Anda di halaman 1dari 24

FORMAT PENGKAJIAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY “D” DENGAN MASALAH KEPERAWATAN GAGAL JANTUNG

Nama Mahasiswa : Nita Rohana


NIM : 20613373
Tgl. Pengkajian : 27 Maret 2021

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2021
KONSEP DASAR :

A. Pengertian gagal jantung

Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolism jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolic secara abnormal.
Ada beberapa istilah gagal jantung:
 Gagal jantung kiri: kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak mau memompa darah yang datang dari
paru.
 Gagal jantung kanan: bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera dan jarigan perifer. Hal ini terjadi karena sisi
kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah yang secara
normal kembali dari sirkulasi vena.
 Gagal jantung kongesif: adalah gabungan kedua gambaran tersebut.
 Backward failure: akibat ventrikel tidak mampu memompa volume darah keluar, menyebabkan darah terakumulasi dan meningkatkan
tekanan dalam ventrikel, atrium dan system vena.
 Forward failure: akibat ketidak mampuan jantung mempertahankan curah jantung, kemudian menurunkan perfusi jaringan.
 Low output syndrome: bilamana jantug gagal sebagai pompa, yang mengakibatkan gangguan sirkulasi perifer dan faso konstriksi perifer.
 Hight output syndrome: peningkatan kebutuhan metabolic, seperti tampak pada hipertiroidisme, demam atau mungkindipicu oleh kondisi
hiperkinetik sperti fistula arteriovenous, beri-beri atau penakit paget’s.
B. Klasifikasi
TABEL KLASIFIKASI MENURUT NYHA (New York Heart Assotiation)
KELA DEFINISI ISTILAH
S
I Klien dengan kelainan gagal jantung tetapi tanpa pembatasan aktivitas fisik Disfungsi vetrikel kiri yang asimtomatik
II Klien dengan kelainan gagal jantung yang menyebabkan sedikit pembatasan Gagal jantung ringan
aktivitas fisik
III Klien dengan kelainan gagal jantung yang menyebabkan banyak pembatasan Gagal jantung sedang
aktivitas fisik
IV Klien dengan kelainan gagal jantung yang segala bentuk aktivitas fisik yang Gagal jantug berat
akan menyebabkan keluhan

C. Etiologi
 Kelainan otot jantung
Gagal jantung paling sering terjadi ada penderita kelainan otot jantung, menyebabkan menurunnya kontraktilitas otot
jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup ateroaklerolis koroner, hipertensi arterial, dan penyakit
otot degenerative atau inflamasi.

 Ateosklerosis koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis
(akibat penumpuka asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
 Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload)
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut
(hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung.
 Peradangan dan penyakit miokardium degenerative
Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung,menyebabkan
kontraktilitas menurun.
 Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang lain. Mekanisme yang biasanya terlibat mencakup
gangguan aliran darah melalui jantung (stenosis katup semiluner), ketidak mampuan jantung mengisi darah (tamponade
pericardium, perikarditis konstriktif, atau stenosis katup AV), atau pengosongan jantung yang abnormal (insufisiensi katup AV).
Peningkatan mendadak afterload akibat meningkatnya tekanan darah sistemik (hipertensi “maligna”).
 Factor sistemik
Meningkatnya laju metabolism (demam, tirotoksikosis), hipoksia, dan anemia memerlukan peningkatan curah jantung
untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia atau anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen kejantung. Asidosis
(respiratorik atau metabolic) dan abnormalitas elektrolit dapat menurukan kontraktilitas jantung.

D. Patofisiologis
Patofisologi gagal jantung belum jelas diketahui selurunya.Ada 4 unsur dasar yang menentukan baik tidaknya perilaku jantung
yaitu disebut preload dan afrerload kontaktilitas,dan frekuensi jantung:
Beberapa mekanisme adaptasi terjadi pada gagal jantung di antaranya adalah:
1. Faktor mekanisme berupa hipertrofi dan dilatasi.Hipertofi ventrikel karena hiperlasia yang menyebabkan otot jantung bertamabah tidak
sebanding dengan jumlah kapiler dan suplai oksigen akan mengakibatkan insufiensi koroner relatif.Otot jantung yang hipertrofik masih
bekarja baik pada kedaan kompensasi dibandingkan dengan keadaan yang sudak dekompensasi.Bila mekanisme hipertrofi ini tidak
memadai sesuai dengan hokum Starling,maka akan terjadi dilatasi.
2. Faktor biokimia.Terdapat perubahan biomikia;sampai saat ini masih tersu di selidiki mengenai produksi energy,penyimpanan dan
penggunaannya.Demikian pula mengenai mvofibrillar adenosine triphosphate activity dan mekanisme kontraksi miokardium serta
meningkatnya konsumsi oksigen.
3. Peranan system saraf adrenergic.Cadangan norepineprin dalam otot jantung berkurang mungkin karena kesanggupan ujung saraf serta
utuk mengambil serta mengikat norepineperin berkurang atau berkurangnya jumlah ujung saraf dalam mikard.Walaupun respons
krnotropik dan intopik terhadap rangsangan simpatis menurun,namun respons terhadap noradrenalin yang diberikan dari luar masih
normal.Bertambahnya rangangan simpatis,dengan cara meninggikan kontraksi dapat memperbaiki keadaan gagal jantung,serta kurangnya
peredaran darah tepi dan ginjal untuk menambah sirkulasi kedaerah vital.Reseptor alfa berfungsi pada sirkulasi tepi dan reseptor beta
untuk meninggikan frekuensi dan kontraksi venrikel.Dengan pemberian obat pemblok beta(propanolol,praktolol dan sebagainya) maka
gagal jantung bertambah nyata.Metabolisme ketekolamin bertambah pada gagal jantung yang terbukti dari eksresinya yang meningkat
dalam urin.
4. Peranan ginjal.Kegagalan ginjal untuk mengeluarkan natrium dan air karena:
a. Bertambahnya resorbsi natrium pada tubulus
b. Aliran darah ke ginjal relative menurun sehingga laju filtrasi glomerulus menurun dan produksi urin berkurang.
c. Peningkatan rangsangan simpatis.
d. Menurunnya darah ke ginjal akan merangsang pengeluaran rennin yang selanjutnya melalui angiostensin akanmengakibatkan
rangsangan pembentukan aldosteron.
I. IDENTITAS KLIEN
Nama / Inisial : Ny. Dayana
Umur : 55 Tahun
No. Register : 276980
Agama : Islam
Alamat : Dsn. Kiringan, Ds. Karanglo Kidul, Kec. Jambon, Kab. Ponorogo, Jawa Timur
Pendidikan : SMA Sederajat
Pekerjaan : Wirausaha
Tanggal MRS : 27 Maret 2021
Diagnosa Media : Gagal Jantung

II. KELUHAN UTAMA :


1. Saat dibawa kerumah sakit pasien mengalami keluhan :
 Sesak nafas mendadak
 Batuk-batuk
 Mudah lelah atau cepat lelah
 Nyeri dibagian dada
 Pembengkakan didaerah kaki

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :

Pasien datang ke Rumah Sakit Dr. Hardjono dengan keluhan badan terasa lemas sejak 2 hari kemarin, nafsu makan berkurang dan
nyeri dibagian dada serta sesak nafas pada malam hari pukul 22:00 wib, 1 hari sebelum pasien sakit sering mengkonsumsi makanan
berlemak dan kadar natrium yang tinggi. Pasien dibawa ke Rumah Sakit Dr. Hardjono Ponorogo pada hari sabtu, 27 maret 2021 pukul
10:00 wib.
IV. RIWAYAT KESEHATAN-KESEHATAN TERDAHULU :

 Pasien mengalami riwayat penyakit gagal jantung 2 tahun yang lalu


 Pasien masuk rumah sakit akibat asam lambung 4 bulan yang lalu dan sempat dirawat selama 6 hari di rumah sakit.

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA :

 Salah satu keluarga pasien mengalami riwayat penyakit gagal jantung, yakni bapak pasien.

VI. RIWAYAT PSIKOSOSIAL


a. Persepsi dan harapan klien terhadap masalahnya
 Pasien merasa sedih karena sering mengalami sesak nafas dan dada menjadi nyeri, pasien berharap agar penyakit yang dideritanya
segera hilang dan sembu total.

b. Persepsi dan harapan keluarga terhadap masalah klien


 Keluarga pasien sangat sedih dan prihatin dengan keadaan pasien, terutama sang anak dan suami pasien, karena keluarga pasien sangat
kasihan jika terjadi sesak nafas secara mendadak dan pasien kesulitan bernafas dan merasakan nyeri didada. Keluarga pasien selalu
berdoa agar pasie segera diberi kesembuhan dan dapat menjalani aktivitas seperti sedia kala.

c. Pola interaksi dan komunikasi


 Interaksi pasien dengan keluarga sangat baik,
 Komunikasi dengan keluarga juga baik, walaupun terkadang suara pasien terdengar sangat kecil karena tubuh pasien terasa lemas.

d. Pola pertahanan
 Apabila pasien mengalami sesak nafas mendadak, maka keluarga biasanya menyediakan air hangatdan di tambah minyak kayu putih
kemudian dihirupkankedekah hidung pasien, hal ini dilakukan agar sesak nafa ssegera sembuh, jika tidak sembuh maka keluarga
langsung membawa pasien ke rumah sakit terdekat.

e. Pola nilai dan kepercayaan


 Kesehatan : Pasien sangat berhati-hati dalam menjaga pola hidup sehatnya, terutama dengan makanan, pasien sangat menghindari
makanan yang memiliki kadar lemak dan natrium yang tinggi.
 Kepercayaan : Pasien menganut agama Islam dan rajin beribadah mulai dari sholat 5 waktu dan juga membaca alqur’an.

f. Pengkajian konsep diri


 Pasien sangat sedih dan takut akan penyakit yang dideritanya, namun dia tetap berserah diri kepada Allah SWT, karena segala sesuatu
pasti ada hikmah yang bisa diambil,
 Kendati demikian pasien masih memiliki harapan tinggi agar bisa sembuh seperti sedia kala dan menjalani aktivitas seperti biasa.

g. Genogram
VII. POLA KESEHATAN SEHARI-HARI

POLA-POLA SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT


a. Nutrisi Dalam sehari 3X makan dengan porsi sepiring dan habis Dalam sehari makan 3X dengan porsi seperempat
dan minum 6-8 gelas perhari piring dsn kadang tidak habis, dan minum menjadi 5-6
gelas perhari.

b. Eliminasi BAK / BAB Sebelum sakit biasa BAK 6-8X sehari, dan berwarba Selama MRS, Kebiasaan BAK menjadi meningkat 10-
putih jernih, dan kebiasaan BAB sehari sekali dan 12 kali sehari dan warna urine kuning pekat, akan
warna nya kuning segar dan padat. tetapi BAB pasien tidak lancar, dan bentuk BAB
sangat keras dan warna kehitaman

c. Istirahat Sebelum MRS, Pasien tidur dengan baik yakni sekitar Selama MRS, pasien mengalami gangguan imsomnia,
7-8 jam perharinya dan sulit untuk tidur

d. Personal Hygiene Sebelum MRS, pasien mandi 2 X sehari, gosok gigi,


keramas 2 hari sekali dan ganti baju dengan teratur Setelah MRS, Pasien sibn 2 X sehari, tidak keramas,
gosok gigi 2 X sehari dan ganti baju

e. Aktivitas Pasien mengajar sebagai guru mengaji di sebuah TPQ


didekat rumahnya Selama MRS, pasien hanya membaca buku dan
beribadah
PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum klien
 TTV :
1) Tekanan Darah : 130/80 mmHg
2) Respirasi / RR : 21 x/ menit
3) Nadi : 90 x/ menit
4) Suhu : 36,8 derajat Celcius
 BB/TB : Sebelum sakit : 65Kg / 163 Cm
 BB/TB : Setelah sakit : 60 Kg/ 163 Cm
 Pasien tampak sulit bicara
 Pasien terlihat lemah dan lemas

b. Pemeriksaan kepala dan muka


a) Rambut kepala
i. Inspeksi
 Bentuk kepala : Bulat, kepala klien simetris dan tidak ada benjolan.
 Kulit kepala : Kulit kepala klien bersih.
 Penyebaran rambut kepala : Penyebaran rambut klien merata.
 Bau rambut : Rambut klien wangi
 Warna rambut : Warna hitam.
 Kerontokan : -
 Ketombe : sedikit
 Lesi pada kulit kepala : -
b) Wajah
i. Inspeksi
 Struktur wajah : Struktur wajah bulat,
 Warna kulit wajah : Warna putih sedikit kecoklatan
 Tulang hidung : Normal, simetris
 Lubang hidung : Simetris kanan dan kiri.
 Cuping hidung : -
 Epitaksis : -
ii. Ekspresi wajah : cemas dikarenakan lemas dan pucat
iii. Pernafasan : susah ( terkadang )
iv. Palpasi
 Nyeri tekan tulang hidung : -
 Nyeri tekan pipi : -

c. Pemeriksaan telinga
i. Inspeksi
 Bentuk telinga : Simetris antara telinga kanan dan kiri.
 Ukuran telinga : Sama besar antara telinga kanan dan kiri.
 Lubang telinga : Bersih, tidak ada kotoran.
ii. Palpasi
 Nyeri tekan : -

d. Pemeriksaan mata
i. Inspeksi
 Kelengkapan dan kesimetrisan : Klien memiliki mata yang lengkap dan simetris antara kanan dan kiri.
 Pupil : Normal.
 Cornea dan iris : Normal
 Terlihat mata panda
 Konjungtiva : normal
 Bulu mata : normal
 Strabismus : -

e. Pemeriksaan mulut dan faring

i. Inspeksi
 Mukosa bibir : kering
 Bibir : Normal dan simetris
 gusi dan gigi : Normal
 lidah : Normal.
 Tonsil : -
 Bau mulut: normal
 Uvuala : normal
 Pergerakan faring : normal

f. Pemeriksaan leher

i. Inspeksi
 Kelenjar thyroid : -
 Sternomastoideus dan trapesius : -
 Menelan ludah : baik
ii. Palpasi
 nyeri tekan pada leher : -
 benjolan kelenjar thyroid : -

g. Pemeriksaan payudara dan ketiak


i. Inspeksi
 Keadaan mammae : simetris
 Keluar cairan pada puting susu : -
 Luka : -
 Lesi : -
ii. Palpasi
 Nyeri tekan : tidak ada
 Benjolan : tidak ada

h. Pemeriksaan thorak

i. Inspeksi
 Kesimetrisan : simetris kanan kiri, Simetris Diameter AP : L = 1 : 2
 Lesi, edema : -
 Warna kulit merata
 Lebab kebiruan : -
 Gerakan naik turun dada : sedikit tidak teratur
 Pulsasi pada katup aorta dan pulmonalis : -
 Ictus cordius : tidak tampak
ii. Perkusi
iii. Auskultasi
 Suara bunyi tambahan : -
iv. Palpasi
 Ictus cordius : teraba
 Fremitus taktil : sama
 Nyeri tekan : -

h.1. Pemeriksaan Paru

 Paru-paru normal

h.2. Pemeriksaan Jantung

 Detak jantung tidak teratur

i. Pemeriksaan Abdoment
i. Inspeksi
 Lesi : -
 Lebab : -
 Pergerakan naik turun abdomen : normal
 Hernia : -
ii. Palpasi
 Nyeri tekan abdomen : -
 Nyeri tekan ginjal : -
 Nyeri tekan kandung kemih : -
 Nyeri tekan lambung : +, skala nyeri 4
 Hepar : tidak teraba
 Nyeri tekan lien : -
iii. Perkusi
 Asites abdomen : -
iv. Auskultasi
 Bising usus : normal

j. Pemeriksaan Integument

i. inspeksi
 Kebersihan kulit : bersih.
 Kehangatan : hangat.
 Warna : putih sedikit kecoklatan
 Turgor kulit : Turgor kulit kembali sebelum 2 detik.
 Kelembapan : Kulit klien tidak terlalu lembap.
 Kelainan pada kulit : -
 Benjolan : -
k. Pemeriksaan Anggota Gerak (Ekstremitas)
i. Inspeksi
 otot antara sisi kanan dan kiri simetris
ii. palpasi
 fraktur : -
 edema : -
 lebab : -
iii. Uji kekuatan otot : 4

l. Pemeriksaan Genetalis dan Sekitar Anus


i. Inspeksi
 Lesi : -
 Benjolan : -
 Kebersihan rambut pubis : bersih
 Lecet pada labiya mayora : -
ii. Palpasi
 Nyeri tekan : tidak ada
m. Pemeriksaan Status Neurologis
 Respon membuka mata spontan
 Tremor : tidak ada
 Kesemutan : tidak
 Kaku kuduk : tidak
 Mual muntah : tidak
 Penurunan kesadaran : tidak

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


 Pemeriksaan labolatorium :
 Pemeriksaan radiologi : -
IX. PENATALAKSANAAN

 Melakukan pemantauan CCTV pada pasien


 Menghilangkan factor pencetus
 Mengendalikan gagal jantung dengan memperbaiki pompa jantung, mengurangi beban jantung dengan diet renda garam, diuretic dan
fasodilator.
 Menghilangkan penyakit yang mendasarnya baik medis atau bedah.
 Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen, diusahakan agar PaCO2 sekitar 60-100 mmHg (saturasi O2 90-98%) dan
menurunkan konsumsi oksigen melalui istirahat/pembatasan aktifitas.
 Pemberian obat-obatan sesuai program, seperti morfin diberikan untuk menurunkan afterload dan preload, furosemide untuk mengurangi
edema/dieresis, aminofilin untuk merangsang miokardium, obat inotropik (digitalis glikosida, dopamine HCL, phosphodiesterase
inhibitor) meningkatkan kontraktilitas miokardium, ACE inhibitor menurunkan afterload dan meningkatkan kapasitas fisik, nitrogliserin
untuk menurunkan hipertensi vena paru.
 Bila perlu monitoring menggunakan central venous pressure atau dengan swan ghanz chateter.
. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan photo thorax
Mengidentifikasi kardiomegali, infiltrate prekordial kedua paru dan effuse pleura.
 ECG
Mengidentifikasi penyakit yang mendasari seperti infrak miokart atau aritmia.
 Pemeriksaan lain seperti Hb, leukosit, ekokardiografi, angiografi, fungsi ginjal dan fungsi tiroid dilakukan atas indikasi.

Ponorogo
Mengetahui,
Pembimbing Ruangan Mahasiswa

( __________________________ ) ( __________________________ )

Anda mungkin juga menyukai