebelum MRS
- Frekuensi : 7-8 gelas / hari
- Volume : 1600-2000 cc / hari
- Minuman yang disukai : kopi
- Minuman pantangan : tidak ada minuman pantangan

Setelah MRS

- Frekuensi : 6-7 gelas / hari


- Volume : 1500-1750 cc / hari
- Diet RS :tidak ada
3. Tidur
Sebelum MRS
- Kebiasaan tidur malam : 21:00-04:00 WITA
- Kebiasaan tidur siang : jarang tidur siang (tidak menentu)
- Kesulitan tidur : bila sesak timbul
- Lama tidur : 7-8 jam / hari

Setelah MRS

- Kebiasaan tidur malam : 20:30-04:00 WITA


- Kebiasaan tidur siang : tidak menentu, kadang baring saja
- Kesulitan tidur : kadang terbangun ketika sesak timbul
- Cara mengatasinya : pemberian terapi O2 5 l/i
4. Eliminasi fekal / BAB
Sebelum MRS
- Frekuensi : 1-2 kali sehari
- Konsistensi : padat
- Warna : kuning
- Bau : khas

Setelah MRS

- Frekuensi : klien belum pernah BAB selama dikaji


- Konsisensi :-
5. Eliminasi urine / BAK
Sebelum MRS
- Frekuensi : 3-4 kali sehari
- Warna : kuning jernih
- Bau : amoniak

Setelah MRS

- Frekuensi : 2-3 kali sehari


- Warna : kuning jernih
- Bau : amoniak
6. Aktivitas dan latihan
Sebelum MRS
- Pekerjaan :-
- Aktivitas rutin :-
- Jenis olahraga :-
- Jenis rekreasi :-

Setelah MRS

Sebagian aktivitas dibantu oleh anak dan keluarga

7. Personal hygiene
Sebelum MRS
- Kebiasaan mandi : mandi dibantu oleh anak, 1-2 kali sehari
- Mencuci rambut : tergantung kotor
- Memotong kuku : tergantung panjang
- Kerapian : sesuai usia
- Penampilan : baik, sesuai usia
- Hambatan dalam personal hygiene : edema pada ekstremitas bawah

Setelah MRS

- Kebiasaan mandi : satu kali sehari dibantu oleh anak


- Mencuci rambut : belum pernah
- Memotong kuku : belum pernah
- Hambatan dalam personal hygiene : dibantu karena terpasang infuse pada
lengan kiri, dan O2 5 l/i serta edema pada ektremitas bawah dan sesak

VII. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum klien
Kelemahan : klien tampak lemah
Tingkat kesadaran : composmentis, GCS 15 (E4V5M6)
Tanda-tanda vital
 TD : 136/83 mmHg
 N : 129 x/i
 S : 36,5°C
 P : 35 x/i
 SPO2 : 98 % (normal)
 BB : 69 kg
2. Pengkajian Head to Toe
a. Kulit / integumen
I : Warna kulit gelap, lembab, tekstur kulit agak kasar, tipis dan elastis S :
36,5°C
P : Turgor kulit jelek, terdapat edema pada ektremitas bawah, tidak ada nyeri
tekan, teraba adanya massa
b. Kepala dan rambut
I : Bentuk kepala normal, rambut agak kasar, berwarna dominan putih
P : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya massa
c. Kuku
I : Warna merah pucat, kuku kaki dan tangan bersih walaupun agak panjang
P : Tidak ada nyeri tekan, kuku tidak mudah patah
d. Mata / penglihatan
I : Mata simetris kiri dan kanan, perpebra tampak keriput karena faktor usia,
konjungtiva pucat
P : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya massa
e. Hidung / penghidu
I : Lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada secret dan terdapat
pernapasan cuping hidung
P : Tidak ada nyeri tekan pada hidung, Tidak teraba adanya massa
f. Telinga / pendengaran
I : Daun telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada pengeluaran secret, fungsi
pendengaran menurun, tidak menggunakan alat bantu pendengaran tetapi
dibantu anaknya.
P : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya massa

g. Mulut dan gigi


I : Bibir tampak kering, menggunakan gigi palsu, tidak ada gangguan menelan,
tidak ada peradangan pada gusi
P : Tidak ada nyeri tekan
h. Leher
I : Tidak tampak adanya pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada luka sekitar leher
P : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya massa
i. Dada
Parau-paru
I : Bentuk dada normal, gerakan dada mengikuti gerak nafas yang agak cepat
P : Tidak ada nyeri tekan pada dada
P : Sonor pada semua lapang paru
A: Suara nafas mengi, terdapat suara nafas tambahan
Jantung
I : ictus cordis normal terlihat
P : incus cordis teraba di intercosta 4-5
P : pekak
A : S1 dan S2 reguler (lup dup)
j. Abdomen
I : Perut tampak datar, gerakan mengikuti gerakan nafas
P : Tidak ada nyeri tekan
P : Bunyi tympani
A: Terdengar adanya suara bising usus
k. Genetalia dan perineum
Tidak dikaji
l. Ekstremitas dan fungsi motorik
Massa otot : kenyal
Tonus otot : lemah

Kekuatan otot : 3 3

2 2

Keterangan :
0: otot tak mampu bergerak atau gone
1: jika otot ditekan masih ada kontraksi atau ada kekenyalan
2: dapat menggerakkan otot atau bagian yang lemah sesuai perintah
3: dapat menggerakkan otot dengan tahanan minmal
4: dapat bergerak dan dapat melawan hambatan yang ringan
5: bebas bergerak dan dapat melawan tahanan yang setimpal

VIII. Pemeriksaan Diagnostik


1. EKG
Digunakan untuk menilai ada tidaknya aritmia, penyakit jantung iskemik,
hipertropi jantung, dan kemungkinan gangguan konduksi.

2. Tes Laboratorium
Uji darah ( Na, K, Renal livwer function test, thyroid function test, CBC,
CRP)

3. Analisa Gas Darah


Gagal ventrikel kanan ditandai dengan alkaliosis respiratori ringan (dini) atau
hipoksemia dengan peningkatan pc 02 (akhir).

IX. Terapi saat ini


Terpasang IVFD RL 20 t/m pada tangan kiri
Terpasang O2 nasal kanul 5 l/i

ANALISA DATA
No DATA ETIOLOGI MASALAH
.
1. DS : Mekanisme Kompensasi Penurunan
curah jantung
Klien mengatakan sesak nafas

Klien mengatakan batuk sejak 1


minggu yang lalu

DO : Respon Neurohormonal

Klien tampak lemah

Klien tampak sesak Peningkatan integritas sirkulasi

Klien tampak kesulitan bernafas

Kesadaran composmentis Perubahan otot yang abnormal


dan refigurasi jantung
Terpasang O2 nasal kanul 5l/i

Tampak udema pada ekstremitas Dilatasi ventrikel


bawah
Tanda-tanda vital
TD : 136/83 mmHg
N : 129 x/i
S : 36,5°C
P : 35 x/i
SPO2 : 98 % (normal)
Kegagalan jantung

Pompa jantung meningkat

Penurunan cadangan nutrisi


jantung

Penurunan curah jantung

2. DS : Pomapa jantung meningkat Gangguan


pertukaran gas
Klien mengatakan sesak nafas dan
pernafasan cuping hidung
Klien mengatakan sesaknya Peningkatan tekanan V kiri
bertambah ketika beraktivitas
DO :

Klien tampak lemah Peningkatan tekana A kiri

Klien tampak sesak

Klien tampak kesulitan bernafas Peningkatan tekanan divena


pulmonal
Terpasang O2 nasal kanul 5l/i

Tanda-tanda vital
TD : 136/83 mmHg
N : 129 x/i
S : 36,5°C Edema paru
P : 35 x/i
SPO2 : 98 % (normal)

Sesak

Gagguan pertukaran gas

3. DS : Gagal jantung Kelebihan


volume cairan
Klien mengatakan kakinya bengkak
berisi cairan
Klien mengatakan sulit BAB Penurunan curah jantung

DO:

Tampak udema pada kaki klien Suplai darah keginjal meningkat

Produksi urine klien tidak lancar


kurang lebih 50 ml/24 jam
TTV : Respon RAAS meningkat

TD : 136/83mmHg

N : 129 x/i Pengeluaran aldosteron

S : 36C

R : 35 x/m Retensi Na dan H2O meningkat


Edema

Kelebihan volume cairan

4. DS : Kegagalan jantung Intoleransi


aktivitas
Klien mengatakan sesaknya
bertambah ketika beraktivitas
Klien mengatakan sulit beraktivitas Suplai O2 ke jaringan menurun
karena udema pada ekstremitas bawah
DO :

Klien tampak lemah Metabolisme menurun

Tampak udema pada ekstremitas


bawah
Klien tampak kesulitan bergerak Terjadi pembengkakan (udema)

Tanda-tanda vital
TD : 136/83 mmHg
N : 129 x/i
S : 36,5°C
P : 35 x/i
SPO2 : 98 % (normal)

Kekutan otot Aktivitas menurun karena


3 3 pembengkakan

2 2

Aktivitas terhambat

Intoleransi aktivitas
DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan
.
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload ditandai
dengan :
2. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran kapiler-alveoli
3 Kelebihan volume cairan b.d mekanisme pengaturan melemah

4 Intoleransi aktivitas b.dketidakseimbangan suplai oksigendengan


kebutuhan.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa keperawatan Rencana Asuhan Keperawatan


.
Tujuan dan NOC NIC
Kriteria Hasil
1 2 3 4 5
1. Penurunan curah jantung Selama 3 x 24 Perfusi jaringan : 1. monitor tanda-
berhubungan dengan jam, dapat perifer tanda vital
perubahan preload ditandai memenuhi
dengan : kriteria hasil:
DS : Tanda vital Manajemen diri: 2. lakukan terapi
dalam rentan gagal jantung relaksasi
normal sebagaimana
(respirasi) mestinya
Klien mengatakan sesak nafas tidak ada edema Perfusi jaringan: 3. isntruksikan
Kardiak pasien dan
keluarga mengenai
Klien mengatakan batuk sejak tujuan perawatan
1 minggu yang lalu dan bagaimana
kemajuannyaakan
diukur
DO : Detak jantung 4. kolaborasi
dalam rentan dengan dokter
normal dalam pemberian
obat
Klien tampak lemah
Klien tampak sesak
Klien tampak kesulitan
bernafas
Kesadaran composmentis
Terpasang O2 nasal kanul 5l/i
Tampak udema pada
ekstremitas bawah
Tanda-tanda vital
TD : 136/83 mmHg
N : 129 x/i
S : 36,5°C
P : 35 x/i
SPO2 : 98 % (normal)

2. Gangguan pertukaran gas b.d Selama 3 x 24 Status pernafasan : 1. kaji tanda-tanda


perubahan membran kapiler- jam dapat ventilasi vital
alveoli dengan : memenuhi
kriteria hasil:
DS : Klien bernafas Status pernafasan 2. posisikan pasien
dengan normal normal misalnya miring ke
samping atau semi
fowler, sesuai
indikasi
Klien mengatakan sesak nafas Klien tidak 3. ajarkan pasien
menggunakan pada pada
inhaler lagi pemberian inhaler
sesuai resep
sebagaimana
mestinya
Klien mengatakan sesaknya Tanda vital 4. kolaborasi
bertambah ketika beraktivitas normal dengan dokter
dalam pemberian
inhaler dan
pemberian oksigen
DO : Tidak ada
pernafasan
cuping hidung
Klien tampak lemah
Klien tampak sesak dan adanya
pernafasan cuping hidung
Klien tampak kesulitan
bernafas
Terpasang O2 nasal kanul 5l/i
Tanda-tanda vital
TD : 136/83 mmHg
N : 129 x/i
S : 36,5°C
P : 35 x/i
SPO2 : 98 % (normal)

3. Kelebihan volume cairan b.d Selama 3 x 24 Terbebas dari edema 1. Kaji peningkatan
mekanisme pengaturan jam, dapat berat badan
melemah memenuhi
kriteria hasil:

DS : Tanda-tanda 2. Anjurkan klien


vital dalam untuk mengatur
rentang normal intake
Klien mengatakan kakinya 3. Lakukan latihan
bengkak berisi cairan ROM pasif
Klien mengatakan sulit BAB 4. Berikan
pengetahuan pada
keluarga dalam
mengatur posisi
ekstremitas yang
terkena edema
DO :
Tampak udema pada kaki klien
Produksi urine klien tidak
lancar kurang lebih 50 ml/24
jam

4 Intoleransi aktivitas Selama 3 x 24 Status jantung paru 1. kaji tingkat


b.dketidakseimbangan suplai jam, dapat aktivitas yang
oksigendengan memenuhi dapat dilakukan
kebutuhan.: kriteria hasil:
DS : Denyut nadi 2. ubah posisi klien
perifer dalam setiap dua jam
rentan normal sekali
Klien mengatakan sesaknya Irama 3. berikan kepada
bertambah ketika beraktivitas pernafasan keluarga dan
normal pasien untuk
mengidentivikasi
kelemahan dalam
level tertentu
Klien mengatakan sulit Edema teratasi 4. Kolaborasi
beraktivitas karena udema dengan fisioterapi
pada ekstremitas bawah dalam pemberian
terapi
DO :
Klien tampak lemah
Tampak udema pada
ekstremitas bawah
Klien tampak kesulitan
bergerak
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari / Diagnosa Wakt Implementasi Tindakan Evaluasi (SOAP)


Tanggal u Keperawatan
1 2 3 4 5
Rabu 1 09:00 1. Memonitor tanda-tanda vital Rabu 13 November 2019
13/11/1
9
H/ Tanda-tanda vital S:
TD : 136/83 mmHg Klien mengatakan merasa
N : 129 x/i nyaman dengan posisi yang
S : 36,5°C diberikan
P : 35 x/i
SPO2 : 98 % (normal)
09:10 2. Melakukan terapi relaksasi Klien mengatakakn curah
sebagaimana mestinya jantungnya mulai membaik
H/ teknik telaksasi yang digunakan O:
memberikan posisi nyaman yang
memaksimalkan pernafasan
09:20 3. Mengisntruksikan pasien dan teknik telaksasi yang digunakan
keluarga mengenai tujuan perawatan memberikan posisi nyaman yang
dan bagaimana kemajuannya akan memaksimalkan pernafasan
diukur
H/ klien mengatakan mengerti metoprolol
penjelasan tujuan tindakan yang akan digoxin
dilakukan
09:40 4. Mengkolaborasikan dengan dokter Tanda-tanda vital
dalam pemberian obat TD : 136/83 mmHg
N : 129 x/i
S : 36,5°C
P : 35 x/i
SPO2 : 98 % (normal)
H/ metoprolol A:
Digoxin
Masalah belum teratasi pada
diagnose penurunan curah
jantung
P:
Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,
1. monitor tanda-tanda vital
2. lakukan terapi relaksasi
sebagaimana mestinya
3. isntruksikan pasien dan
keluarga mengenai tujuan
perawatan dan bagaimana
kemajuannyaakan diukur
4. kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat

2 10:30 1. Mengkaji tanda-tanda vital S:


H/ Tanda-tanda vital klien mengatakan merasa lebih
TD : 136/83 mmHg tenang dalam posisi semi fowler
N : 129 x/i walaupun kadang pegal dan lelah
S : 36,5°C
P : 35 x/i
SPO2 : 98 % (normal)
10:40 2. Memposisikan pasien misalnya klien mengatakan dapat
miring ke samping atau semi fowler, menggunakan inhaler dengan
sesuai indikasi bantuan dan arahan perawat
H/ klien mengatakan merasa lebih O:
tenang dalam posisi semi fowler
walaupun kadang pegal dan lelah
10:50 3. Mengajarkan pasien pemberian inhaler diberikan dengan 10
inhaler sesuai resep sebagaimana semprotan dalam waktu 30 menit
mestinya Terpasang O2 nasal kanul 5 l/i
H/ klien mengatakan dapat Tanda-tanda vital
menggunakan inhaler dengan TD : 136/83 mmHg
bantuan dan arahan perawat N : 129 x/i
S : 36,5°C
P : 35 x/i
SPO2 : 98 % (normal)
11:00 4. Mengkolaborasikan dengan dokter A:
dalam pemberian inhaler dan
pemberian oksigen
H/ inhaler diberikan dengan 10 Masalah belum teratasi pada
semprotan dalam waktu 1 menit diagnose gangguan pertukan gas
Terpasang O2 nasal kanul 5 l/i P:
Lanjutkan intervensi 1,2,3,4
1. kaji tanda-tanda vital
2. posisikan pasien misalnya
miring ke samping atau semi
fowler, sesuai indikasi
3. ajarkan pasien pada pada
pemberian inhaler sesuai resep
sebagaimana mestinya
4. kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian inhaler dan
pemberian oksigen

3 11:30 1. Mengkaji peningkatan berat badan S:


H/ BB : 69 kg klien mengatakan udema pada
kakinya mulai berkurang
11:40 2. Menganjurkan klien untuk O:
mengatur intake
H/ klien mengatakan mengurangi klien dibantu dalam melatih
minum minuman yang manis ektremitas bawah yang udema
untuk memaksimalkan peredaran
dara
11:50 3. Melakukan latihan ROM pasif keluarga klien dapat membantu
mengubah posisi klien minimal
setiam jam sekali
H/ klien dibantu dalam melatih BB : 69 kg
ektremitas bawah yang udema untuk
memaksimalkan peredaran darah
12:00 4. Memberikan pengetahuan pada A:
keluarga dalam mengatur posisi
ekstremitas yang terkena edema
H/ keluarga klien dapat membantu Masalah belum teratasi pada
mengubah posisi klien minimal diagnose kelebihan volume cairan
setiam jam sekali
P:
Lanjutkan intervensi 1,2,3,4
1. Kaji peningkatan berat badan
2. Anjurkan klien untuk mengatur
intake
3. Lakukan latihan ROM pasif
4. Berikan pengetahuan pada
keluarga dalam mengatur posisi
ekstremitas yang terkena edema

4 12:30 1. Mengkaji tingkat aktivitas yang S:


dapat dilakukan
H/ klien dapat berjalan dengan klien mengatakan mulai bisa
perlahan namun butuh bantuan orang mengganti posisinya sevara
lain perlahan
12:40 3. Mengubah posisi klien setiap dua klien mengatakan level kegiatan
jam sekali yang dapat dilakukan mulai
meningkat
H/ klien mengatakan lelah dan O:
kesulitan dalam berganti-ganti posisi terapi fisioterapi yang diberikan
karena sesaknya dapat mengurangi intensitas
udema
13:00 3. Memberikan kepada keluarga dan klien dapat berjalan dengan
pasien untuk mengidentivikasi perlahan namun butuh bantuan
kelemahan dalam level tertentu orang lain
H/ klien mengatakan level kegiatan A:
yang dapat dilakukan hanya sebatas
menggerakkan kaki dan berjalan
perlahan
13:10 4. Mengkolaborasikan dengan Masalah belum teratasi pada
fisioterapi dalam pemberian terapi diagnose intoleransi aktivitas
H/ terapi fisioterapi yang diberikan P:
apat mengurangi intensitas udema
Lanjutkan intervensi 1,2,3,4
1. kaji tingkat aktivitas yang
dapat dilakukan
2. ubah posisi klien setiap dua
jam sekali
3. berikan kepada keluarga dan
pasien untuk mengidentivikasi
kelemahan dalam level tertentu
4. Kolaborasi dengan fisioterapi
dalam pemberian terapi

Kamis 1 09:00 1. Memonitor tanda-tanda vital Kamis 14 November 2019


14/11/1
9
H/ Tanda-tanda vital S:
TD : 136/83 mmHg Klien mengatakan merasa
N : 115 x/i nyaman dengan posisi yang
S : 36,5°C diberikan oleh perawat
P : 28 x/i
SPO2 : 98 % (normal)
09:10 2. Melakukan terapi relaksasi klien mengatakan curah
sebagaimana mestinya jantungnya membaik
H/ klien merasa nyaman dengan O:
teknik relaksasi yang digunakan
untuk memaksimalkan pernafasan
09:20 3. Mengisntruksikan pasien dan klien merasa nyaman dengan
keluarga mengenai tujuan perawatan teknik relaksasi yang digunakan
dan bagaimana kemajuannya akan untuk memaksimalkan
diukur pernafasan
H/ klien mengatakan mengerti Metoprolol
penjelasan tujuan tindakan yang akan Digoxin
dilakukan
09:30 4. Mengkolaborasikan dengan dokter Tanda-tanda vital
dalam pemberian obat TD : 136/83 mmHg
N : 115 x/i
S : 36,5°C
P : 28 x/i
SPO2 : 98 % (normal)
H/ metoprolol A:
Digoxin
Masalah teratasi sebagian pada
diagnose penurunan curah
jantung
P:
Pertahankan intervensi 2,3
2. lakukan terapi relaksasi
sebagaimana mestinya
3. isntruksikan pasien dan
keluarga mengenai tujuan
perawatan dan bagaimana
kemajuannyaakan diukur
Lanjutakn intervensi 1,4
1. monitor tanda-tanda vital
4. kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat

2 10:00 1. Mengkaji tanda-tanda vital S:


H/ Tanda-tanda vital klien mengatakan merasa lebih
TD : 136/83 mmHg tenang dalam posisi semi fowler
N : 115 x/i walaupun tidak lama
S : 36,5°C
P : 28 x/i
SPO2 : 98 % (normal)
10:10 2. Memposisikan pasien misalnya klien mengatakan dapat
miring ke samping atau semi fowler, menggunakan inhaler dengan
sesuai indikasi arahan perawat
H/ klien mengatakan merasa lebih O:
tenang dalam posisi semi fowler
walaupun tidak lama
10:20 3. Mengajarkan pasien pemberian inhaler diberikan dengan 10
inhaler sesuai resep sebagaimana semprotan dalam waktu 1 menit
mestinya Terpasang O2 nasal kanul 3 l/i
H/ klien mengatakan dapat Tanda-tanda vital
menggunakan inhaler dengan arahan TD : 136/83 mmHg
perawat N : 129 x/i
S : 36,5°C
P : 28 x/i
SPO2 : 98 % (normal)
10:30 4. Mengkolaborasikan dengan dokter A:
dalam pemberian inhaler dan
pemberian oksigen
H/ inhaler diberikan dengan 10 Masalah belum teratasi pada
semprotan dalam waktu 1 menit diagnose gangguan pertukaran
gas
Terpasang O2 nasal kanul 3 l/i P:
Lanjutkan intervensi 1,2,3,4
1. kaji tanda-tanda vital
2. posisikan pasien misalnya
miring ke samping atau semi
fowler, sesuai indikasi
3. ajarkan pasien pada pada
pemberian inhaler sesuai resep
sebagaimana mestinya
4. kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian inhaler dan
pemberian oksigen

3 11:00 1. Mengkaji peningkatan berat badan S:


H/ BB : 68 kg klien mengatakan udema pada
kakinya mulai berkurang dari
sebelumnya
11:10 2. Menganjurkan klien untuk O:
mengatur intake
H/ klien mengatakan tidak minum klien dibantu dalam melatih
minuman yang manis ektremitas bawah yang udema
untuk memaksimalkan peredaran
dara
11:20 3. Melakukan latihan ROM pasif keluarga klien dapat membantu
mengubah posisi klien minimal
setiam jam sekali
H/ klien dibantu dalam melatih BB : 68 kg
ektremitas bawah yang udema untuk
memaksimalkan peredaran darah
11:30 4. Memberikan pengetahuan pada A:
keluarga dalam mengatur posisi
ekstremitas yang terkena edema
H/ keluarga klien dapat membantu Masalah belum teratasi pada
mengubah posisi klien minimal diagnose kelebihan volume cairan
setiam jam sekali
P:
Pertahankan intervensi 2
2. Anjurkan klien untuk mengatur
intake
Lanjutkan intervensi 1,3,4
1. Kaji peningkatan berat badan
3. Lakukan latihan ROM pasif
4. Berikan pengetahuan pada
keluarga dalam mengatur posisi
ekstremitas yang terkena edema

4 12:00 1. Mengkaji tingkat aktivitas yang S:


dapat dilakukan
H/ klien dapat berjalan dengan klien mengatakan lelah dan
perlahan kesulitan dalam berganti-ganti
posisi karena sesaknya
12:10 3. Mengubah posisi klien setiap dua klien mengatakan level kegiatan
jam sekali yang dapat dilakukan hanya
sebatas menggerakkan kaki dan
berjalan perlahan
H/ klien mengatakan kesulitan dalam O:
berganti-ganti posisi karena sesaknya terapi fisioterapi yang diberikan
apat mengurangi intensitas udema
12:20 3. Memberikan kepada keluarga dan klien dapat berjalan dengan
pasien untuk mengidentivikasi perlahan namun butuh bantuan
kelemahan dalam level tertentu orang lain
H/ klien mengatakan level kegiatan A:
yang dapat dilakukan yaitu berjalan
perlahan
12:30 4. Mengkolaborasikan dengan Masalah belum teratasi pada
fisioterapi dalam pemberian terapi diagnose intoleransi aktivitas
H/ terapi fisioterapi yang diberikan P:
apat mengurangi intensitas udema
Lanjutkan intervensi 1,2,3,4
1. kaji tingkat aktivitas yang
dapat dilakukan
2. ubah posisi klien setiap dua
jam sekali
3. berikan kepada keluarga dan
pasien untuk mengidentivikasi
kelemahan dalam level tertentu
4. Kolaborasi dengan fisioterapi
dalam pemberian terapi

Jum’at 1 09:00 1. Memonitor tanda-tanda vital Jum’at 15 November 2019


15/11/1
9
H/ Tanda-tanda vital S:
TD : 136/83 mmHg Klien mengatakan merasa
N : 98 x/i nyaman dengan posisi yang
S : 36,5°C diberikan
P : 18 x/i
SPO2 : 98 % (normal)
09:10 2. Melakukan terapi relaksasi klien mengatakan curah
sebagaimana mestinya jantungnya baik
H/ klien merasa nyaman dengan O:
teknik relaksasi yang digunakan
untuk memaksimalkan pernafasan
09:20 3. Mengisntruksikan pasien dan klien merasa nyaman dengan
keluarga mengenai tujuan perawatan teknik relaksasi yang digunakan
dan bagaimana kemajuannya akan untuk memaksimalkan
diukur pernafasan
H/ klien mengatakan mengerti Metoprolol
penjelasan tujuan tindakan yang akan Digoxin
dilakukan
09:30 4. Mengkolaborasikan dengan dokter Tanda-tanda vital
dalam pemberian obat TD : 136/83 mmHg
N : 98 x/i
S : 36,5°C
P : 18 x/i
SPO2 : 98 % (normal)
H/ metoprolol A:
Digoxin
Masalah teratasi pada diagnose
penurunan curah jantung
P:
Pertahankan intervensi1, 2,3,4
1. monitor tanda-tanda vital
2. lakukan terapi relaksasi
sebagaimana mestinya
3. isntruksikan pasien dan
keluarga mengenai tujuan
perawatan dan bagaimana
kemajuannyaakan diukur
4. kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat

2 10:00 1. Mengkaji tanda-tanda vital S:


H/ Tanda-tanda vital klien mengatakan merasa tenang
TD : 136/83 mmHg dalam posisi semi fowler
N : 98 x/i
S : 36,5°C
P : 18 x/i
SPO2 : 98 % (normal)
10:10 2. Memposisikan pasien misalnya klien mengatakan dapat
miring ke samping atau semi fowler, menggunakan inhaler secara
sesuai indikasi mandiri
H/ klien mengatakan merasa tenang O:
dalam posisi semi fowler
10:20 3. Mengajarkan pasien pemberian H/ klien tidak membutuhkan
inhaler sesuai resep sebagaimana inhaler lagi
mestinya
H/ klien mengatakan dapat Klien tidak lagi membutuhkan
menggunakan inhaler terapi oksigen
10:30 4. Mengkolaborasikan dengan dokter A:
dalam pemberian inhaler dan
pemberian oksigen
H/ klien tidak membutuhkan inhaler Masalah teratasi pada diagnose
lagi gangguan pertukaran gas
Klien tidak lagi membutuhkan terapi P:
oksigen
Pertahankan intervensi 1,2,3,4
1. kaji tanda-tanda vital
2. posisikan pasien misalnya
miring ke samping atau semi
fowler, sesuai indikasi
3. ajarkan pasien pada pada
pemberian inhaler sesuai resep
sebagaimana mestinya
4. kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian inhaler dan
pemberian oksigen

3 11:00 1. Mengkaji peningkatan berat badan S:


H/ BB : 67 kg klien mengatakan tidak lagi
merasakan udema pada kakinya
11:10 2. Menganjurkan klien untuk O:
mengatur intake
H/ klien mengatakan tidak minum klien melatih ektremitas bawah
minuman yang manis
11:20 3. Melakukan latihan ROM pasif keluarga klien dapat membantu
mengubah posisi klien minimal
setiam jam sekali
H/ klien dibantu dalam melatih BB : 67 kg
ektremitas bawah yang udema untuk
memaksimalkan peredaran darah
11:30 4. Memberikan pengetahuan pada A:
keluarga dalam mengatur posisi
ekstremitas yang terkena edema
H/ keluarga klien dapat membantu Masalah teratasi pada dignosa
mengubah posisi klien minimal peningkatan volume cairan
setiam jam sekali
P:
Pertahankan intervensi 1,2,3,4
1. Kaji peningkatan berat badan
2. Anjurkan klien untuk mengatur
intake
3. Lakukan latihan ROM pasif
4. Berikan pengetahuan pada
keluarga dalam mengatur posisi
ekstremitas yang terkena edema

4 12:00 1. Mengkaji tingkat aktivitas yang S:


dapat dilakukan
H/ klien dapat berjalan dengan klien mengatakan dapat berganti-
perlahan ganti posisi
12:10 3. Mengubah posisi klien setiap dua klien mengatakan level kegiatan
jam sekali yang dapat dilakukan hanya
sebatas menggerakkan kaki dan
berjalan perlahan
H/ klien mengatakan dapat berganti- O:
ganti posisi terapi fisioterapi yang diberikan
apat mengurangi intensitas udema
12:20 3. Memberikan kepada keluarga dan klien dapat berjalan dengan
pasien untuk mengidentivikasi perlahan namun butuh bantuan
kelemahan dalam level tertentu orang lain
H/ klien mengatakan level kegiatan A:
yang dapat dilakukan yaitu berjalan
perlahan
12:30 4. Mengkolaborasikan dengan Masalah teratasi pada diagnose
fisioterapi dalam pemberian terapi intoleransi aktivitas
H/ terapi fisioterapi yang diberikan P:
apat mengurangi intensitas udema
Pertahankan intervensi 1,2,3,4
1. kaji tingkat aktivitas yang
dapat dilakukan
2. ubah posisi klien setiap dua
jam sekali
3. berikan kepada keluarga dan
pasien untuk mengidentivikasi
kelemahan dalam level tertentu
4. Kolaborasi dengan fisioterapi
dalam pemberian terapi
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Gagal Jantung adalah suatu kondisi fisiologis ketika jantung tidak dapat
memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh
(ditentukan sebagai konsumsi oksigen). Gagal jantung merupakan sidrom yang di
tandai dengan dingfungsi miokard yang meyebabkan berkurangnya curah jantung
atau gagal jantung nyata dan kongesti sirkulasi abnormal. Gagal jantung di
klasifikasikan menurut kondisi patafisiologinya, berupa gagal jantung sisi kanan atau
sisi kiri, sistolik atau diastolik, dan akut atau kronis
Gagal jantung disebabkan oleh kondisi yang melemahkan atau merusak
miokardium. Gagal jantung dapat disebabkan oleh faktor yang berasal dari jantung
(misalnya penyakit atau faktor patologis intrinsik) atau faktor eksternal yang
menyebabkan kebutuhan berlebihan dari jantung.
Tanda dan Gejala
 Dispnea, timbul setelah kerja berat
 Binggung
 Pusing
 Ronki bibasilar
 Batuk
 Sianosis atau pucat
 Letih
 Kelemahan otot
 Takirkardia
 Edema, awalnya daerah dependen
 Penambahan berat badan menyeluruh
 Hepatomegali
DAFTAR PUSTAKA

Aspiana, Reny Yuli. 2017. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular. Penerbit
Buku Kedokteran. EGC. Jakarta. Indonesia.

Bachrudin, M dan Moh. Najib. 2016. Buku Keperawatan Medikal Bedah 1. Penerbit Buku
Kedokteran. EGC. Indonesia.

Baradero, Mary dan Mary Wilfrid Dayrit. 2008. Buku Klien Gangguan Kardiovaskular. Penerbit
Buku Kedokteran. EGC. Jakarta. Indonesia.

Black, Joyce M. dan Jane Hokanson. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis
untuk Hasil yang Diharapkan. PT. Salemba Medika. Indonesia.

Bulechek, Gloria M. dan Howard K. Butcher. all. 2013. Nursing Interventions Classification.
CV. Mocomedia. Indonesia.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.
Indonesia.

Carpenito, L J. 2009. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis.Ahli Bahasa Eka
Anisa Mardela edisi 9. Jakarta: EGC

Doenges, M E dkk. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta : EGC

Herdman, T.H. dan S. Kamitsuru (Ed.). 2018. Nanda-I Diagnosis Keperawatan. Penerbit Buku
Kedokteran. EGC. Jakarta. Indonesia.

Kowalak. 2011.Penelitian Rumah Sakit. Sulawesi selatan. Indonesia.

Moorhead, Sue dan Marion Johnson. all. 2013. Nursing Outcomes Classification. CV.
Mocomedia. Indonesia.

Padilla. 2012.American Heart Association. Amerika serikat.

Rubeinstein. 2007.Departemen Kesehatan.JawaTengah. Indonesia.


Robinson, Joan M. dan Lyndon Saputra. 2014. Buku Ajar Visual Nursing. Binarupa Aksara
Pamulang. Tangerang Selatan. Indonesia.

Rubenstien, David dan David Wayne dan John Bradley. 2007. Kedokteran Klinis. Erlangga.
Indonesia.

Smeltzer, Suzane C. (2002). Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth : Edisi 8. Ahli
Bahasa Agung Waluyo. (et al) ; editor edisi bahasa Indonesia Monika Ester. (et al).
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai