Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

GAWAT JANIN

1.1. PENGERTIAN
Gawat janin adalah keadaan / reaksi ketika janin tidak memperoleh oksigen yang
cukup. Keadaan janin, yang kemudian berakhir dengan seksio sessaria atau persalinan
buatan. Gawat Janin dapat diketahui dari tanda-tanda sebagai berikut :
a. Frekwensi bunyi jantung janin kurang dari 100 x / menit atau lebih dari 160 x / menit
dan denyut jantung tidak teratur. (Sarwono, 2009)
b. Berkurangnya gerakan janin ( janin normal bergerak lebih dari 10 kali per hari ).
c. Adanya air ketuban bercampur mekonium, warna kehijauan atau keruh

Indikasi-indikasi dari kemungkinan gawat janin:


1. Bradikardi, denyut jantung janin (+) yang kurang dari 120 x/menit atau iramanya
ireguler.
2. Takikardi, akselerasi denyut jantung janin yang memanjang lebih dari 160x/menit.
Dapat dihubungkan dengan demam ibu sekunder terhadap infeksi intrauteri.
Prematuritas dan atropin juga di hubungkan dengan denyut jantung dasar yang
meningkat.
3. Variabililtas denyut jantung dasar yang menurun, yang berarti depresi sistem syaraf
anatomi janin untuk medikasi ibu (atropin, skopopamin, diazepam, fenolbarbitas,
magnesium dan analgesic naikotik)
4. Pola deselerasi, deselerasi lanjut menunjukkan hipoksia janin yang disebabkan oleh
insufisiensi uteroplasma. Deselerasi yang bervariasi tidak berhubungan dengan uterus
adalah lebih sering dan muncul untuk menjalankan kompresi sementara waktu saja
dari pembuluh darah umbillikus. Peningkatan hipoksia janin adalah deselerasi lanjut,
penurunan variabilitas, bradikaria yang menetap dan pola gelombang sinus.

1.2. ETIOLOGI
Faktor etiologi terjadinya gawat janin dikelompokan ke dalam :
Faktor ibu :
a) Oksigen ibu
b) Anemia yang signifikan
c) Penurunan aliran darah uterin
d) Posisi supine atau hipotensi lain
e) Preeklampsia
f) Kondisi ibu yang kronis
g) Hipertensi

Faktor Uteroplasental
a) Kontraksi uterus
b) Hiperstimulasi, solusio plasenta
c) Disfungsi uteroplasental
d) Infark plasental

1
e) Korioamnionitis
f) Disfungsi plasental ditandai oleh IUGR,
g) Oligohidramnion

Faktor Janin
a) Kompresi tali pusat
b) Oligohidramnion
c) Prolaps tali pusat
d) Puntiran tali pusat
e) Oksigen
f) Anemia berat

Adapun janin yang beresiko tinggi untuk mengalami gawat janin adalah (BAN.334) :
1) Janin yang pertumbuhannya terhambat
2) Janin dari ibu dengan diabetes melitus
3) Janin Preterm dan Posterm
4) Janin dengan kelainan letak
5) Janian kelainan bawahan atau infeksi

Gawat janin pada saat persalinan dapat terjadi bila :


a. Persalinan berlangsung lama
b. Induksi persalinan dengan oksitosin
c. Ada perdarahan atau infeksi
d. Insufisiensi plasenta : posterm, preeklamsi
e. Ibu diabetes
f. Prolapsus tali pusat

1.3. DIAGNOSIS
Diagnosis gawat janin saat persalinan didasarkan pada denyut jantung janin yang
abnormal. Diagnosis lebih pasti jika disertai air ketuban hijau dan kental/sedikit perlu
diperhatikan bahwa :
a. DJJ normal dapat melambat sewaktu His, dan segera kembali normal setelah
relaksasi
b. DJJ lambat (kurang dari 100 per menit) saat tidak ada his, menunjukan adanya gawat
janin
c. DJJ cepat (lebih dari 180 permenit) yang disertai takhikardi ibu bisa karena ibu
demam, efek obat, hipertensi, atau amnionitis. Jika denyut jantung ibu normal denyut
jantung janin yang cepat sebaiknya dianggap sebagai tanda gawat janin
d. Adanya mekonium pada cairan amnion lebih sering terlihat saat janin mencapai
maturitas dan dengan sendirinya bukan merupakan tanda gawat janin. Sedikit
mekonium tanpa dibarengi dengan kelainan DJJ merupakan suatu peringatan untuk
pengawasan lebih lanjut.
e. Mekonim kental merupakan tanda pengeluaran mekonium pada cairan amnion yang
berkurang dan merupakan indikasi perlunya persalinan yang lebih cepat dan

2
penanganan mekonium pada saluran nafas atas neonatus untuk mencegah aspirasi
mekonium.
f. Pada presentasi sungsang, mekonium dikeluarkan pada saat persalinan sebagai akibat
kompresi abdomen janin pada saat persalinan. Hal ini bukan merupakan tanda
kegawatan kecuali jika hal ini terjadi pada awal persalinan.
Asfiksia intrapartum dan komplikasi:
1) Skor Apgar 0-3 selama >/= 5 menit
2) Sekuele neurologis neonatal
3) Disfungsi multiorgan neonatal
4) pH arteri tali pusat 7,0
5) Defisit basa arteri tali pusat >/= 16 mmol/L

1.4. PENANGANAN
Beberapa penanganan yang dilakukan terkait penatalaksanaan gawat janin diantaranya
adalah :
1. Jika sebab dari ibu diketahui (seperti demam, obat-obatan) mulailah penanganan yang
sesuai
2. Jika DJJ diketahui tidak normal dengan kontaminasi mekonium pada cairan amnion,
lakukan hal sebagai berikut :
a. Ketuban pecah disertai dengan keluarnya meconium kental , lakukan beberapa
langkah dibawah ini :
 Baringkan ibu miring ke kiri
 Dengarkan DJJ
 Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan
untuk melakukan bedah sesar
 Dampingi ibu ke tempat rujukan dan bawa partus set, kateter penghisap
lendir Delee dan handuk/kain untuk mengeringkan dan menyelimuti bayi
untuk mengantisipasi jika ibu melahirkan di perjalanan.

b. Ketuban pecah dan ketuban disertai sedikit meconium disertai tanda- tanda
gawat janin
 Dengarkan DJJ jika ada tanda-tanda gawat janin laksanakan asuhan sesuai

3. Jika sebab dari ibu tidak diketahui dan denyut jantung janin tetap abnormal sepanjang
paling sedikit 3 kontraksi, lakukan pemeriksaan dalam untuk mencari gawat janin :
a. Jika terdapat perdarahan dan nyeri yang hilang timbul atau menetap pikirkan
kemungkinan solusio plasenta
b. Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, sekter vagina berbau tajam) berikan
antibiotika untuk amnionitis
c. Jika tali pusat terletak di bagian bawah janin atau dalam vagina( tali pusat
menumbung), lakukan penanganan prolap tali pusat yaitu (APN 2008):
1) Gunakan sarung tangan DTT, letakkan satu tangan di vagina dan
jauhkan kepala janin dari tali pusat yang menumbung. Tangan lain

3
mendorong bayi melalui dinding abdomen agar bagian terbawah janin
tidak menekan tali pusatnya (minta keluarga ikut membantu)
2) Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan
gawat darurat obstetric dan bayi baru lahir
3) Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan semangat
ATAU
1) Minta ibu untuk mengambil posisi bersujud dimana posisi bersujud
dimana posisi bokong berada jauh di atas kepala ibu dan pertahankan
posisi ini hingga tiba di tempat rujukan
2) Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan
gawat darurat obstetric dan bayi baru lahir
3) Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan semangat

4. Jika DJJ tetap abnormal atau jika terdapat tanda-tanda lain gawat janin (mekonium
kental pada cairan amnion) rencanakan persalianan :
a. Jika seviks telah berdilatasi dan kepala janin tidak lebih dari 1/5 di atas
simpisis pubis atau bagian teratas tulang kepala janin berada di stasion 0
lakukan persalian dengan ekstrasi vakum atau vorceps
b. Jika serviks tidak berdilatasi penuh dan kepala janin berada lebih lebih dari 1/5
bagian diatas simpisis pubis atau bagian teratas tulang kepala janin berada di
atas stasion 0, lakukan persalinan dengan seksio sesaria.
Penanganan Gawat Janin :
a Tingkatkan oksigen pada janin dengan cara ‘Resusitasi Intrauterin’ (APN 2008):
 Mintalah si ibu merubah posisi tidurnya: Baringkan ibu miring ke kiri dan
anjurkan bernafas secara teratur
 Berikan cairan kepada ibu secara oral atau IV: Pasang infuse menggunakan
jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau garam
fisiologis (NS) dengan tetesan 125 cc/jam
 Berikan Oksigen
b Periksa kembali denyut jantung janin. Bila frekwensi bunyi jantung janin masih tidak
normal, maka dirujuk, Bila merujuk tidak mungkin, siap-siap untuk menolong BBL
dengan asfiksia.
c Anjurkan ibu hamil in-partu berbaring kesisi kiri untuk meningkatkan aliran oksigen
ke janinnya. Hal ini biasanya meningkatkan aliran darah maupun oksigen melalui
plasenta lalu ke janin. Bila posisi miring ke kiri tidak membantu. Coba posisi yang
lain (miring ke kanan, posisi sujud). Meningkatkan oksigen ke janin dapat mencegah
atau mengobati Gawat Janin.

1.5. PENCEGAHAN
Cara mencegah terjadinya Gawat Janin: gunakan partograf untuk memantau persalinan
dan anjurkan ibu sering berganti posisi selama persalinan. Ibu hamil yang berbaring
terlentang dapat mengurangi aliran darah ke rahimnya.

4
II. LANDASAN ASUHAN KEBIDANAN
2.1 Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin
Kala I
A. Data Subjektif
1. Identitas ibu dan suami
2. Keluhan
3. Riwayat persalinan ini (tanda persalinan berupa pengeluaran lendir campur
darah, rasa nyeri hilang timbul, sakit perut sampai ke pinggang, pengeluaran
cairan ketuban, gerakan janin dalam 24 jam masih dirasakan aktif/berkurang)
4. Riwayat obstetric
5. Riwayat kehamilan sekarang
6. Riwayat kesehatan
7. Riwayat menstruasi dan KB
8. Data bio, psiko, social, spiritual
9. Pengetahuan ibu dan pendamping persalinan tentang asuhan persalinan normal
dan IMD (Inisiasi Menyusui Dini)

B. Data Objektif (hari/tanggal/jam)


1. Pemeriksaan umum : KU ( Keadaan Umum), vital sign, BB (Berat Badan),TB
Tinggi Badan)
2. Pemeriksaan fisik
 Kepala dan leher : oedem,pucat pada wajah, keadaan konjungtiva dan sclera,
warna dan kelembaban bibir, pembengkakan pembuluh limfe dan kelenjar
tiroid
 Dada dan axilla, bentuk payudara, kebersihan, keadaan putting susu,
retraksi, pengeluaran colostrum, pembengkakan kelenjar limfe,
 Abdomen : arah pembesaran uterus, bekas luka operasi, frekuensi, dan
durasi his dalam 10 menit, TFU, Mc Donald, TBJ (Tafsiran Berat Janin)
(menurut Thousak), maneuver Leopold (untuk menunjukkan presentasi dan
sudah memasuki PAP (Pintu Atas Paanggul) atau belum, perlimaan, DJJ
(intensitas, lama, frekuensi,irama)
 Anogenital/VT (Vaginal Toucher) (waktu, oleh, siapa), keadaan vulva,
vagina, konsistensi portio, pembukaan 1-10 cm, effacement, keadaan
ketuban (warna, bau, jumlah), presentasi, denominator, penyusupan,
penurunan, ttbk/tp (tidak teraba bagian kecil atau tali pusat), kesan panggul
(sesuai indikasi), perineum.

5
3. Pemeriksaan penunjang : Hb, golongan darah, protein urine, urine reduksi, test
lakmus (bila ada pengeluaran cairan), USG (Ultra Sonografi) dan NST??? (kalau
ada)
C. Analisa Data
DIAGNOSA : GAPAH (Gravida Aterm Preterm Abortus Hidup) UK (Umur
Kehamilan) presentasi U(Simbol kepala)/W (Simbol bokong) PUKA (Punggung
Kanan)/PUKI (Punggung Kiri) Tunggal/Ganda Hidup/Mati Intra/Ekstra uteri PK
(Partus Kala) I Fase Laten/Aktif dengan diagnose penyerta/komplikasi, masalah (nyeri
persalinan/ kecemasan/ keletihan)
D. Penatalaksanaan
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
2. Menjelaskan penyebab nyeri dan cara mengatasinya
3. Menjelaskan posisi meneran
4. Mengajarkan teknik meneran
5. Menghadirkan peran pendamping
6. Memenuhi kebutuhan nutrisi selama persalinan
7. Memberikan dukungan emosional
8. Melakukan Observasi kemajuan persalinan dengan partograf WHO
9. Menyiapkan partus set, eachting set, perlengkapan pertolongan persalinan lainnya,
perlengkapan ibu dan bayi.

KALA II
A. DATA SUBJEKTIF(hari/tanggal/jam)
1. Keluhan nyeri masih bertambah/berkurang dan keinginan meneran
2. Tekanan pada anus meningkat
3. Perasaan ingin BAB
B. DATA OBJEKTIF (hari/tanggal/jam)
1. Pemeriksaan fisik : KU, vital sign
2. HIS, DJJ, perlimaan
3. Keadaan vulva dan perineum ada pengeluaran cairan/tidak
4. VT (atas indikasi, waktu, oleh): Keadaan vagina, portio, pembukaan, ketuban
utuh/tidak, presentasi, denominator, penyusupan, penurunan, ttbk/tp
C. ANALISA DATA
DIAGNOSA : GAPAH UK presentasi U/W PUKI/PUKA Tunggal/Ganda,
Hidup/Mati Intra/Ekstra uteri PK II dengan diagnose penyerta/komplikasi
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu bahwa sudah memasuki kala II (pengeluaran)

6
2. Membantu ibu menentukan posisi yang diinginkan
3. Melakukan Observasi DJJ seiap 5 menit dan observasi his tiap 30 menit
4. Melibatkan peran pendamping
5. Memimpin persalinan sesuai dengan APN

KALA III
A. DATA SUBJEKTIF(hari/tanggal/jam)
1. Keluhan nyeri masih dirasakan/tidak
2. Bagaimana perasaan ibu setelah bayi lahir
3. Bounding
B. DATA OBJEKTIF (hari/tanggal/jam)
1. Keadaan ibu
(1) KU, vital sign
(2) Kontraksi, TFU
(3) Bayi tunggal/ganda
(4) Kandung kemih kosong/tidak
(5) Perdarahan
(6) Tanda-tanda pelepasan plasenta : tali pusat memanjang/tidak, ada semburan
darah/tidak
2. Keadaan bayi
- Lahir spontan
- Jenis Kelamin
- Segera menangis/tidak
- Warna kulit(kemerahan/sianosis)
- Gerak aktif/tidak

C. ANALISA DATA
1. Diagnosa ibu: GAPAH UK PK III dengan diagnose penyerta/komplikasi
2. Diagnosa bayi : By..Aterm/Prematur/Postmatur spontan/tidak bagian terendah,
segera lahir/1 jam/dst dengan diagnose penyerta/komplikasi
D. PENATALAKSANAAN
- Memberitahu ibu bahwa sudah memasuki kala uri
- Melakukan Inisiasi menyusui dini
- Melakukan Manajemen Aktif Kala III
- Memeriksa kelengkapan placenta (lahir,insersi, kotiledon, panjang,
diameter, selaput ketuban utuh/tidak)

KALA IV
A. DATA SUBJEKTIF(hari/tanggal/jam)

7
1. Perasaan ibu setelah plasenta lahir
2. Masih merasakan nyeri/tidak
3. Bounding
4. Peran pendamping
B. DATA OBJEKTIF (hari/tanggal/jam)
a. Ibu
1. KU, vital sign
2. Ekspresi wajah, mukosa bibir (kering/lembab)
3. Abdomen : TFU, kandung kemih kosong/penuh, kontraksi uterus, nyeri
tekan
4. Vulva dan vagina : robekan, jumlah perdarahan, ada tidaknya oedem
b. Bayi
1. Inisiasi menyusui dini
C. ANALISA DATA
1. Diagnosa ibu: P… aterm/tidak PK IV laserasi/tidak dengan diagnose
penyerta/komplikasi
2. Diagnosa bayi: By..Aterm/Prematur/Postmatur spontan/tindakan segera lahir/1
jam/dst.... dengan vigerous baby
D. PENATALAKSANAAN
a. Ibu
1. Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan
2. Membantu bounding attachment
3. Melakukan heacting bila diperlukan
4. Melakukan observasi selama 2 jam yaitu setiap 15 menit pada I jam pertama
dan 30 menit pada 1 jam berikutnya: TTV (Tanda-Tanda Vital), TFU,
kandung kemih, kontraksi, perdarahan
5. Melibatkan keluarga dalam mendampingi ibu
b. Bayi
- Memberikan perawatan bayi (menimbang, perawatan tali pusat, pemberian tetes
mata, injeksi vit.K)

POSTPARTUM 2 JAM
A. DATA SUBJEKTIF(hari/tanggal/jam)
1. Perasaan ibu setelah melewati persalinan
2. Keluhan yang dirasakan
3. Bounding
B. DATA OBJEKTIF (hari/tanggal/jam)
a. Ibu
1. KU, vital sign

8
2. Ekspresi wajah, mukosa bibir (kering/lembab)
3. Abdomen : TFU, kandung kemih kosong/penuh, kontraksi uterus, nyeri
tekan
4. Vulva dan vagina : jumlah perdarahan
b. Bayi
1. KU
2. Frekuensi menyusui, lama menyusui
C. ANALISA DATA
1. Diagnosa ibu: P… aterm/tidak laserasi/tidak post partum 2 jam dengan
diagnose penyerta/komplikasi
2. Diagnosa bayi: By..Aterm/Prematur/Postmatur spontan/tindakan 1 jam/dst....
dengan vigerous baby
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan
2. Menganjurkan ibu umtuk tetap menjaga kehangatan bayi
3. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini
4. Memberikan terapi antibiotic, antalgin, dan penambah darah

2.2 Manajemen Varney


1) Mengidentifikasi data pada ibu bersalin normal.
(1) Subyektif
 Menggambarkan pendokumentasian hanya pengumpulan data klien
melalui anamnesa
 Tanda gejala subyektif yang diperoleh dari hasil bertanya dengan pasien,
suami atau keluarga ( identitas umum, keluhan, riwayat menarche, riwayat
perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat persalinan, riwayat KB (Keluarga
berencana), penyakit, riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit
keturunan, riwayat psikososial, pola hidup). Catatan ini berhubungan
dengan masalah sudut pandang pasien. Ekspresi klien mengenai
kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai kutipan langsung atau
ringkasan yang berhubungan dengan diagnose.
 Data subyektif menguatkan diagnose yang akan dibuat.

(2) Obyektif
 Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
lab, dan test diagnostic lain yang dirumuskan dalam data focus untuk
mendukung assasment

9
 Tanda gejala obyektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan ( tanda KU,
vital sign, fisik, pkhusus kebidanan, pemeriksaan dalam, laboratorium dan
pemeriksaan penunjang). Pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi, auskultasi
dan perkusi.
 Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan
dengan diagnosa. Data fisiologis, hasil observasi yang jujur, informasi
kajian tekhnologi (hasil laboratorium, sinar X, rekaman CTG (Cardio Toko
Grafi) dan lain- lain) dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat
dimasukkan dalam katagori ini.
2) Menginterpretasikan data dan mengidentifikasi masalah pada ibu bersalin normal.
Interpretasi data mencakup hal-hal sebagai berikut:
 Menentukan normal tidaknya kondisi kehamilan dari data yang diperoleh.
 Membedakan ketidaknyamanan yang umum dialami pada saat hamil dan
komplikasi yang mungkin terjadi.
 Mengidentifikasi tanda gejala penyimpangan yang mungkin dari kondisi
normal atau komplikasi.
 Mengidentifikasi kemungkinan kebutuhan belajar.
Hasil interpretasi data menghasilkan rumusan diagnose kebidanan. Diagnose
kebidanan adalah diagnose yang ditegakkan oleh profesi bidan dalam lingkup
praktik kebidanan yang memenuhi standar nomenclature (tata nama) diagnose
kebidanan dan menjawab 8 pertanyaan keadaan (GAPAH, usia kehamilan, letak
anak bila UK >36 minggu, jumlah janin bila UK > 28 minggu, keadaan anak
hidup/mati, intra/ekstra uteri, keadaan ibu bila ada penyulit, dan kesan panggul)
3) Mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial dan mengantisipasinya.
Pada langkah ketiga ini mengidentifikasi masalah potensial atau diagnose
potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah
ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan
diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis atau masalah
potensial ini menjadi kenyataan. Langkah ini penting sekali dalam memberikan
asuhan yang aman. Dengan mengidentifikasi masalah potensial atau diagnose
masalah yang akan terjadi berdasarkan diagnose atau masalah yang sudah ada dan
merumuskan tindakan apa yang perlu diberikan untuk mencegah atau menghindari
masalah yang terjadi.
4) Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan untuk melakukan intervensi atau
tindakan segera, konsultasi dan kolaborasi.
Bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter melakukan konsultasi atau
penanganan segera bersama anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi
klien. Jadi manajemen tidak hanya berlangsung selama asuhan primer periodic

10
atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut dalam dampingan
bidan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam melakukan tindakan harus disesuaikan
dengan prioritas masalah atau kondisi keseluruhan yang dihadapi klien. Setelah
bidan merumuskan hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnose
dan masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga menentukan tindakan
emergensi atau darurat yang dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi.
Rumusan ini mencakup tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri,
kolaborasi atau bersifat rujukan.
5) Menyusun rencana asuhan yang komprehensif pada persalinan.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi segala hal yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang terkait, tetapi juga
dari kerangka pedoman antisipasi untuk klien tersebut. Pedoman antisipasi ini
mencakup perkiraan tentang hal yang akan terjadi berikutnya: apakah dibutuhkan
penyuluhan, konsling, apakah bidan perlu merujuk klien bila ada sejumlah
masalah terkait social, ekonomi, cultural, atau psikologis.
6) Melaksanakan asuhan sesuai perencanaan.
Pelaksanaan ini bisa dilaksanakan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan
oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya serta bisa memberdayakan ibu dan
keluarga. Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri, namun ia tetap memikul
tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.
7) Melaksanakan evaluasi terhadap rencana asuhan yang telah dilaksanakan
Evaluasi ditujukan terhadap efektifitas intervensi tentang kemungkinan
pemecahan masalah, mengacu pada perbaikan kondisi atau kesehatan ibu dan
janin. Evaluasi mencakup jangka pendek yaitu sesaat setelah intervensi
dilaksanakan dan jangka panjang yaitu menunggu proses sampai kunjungan
berikutnya atau kunjungan ulang .

SUMBER :

Prawiroharjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Prawiroharjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Prawiroharjo, Sarwono.2010.BAN Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka
POGI,dkk. Asuhan Persalinan Normal . 2008. Jakarta : Jaringan Nasional Pelatihan Klinik

11

Anda mungkin juga menyukai