WAHAM
DOSEN PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH
SELFIANA (A.18.10.056)
PRODI S1 KEPERAWATAN
Puji syukur kita sampai kan kepada Tuhan yang maha esa, karena rahmat dan
hidayahnya lah penyusun mampu menyelesaikan makalah tentang “WAHAM”, shalawat dan
Adapun tujuan penyusun membuat makalah ini, untuk menyelelesaikan tugas mata
kuliah “KEPERAWATAN JIWA II”. Penyusunan makalah ini tidak luput dari pihak-pihak
yang membantu baik dari segi moril dan materil oleh karena itu kami ucapkan terima kasih.
Dan dalam pembuatan makalah ini penyusun menyadari mungkin banyak kesalahan
dan kekeliruan maka dari itu penyusun mengaharapkan kritik dan saran demi perbaikan
penyusun
i
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR........................................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................ 1
C. Tujuan.............................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Defenisi ........................................................................................................................... 5
B. Patofisiologi ......................................................................................................................6
D. Etiologi waham................................................................................................................ 7
F. Penatalaksanaan .............................................................................................................. 10
G. Fase-Fase Waham............................................................................................................ 12
H. Jenis-jenis Waham........................................................................................................... 14
A. Kesimpulan...................................................................................................................... 21
B. Saran................................................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik fisik, mental dan
social, tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan. Menurut UU Kesehatan RI no. 23 tahun
1992, sehat adalah keadaan sejahtera tubuh, jiwa, social yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara social dan ekonomis. Sakit adalah ketidakseimbangan fungsi normal tubuh
Kesehatan jiwa adalah satu kondisi sehat emosional psikologis, dan social yang terlihat dari
hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif,
dan kestabilan emosionl (Videbeck, 2008) Gangguan jiwa didefenisikan sebagai suatu sindrom atau
perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitakan dengan adanya
distress (misalnya gejala nyeri) atau disabilitas (kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang
Waham atau delusi adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh, kuat, tidak sesuai
dengan kenyataan, tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang budaya, selalu dikemukakan
berulang-ulang dan berlebihan biarpun telah dibuktikan kemustahilannya atau kesalahannya atau
B. Rumusan Masalah
3
7. Apa Saja Fase-Fase Waham?
C. Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak sesuai dengan
kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini
berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol (Direja, 2011). Waham curiga adalah
keyakinan seseorang atau sekelompok orang berusaha merugikan atau mencederai dirinya,
diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan (Kelliat, 2009). Gangguan isi pikir
adalah ketidakmampuan individu memproses stimulus internal dan eksternal secara akurat.
Gangguannya adalah berupa waham yaitu keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi
atau dibuktikan dengan realitas. Keyakinan individu tersebut tidak sesuai dengan tingkat intelektual
dan latar belakang budayanya, serta tidak dapat diubah dengan alasan yang logis. Selain itu
keyakinan tersebut diucapkan berulang kali (Kusumawati, 2010). Gangguan orientasi realitas adalah
ketidakmampuan menilai dan berespons pada realitas. Klien tidak dapat membedakan lamunan dan
kenyataan sehingga muncul perilaku yang sukar untuk dimengerti dan menakutkan. Gangguan ini
Waham merupakan bagian dari gangguan orientasi realita pada 10 isi pikir dan pasien
skizofrenia menggunakan waham untuk memenuhi kebutuhan psikologisnya yang tidak terpenuhi
oleh kenyataan dalam hidupnya. Misalnya : harga diri, rasa aman, hukuman yang terkait dengan
perasaan bersalah atau perasaan takut mereka tidak dapat mengoreksi dengan alasan atau logika
(Kusumawati, 2010)
5
B. Patofisiologis
Patofisiologi gangguan waham menetap, disebut juga persistent delusional disorder, melibatkan
hiperaktivitas dopamin di area mesolimbik dan ganglia basalis. Namun tidak seperti schizophrenia,
jaras dopaminergik ke arah kortikal relatif tidak mengalami gangguan. Hal ini yang menyebabkan
fungsi kognitif pada pasien dengan gangguan waham relatif tidak terganggu dan tidak ada gejala-
gejala negatif yang mengarah pada regresi fungsi peran. Kerusakan pada Sistem Limbik dan Ganglia
Basalis Kondisi neurologis yang sering berhubungan dengan timbulnya waham biasanya melibatkan
sistem limbik dan ganglia basalis. Kerusakan pada dua struktur otak ini membuat pasien mengalami
waham.Berbeda dengan schizophrenia, korteks tidak mengalami kerusakan sehingga fungsi kognitif
tidak terganggu. Hal ini menyebabkan waham yang muncul pada gangguan waham menetap
umumnya bersifat kompleks. Sebaliknya, pasien yang mengalami gangguan intelektual umumnya
akan memiliki waham yang bersifat sederhana.Kerusakan yang dilaporkan berhubungan dengan
timbulnya waham tema tunggal (seperti pada gangguan waham) adalah kerusakan pada area limbik
dan struktur subkortikal hemisfer kiri, serta lobus frontalis kanan Hal ini didukung oleh penelitian
mengalami disfungsi pada white matter (area subkortikal) lobus temporo-parietal, ganglia basalis,
C. Rentang Respon
Rentang respon gangguan adaptif dan maladaptif dapat dijelaskan sebagai berikut :
6
pengalaman emosional ber- Ketidakmampuan
maka individu akan berpikir secara logis. Apabila individu berada pada keadaan diantara adaptif dan
maladaptif kadang-kadang pikiran menyimpang atau perubahan isi pikir terganggu. Bila individu
tidak mampu berpikir secara logis dan pikiran individu mulai menyimpang maka ia akan berespon
D. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi dari perubahan isi pikir : waham kebesaran dapat dibagi menjadi 2 teori yang
a. Teori Biologis
perkembangan suatu kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan
kelainan yang sama (orang tua, saudara kandung, sanak saudara lain).
skizofrenia mungkin pada kenyataannya merupakan suatu kecacatan sejak lahir terjadi
pada bagian hipokampus otak. Pengamatan memperlihatkan suatu kekacauan dari sel-sel
psikosis.
7
b. Teori Psikososial
diantara suami istri mempengaruhi anak. Penanaman hal ini dalam anak akan
menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansielas dan suatu kondsi yang lebih
berkembang antara orang tua dan anak-anak. Anak harus meninggalkan ketergantungan
diri kepada orang tua dan anak dan masuk ke dalam masa dewasa, dan dimana dimasa ini
menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh akan kecemasan. Anak menerima
pesan-pesan yang membingungkan dan penuh konflik dan orang tua tidak mampu
c) Teori psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari suatu ego yang lemah.
Perkembangan yang dihambat dan suatu hubungan saling mempengaruhi antara orang
tua, anak. Karena ego menjadi lebih lemah penggunaan mekanisme pertahanan ego pada
waktu kecemasan yang ekstrim menjadi suatu yang maladaptif dan perilakunya sering
2. Faktor Presipitasi
a. Biologis
gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur perubahan isi informasi dan
8
b. Stres lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stres yang berinterasksi dengan
c. Pemicu gejala
Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis yang maladaptif berhubungan
dengan kesehatan lingkungan, sikap dan prilaku individu, seperti : gizi buruk, kurang tidur,
infeksi, keletihan, rasa bermusuhan atau lingkungan yang penuh kritik, masalah perumahan,
a. Data subyektif
mempunyai kekuatan super dan maha kuasa, klien mengatakan merasa takut dan perasaan tidak
nyaman, merasa cemas, klien mengatakan sulit untuk tidur, isi pembicaraan tidak sesuai dengan
kenyataan.
b. Data obyektif
Usaha bunuh diri atau membunuh orang lain, menolak makan atau minum obat, tidak ada
perhatian terhadap asuhan mandiri, ekspresi muka sedih/gembira, ketakutan, gerakan tidak
terkontrol mudah tersinggung, isi pembicaran tidak sesuai dengan kenyataan, tidak bias
membedakan antara yang nyata dengan yang tidak nyata, menghindar dari orang lain,
terhadap orang lain, tindakan menyombongkan diri, menyiksa orang lain secara psikologis,
Tanda dan gejala yang dihasilkan atas penggolongan waham (Standar Asuhan Keperawatan
9
a) Waham dengan perawatan minimal
1) Iritable.
3) Mendominasi pembicaraan.
4) Bicara kasar.
4) Ekspresi tegang.
5) Iritable.
6) Mandominasi pembicaraan.
7) Bicara kasar.
F. Penatalaksanaan
morbiditas dengan menurunkan dampak waham terhadap kehidupan pasien dan keluarganya.
1. Psikoterapi
10
Psikoterapi yang efektif untuk gangguan waham menetap adalah psikoterapi
sebaiknya tidak dilakukan konfrontasi terhadap waham pasien, namun lebih pada
dirinya dan mengganggu kemampuannya untuk bisa hidup dengan lebih baik [2].
2. Metacognitive training
schizophrenia, namun terapi ini juga bermanfaat pada pasien dengan gangguan
3. Medikamentosa
dengan gangguan waham relatif sulit dilakukan karena mereka bisa dengan mudah
memasukkan obat yang diberikan sebagai bagian negatif dari sistem wahamnya. Perlu
dilakukan bina rapport dan psikoterapi yang adekuat sebelum farmakoterapi bisa
dimulai.
Farmakoterapi sebaiknya dimulai dari dosis kecil (misalnya haloperidol 2 mg/24 jam atau
risperidone 2 mg/24 jam) kemudian dititrasi pelan. Bila dalam waktu 6 minggu pasien tidak
menunjukkan respons, maka sebaiknya diganti dengan antipsikotik kelas lainnya. Beberapa
klinisi menyatakan bahwa pimozide efektif digunakan pada pasien dengan gangguan waham,
terutama pasien dengan waham somatik kronis. Sebuah review oleh Mohsen, et al
11
menemukan bahwa antipsikotik yang paling banyak digunakan pada pasien dengan gangguan
waham adalah risperidone, diikuti oleh olanzapine, quetiapine, dan antipsikotik tipikal
(generasi pertama) .Mengingat bahwa sebagian besar pasien mempunyai fungsi dan peran
yang masih baik, maka pilihan antipsikotik sebaiknya dijatuhkan pada antipsikotik atipikal
yang mempunyai profil efek samping lebih ringan. Meskipun outcome klinis antara
antipsikotik tipikal dan atipikal tidak berbeda signifikan .Mengingat bahwa baik antipsikotik
tipikal maupun atipikal mempunyai efek samping pada penggunaan jangka panjang.
Antipsikotik yang dilaporkan relatif aman digunakan pada pasien dengan gangguan waham
terbesar dengan obat pada gangguan waham adalah ketidakpatuhan, namun hal ini bisa
G. Fase-Fase Waham
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik maupun
psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan
ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada
juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti dengan self
ideal sangat tinggi.
12
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal
dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia katakan
adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan keyataan, tetapi menghadapi
keyataan bagi klien adalah suatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui,
kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya,
karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien
mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini
tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan.
Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan
klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut
sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan
kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi
e. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa
semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai
halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien sering menyendiri
6 Fase improving
13
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang
salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik
masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat
menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.
H. Jenis-Jenis Waham
1. Waham Kejar
Individu merasa dirinya dikejar-kejar oleh orang lain atau sekelompok orang yang bermaksud
berbuat jahat kepada dirinya, sering ditemukan pada klien dengan stres anektif tipe depresi dan
gangguan organik.
2. Waham Kebesaran
Penderita merasa dirinya paling besar, mempunyai kekuatan, kepandaian atau kekayaan yang
luar biasa, misalnya adalah ratu adil dapat membaca pikiran orang lain, mempunyai puluhan
rumah, dll.
3. Waham Somatik
Perasaan mengenai berbagai penyakit yang berada pada tubuhnya sering didapatkan pada
tubuhnya.
4. Waham Agama
Waham dengan tema agama, dalam hal ini klien selalu meningkatkan tingkah lakunya yang telah
5. Waham Curiga
Individu merasa dirinya selalu disindir oleh orang-orang sekitarnya sehingga ia merasa curiga
terhadap sekitarnya.
6. Waham Intulistik
14
Bahwa sesuatu yang diyakini sudah hancur atau bahwa dirinya atau orang lain sudah mati, sering
7. Waham Berdosa
Timbul perasaan bersalah yang luar biasa dan merasakan suatu dosa yang besar. Penderita
8. Waham Cemburu
9. Waham Pengaruh
Yaitu pikiran, emosi dan perbuatannya diawasi atau dipengaruhi oleh orang lain atau kekuatan.
I. Pola Koping
Ada beberapa sumber koping individu yang harus dikaji yang dapat berpengaruh terhadap
gangguan otak dan prilaku kekuatan dalam sumber koping dapat meliputi seperti : modal intelegensi
atau kreativitas yang tinggi. Orang tua harus secara aktif mendidik anak-anaknya, dewasa muda
tentang keterampilan koping karena mereka biasanya tidak hanya belajar dan pengamatan. Sumber
keluarga dapat berupa pengetahuan tentang penyakit, finansial yang cukup, ketersediaan waktu dan
1. Penggolongan Mekanisme Koping
Berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (dua) (Stuart dan Sundeen, 1995) yaitu :
a. Mekanisme koping adaptif
mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah
b. Mekanisme koping maladaptive
15
Adalah mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan,
a. Kompensasi
Proses seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan tegas menonjolkan keistimewaan
b. Penyangkalan (denial)
Menyatakan tidak setuju terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut. Bila individu
menyangkal kenyataan, maka dia menganggap tidak ada atau menolak pengalaman yang
diri.
c. Pemindahan (displacement)
Pengalihan emosi yang semula ditujukan pada seseorang atau benda lain yang biasanya netral
atau lebih sedikit mengancam dirinya. Misalnya : Seorang pemuda bertengkar dengan
d. Disosiasi
Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya.
Keadaan dimana terdapat dua atau lebih kepribadian pada diri seorang individu. Misalnya :
Seorang laki-laki yang dibawa ke ruang emergensi karena mengamuk ternyata tidak mampu
e. Identifikasi (identification)
Proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang ia kagumi berupaya dengan
16
f. Intelektualisasi (intelectualization)
Pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman yang
secara obyektif.
g. Introjeksi (Introjection)
Suatu jenis identifikasi yang kuat dimana seseorang mengambil dan melebur nilai-nilai dan
kualitas seseorang atau suatu kelompok ke dalam struktur egonya sendiri, merupakan hati
nurani. Contoh : Rasa benci atau kecewa terhadap kematian orang yang dicintai dialihkan
h. Isolasi
Pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang mengganggu dapat bersifat sementara
i. Proyeksi
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain terutama keinginan,
perasaan emosional dan motivasi yang tidak dapat ditoleransi. Teknik ini mungkin dapat
digunakan untuk mengurangi kecemasan karena dia harus menerima kenyataan akan
keburukan dirinya sendiri. Contoh : Seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia
mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya
j. Rasionalisasi
Rasionalisasi dimaksudkan sebagai usaha individu mencari alasan yang dapat diterima secara
17
juga muncul ketika individu menipu dirinya sendiri dengan berpura-pura menganggap yang
k. Reaksi formasi
perasaan sebenarnya, dan menampilkan ekspresi wajah yang berlawanan. Dengan cara ini
individu dapat menghindarkan diri dari kecemasan yang disebabkan oleh keharusan
menghadapi ciri pribadi yang tidak menyenangkan. Misalnya: Kebencian dibuat samar
l. Regresi
Regresi merupakan respon yang umum bagi individu bila berada dalam situasi frustrasi,
setidak-tidaknya pada anak-anak. Dapat pula terjadi bila individu yang menghadapi tekanan
kembali lagi kepada metode perilaku yang khas individu yang berusia lebih muda.
m. Represi
Represi didefinisikan sebagai upaya individu menyingkirkan frustrasi, konflik batin, mimpi
buruk, dan sejenisnya yang menimbulkan kecemasan. Bila represi terjadi, hal-hal yang
mencemaskan itu tidak akan memasuki kesadaran walaupun masih tetap ada pengaruhnya
terhadap perilaku. Misalnya : individu lebih sering menekankan pada kejadian yang
n. Pemisahan (splitting)
Sikap mengelompokkan orang atau keadaan hanya sebagai semuanya baik atau semuanya
buruk; kegagalan untuk memadukan nilai-nilai positif dan negatif di dalam diri sendiri.
o. Sublimasi
18
Mengganti keinginan atau tujuan yang terhambat dengan cara yang dapat diterima oleh
masyarakat. Impuls yang berasal dari Id yang sukar disalurkan karena mengganggu individu
atau masyarakat, oleh karena itu impuls harus dirubah bentuknya agar tidak merugikan
p. Supresi
Supresi merupakan proses pengendalian diri yang terang-terangan ditujukan menjaga agar
impuls dan dorongan yang ada tetap terjaga. Misalnya : Individu sewaktu-waktu
mengesampingkan ingatan yang menyakitkan agar dapat menitik beratkan kepada tugas.
q. Undoing
kesalahan. Misalnya : Seorang ibu yang menyesal karena telah memukul anaknya akan
r. Fiksasi
membuatnya frustrasi dan cemas, sehingga individu tersebut merasa tidak sanggup
Individu menjadi terfiksasi pada satu tahap perkembangan karena tahap berikutnya penuh
dengan kecemasan. Misalnya : Individu sangat tergantung dengan individu lain merupakan
salah satu contoh pertahan diri dengan fiksasi, kecemasan menghalanginya untuk menjadi
mandiri
s. Menarik Diri
Reaksi ini merupakan respon umum dalam mengambil sikap. Bila individu menarik diri, dia
memilih untuk tidak mengambil tindakan. Biasanya respons ini disertai dengan depresi dan
sikap apatis.
19
t. Mengelak
Bila individu merasa diliputi oleh stres yang lama, kuat dan terus menerus, individu
cenderung mencoba mengelak. Bisa secara fisik mengelak atau menggunakan metode yang
tidak langsung.
u. Fantasi
Dengan berfantasi pada yang mungkin menimpa dirinya, individu merasa mencapai tujuan
kecemasan dan mengakibatkan frustrasi. Individu yang sering melamun kadang menemukan
bahwa kreasi lamunannya lebih menarik dari pada kenyataan sesungguhnya. Bila fantasi ini
dilakukan proporsional dan dalam pengendalian kesadaraan yang baik, maka fantasi menjadi
v. Simbolisasi
Menggunakan benda atau tingkah laku sebagai simbol pengganti keadaan atau hal yang
sebenarnya Misalnya : Seorang anak remaja selalu mencuci tangan untuk menghilangkan
kecemasannya.
w. Konversi
Mahasiswa yang tidak mengerjakan tugas-tugasnya tiba-tiba sakit sehingga tidak masuk
kuliah
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi
dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari
pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol (Direja, 2011). Waham curiga adalah
keyakinan seseorang atau sekelompok orang berusaha merugikan atau mencederai dirinya,
diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan (Kelliat, 2009). Gangguan isi
pikir adalah ketidakmampuan individu memproses stimulus internal dan eksternal secara
akurat.
B. Saran
gangguan persepsi Waham agar memberikan perhatian dan perawatan yang tepat kepada
21
DAFTAR PUSTAKA
Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino Gondoutomo.
2003
Keliat, Budi Anna dan Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta : EGC
Stuart, G.W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Edisi 5). Jakarta : EGC
Tim Direktorat Keswa. Standart asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Bandung:
RSJP.2000
22