Anda di halaman 1dari 21

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

GAGAL JANTUNG

Di susun:
Kelompok 3 / Alih Jenjang S1 Keperawatan A

No NIM NAMA No NIM NAMA


22 22632229 ERIYA PARANITA S 28 22632235 FAJRIA NOOR SAPTA
23 22632230 SUSILOWATI 29 22632236 ARIF MUKHTARI
24 22632231 HENES NURIANTO 30 22632237 KRISNA MARDHANI
25 22632232 DANANG ASFAHANI 31 22632238 YUNI ISMUKARTI
26 22632233 DEWI RATNA SARI 32 22632239 ELLY EMAYANTI P
27 22632234 SUTARWI 33 22632240 YUDO KASBIANTORO

S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Mahakuasa. Atas limpahan rahmat dan taufik-Nya,
penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
yang dibimbing oleh Naylil Mawadda Rohma M.Kep.
Penulis yakin bahwa makalah ini tidak akan selesai tanpa bantuan pihak lain. Oleh
karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini:
1. Sulistyo Andarmoyo, S.Kep., Ns., M. Kes. selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Ponorogo
2. Saiful Nurhidayat, S.Kep.,Ns., M.Kep. selaku Kaprodi S1 Keperawatan.
3. Naylil Mawadda Rohma M.Kep selaku Dosen Mata Kuliah
4. Pihak lain yang tidak disebut satu per satu.
Penulis yakin bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan.
Semoga makalah sederhana ini bermanfaat bagi kita semua.

Ponorogo, September 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Congestive Heart Failure (CHF) adalah syndrome klinis (sekumpulan tanda dan

gejala), ditandai oleh sesak napas dan fatik ( saat istirahat atau saat aktivitas) yang

disebabkan oleh kelainan struktur dan fungsi jantung. CHF dapat disebabkan oleh

gangguan yang mengakibatkan terjadinya pengurangan pengisian ventrikel (disfungsi

distolik) dan atau kontraktilitas miokardial (disfungsi sistolik) (Sudoyo dkk. 2015)

Adapun tanda dan gejala yang muncul pada pasien CHF antara lain dyspnea,

fatigue dan gelisah. Congestive Heart Failure merupakan salah satu masalah khas utama

pada beberapa negara industri maju dan negara berkembang seperti Indonesia

(Austaryani, 2012 dalam Didik Aji Asmoro, 2017). Untuk menjelaskan apa itu gagal

jantung maka makalah ini disusun berdasarkan tugas mata kuliah Keperawatan Medikal

Bedah dengan tema kardiovaskuler.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa pengertian gagal jantung?
2. Apa etiologi gagal jantung?
3. Apa saja manifestasi klinis gagal jantung?
4. Bagaimana tatalaksana pasien gagal jantung?
5. Apa saja fokus pengkajian pasien gagal jantung?
6. Apa saja diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien gagal jantung?

C. Tujuan Khusus
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan khususnya adalah:
1. Menjelaskan pengertian gagal jantung
2. Menjelaskan etiologi gagal jantung
3. Menjelaskan manifestasi klinis gagal jantung
4. Menjelskan tatalaksana pasien gagal jantung
5. Menjelaskan fokus pengkajian pasien gagal jantung
6. Menjelaskan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien gagal jantung
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologi dimana jantung gagal
mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan
pengisian cukup (Ongkowijaya & Wantania, 2016).
Gagal jantung adalah sindrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditandai
oleh sesak napas dan fatigue (saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh
kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung disebabkan oleh gangguan yang
menghabiskan terjadinya pengurangan pengisian ventrikel (disfungsi diastolik) dan
atau kontraktilitas miokardial (disfungsi sistolik) (Sudoyo Aru,dkk 2009) didalam
(nurarif, a.h 2015).
Gagal jantung kongestif adalah keadaan ketika jantung tidak mampu lagi
memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh untuk
keperluan metabolisme jaringan tubuh pada kondisi tertentu, sedangkan tekanan
pengisian kedalam jantung masih cukup tinggi (Aspani, 2016).

B. Etiologi
Secara umum penyebab gagal jantung dikelompokkan sebagai berikut :

(Aspani, 2016):

a. Disfungsi miokard
b. Beban tekanan berlebihan-pembebanan sistolik (sistolic overload).

a. Volume : defek septum atrial, defek septum ventrikel, duktus arteriosus


paten
b. Tekanan : stenosis aorta, stenosis pulmonal, koarktasi aorta
c. Disaritmia
c. Beban volume berlebihan-pembebanan diastolik (diastolic overload)
d. Peningkatan kebutuhan metabolik (demand oveload)
Menurut Smeltzer (2012) dalam Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, gagal
jantung disebabkan dengan berbagai keadaan seperti :

a. Kelainan otot jantung

Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan
fungsi otot jantung mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit
degeneratif atau inflamasi misalnya kardiomiopati.

Peradangan dan penyakit miocardium degeneratif, berhubungan dengan gagal


jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan
kontraktilitas menurun .

b. Aterosklerosis koroner

Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena


terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat
penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya
mendahului terjadinya gagal jantung. Infark miokardium menyebabkan pengurangan
kontraktilitas, menimbulkan gerakan dinding yang abnormal dan mengubah daya
kembang ruang jantung .

c. Hipertensi Sistemik atau pulmonal (peningkatan after load)

Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi


serabut otot jantung. Hipertensi dapat menyebabkan gagal jantung melalui beberapa
mekanisme, termasuk hipertrofi ventrikel kiri. Hipertensi ventrikel kiri dikaitkan dengan
disfungsi ventrikel kiri sistolik dan diastolik dan meningkatkan risiko terjadinya infark
miokard, serta memudahkan untuk terjadinya aritmia baik itu aritmia atrial maupun
aritmia ventrikel.

d. Penyakit jantung lain

Terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang secara langsung
mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat mencakup gangguan aliran
darah yang masuk jantung (stenosis katub semiluner), ketidakmampuan jantung
untuk mengisi darah (tamponade, pericardium, perikarditif
C. Manifestasi Klinis
a. Gagal Jantung Kiri

1. Kongesti pulmonal : dispnea (sesak), batuk, krekels paru, kadar


saturasi oksigen yang rendah, adanya bunyi jantung tambahan bunyi
jantung S3 atau “gallop ventrikel” bisa di deteksi melalui auskultasi.
2. Dispnea saat beraktifitas (DOE), ortopnea, dispnea nocturnal
paroksismal (PND). Batuk kering dan tidak berdahak diawal, lama
kelamaan dapat berubah menjadi batuk berdahak.
3. Sputum berbusa, banyak dan berwarna pink (berdarah).
4. Perfusi jaringan yang tidak memadai.
5. Oliguria (penurunan urin) dan nokturia (sering berkemih dimalam hari)
6. Dengan berkembangnya gagal jantung akan timbul gejala-gejala seperti:
gangguan pencernaan, pusing, sakit kepala, konfusi, gelisah, ansietas,
sianosis, kulit pucat atau dingin dan lembab.
7. Takikardia, lemah, pulsasi lemah, keletihan

b. Gagal Jantung Kanan

Kongestif jaringan perifer dan viscelar menonjol, karena sisi kanan

jantung tidak mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga

tidak dapat mengakomondasikan semua darah yang secara normal kembali

dari sirkulasi vena.

1) Edema ekstremitas bawah


2) Distensi vena leher dan escites
3) Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen
terjadi akibat pembesaran vena di hepar.
4) Anorexia dan mual
5) Kelemahan
D. Penatalaksanaan
1. Terapi Oksigen

Pemberian oksigen ditujukkan pada klien gagal jantung disertai dengan edema
paru. Pemenuhan oksigen akan mengurangi kebutuhan miokardium dan membantu
memenuhi kebutuhan oksigen.

2. Terapi nitrat dan vasodilator

Pengunaan nitrat, baik secara akut maupun kronis, sangat dianjurkan dalam
penatalaksanaan gagal jantung. Jantung mengalami unloaded (penurunan afterload-
beban akhir), dengan adanya vasodilatasi perifer. Peningkatan curah jantung lanjut akan
menurunkan pengukuran yang menunjukkan derajat kongesti vaskular pulmonal dan
beratnya vertikel kiri dan penurunan pada konsumsi oksigen miokardium
3. Terapi Diuretik
Selain tirah baring, klien dengan gagal jantung perlu pembatasan garam dan air
serta diuretik baik oral atau parenteral. Tujuannya agar menurunkan preload (beban
awal) dan kerja jantung. Diuretik memiliki efek antihipertensi dengan meningkatkan
pelepasan air dan garam natrium. Hal ini menyebabkan penurunan volume cairan dan
merendahkan tekanan darah.

Jika garam natrium ditahan, air juga akan tertahan dan tekanan darah akan
meningkat. Banyak jenis diuretik yang menyebabkan pelepasan elektrolit-elektrolit
lainnya, termasuk kalium, magnesium,klorida dan bikarbonat. Diuretik yang
meningkatkan ekresi kalium digolongkan sebagai diuretik yang tidak menahan
kalium, dan diuretik yang menahan kalium disebut diuretik hemat kalium.

4. Digitalis

Digitalis adalah obat utama untuk meningkatkan kontraktilitas. Digitalis diberikan


dalam dosis yang sangat besar dan dengan cepat diulang. Klien dengan gagal jantung
lebih berat mungkin mendapat keuntungan dengan terapi digitalis jangka panjang.
Mempertahankan kadar obat serum 1,54 sampai 2,56 nmol/liter.

5. Inotropik positif

Dopamin bisa juga digunakan untuk meningkatkan denyut jantung pada keadaan

bradikardi di saat tropin tidak menghasilkan kerja yang efektif pada dosis 5-20
mg/kg/menit. Dopamin sering kali diberikan dalam bentuk campuran dengan

konsentrasi 400-800 mg dalam 250 mi dekstrosa 5% dalam air dan diberikan secara

IV melalui pompa infus volumetrik untuk mendapatkan dosis yang akurat.

Dobutamin (dobutrex) adalah suatu obat simpatomimetik dengan kerja beta 1

adrenergik. Dobutamin yang sering digunakan adalah 1000 mg dicampur dalam 250

mi dekstrosa 5% dalam air atau normalsalin.

6. Terapi Sedatif
Pada keadaan gagal jantung berat, pemberian sedative untuk mengurangi

kegelisahan dapat diberikan. Dosis phenobarbital 15-30 mg empat kali sehari dengan

tujuan mengistirahatkan klien dan memberi relaksasi pada klien.

7. Diet
Rasional dukungan diet adalah mengatur diet sehingga kerja dan ketegangan otot
jantung minimal, dan status nutrisi terpelihara sesuai dengan selera dan pola makan
klien dan pembatasan natrium.

E. Pengkajian Data Fokus

1) Keluhan utama
Keluhan klien dengan CHF adalah kelemahan saat beraktivitas, sesak napas, batuk,
nyeri dada, pingsan, berdebar-debar, cepat lelah, edema ekstremitas, dan sebagainya
(Muttaqin, 2014)
2) Riwayat Penyakit saat ini
Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan mengajukan
serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan fisik klien. Secara PQRST, yaitu:
a. Provoking Incident : kelemahan fisik terjadi setelah melakukan aktivitas
ringan sampai berat, sesuai derajat gangguan pada jantung
b. Quality of pain : seperti apa keluhan kelemahan dalam melakukan aktivitas
yang dirasakan atau digambarkan klien. Biasanya setiap beraktivitas klien
merasakan sesak napas (dengan menggunakan alat atau otot bantu
pernapasan)
c. Region radiation, relief: kaji lokasi keluhan yang dialami. Pasien yang
mengalami CHF terkadang juga mengalami nyeri dada bagian kiri
d. Severity (scale) of pain: kaji rentang kemampuan klien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.Biasanya kemampuan klien dalam beraktivitas menurun
sesuai derajat gangguan perfusi yang dialami organ.
e. Time: sifat mula timbulnya (onset), keluhan kelemahan beraktivitas biasanya
timbul perlahan. Lama timbulnya (durasi) kelemahan saat beraktivitas
biasanya setiap saat, baik saat istiahat maupun saat beraktivitas.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat yang pernah di derita pasien dahulu, seperti riwayat penyakit
pembuluh darah arteri, serangan jantung sebelumnya, terapi estrogen pada wanita
pasca menopause, diet rutin dengan tinggi lemak, riwayat merokok, kebiasaan
olahraga yang tidak teratur, riwayat DM, hipertensi, gagal jantung kongestif, dan
riwayat penyakit pernafasan kronis (Wijaya & Putri, 2013).

4) Riwayat kesehatan keluarga


Apakah ada anggota keluaraga yang mengalami penyakit seperti pasien,
seperti penyakit jantung, infark miokard, DM, stroke, hipertensi, penyakit
vaskuler perifer (Wijaya & Putri, 2013).

5) Riwayat kesehatan sekarang


Kronologi keluhan yang dirasakan pasien, seperti terjadi nyeri, kelemahan,
kelelahan, tidak dapat tidur, diaforeasi, muntah, mual, kadang disertai demam,
dispnea dan syndrom syock dalam berbagai tingkatan (Wijaya & Putri, 2013).

6) Pengkajian psikososial
Meliputi persepsi klien yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan
perilaku. Pengkajian mekanisme koping juga digunakan untuk menilai respons
emosi klien tentang penyakit yang dideritanya seperti adanya rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal (Muttaqin, 2014).

7) Aktivitas sehari-hari
a. Nutrisi
Pada pasien gagal jantung kongestif umumnya akan mengalami masalah pada
pemenuhan nutrisinya, yang ditandai dengan kebiasaan makan pasien
mengalami perubahan berupa tidak nafsu makan karna perut terasa penuh, mual
dan muntah, nampak perubahan berat badan yang signifkan.
b. Minum
Pada pasien dengan gagal jantung kongestif kebiasaan minum umumnya normal
namun, pada penderita CHF cenderung mengalami pembengkkakan pada
ekstremitas bawah sehingga pakaian/ sepatu terasa sesak.
c. Eliminasi
Pada pasien gagal jantung eliminasi mengalami konstipasi, oliguri bahkan anuria
yang dikarnakan penurunan perfusi saluran cerna dan saluran kemih yang
merupakan kompensasi vasokontruksi perifer.
d. Aktivitas dan latihan
Pada aktivitas dan istirahat pasien gagal jantung biasanya menunjukkan

gangguan seperti nyeri pada dada saat aktivitas dan keletihan sepanjang hari

karna kondisi tubuh yang lemah, pasien juga cenderung meminta bantuan

orang lain dalam pemenuhan kebutuhan sehari-harinya.

e. Tidur dan istirahat


Pada pasien gagal jantung saat istirahat pasien mengalami rasa tidak nyaman
karna adanya edema dan paroxysmal noctural dispnue.

8) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan berupa keadaan umum dan head to toe.

Menurut (Tarwoto, 2013) Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, baik

secara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan fisik dilakukan

secera head to toe (kepala ke kaki) dan review of system (sistem tubuh).

1) Keadaan umum pasien, menurut Ruhyanudin (2006)

Keadaan Umum : pada pasien CHF biasanya keadaan umumnya lemah,


pembengkakan pada ekstremitas maupun abdomen, pasien tampak gelisah, dan
mengalami sesak nafas.

Kesadaran : pada pasien CHF pada umumnya kesadaran pasien mengalami


perubahan kecuali bila otak mulai kekurangan O2 yang dipengaruhi oleh penurunan
cardiac otput bisa dijadikan landasan pasien jatuuh dalam keadaan status kesadaran
yang rendah.

2) Tanda-tanda Vital

Tekanan darah : biasanya pada pasien CHF berubah >20% dari kondisi istirahat
(gagal pemompaan).

Nadi : tekanan nadi mungkin menyempit yang menujukkan penurunan volume


sekuncup, Heart Rate meningkat (Gagal jantung kiri).

Pernafasan : biasanya pasien mengalami dispnea saat/setelah aktivitas, takipneu dan


suara nafas dangkal, nafas menjadi tidak teratur.

Suhu : Suhu dapat berubah sesuai keadaan klien pasien saat itu bisa saja
meningkat/tidak.

Nyeri : pada pasien CHF terjadi nyeri dada akut, nyeri pada abdomen bagian atas.

Berat badan : pada pasienn CHF biasanya terjadi peningkatan pada berat badan karna
terjadi edema.

3) Pemeriksaan Head to toe

a) Pemeriksaan kepala dan leher:


 Konjungtiva pucat, ptechle (perdarahan selaput lendir di bawah kulit) pada
endocarditis bakterial.
 Sklera berwarna kuning (ikterus).
 Biasanya bibir pucat (anemia), bibir sianosis (pada penyakit jantung bawaan),
faring hals dan basa tidak terjadi eksudat, ulserasi dan pembengkakan.
 Distensi vena jugularis

b) Pemeriksaan dada
1) Pernafasan:
 Dispnea, ortopnea, takipnea
 Bunyi nafas ronchi atau wheezing
 Retraksi pada dinding dada
 Batuk dengan atau tanpa sputum
2) Sirkulasi
 Bunyi jantung tambahan dan gallop ritme
 Tekanan darah meningkat atau menrun
 Nyeri tekan pada dada saat beraktivitas
 Takikardi
 Sianosis perifer
 S1/S2 mungkin melemah
c) Pemeriksaan abdomen

 Adanya bising pembuluh yang disebabkan karna adanya sterosis yang


menyangkit pembuluh-pembuluh cabang aorta

 Penurunan bising usus pada sistem pencernaan yang terkadang


ditemukannya akumulasi di rongga abdomen

 Ascites

 Nyeri tekan pada keadaan kronik

 Aorta teraba sangat besar dengan palpasi yang nyata

 Hepatomegali pada payah jantung

d) Pemeriksaan ekstremitas dan integumen


 Edema pada tungkai (pitting edema)
 Sianosis perifer pada bagian dasar kuku, sianosis terlihat di bagian atas tubuh
mencerminkan adanya pirau intra cardial karna kelainan jantung bawaan
 Kulit basah hal tersebut dapat menunjukkan tanda gagal jantung (low otput)
disertai akral yang dingin atau hangat
 Perdarahan kecil pada kuku ataupun jaringan mukosa dapat menjadi tanda
endokarditis
 Terjadi kelemahan pada otot

e) Pemeriksaan kuku
 Clubbing (jari tubuh) menunjukkan adanya hipoksia kronik
 Warna pada kuku kebiruan menunjukkan adanya sianosis perifer
 Splinter hemoragic : garis merah kehitaman dibawah dasar kuku yang
muncul dari dasar sampai ujung kuku kemungkinan mengisikasikan
adanya endikarditis bakterial

f) Pemeriksaan genetalia
 Keluhan pada saat berkemih
 Konstipasi, diare
 Kemungkinan ada edema pada genetalia
F. Web Of Caution
G. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul

a. Gangguan pertukaran gas (D.0003)

Definisi : kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan atau eliminasi


karbondioksida pada membran alveolus kapiler

Penyebab : Perubahan membran alveolus-kapiler

Batasan karakteristik :

Kriteria mayor :

1) Subjektif : Dispnea
2) Objektif :PCO2 meningkat/menurun, PO2 menurun, takikardia, pH arteri
meningkat/menurun, bunyi nafas tambahan

Kriteria minor :

1) Subjektif : Pusing, penglihatan kabur


2) Objektif : Sianosis, diaforesis, gelisah,nafas cuping hidung, pola nafas
abnormal, warna kulit abnormal, kesadaran menurun.

b. Pola nafas tidak efektif (D.0005)

Definisi : inspirasi dan/atau ekprasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat

Penyebab : hambatan upaya nafas (mis: Nyeri saat bernafas) Batasan


karakteristik :

Kriteria mayor :

1) Subjektf : Dipsnea

2) Objektif : Penggunaan otot bantu pernafasan, fase ekspirasi memanjang,


pola nafas abnormal

Kriteria Minor:

1) Subjektif : Ortopnea

2) Objektif : Pernafasan pursed, pernafasan cuping hidung, diameter thoraks


anterior-posterior meningkat, ventilasi semenit menurun, kapasitas vital
menurun, tekanan ekpirasi dan inspirasi menurun, ekskrusi dada berubah.
Kondisi klinis terkait : Trauma Thorax

c. Penurunan curah jantung (D.0008)

Definisi : ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi


kebutuhan metabolisme tubuh

Penyebab : perubahan preload, perubahan afterload dan/atau perubahan


kontraktilitas

Batasan karakteristik :

Kriteria mayor :

1) Subjektif : Lelah

2) Objektif : Edema, distensi vena jugularis, central venous pressure (CVP)


meningkat/,menurun

Kriteria minor :

1) Subjektif : -

2) Objektif : Murmur jantung, berat badan bertambah, pulmonary artery


wedge pressure (PAWP) menurun

Kondisi klinis terkait : Gagal Jantung Kongestif

d. Nyeri akut (D.0077)

Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan


jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambatberintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.

Penyebab : agen pencedera fisiologis (mis: iskemia)

Batasan karakteristik :

Kriteria mayor :

1) Subjektif : Mengeluh nyeri


2) Objektif : Tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi
meningkat, sulit tidur
Kriteria Mayor

1) Subjektif : -
2) Objektif : Tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan
berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri
sendiri, diaforesis.

e. Hipervolemia (D.0022)

Definisi : peningkatan volume cairan intravaskuler, interstisiel, dan/atau


intraseluler.

Penyebab : gangguan mekanisme regulasi

Batasan karakteristik

Kriteria mayor :

1) Subjektif : Ortopnea, dispnea, paroxymal nocturnal dyspnea (PND)


2) Objektif : Edema anasarka dan/atau edema perifer, berat badan meningkat
dalam waktu singkat, JVP dan/atau CVP meningkat , refleks hepatojugular
(+)

Kriteria minor :
1) Subjektif : -
2) Objektif : Distensi vena jugularis, suara nafas tambahan, hepatomegali,

kadar Hb/Ht turun, oliguria, intake lebih banyak dari output, kongesti paru.

f. Perfusi perifer tidak efektif (D.0009)

Definisi : penurunan sirkulasi darah pada level kalpiler yang dapat menggangu
metabolisme tubuh

Penyebab : penurunan aliran arteri dan/atau vena

Batasan karakteristik :

Kriteria mayor :

1) Subjektif : -
2) Objektif : Pengisian kapiler >3 detik, nadi perifer menurun atau tidak
teraba, akral teraba dingin, warna kulit pucat, tugor kulit menurun.

1) Subjektif : Parastesia, nyeri ektremitas (klaudikasi intermiten)

2) Objektif : Edema, penyembuhan luka lambat, indeks ankle- brakial


<0,90, bruit femoralis

Kondisi klinis terkait : Gagal Jantung Kongestif

g. Intoleransi aktivitas (D.0056)


Definisi : ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari
Penyebab : kelemahan
Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :
1) Subjektif : Mengeluh lelah

2) Objektif : Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat

Kriteria Minor

1) Subjektif : Dispnea saat/setelah beraktifitas, merasa tidak nyaman setelah


beraktifitas, merasa lemah

2) Objektif : Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat,


gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktifitas, gambaran
EKG menunjukkan iskemia,sianosis

Kondisi klinis terkait : Gagal Jantung Kongestif

h. Ansietas (D.0080)
Definisi : kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang
tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan
individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
Penyebab : kurang terpapar informasi
Batasan karakteristik :

Kriteria mayor :
1) Subjektif : Merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat dari kondisi
yang dihadapi, sulit berkonsentrasi

2) Objektif : Tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur

Kriteria minor :

1) Subjektif : Mengeluh pusing, anorexia, palpitasi, merasa tidak


berdaya
2) Objektif : Frekuensi napas dan nadi meningkat, tekanan darah
meningkat, diaforesis, tremor, muka tampak pucat, suara
bergetar, kontak mata buruk, sering berkemih, berorientasi pada
masa lalu

i. Defisit nutrisi (D.0019)


Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.

Penyebab: ketidakmampuan mencerna makanan, faktor psikologis (mis: stress,


keengganan untuk makan).

Batasan karakteristik :

Kriteria mayaor :

1) Subjektif : -
2) Objektif : Berat badan menurun minimal 10 % dibawah rentang ideal

Kriteria minor :

1) Subjektif : Cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu


makan menurun.
2) Objektif : Bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan
lemah, membran mukosa pucat, sariawan, serum albumin turun, rambut
rontok berlebihan, diare.

j. Resiko Gangguan integritas kulit (D.0139)


Definisi : beresiko mengalami kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau
jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang,
kartilago, kapsul sendi, dan/atau ligamen)
Faktor resiko : kekurangan/kelebihan cairan, kurang terpapar informasi tentang
upaya mempertahankan/ melindungi integritas jaringan

Kondisi klinis terkait : Gagal Jantung Kongestif

Anda mungkin juga menyukai