Anda di halaman 1dari 7

LANDASAN TEORI

RETENSIO PLACENTA

1.1. Pengertian Retensio Placenta

Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir


dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Pada kala III persalinan,
secara fisiologis otot uterus berkontraksi mengikuti penyusutan volume
rongga uterus setelah lahirnya bayi dan penyusutan ukuran ini
menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena
tempat perlekatan menjadi semakin kecil sedangkan ukuran plasenta tidak
berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari
dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus
atau kedalam vagina.Tanda-tanda lepasnya plasenta yaitu :

1. Perubahan bentuk dan tinggi uterus


2. Tali pusat memanjang
3. Adanya semburan darah mendadak dan singkat

Retensio placenta adalah terlambatnya/tertahannya kelahiran


plasenta selama setengah jam setelah janin lahir. Jika placenta belum
lepas sama sekali maka tidak akan terjadi perdarahan dan jika lepas
sebagian terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk
mengeluarkan plasenta. Placenta harus dikeluarkan karena dapat
menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi karena sebagai benda mati,
dapat terjadi placenta inkarserata, dapat terjadi polip placenta dan terjadi
degenerasi ganas korio karsinoma.

1.2. Penyebab atau Etiologi

Plasenta belum lahir bisa karena belum lepasnya plasenta dari


dinding uterus atau plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan
tetapi belum keluar disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan

1
atau karena salah penanganan kala III sehingga terjadi lingkaran kontriksi
pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta
(inkarserasio placenta). Belum lepasnya plasenta dari dinding uterus
disebabkan oleh:

1) Sebab Fungsionil
(1) His kurang kuat (sebab terpenting)
(2) Tempat insersi di sudut tuba
(3) Bentuknya : placenta membranacea, placenta anularis
(4) Ukuran placenta yang sangat kecil
2) Sebab Patologi anatomi
(1) Placenta accreta
Pada placenta accreta villi korialis menanamkan diri lebih
dalam kedalam dinding rahim sampai kebatas atas lapisan otot
rahim. Placenta accrete berimplantasi menembus desidua basalis
dan Nitabuch layer. Placenta accreta ada yang kompleta yaitu
kalau seluruh permukaannya melekat dengan erat pada dinding
rahim dan ada yang partialis yaitu kalau hanya beberapa bagian
saja dari permukaannya yang berhubungan / melekat erat pada
dinding rahim. Placenta accreta ini disebabkan karena kelainan
desidua misalnya desidua yang terlalu tipis. Placenta accreta
partialis masih dapat dilepaskan secara menual tetapi plasenta
accreta kompleta tidak boleh dilepaskan secara manual karena
usaha tersebut dapat menimbulkan perforasi dinding rahim.
(2) Placenta increta
Pada placenta increta vili korialis menanamkan diri sampai
masuk kedalam lapisan otot rahim atau jika vili korialis sampai
menembus myometrium.

(3) Placenta percreta


Pada plasenta percreta masuknya vili korialis sampai
menembus lapisan otot dan mencapai serosa atau menembusnya
atau apabila vili korialis sampai menembus perimetrium .

1.3. Gambaran dan dugaan penyebab retensio plasenta

2
Gejala Separasi/ Plasenta Plasenta Akreta
Akreta parsial Inkarserata

Konsistensi Kenyal Keras Cukup


Uterus

Tinggi Fundus Sepusat 2 Jari Bawah Sepusat


Pusat

Bentuk Fundus Discoid Agak Globuler Diskoid

Perdarahan Sedang-Banyak Sedang Sedikit/tidak ada

Tali Pusat Terjulur Terjelujur Tidak terjelujur


Sebagian

Ostium Uteri Terbuka Kontriksi Terbuka

Separasi Lepas Sebagian Sudah lepas Melekat


Plasenta seluruhnya

Syok Sering Jarang Jarang sekali,


kecuali akibat
inversion oleh
tarikan kuat pada
tali pusat

1.4. Penanganan Retensio Placenta

Apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah anak lahir


dimana sebelumnya telah dilakukan manajemen aktif kala III yaitu
pemberian oksitosin 10 iu pada 15 menit pertama dan 10 iu pada 15 menit
kedua serta ada tanda-tanda pelepasan plasenta, maka harus diusahakan
tindakan untuk mengeluarkannya. Tindakan untuk melepas plasenta dari
implantasinya dapat menggunakan tangan dan kemudian melahirkannya
keluar dari kavum uteri. Tindakan tersebut dikenal dengan plasenta
manual.

3
Plasenta manual merupakan tindakan operasi kebidanan untuk
melahirkan retensio plasenta. Tehnik plasenta manual tidaklah sukar
tetapi harus dipikirkan persiapannya agar tindakan tersebut dapat
menyelamatkan jiwa penderita.

1.5. Prosedur Pelaksanaan Placenta Manual

1) Persiapan
(1) Pasang set dan cairan infuse
(2) Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan
(3) Lakukan anestesi verbal dan analgesia per rectal
(4) Siapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi

2) Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri


(1) Pastikan kandung kemih dalam keadaan kosong
(2) Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva,
tegangkan dengan satu tangan sejajar lantai
(3) Sebelum memasukan tangan ingat untuk mengkomunikasikan
kepada ibu bahwa penolong akan memasukan tangan kedalam
rahimnya dan minta ibu untuk menarik nafas
(4) Secara obstetric masukkan tangan lainnya (punggung tangan
menghadap kebawah) kedalam vagina dengan menelusuri sisi
bawah tali pusat
(5) Setelah mencapai bukaan serviks, minta seorang asisten atau
penolong lain untuk memegangkan klem tali pusat kemudian
pindahkan tangan luar untuk menahan fundus uteri
(6) Sambil menahan fundus uteri,masukkan tangan dalam hingga
kekavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.
(7) Bentangkan tangan obstetric menjadi datar seperti memberi salam
(ibu jari merapat ke jari telunjuk dan jari-jari lain saling merapat).

3) Melepas plasenta dari dinding uterus


(1) Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta paling bawah.
a) Bila plasenta berimplantasi di korpus belakang, tali pusat tetap
disebelah atas dan sisipkan ujung-ujung jari tangan diantara
plasenta dan dinding uterus dimana punggung tangan
menghadap kebawah (posterior ibu).
b) Bila di korpus depan maka pindahkan tangan ke sebelah atas
tali pusat dan sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta

4
dan dinding uterus dimana punggung tangan menghadap keatas
(anterior ibu).
(2) Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding
uterus maka perluas pelepasan plasenta dengan jalan menggeser
tangan ke kanan dan kiri sambil digeserkan keatas (kranial ibu)
hingga semua perlekatan plasenta terlepas dari dinding uterus.
Catatan :
a) Bila tepi plasenta tidak teraba atau plasenta berada pada dataran
yang sama tinggi dengan dinding uterus maka hentikan upaya
plasenta manual karena hal itu menunjukkan plasenta inkreta
(tertanam dalam miometrium).
b) Bila hanya sebagian dari implantasi plasenta dapat dilepaskan
dan bagian lainnya melekat erat maka hentikan pula plasenta
manual karena hal tersebut adalah plasenta akreta. Untuk
keadaan ini sebaiknya ibu diberi uterotonika tambahan
(misoprostol 600 mcg per rektal) sebelum dirujuk ke fasilitas
kesehatan rujukan.
(3) Mengeluarkan plasenta
a) Sementara satu tangan masih didalam kavum uteri, lakukan
eksplorasi untuk menilai tidak ada plasenta yang tertinggal.
b) Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simfisis (tahan
segmen bawah uterus) kemudian instruksikan asisten untuk
menarik tali pusat sambil tangan dalam membawa plasenta
keluar (hindari terjadinya percikan darah).
c) Lakukan penekanan (dengan tangan yang menahan supra
simfisis) uterus kearah dorso kranial setelah plasenta
dilahirkan dan tempatkan plasenta didalam wadah yang telah
disediakan.
(4) Pencegahan infeksi pasca tindakan
a) Dekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepaskan) dan
peralatan lain yang digunakan.
b) Lepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya
didalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit.
c) Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
d) Keringkan tangan dengan handuk bersih dan kering
(5) Pemantauan pasca tindakan
a) Periksa kembali tanda vital ibu
b) Catat kondisi ibu dan buat laporan tindakan

5
c) Tuliskan rencana pengobatan, tindakan yang masih diperlukan
dan asuhan lanjutan
d) Beritahu pada ibu dan keluarganyabahwa tindakan telah selesai
tetapi ibu masih memerlukan pemantauan dan asuhan lanjutan
e) Lanjutkan pemantauan ibu hingga 2 jam pasca tindakan
sebelum dipindah keruang rawat gabung
f) Segera setelah plasenta lahir, lakukan masase fundus uteri

1.6. Komplikasi Tindakan Plasenta Manual

Tindakan plasenta manual dapat menimbulkan komplikasi sebagai


berikut :

1) Terjadi perforasi uterus


2) Terjadi perdarahan
3) Terjadi infeksi
4) Terjadi syok neurogenik

Untuk memperkecil komplikasi dapat dilakukan tindakan


profilaksis dengan :

1) Memasang infuse dan persiapan transfusi darah


2) Memberikan uterotonika intravena atau intramuscular
3) Memberikan antibiotika
4) Memasang tamponade uterovaginal

6
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri dan Ginekologi FKUI UNPAD. Obstetri Patologi. Bandung :


Elstar

Tim Revisi kelima Paket Pelatihan Klinik PONED. 2008. Pelayanan Obstetri dan
Neonatal Emergensi Dasar(PONED). Jakarta : JNPK-KR

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Manuaba, IB. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & KB untuk


Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai