Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

1 Pengertian Tuberkulosis
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis dan Mycobacterium bovis (sangat jarang disebabkan
oleh Mycobacterium avium) (FKUI,2007). Pada umumnya anak yang terinfeksi
Mycobacterium tuberculosis tidak menunjukkan penyakit tuberculosis (TB). Satu-
satunya bukti infeksi adalah uji tuberculin (Mantoux) positif. Risiko terinfeksi
dengan kuman TB meningkat bila anak tersebut tinggal serumah dengan pasien
TB Paru BTA Positif. Terjadinya TB paru bergantung pada system imun untuk
menekan multiplikasi kuman. Kemampuan tersebut bervariasi sesuai dengan usia,
yang paling rendah adalah pada usia yang sangat muda (WHO,2009)

2.2 Etiologi
Masuknya basil tuberculosis dalam tubuh tidak selalu menimbulkan penyakit.
Terjadinya infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberculosis
serta daya tahan tubuh. Basil tuberculosis masuk ke dalam paru melalui udara dan
dengan masuknya basil tuberculosis maka terjadi eksudasi dan konsolidasi yang
terbatas dan disebut focus primer. Basil tuberculosis akan menyebar dengan cepat
melalui saluran getah bening menuju kelenjar regional yang kemudian akan
mengadakan reaksi eksudasi. Focus primer, limfangittis, dan kelenjar getah bening
regional yang membersar membentuk kompleks primer. Kompleks primer terjadi
2-10 minggu (6-8 minggu) setelah infeksi. Bersamaan dengan terbentuknya
kompleks primer terjadi hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein yang dapat
diketahui dari uji tuberculin. Waktu antara terjadinya infeksi sampai terbentuknya
kompleks primer disebut masa inkubasi.
Pada anak lesi di dalam paru dapat terjadi dimanapun, terutama di perifer
dekat pleura. Lebih banyak terjadi di lapangan bawah paru dibandingkan dengan
lapangan atas paru, pada orang dewasa lapangan atas paru merupakan tempat
predileksi. Pembesaran kelenjar regional lebih banyak terjadi pada anak
disbanding orang dewasa. Pada anak penyembuhan terutama kea rah klasifikasi,
sedngkan pada orang dewasa terutama kearah fibrosis. Penyebaran hematogen
lebih banyak terjadi pada bayi dan anak kecil.
Tuberkulosis primer cenderung sembuh sendiri, tetapi sebagian akan
menyebar lebih lanjut dan dapat menimbulkan komplikasi. Tuberculosis dapat
meluas ke jaringan paru sendiri. Selain itu basil tuberculosis dapat masuk ke
dalam aliran darah secara langsung atau melalui cairan kelenjar getah bening.
Basil tuberculosis dalam aliran darahdapat mati, tetapi dapat pula berkembang
terus : hal ini bergantung pada keadaan penderita atau virulensi kuman. Melalui
aliran darah basil tuberculosis dapat mencapai alat tubuh lain seperti bagian paru
lain, selaput otak, otak, tulang, hati, ginjal, dll. Dalam alat tubuh tersebut basil
tuberculosis dapat segera menimbulkan penyakit atau dapat pula tidak
menimbulkan penyakit sama sekali (FKUI,2007).

2.3 Klasifikasi dan Gejala Klinis


Tuberkulosis terbagi ke dalam 2 klasifikasi :
2.3.1 Tuberkulosis Primer yang merupakan kompleks primer serta
komplikasinya.
2.3.2 Tuberkulosis Pascaprimer
Permulaan tuberkulosis primer biasanya sukar diketahui secara klinis karena
penyakit mulai secara perlahan-lahan. Kadang-kadang tuberkulosis pada anak
ditemukan tanpa gejala atau keluhan. Dengan melakukan ujji tuberculin secara
rutin, dapat ditemukan penyakit tuberkulosis pada anak.
Gambaran klinis tuberkulosis primer antara lain adalah panas yang naik turun
selama 1-2 minggu dengan atau tanpa batuk dan pilek, anoreksia, dan berat badan
yang menurun. Kadang-kadang dijumpai panas seperti tifus abdominalis atau
malaria yang disertai atau tanpa hepatosplenomegali. Oleh karena bila dijumpai
panas seperti tifus abdominalis pada bayi atau anak kecil harus dipikirkan juga
kemungkinan tuberkulosis sebagai penyebab panas tersebut. Dapat juga
menunjukkkan gejala bronkopneumonia, sehingga pada anak yang menunjukkan
gejala bronkopneumonia tanpa perbaikan dengan pengobatan bronkopneumonia
yang adekuat harus dipikirkan kemungkinan tuerkulosis. Konjungtivitis
fliktenuralis dapat juga dijumpai pada anak dengan tuberkulosis, terutama
tuberkulosis tonsil, adenoid, dan telinga tengah (FKUI,2007).

2.4 Diagnosis
Diagnosis TB pada anak sulit sehingga sering terjadi misdiagnosis, baik
overdiagnosis maupun underdiagnosis. Pada anak, batuk bukan merupakan gejala
utama. Diagnosis pasti TB ditegakan dengan ditemukannya M.tuberculosis pada
pemerikasaan sputum atau bilasan lambung, cairan serebrospinal, cairan pleura,
atau biopsy jaringan. Kesulitan menegakkan diagnosis pasti pada anak disebabkan
oleh 2 hal yaitu sedikitnya jumlah kuman (pauciba-cillary) dan sulitnya
pengambilan specimen sputum.

Pertimangkan tuerkulosis pada anak jika :


2.4.1 Anamnesis
a. Berkurangnya berat badan 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas
atau gagal tumbuh.
b. Demam tanpa sebab yang jelas terutama jika berlanjut hingga 2 minggu.
c. Batuk kronik ≥ 3 minggu dengan atau tanpa wheeze
d. Riwayat kontak dengan pasien TB Paru dewasa.
2.4.2 Pemeriksaan Fisik
a. Pembesaran kelenjar limfe, leher, aksila, inguinal.
b. Pembengkakan progresif atau deformitas tulang, sendi lutut, falang.
c. Uji tuberculin. Biasanya positif dengan anak TB Paru, tetapi bias negative
dengan anak TB milier atau yang juga menderita HIV/AIDS, gizi buruk,
atau baru menderita campak.
d. Pengukuran berat badan menurut umur atau lebih baik pengukuran berat
menurut panjang/tinggi badan

Untuk memudahkan diagnosis TB anak, IDAI merekomendasikan diagnosis


TB anak dengan menggunakan SISTEM SKORING, pembobotan terhadap gejala
atau tanda klinis yang dijumpai, seperti yang terlihat pada tabel :
PARAMETER 0 1 2 3 SKOR
Kontak dengan Tidak jelas Laporan Kontak dengan
pasien TB keluarga, pasien BTA positif
kontak
dengan
pasien BTA
negative atau
tidak tahu,
atau BTA
tidak jelas.
Uji tuberculin Negatif Positif (≥ 10
mm,atau ≥5 mm
pada keadaan
imunosupresi
Berat Gizi kurang : Gizi buruk:
badan/keadaan BB/TB < 90% BB/TB
gizi (dengan atau BB/U <80% <70% atau
KMS / table) BB/U<80%
Demam tanpa ≥ 2 minggu
sebab jelas
Batuk ≥ 3 minggu
Pembesaran ≥ 1 cm jumlah ≥
kelenjar limfe 1,tidak nyeri
koli, aksila,
inguinal
Pembengkakan Ada
tulang/sendi pembengkakan
panggul, lutut,
falang
Foto dada Normal/tidak Sugestif TB
jelas
JUMLAH SKOR
Pasien dengan jumlah skor ≥ 6 harus ditatalaksana sebagai pasien TB dan
mendapat pengobatan dengan obat anti tuberkulosis (OAT). Bila skor kurang dari
6 tetapi secara klinis kecurigaan kearah TB kuat maka perlu dilakukan
pemeriksaan diagnostic lainnya sesuai dengan indikasi, seperti bilasan lambung,
patologi anatomi, fungsi lumbal, pungsi pleura, foto tulang dan sendi, endoskopi,
CT-Scan dan lain-lainnya (WHO,2009).

2.5 Tatalaksana
Alur tatalaksana pasien TB anak dapat dilihat pada skema di bawah ini :

SKOR ≥ 6

Beri OAT selama 2 bulan dan


dieveluasi

Respons (+) Respons (-)

Terapi TB diteruskan Teruskan terapi TB sambil


mencari penyebabnya
Pengobatan TB pada anak dibagi dalam 2 tahap yaitu tahap awal/intensif (2
bulan pertama) dan dan dilanjutkan pada fase lanjutan yaitu4 bulan, kecuali pada TB
berat). OAT pada anak diberikan setiap hari, baik pada tahap intensif maupun tahap
lanjutan. Untuk menjamin ketersediaan OAT untuk setiap pasien, OAT disediakan
dalam bentuk paket. Satu paket dibuat untuk satu pasien untuk satu masa pengobatan.
Paket OAT anak berisi obat untuk tahap intensif, yaitu Rifampisin (R), Isoniazid (H),
Pirazinamid (Z), sedangkan untuk tahap lanjutan yaitu Rifampisin (R), dan Isoniazid
(H).

Dosis
INH : 5-15 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 300 mg/hari
Rifampisin : 10-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 600 mg/hari
Pirazinamid : 15-30 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 2000 mg/hari
Etambutol : 15-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 1250 mg/hari
Streptomycin : 15-40 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 1000 mg/hari

Untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan yang


relatif lama dengan jumlah obat yang banyak, paduan OAT disediakan dalam bentuk
Kombinasi Dosis Tetap = KDT (Fixed Dose Combination (FDC)
Tablet KDT untuk anak tersedia dalam 2 macam tablet, yaitu :
a. Tablet RHZ yang merupakan tablet kombinasi dari R (Rifamfisin), Isoniazid
(H), Pirazinamid (Z) yang digunakan pada tahap intensif.
b. Tablet RH yang merupakan tablet kombinasi dari Rifampisin (R), Isoniazid
(H) yang digunakan pada tahap lanjutan.
Jumlah tablet KDT yang diberikan harus disesuaikan dengan barat badan anak dan
komposisi dari tablet KDT tersebut (WHO,2009).

2.6 Landasan Asuhan Kebidanan

ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK SAKIT

Tanggal :
Tempat :
Waktu :

I. DATA SUYEKTIF
A. Biodata
1. Anak
Nama : Untuk memudahkan petugas kesehatan untuk berinteraksi
sehingga dapat tercipta keakraban dan memudahkan
dalam pemberian pelayanan.
Umur : Untuk mengetahui umur pasien , sehingga dapat
meberikan dosis obat dengan tepat
Jenis Kelamin : Untuk mengetahui Jenis kelamin
Anak ke : Untuk mengetahui anak adalah anak yang keberapa
Status Anak : Untuk mengetahui status anak pada pasien ini apakah
anak kandung atau tidak
2. Orang Tua Ibu dan Ayah
Nama : Untuk memudahkan petugas kesehatan untuk berinteraksi
sehingga dapat tercipta keakraban dan memudahkan
dalam pemberian pelayanan.
Umur : Untuk memudahkan dalam pemberian penjelasan
Pendidikan : untuk memudahkan petugas dalam memberikan
informasi kepada keluarga pasien
Pekerjaaan : Untuk mengetahui sosial ekonomi keluarga
Agama : Untuk mengetahui apakah ada / kepercayaan keluarga
terkait dengan perawatan pasien TB Paru
Suku Bangsa : Untuk mengetahui apakah ada adat istiadat yang terkait
dengan perawatan pasien TB Paru
Status perkawinan: Untuk mengetahui apakah orang tua pasien sudah
menikah atau belum
Alamat Rumah : Untuk mengetahui jarak antara rumah sakit dengan
rumah pasien

B. Alasan Datang :
Untuk mengetahui kondisi yang membuat klien datang ke pelayanan kesehatan,
keluhan utama yang dirasakan saat ini, lamanya keluhan yang dirasakan.

C. Keluhan Utama:
Untuk mengetahui keluhan utama yang dirasakan saat ini, lamanya keluhan yang
dirasakan.

D. Riwayat Prenatal dan Intranatal:


Untuk mengetahui riwayat anak pada saat kehamilan dan selama proses
persalinan ibu.
.
E. Riwayat Postnatal :
Untuk mengetahui kondisi pasien setelah persalinan

F. Riwayat Neonatus:
Untuk mengetahui apakah sebelumnya pasien memiliki riwayat penyakit yang
sama

G. Riwayat Masa Bayi:


Untuk mengetahui perkembangan pasien saat bayi.

H. Riwayat Imunisasi:
Untuk mengetahui apakah pasien pada saat bayi telah mendapatkan imunisasi
dasar lengkap.

I. BIO – PSIKO - SOSIAL - SPIRITUAL


1. Biologis
a. Pernafasan
Untuk mengetahui masalah yang berhubungan dengan saluran pernafasan
klien.
b. Nutrisi
Untuk mengkaji Frekuensi makan dalam sehari, porsi makan, komposisi
makanan, keluhan saat makan dan ada tidaknya pantangan/alergi pada
makanan tertentu. Serta mengkaji frekuensi, jenis minuman yang sering
diminum, jumlah cairan yang sering diminum, jumlah cairan yang
diminum dalam sehari. Sehingga mengetahui pola konsumsi makanan dan
minuman (gizi klien).
c. Eliminasi
Untuk mengkaji frekuensi BAB dan BAK, konsistensi, jumlah, warnadan
ada tidaknya keluhan saat BAB dan BAK. Sehingga mengetahui masalah
yang mungkin klien alami yang berhubungan dengan pola eliminasi
(sembelit, diare, sering berkemih dan sakit ketika berkemih) yang
berhubungan dengan saluran pencernaan dan perkemihan.Untuk
mengetahui frekuensi BAK dan BAB apakah mengalami keluhan atau
tidak
d. Istirahat
Untuk mengkaji kebiasaan istirahat, lama istirahat/tidur, kualitas istirahat,
ada tidaknya keluhan saat istirahat. Sehingga diketahui apakah pasien
mengalami keluhan atau gangguan saat beristirahat.
e. Aktivitas
Untuk mengkaji aktivitas anak sehari-hari, kemampuan melakukan
aktivitas. Sehingga diketahui jenis kegiatan / aktivitas serta berat
ringannya aktifitas yang dilakukan klien yang dapat mempengaruhi
kesehatannya.
2. Psikososial
Untuk mengetahui hubungan pasien dengan keluarga, dan lingkungan
sekitarnya.
3. Spiritual
Untuk mengetahui apakah ada kepercayaan atau adat istiadat yang
mempengaruhi keadaan pasien .

J. Pengetahuan Orang Tua


Untuk mengetahui tingkat pengetahui orang tua tentang penyakit dan perawatan
pasien dengan TB Paru.

II. DATA OBYEKTIF


A. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum: Untuk mengetahui keadaan pasien secara umum
2. TTV: untuk mengetahui Pernapasan, nadi dan suhu pasien
TD untuk mengetahui normal / tidak TD (hasil curah jantung dan tahanan
pembuluh darah tepi /sistol dan diastole).
Suhu untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda infeksi.
Nadi untuk mengetahui apakah nadi normal atau tidak (cepat atau lambat
yang mengindikasikan perubahan dalam jumlah darah yang dipompakan).
Respirasi untuk mengetahui frekuensi pernapasan apakah dalam batas
normal/tidak sebagai upaya tubuh untuk memasukkan oksigen dan
mengeluarkan karbon dioksida (system metabolisme tubuh).
3. Keadaan Fisik
a. Kepala
Untuk mengetahui keadaan kepala pada pasien apakah ada kelainan
atau tidak.
b. Wajah
Untuk mengetahui keadaan wajah pasien apakah pucat atau tidak
c. Mata
Untuk mengetahui konjungtiva dan sklera
d. Hidung
Untuk mengetahui apakah ada pernafasan cuping hidung atau tidak.
e. Mulut
Untuk mengetahui apakah pasien mengalami dehidrasi atau tidak yang
dapat dilihat dari mukosa bibir lembab atau tidak.
f. Telinga
Untuk mengetahui apakah ada kelainan pada telinga atau tidak
g. Leher
Untuk mengetahui apakah terdapat pembesaran kelenjar limfa, tiroid
dan pelebaran vena jugularis.
h. Dada dan aksila: Untuk mengetahui pola nafas, suara jantung , dan
apakah ada retraksi atau tidak dan pada axilla terdapat pembesaran
limfa atau tidak
i. Abdomen
Untuk mengetahui apakah ada bising usus atau tidak
j. Genetalia
Untuk mengetahui apakah ada kelainan atau tidak
k. Ekstremitas
Untuk mengetahui apakah ada oedema, varises, dan kelaian pada
tangan dan kaki.
B. Pemeriksaan Penunjang
Untuk memastikan diagnosa

III. ASSESSMENT
Pada assessment dilakukan identifikasi terhadap diagnosa dan masalah aktual
berdasarkan atas data- data yang telah dikumpulkan.

IV. Penatalaksanaan

Anda mungkin juga menyukai