Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN ENDAHULUAN

A. TINJAUAN TEORI
1. Definisi Persalinan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup
bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpatru)
sejak uterus berkontrasi dan menyebabkan perubahan pada servik (membuka dan
menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu bila
kontrasi uterus tidak mengakibatkan perubahan servik (Manuaba, 2010).
Asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman dari setiap
tahapan persalinan dan upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan
pascapersalinan dan hipotermia serta asfiksia bayi baru lahir (APN, 2008).
Persalinan adalah Proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus
ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa disertai adanya penyulit (APN, 2007).
Jadi persalinan adalah Proses pengeluaran hasil konsepsi (bayi, plasenta dan
selaput ketuban) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan
lahir atau melalui jalan lain dengan/tanpa bantuan
2. Jenis Persalinan
Menurut Manuaba (2010), persalinan dibedakan menjadi:
1. Persalinan spontan
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri
2. Persalinan buatan
Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
3. Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan
rangsangan.
Macam-macam persalinan :
1. Partus precipitates
Bila persalinan berlangsung sangat cepat (2 jam sejak tanda persalinan janin
sudah lahir)
2. Partus dengan tindakan
Bila persalinan dilakukan dengan bantuan alat
3. Painless Labor
Merupakan persalinan dengan mengurangi rasa nyeri pada ibu.

3 . Sebab - Sebab Terjadinya Persalinan


3.1 Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum persalinan, terjadi penurunan kadar hormone estrogen dan
progesterone dimana progesterone bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim
dan akan menyebabkan ketegangan pembuluh darah sehingga timbul his apabila
kadar progesteron menurun.
3.2 Teori plasenta menjadi tua
Menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesterone yang menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
3.2 Teori distensi rahim
Rahim menjadi meregang dan membesar sehingga menyebabkan kontraksi otot-otot
rahim yang mengganggu sirkulasi uteroplasenta.
3.4 Teori iritasi mekanik
Di belakang serviks terletak ganglion servikale yang apabila digeser/ditekan akan
menyebabkan kontraksi uterus.
3.5 Induksi persalinan
Persalinan dapat ditimbulkan dengan jalan:
(1) Gagang laminaria = beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis servikale
dengan tujuan merangsang frankenhauser.
(2) Amniotomi = pemecahan ketuban.
(3) Oksitosin drip = pemberian oksitosin menurut tetesan per-infus (Rustam
Mochtar, 1998).
3.6 Teori oksitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofise pars posterior. Dengan menurunnya
kadar progesterone akibat tuanya kehamilan, maka oksitosin dapat meningkatkan
aktivitasnya sehingga persalinan dapat dimulai.
3.7 Teori prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang
dikeluarkan oleh dicidua. Prostaglandin memicu terjadinya persalinan.
Prostaglandin memegang peranan penting dalam proses pematangan serviks pada
manusia. Prostaglandin utama yang dihasilkan oleh serviks adalah PGE2, PGI2 dan
PGFα2 yang peningkatannya dihubungkan dengan proses pematangan serviks.
Prostaglandin memberikan efek stimulasi otot polos uterus sehingga memberikan
stimulan yang baik untuk kontraksi uterus dan menyebabkan portio melunak.
3.8 Teori berkurangnya nutrisi janin
Teori ini menyatakan dimana berkurangnya nutrisi janin akibat tuanya placenta
akan memberikan feed back ke otak bahwa hasil konsepsi harus segera dikeluarkan
(Sarwono, 2006)

4. Tanda-tanda Timbulnya Persalinan


4.1 His
His adalah kontraksi uterus yang dapat diraba dan menimbulkan pembukaan
serviks. Kontraksi rahim dimulai dari kedua pace maker yang letaknya didekat
kornu uteri, bergeser ke tengah secara digital, kemudian ke bawah ke dekat serviks.
Kontraksi menjadi sirkuler. Penyebab nyeri terjadi karena tekanan pada serat-serat
saraf oleh otot-otot serviks ketika dilatasi dan oleh serat-serat otot rahim ketika
kontraksi. His yang menimbulkan pembukaan serviks dengan kecepatan tertentu
disebut his efektif. Ciri-ciri his efektif:
- Adanya fundal dominan kontraksi uterus pada fundus uteri.
- Kontraksi berlangsung secara sinkron dan harmonis.
- Adanya intensitas kontraksi yang maksimal.
- Adanya fase relaksasi yang maksimal antara his.
- Iramanya teratur dan frekuensinya kian sering.
- Kekuatan his dengan amplitudo 40-60 mmHg
- Lama his berkisar antara 40-60 detik (Manuaba, 2002)
4.2 Show
Show adalah keluarnya lendir bercampur darah dari vagina. Pengeluaran darah
disebabkan karena stress pada jaringan yang menyebabkan kerusakan dan robeknya
pembuluh darah waktu pembukaan serviks (Manuaba, 2002).
4.3 Dilatasi dan effacement
Dilatasi adalah terbukanya kanalis servikalis secara berangsur-angsur akibat
pengaruh his. Pembukaan dipastikan dengan memperkirakan garis tengah lubang
serviks. Serviks dikatakan membuka lengkap jka garis tengahnya berukuran10 cm.
Effacement adalah pendataran atau pemendekan kanalis servikalis yang semula
panjangnya 1-2 cm menjadi hilang sama sekali hingga hanya tinggal osteum yang
tipis setipis kertas. Jika panjang serviks berkurang menjadi setengah maka terjadi
pendataran 50 persen, jika serviks tidak lagi memiliki panjang maka pendatarannya
sempurna atau 100 persen. (Obstetri Williams, 2009)

5. Faktor – Faktor yang Mendukung Persalinan :


5.1 Passage (jalan lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu (bagian tulang yang padat), dasar panggul,
vagina dan inntroitus vagina (Bobak,2005). Tulang panggul terdiri dari 2 buah os
coxae, 1 buah os sacrum dan 1 buah os cocygeus. Bidang-bidang panggul dapat
dibedakan menjadi 4 yaitu Pintu Atas Panggul, Bidang luas Panggul, Bidang
Sempit panggul dan Pintu Bawah Panggul. Ada 4 jenis bentuk panggul yaitu
Ginekoid, Android, Antropoid, Platipeloid. Keadaan panggul yang normal adalah
panggul Ginekoid.
5.2 Passanger (janin)
Ukuran kepala janin sangat mempengaruhi proses persalinan normal. Tulang
kepala janin terdiri dari 2 tulang parietal, 2 tulang temporal, 1 tulang frontal dan 1
tulang oksipital. Tulang-tulang ini disatukan oleh sutura membranosa yaitu sutura
sagitalis, lambdoidea, coronalis dan frontalis. Rongga yang berisi membrane ini
disebut fontanella. Fontanella anterior (UUB) berbentuk seperti intan yang
terletak pada pertemuan sutura sagitalis, coronalis dan sutura frontalis. Fontanela
posterior (UUK) berbentuk segi tiga terletak pada pertemuan sutura lambdoidea
dan sutura sagitalis. Sutura dan fontanella membuat tulang tengkorak fleksibel
sehingga dapat menyesuaikan diri denganjalan lahir. Tulang-tulang ini dapat
saling tumpang tidih yang disebut moulage. Presentasi janin adalah bagian janin
yang pertama kali memasuki pintu atas panggul dan terus melalui jalan lahir saat
persalinan. Latak janin adalah hubungan antara sumbu panjang janin terhadap
sumbu panjang ibu. Sikap janin adalah hubungan bagian tubuh janin yang satu
dengan yang lainnya. Posisi janin adalah hubungan bagian terendah janin
(presentasi) dengan panggul ibu. (bobak, 2005). Ukuran kepala bayi terdiri ukuran
muka belakang, ukuran melintang, ukuran melintang. Ukuran muka belakang
pada kepala bayi dengan persalinan yang normal adalah diameter suboccipito-
bregmatica dari foramen magnum ke ubun-ubun besar : 9,5 cm. ukuran ini adalah
ukuran muka belakang yang terkecil. Ukuran ini melalui jalan lahir kalau kepala
anak sangat hiperfleksi pada letak belakang kepala. Ukuran melintang pada
kepala bayi yaitu diameter biparietalis ( ukuran yang terbesar antara kedua ossa
parietalia ) : 9 cm pada letak belakang kepala ukuran ini melaui ukuran muka
belakang dari pintu atas panggul (conjugata vera) dan diameter bitemporalis
(jarak yang terbesar antara sutura coronaria kanan kiri) : 8 cm. Ukuran lingkaran
pada kepala bayi untuk persalinan yang normal adalah circumferentia suboccipito
bregmatica yaitu mencapai 32 cm. Persalinan yang normal menggunakan
presentasi belakang kepala
5.3 Power (kekuatan)
Ibu melakuakan kontraksi involunter dan volunter untuk mengeluarkan janin dan
plasenta dari uterus. Kontraksi uterus involunter (kekuatan primer) disebut juga his
berasal dari titik pemicu pada penebalan otot uterus bagian atas. Kontraksi
involunter ini menyebabkan pembukaandan penipisan serviks sehingga bagian
terendah bayi turun dan masuk ke pintu atas panggul. Segera setelah bagian
terbawah janin mencapai dasar panggul, sifat kontraksi berubah, yakni bersifat
mendorong ke luar. Wanita merasa ingin mengedan, usaha mendorong ke bawah
(kekuatan sekunder). (Bobak, 2005)
5.4 Psikis wanita / ibu
Lingkungan yang tidak nyaman dan membuat depresi ibu hamil akan mengganggu
kerja hipofisis posterior dalam memproduksi hormone yang memacu persalinan.
Terganggunya pembentukan hormone akan mempengaruhi kemajuan proses
persalinan. Keadaan ibu yang depresi dan tertekan membuat ibu tidak kooperatif
dalam menerima instruksi dari penolong dan saat penolong melakukan tindakan.
Perubahan psikologi cukup spesifik seiring kemajuan persalinan. Kondisi psikologi
seorang wanita yang melahirkan sangat bervariasi, tergantung dari pada persiapan
menghadapi persalinan dan dukungan antisipasi yang ia terimaselama persiapan
persalinan, dukungan dari pasangan, keluarga, pemberi perawatan, lingkunan dan
dari factor janin apakah bayi tersebut diinginkan atau tidak. Ketegangan emosi
akibat rasa cemas sampai rasa takut dapat memperberat persepsi nyeri selama
persalinan. Nyeri dapat menginduksi ketakutan, sehingga timbul kecemasan yang
berakhir dengan kepanikan. Keletihan dan kurang tidur dapat memperberat nyeri.
Persalinan sebelumnya dapat mempengaruhi persepsi wanita tentang nyeri bersalin.
Karena wanita primipara mengalami persalinan yang lebih panjang, dan hal ini
sering disebut seperti suatu lingkaran setan (gatson-johansson, dkk, 1998).
Ketakutan yang ditimbulkan misalnya
5.5 Penolong
Penolong yang memiliki kompetensi dan pengetahuan yang cukup akan bisa
Amendeteksi dan mengambil keputusan dalan memberikan asuhan persalinan yang
sesuai. Dengan asuhan yang tepat seorang ibu akan bersalin dengan baik dan cepat
mendapat tindakan khusus bila diperlukan.
5.6 Posisi ibu
Posisi yang paling baik adala posisi yang dirasakan paling nyaman oleh si ibu.
Namun umumnya, ketika melahirkan penolong akan meminta ibu untuk berbaring
atau setengah duduk. Namun pada saat proses melahirkan berlangsung, tidak
menutup kemungkinan penolong akan meminta ibu mengubah posisi agar
persalinan berjalan lancar. Misalnya, pada awal persalinan ibu diminta berbaring,
namun karena proses kelahiran berjalan lamban maka penolong persalinan
menganjurkan agar ibu mengubah posisinya menjadi miring (Aya ivadi, 2010).
Adapun posisi-posisi persalinan yang dapat digunakan yaitu :
Pada saat kala I :
1. Posisi berdiri membantu turunnya kepala dan mengurangi rasa nyeri.
2. Jalan-jalan dapat mempercepat pembukaan pada servik dan membantu
mempercepat turunnya kepala.
3. Duduk dapat mempercepat dan memperlancar persalinan, dengan gaya
gravitasi bumi yang ditimbulkan dapat mengurangi lamanya persalinan.
Dapat memberikan kenyaman bagi ibu
4. Jongkok dapat membuka pelvis sehingga bayi memiliki cukup ruang untuk
bergerak turun ke jalan lahir.
5. Merangkak dapat membantu meringankan rasa sakit dan dapat
memaksimalkan aliran darah ke uteroplasenta.
Pada saat kala II :
1. Posisi duduk atau setengah duduk, posisi ini dapat memberi rasa nyaman
bagi ibu dan memberi kemudahan baginya untuk beristirahat diantara
kontraksi. Keuntungan dari posisi ini adalah adanya gaya gravitasi yang
dapat membantu ibu dalam melahirkan bayinya sehingga kepala lebih
mudah lahir.
2. Posisi merangkak mebuat ibu lebih nyaman untuk meneran dan dapat
membantu ibu dalam mengurangi rasa nyeri punggung saat persalinan serta
mengurangi peregangan perineum.
3. Posisi berbaring miring kiri memudahkan ibu untuk beristirahat diantara
kontraksi jika ia mengalami kelelahan dan juga dapat mengurang resiko
terjadinya laserasi perineum. Posisi ini membantu beberapa ibu dalam
perbaikan posisi oksiput yang melintang untuk berputar menjadi posisi
oksiput anterior. Selain itu posisi ini juga baik untuk oksigenasi pada bayi.
4. Posisi jongkok dan berdiri membantu turunnya kepala, mempercepat
kemajuan kala II persalinan dan mengurangi rasa nyeri
4.7 Pendamping
Bukan hanya saat mempersiapkan kelahiran, calon ayah juga bisa terlibat saat
persalinan. Peran pendamping dalam persalinan yaitu memberi dukungan
emosional/psikis, pemberian dukungan fisik seperti membantu ibu memijat
punggung, kaki atau kepala ibu dan tindakan-tindakan bermanfaat lainnya, menyeka
muka ibu secara lembut dengan menggunakan kain yang dibasahi air hangat atau
dingin, membantu ibu bernafas secara benar pada saat kontraksi. Pemberian
dukungan instrument seperti, memberikan ibu makanan ringan dan minuman yang
cukup untuk memberikan energi dan mencegah dehidrasi. Pemberian dukungan
informasi seperti mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan pujian kepada
ibu, dan suami SIAGA (siap antar jaga). (APN, 2008)
6. Gerakan Utama pada Mekanisme Persalinan
6.1 Enggagement
- Diameter biparietal melewati PAP
- Nullipara terjadi pada 2 minggu sebelum persalinan
- Multipara terjadi pada permulaan persalinan
6.2 Decent (Turunnya Kepala )
Turunnya presentasi pada inlet disebabkan karena 4 hal, yaitu :
- Tekanan cairan air ketuban
- Tekanan langsung oleh fundus uteri
- Kontraksi diafragma dan otot perut ( kala III )
- Melurusnya badan janin akibat kontraksi uterus
6.3 Fleksi
Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya dengan sutura sagittalis
melintang dan dengan fleksi yang ringan. Bila sutura sagittalis terdapat dalam
diameter anteroposterior dari pintu atas panggul, maka masuknya kepala janin tentu
lebih sukar, karena menempati ukuran yang terkecil dari pintu atas panggul. Bila
sutura sagittalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir, ialah tepat di antara symphisis
dan promontorium, maka dikatakan kepala dalam synclitismus. Pada synclitismus os
parietale depan dan belakang sama tingginya. Jika sutura sagitalis agak ke depan
mendekati symphisis atau agak ke belakang mendekati promontorium, maka disebut
asynclitismus. Asynclitismus posterior ialah apabila sutura sagittalis mendekati
symphisis dan os parietale belakang lebih rendah dari os parietale depan.
Asynclitismus anterior ialah kalau sutura sagittalis mendekati promontorium sehingga
os parietale depan lebih rendah dari os parietale belakang. Majunya kepala karena
kepala mendapat tekanan dari serviks, dinding panggul atau dasar panggul, fleksi
(dagu lebih mendekati dada ).
6.4 Internal Rotation
Bagian terendah janin memutar ke depan, ke bawah symphysis merupakan usaha
untuk menyesuaikan posisi kepala dengan posisi jalan lahir. Hal tersebut terjadi
bersamaan dengan majunya kepala, rotasi muka belakang secara lengkap terjadi
setelah kepala di dasar panggul.

6.5 Extention
Extention adalah defleksi kepala yang terjadi karena sumbu pintu bawah panggul
mengarah ke depan dan ke atas. Setelah subocciput tertahan pada pinggir bawah
symphysis sebagai hypomoclion, maka lahirlah occiput, muka dan dagu.

6.6 Eksternal Rotation


Setelah kepala lahir, kepala memutar kembali ke arah punggung anak untuk
menghilangkan torsi akibat putar paksi dalam.
6.7 Expulsi
Bahu depan berada di bawah symphysis sebagai hypomoclion sehingga lahirlah bahu
belakang, bahu depan dan badan seluruhnya.

7. Kala Persalinan
Persalinan dibagi menjadi 4 yaitu :
7.1 Kala I Persalinan :
7.1.1 Tanda dan gajala inpartu termasuk:
a. Penipisan dan pembukaan servik.
b. Kontrkasi uterus yang mengakibatkan perubahan pada servik (frekuensi
minimal 2 kali dalam 10 menit)
c. Cairan lendir bercampur darah (“show”)
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontrasi uterus yang teratur dan
meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga servik membuka lengkap
(10 cm).

7.1.2 Kala I persalinan terdiri dari dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
a. Fase laten pada kala I persalinan:
(1) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan servik secara bertahap
(2) Berlangsung hingga servik membuka kurang 4 cm.
(3) Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
(4) Kontraksi mulai teratur tetapi intervalnya diantara 20 -30 detik.
b. Fase aktif pada kala satu persalinan :
(1) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap
(kontraksi dianggap adekuat atau memadai jika terjadi 3x atau lebih
dalam waktu sepuluh menit, dan berlangsung selama 40 detik atau
lebih).
(2) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai bukaan lengkap atau 10 cm,
akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau
primagravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara).
(3) Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
(4) Fase aktif dibagi menjadi 3 periode:
a. periode akselerasi : pembukaan 3 menjadi pembukaan 4 cm
dalam waktu 2 jam
b. periode dilatasi maksimal: pembukaan berlangsung sangat cepat
deri pembukaan 4 cm menjadi 9 cm dalam waktu 2 jam
c. periode deselerasi: pembukaan menjadi lambat kembali dari
pembukaan 9 cm menjadi 10 cm dalam waktu 2 jam (Sarwono,
2008).
7.1.3 Perubahan fisiologis pada Kala I:
- Perubahan Kardiovaskuler
Pada setiap kontraksi, 400 ml darah dialirkan dari uterus dan masuk ke dalam
system vaskuler ibu. Hal ini akan meningkatkan curah jantung meningkat 10 % -
15 %.
- Perubahan Tekanan Darah
Tekanan darah meningkat selama terjadi kontraksi (systole rata-rata naik 15
mmHg, diastole 5-10 mmHg), antara kontraksi tekanan darah kembali normal
pada level sebelum persalinan. Rasa sakit, takut dan cemas juga akan
meningkatkan tekanan darah.
- Perubahan Pernapasan
Peningkatan aktivitas fisik dan pemakaian oksigen, terlihat dari peningkatan
frekuensi pernapasan. Hyperventilasi dapat menyebabkan alkalosis respiratorik
(pH meningkat), hipoksia dan hypocapnea (CO2 menurun)

- Perubahan muskuloskletal
Sistem menngalami stress selama persalinan. Nyeri punggung dan nyeri sendi
(tidak berkaitan dengan posisi janin) terjadi sebagai akibat semakin renggangnya
sendi pada masa aterm.
- Perubahan neurologi
Perubahan sensoris terjadi pada saat wanita memasuki tahap pertama persalinan.
- Perubahan Pencernaan
Ibu dapat mengalammi diare pada awal persalinan. Mual dan sendawa dapat
terjadi sebagai respon reflek terhadap dilatasi serviks lengkap.
- Perubahan Endokrin
Sistem endokrin aktiif selama persalinan. Permulaan persalinan dapat diakibatkan
oleh penurunan kadar progesterone dan peningkatan kadar estrogen, prostaglandin
serta oksitosin.
7.1.4 Pendampingan pada kala I:
(1) Mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan memuji ibu.
(2) Membantu ibu bernafas dengan benar saat kontraksi.
(3) Melakukan massage pada tubuh ibu dengan lembut.
(4) Menyeka wajah ibu dengan lembut menggunakan kain.
(5) Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman.
(6) Mengatur posisi ibu sehingga terasa nyaman.
(7) Menjadi teman bicara dan pendengar yang baik.
(8) Memberikan cairan nutrisi dan hidrasi untuk memenuhi kecukupan energi dan
mencegah dehidrasi. Oleh karena dehidrasi menyebabkan kontraksi tidak teratur
dan kurang efektif.
(9) Membantu ibu dalam memenuhi kebutuhan eliminasi (Pusdiknakes-WHO-
JHPIEGO, 2003).
7.2 Kala II Persalinan
 Merupakan stadium ekpulsi, berlangsung mulai dari dilatasi serviks lengkap
hingga kelahiran bayi.
 Kala II berlangsung selama rata-rata 1 ½ hingga 2 jam pada primigravida dan
selama ½ hingga 1 jam pada multipara.
 Transisi dari kala I ke kala II kerap kali terjadi dengan sangat cepat pada
multipara.
 Kala II terjadi dengan kontraksi uterus yang kuat, penggunaan otot abdomen dan
diafragma untuk menekan janin kebawah, pergeseran otot dasar panggul, dilatasi
vagina, penipisan dan pemanjangan perineum, serta penonjolan vulva yang
puncaknya adalah dengan kelahiran bayi.
7.2.1 Perubahan fisiologis kala II :
- Perubahan kardiovaskuler
Terjadinya peningkatan curah jantung sekitar 30-50 % pada tahap kedua
persalinan.
- Perubahan pernapasan
Pada tahap kedua persalinan, jika wanita tidak diberi obat-obatan, maka dia akan
mengkonsumsi oksigen hampir 2 kali lipat. Kecemasan juga akan meningkatkan
pemakaian oksigen.
- Perubahan integument
Jelas terlihat khususnya pada daya distensibilitas daerah introitus vagina.
Tingkatannya berbeda-beda pada setiap individu. Meskipun daerah itu dapat
meregang namun dapat terjadi robekan –robekan kecil pada kulit sekitar introitus
vagina sekaligus tidak dilakukan episitomy.
- Perubahan Muskuloskletal
Proses persalinan itu sendiri dan gerakan melluruskan jari-jari kaki dapat
menimbulkan kram kaki.
- Perubahan Neurologi
Endorphin endogen meningkatkan ambang nyeri dan menimbulkan sedasi. Selain
itu anesthesia fisiologis jaringan perineum, yang ditimbulkan tekanan bagian
presentasi menurunkan persepsi nyeri.
- Perubahan Pencernaan
Bibir dan mulut dapat menjadi kering akibat wanita bernapas melalui mulut,
dehidrasi dan sebagai respon emosi terhadap persalinan. Selama kala II, motilitas
dan absorpsi saluran cerna menurun dan pengosongan lambung menjadi lambat.
Wanita seringkali merasa mual dan memuntahkan makanan yang belum dicerna
setelah bersalin.

7.2.2 Batasan, tanda, dan gejala kala II :


Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi.
Gejala dan Tanda Kala Dua Persalinan :
 Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
 Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan/atau vaginanya.
 Perineum menonjol.
 Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
 Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam (informasi obyektif)
yang hasilnya adalah:
 Pembukaan serviks telah lengkap atau
 Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina

7.2.3 Persiapan penolong persalinan


 Sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril harus menjadi bagian dari
perlengkapan untuk menolong persalinan dan proses penjahitan. Sarung tangan
harus diganti bilanterkontaminasi, robek, atau bocor.
 Perlengkapan perlindungan diri: celemek yang bersih, penutup kepala, masker
penutup mulut, dan pelindung mata.
 Persiapan tempat persalinan, peralatan, dan bahan
 Penyiapan tempat dan lingkungan untuk kelahiran bayi
 Persiapan ibu dan keluarga; asuhan saying ibu, membersihkan perineum ibu,
dan mengosongkan kandung kemoh
 Amniotomi bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap

7.2.4 Menolong kelahiran bayi


 Posisi ibu saat melahirkan dapat dengan posisi apapun kecuali pada posisi
berbaring terlentang.
 Pencegahan laserasi.
 Melahirkan kepala. Saat kepala bayi membuka vulva (5-6 cm), letakkan
kain yang bersih dan kering yang dilipat 1/3 di bawah bokong dan disiapkan
kain atau handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi. Setelah
kepala bayi lahir, memeriksa belitan tali pusat pada leher.
 Melahirkan bahu.
 Melahirkan seluruh tubuh bayi.

7.2.5 Pemantauan yang dilakukan selama kala II persalinan


 Nadi ibu setiap 30 menit.
 Frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit.
 DJJ setiap selesai meneran atau setiap 5-10 menit.
 Penurunan kepala bayi setiap 30 menit melalui pemeriksaan abdomen dan
periksa dalam setiap 60 menit atau jika ada indikasi.
 Warna cairan ketuban bila selaputnya sudah pecah.
 Apakah ada presentasi majemuk atau tali pusat di samping atau
terkemuka.
 Putaran paksi luar segera setelah kepala bayi lahir.
 Kehamilan kembar yang belum diketahui sebelum bayi pertama lahir.
 Catatkan semua pemeriksaan dan intervensi yang dilakukan pada catatan
perkembangan (APN, 2008).

7.2.6 Pendampingan pada kala II


 Pendampingan ibu selama proses persalinan sampai kelahiran bayinya oleh
suami dan anggota keluarga yang lain.
 Membantu ibu untuk berganti posisi.
 Mencukupi asupan makan dan minum selama kala II.
 Menjadi teman bicara/ pendengar yang baik.
 Memberikan dukungan dan semangat selama persalinan sampai kelahiran
bayinya.
 Membuat hati ibu merasa tenteram selama kala II persalinan dengan cara
memberikan bimbingan, menawarkan bantuan kepada ibu, mengurangi perasaan
tegang dan menjawab pertanyaan ibu.
 Menganjurkan ibu meneran bila ada dorongan kuat dan spontan untuk meneran
dengan cara memberikan kesempatan istirahat sewaktu tidak ada his.
 Keterlibatan penolong persalinan selama proses persalinan & kelahiran dengan
cara: memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan keluarga,
menjelaskan tahapan dan kemajuan persalinan, melakukan pendampingan
selama proses persalinan dan kelahiran (Pusdiknakes-WHO-JHPIEGO, 2003).
7.3 Kala III Persalinan
 Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban. Pada kala III persalinan, otot uterus
(miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus
setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya
ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi
semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan
terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dingding uterus. Setelah lepas,
plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina. Kala III
persalinan dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya placenta yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
 Setelah bayi lahir, ukuran uterus berkurang dan mengalami kontraksi dan
retraksi sehingga placenta terangkat dari dinding uterus.
 Proses ini dapat menghabiskan waktu 5-30 menit dengan kontraksi tiap 2-3
menit..

7.3.1 Tanda-tanda lepasnya plasenta


 Perubahan bentuk dan tinggi uterus.
 Tali pusat memanjang.
 Semburan darah mendadak dan singkat.

7. 3.2 Manajemen Aktif Kala Tiga


Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang
lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan
mengurangi kehilangan darah kala III persalinan jika dibandingkan dengan
penatalaksanaan fisiologis. Sebagian besar kasus kesakitan dan kematian ibu di
Indonesia disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan dimana sebagian besar
disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta yang sebenarnya dapat dicegah
dengan melakukan manajemen aktif kala III. Manajemen aktif kala III dilakukan
setelah memeriksa tidak ada janin kedua setelah kelahiran bayi.
Keuntungan-keuntungan manajemen aktif kala III :
 Persalinan kala III yang lebih singkat
 Mengurangi jumlah kehilangan darah.
 Mengurangi kejadian retensio plasenta.
Manajemen Aktif kala III terdiri dari tiga langkah utama:
 Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi
lahir.
 Melakukan peregangan tali pusat terkendali.
 Masase fundus uteri.

7.3.3 Inisiasi Menyusui Dini


Prinsip menyusu/pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin dan secara eksklusif.
Segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap di dada
ibu diantara kedua payudara dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu dimana posisi
mulut bayi agak sedikit di bawah putting susu ibu. Biarkan kontak kulit ke kulit ini
menetap selama setidaknya 1 jam bahkan lebih sampai bayi menyusu sendiri. Apabila
ruang bersalin dingin, bayi diberi topi dan diselimuti. Ayah atau keluarga dapat
memberi dukungan dan membantu ibu selama proses bayi menyusu ini. Ibu diberi
dukungan untuk mengenali saat bayi siap menyusu, menolong bayi bila diperlukan
(APN, 2008).
7. 3.4 Pendampingan pada kala III
 Memberikan kesempatan kepada ibu untuk memeluk bayinya dan menyusui
segera.
 Memberitahu setiap tindakan yang akan dilakukan oleh penolong.
 Memberikan dukungan emosional pada ibu.
 Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.

7.4 Asuhan dan Pemantauan pada kala IV


 Kala IV persalinan dimulai dari saat lahirnya placenta sampai 2 jam pertama post
partum (setelah placenta lahir).
 Dalam periode ini penting untuk mempertahankan kontraksi dan retraksi yang
kuat.

7.4.1 Perubahan fisiologis pada kala IV :


- Letak fundus korpus uteri yang berkontraksi kira-kira dipertengahan umbilicus
dan symphisis atau sedikit lebih tinggi.
- Korpus uteri sebagian besar terdiri dari myometrium yang dibungkus oleh serosa
dan dilapisi oleh desidua.
- Dinding anterior dan posterior berada pada posisi erat ( menempel ), masing-
masing tebalnya 4-5 cm karena pembuluh darah tertekan oleh kontraksi
myometrium.

7.4.2 Asuhan pada kala IV


(1) Lakukan rangsangan taktil (massase) uterus untuk merangsang uterus berkontraksi
baik dan kuat.
(2) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang dengan
pusat sebagai patokan. Umumnya, fundus uteri setinggi atau beberapa jari di bawah
pusat.
(3) Memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.
(4) Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan perineum.
(5) Evaluasi keadaan umum Ibu.
(6) Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama persalinan kala IV di bagian
belakang partograf, segera setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian
dilakukan.
7.4.3 Penilaian Perdarahan dan Tingkat RobekanPerineum.
Perdarahan normal yang terjadi pada saat persalinan yaitu kurang dari 500cc. suatu cara
untuk menilai kehilangan darah adalah dengan melihat dan memperkirakan berapa
banyak botol 500cc yang dapat menampung darah tersebut. Memperkirakan kehilangan
darah hanyalah salah satu cara untuk menilai kondisi ibu. Cara tak langsung untuk
mengukur jumlah kehilangan darah adalah melalui penampakan gejala dan tekanan
darah. Apabila perdarahan menyebabkan ibu lemas, pusing dan kesadaran menurun serta
terjadi tekanan darah sistolik turun lebih dari 10 mmHg dari kondisi sebelumnya maka
telah terjadi perdarahan lebih dari 500cc. (APN, 2008)
Tingkat robekan atau laserasi perineum diklasifikasi berdasarkan luas robekannya yaitu:
1. Derajat I mencakup mukosa vagina, komisura posterior, dan kulit perineum.
2. Derajat II mencakup derajat I ditambah dengan otot perineum.
3. Derajat III mencakup derajat II ditambah dengan otot sfingter ani.
4. Derajat IV mencakup derajat III ditambah dengan dinding depan rectum

7.4.4 Pemantauan pada Kala IV


Sebagian besar kejadian kesakitan ibu yang disebabkan oleh perdarahan pasca
persalinan terjadi selama empat jam pertama setelah kelahiran bayi. Karena alasan ini
sangatlah penting untuk memantau ibu secara ketat segera setelah persalinan. Jika
tanda- tanda vital dan kontraksi uterus masih dalam batas normal selama dua jam
pertama pasca persalinan, mungkin ibu tidak akan mengalami perdarahan pasca
persalinan. Penting untuk berada disamping ibu dan bayinya selama dua jam pertama
pasca persalinan.Selama dua jam pertama pasca persalinan terdapat beberapa
pemantauan dan asuhan yang dilakukan :
(1) Pantau TD (Tekanan Darah), nadi, TFU (Tinggi Fundus Uteri), kandung kemih
dan darah yang keluar setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30
menit selama satu jam kedua .
(2) Massage uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi baik setiap 15 menit
selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama satu jam kedua kala empat.
(3) Pantau temperatur tubuh setiap jam selama dua jam pertama pasca persalinan.
(4) Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap 15 menit selama satu jam
pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua kala empat.
(5) Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai kontraksi uterus dan jumlah
darah yang keluar dan bagaimana melakukan massage jika uterus menjadi
lembek.
(6) Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi. Bantu ibu untuk mengenakan baju
atau sarung yang bersih dan kering, atur posisi ibu agar nyaman, duduk
bersandarkan bantal atau berbaring miring. Jaga agar bayi diselimuti dengan
baik, bagian kepala tertutup baik,kemudian berikan bayi kepada ibu dan anjurkan
untuk dipeluk dan diberi ASI (Air Susu ibu).
(7) Lengkapi asuhan esensial bagi bayi baru lahir, yaitu:
a. Pencegahan infeksi
b. Penilaian segera setelah lahir
c. Pencegahan kehilangan panas
d. Asuhan tali pusat
e. Inisiasi Menyusu dini
f. Manajemen laktasi
g. Pencegahan infeksi mata
h. Pemberian vitamin K
i. Pemberian imunisasi
j. Pemeriksaan BBL
(8) Jangan gunakan kain pembebat perut selama dua jam pertama pasca nolong
untuk persalinan atau hingga kondisi ibu sudah stabil. Kain pembebat perut
menyulitkan penolong untuk menilai kontraksi uterus secara memadai. Jika
kandung kemih penuh bantu ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya dan
anjurkan untuk mengosongkan setiap kali diperlukan. Ingatkan ibu bahwa
keinginan untuk berkemih mungkin berbeda setelah ia melahirkan bayinya.Jika
ibu tidak dapat berkemih, bantu ibu dengan menyiramkan air bersih dan hangat
ke perineumnya. Berikan privasi atau masukkan jari- jari ibu kedalam air hangat
untuk merangsang keinginan berkemih secara spontan. Pastikan bahwa ia dapat
berkemih sendiri dan keluarganya mengetahui bagaimana menilai kontraksi dan
jumlah darah yang keluar. Ajarkan kepada mereka bagaimana mencari
pertolongan jika ada tanda – tanda bahaya seperti:
 Demam.
 Perdarahan aktif
 Keluar banyak bekuan darah
 Bau busuk dari vagina
 Pusing
 Lemas luar biasa
 Penyulit dalam menyusukan bayinya
 Nyeri panggul atau abdomen yang lebih hebat dari nyeri kontraksi biasa
(APN, 2008).

7.4.5 Pendampingan pada kala IV


(1) Memberikan dukungan emosional pada ibu
(2) Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.
(3) Membantu ibu dalam menyusui bayinya
(4) Membantu ibu untuk berkemih.
(5) Memantau keadaan ibu bila ada tanda-tanda bahaya post partum seperti perdarahan,
demam, bau busuk dari vagina, pusing, lemas, penyulit dalam menyusui bayinya dan
terjadi kontraksi hebat.
(6) Memantau keadaan bayi bila ada tanda.- tanda bahaya pada bayi seperti kebiruan,
tidak mau menyusu, perdarahan pada tali pusat, tidak BAK (Buang Air Kecil) dalam
24 jam, tidak BAB (Buang Air Besar) dalam 24 jam, sesak, kejang dan demam
(Pusdiknakes-WHO-JHPIEGO, 2003).

8.Lima Benang Merah dalam Asuhan Persalinan:


8.1 Pengambilan keputusan Klinik
Dilakukan melalui suatu proses yang sistematis yaitu: Pengumpulan Data (Data
Subyektif dan Data Obyektif), penatalaksanaan asuhan (intervensi dan implementasi),
dan evaluasi dari keseluruhan proses atau tindakan yang dilakukan.

8.2 Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi


1) Prinsip yang digunakan adalah memperhatikan adat kebiasaan dan kepercayaan
dimana ibu bertempat tinggal. Selain itu adanya pendamping persalinan dari
suami maupun keluarga sesuai keinginan ibu.
2) Asuhan Sayang Bayi mencakup tindakan pencegahan hypotermi (system
kangguru) dan pemberian ASI sesegera mungkin. Upaya lain adalah dengan
melaksanakan rawat gabung (Rooming In), sehingga akan terjadi proses Bounding
Attachment antara ibu dan bayinya. Selain itu peberian pendidikan tentamg cara
perawatan bayi baru lahir bagi ibu dan anggota keluarga lain.
3) Contoh aplikasi asuhan sayang ibu yaitu:
a. Panggil ibu sesuai namanya, hargai dan jaga martabatnya
b. Jelaskan semua asuhan dan perawatan kepada ibu sebelum memulai asuhan
tersebut
c. Jelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya
d. Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takutatau khawatir
e. Dengar dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu
f. Berikan dukungan, besarkan dan tenteramkan hatinya serta anggota
keluarganya
g. Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan/atau anggota keluarga lain selama
persalinan dan kelahiran bayinya
h. Ajarkan suami dan anggota keluarga bagaimana mereka memperhatikan dan
mendukung ibu selama persalinan dan melahirkan bayinya
i. Laksanakan praktik-praktik pencegahan infeksi yang baik secara konsisten
j. Hargai privasi ibu
k. Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan kelahiran
bayinya
l. Anjurkan ibu untuk minum dan makan makanan ringan sepanjang ia
menginginkannya
m. Hargai dan perbolehkan praktik-praktik tradisional yang tidak merugikan
kesehatan ibu
n. Hindari tindakan berlebihan dan merugikan seperti episiotomy, pencukuran
dan klisma
o. Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya sesegera mungkin untuk melakukan
kontak kulit ibu –bayi, Inisiasi Menyusu Dini dan membangun hubungan
psikologis
p. Membantu memulai pemberian ASI dalam satu jam pertama setelah bayi
lahir
q. Siapkan rencana rujukan (bila perlu)
r. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik dan mencukupi
semua bahan yang diperlukan. Siap untuk melakukan resusitasi bayi baru
lahir pada setiap kelahiran.

8.3 Pencegahan Infeksi


Dilakukan sebagai upaya perlindungan bagi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong
persalinan dan tenaga kesehatan lainnya yaitu dengan meminimalkan infeksi dan
menurunkan resiko penularan penyakit melalui universal precaution.
Prinsip-prinsip dalam pencegahan infeksi :
1) Setiap individu yang terlibat dalam proses persalinan, harus dianggap dapat
menularkan penyakit.
2) Setiap individu harus dianggap mempunyai resiko terkena virus.
3) Semua peralatan yang digunakan harus dianggap terkontaminasi sehingga perlu
diproses secara benar.
4) Alat-alat yang tidak diketahui kebenaran dalam memproses harus dianggap telah
terkontaminasi.
5) Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total tatapi bisa ditekan seminimal
mungkin dengan tindakan-tindakan pencegahan yang benar yaitu cuci tangan,
pemakaian sarung tangan dan perlengkapan pelindung. Setiap tindakan dilakukan
dengan tehnik aseptic dan antiseptic, memproses semua alat termasuk sampah
sesuai prosedur.
6) Penggunaan alat perlindungan diri, seperti celemek yang bersih, penutup kepala,
masker penutup mulut, dan pelindung mata
8.4 Pencatatan / Dokumentasi
Setiap penolong persalinan harus melakukan pencatatan tentang semua asuhan yang
telah diberikan karena jika asuhan tidak dicatat dapat dianggap asuhan itu tidak
dilakukan. Alat pencatatan yang digunakan antara lain:
1) Catatan medik atau rekam medik
2) Partograf, dimana dalam partograf terdapat banyak point yang sangat bermanfaat
untuk mengevaluasi proses persalinan, karena partograf berisi informasi tentang:
kemajuan persalinan, kondisi ibu dan janin, asuhan yang sudah diberikan
sehingga komplikasi dan penyulit persalian terdeteksi sedini mungkin dan segera
diambil keputusan klinik.
3) Teknik dokumentasi yang sering digunakan yaitu dokumentasi SOAP, yang
terdiri dari:
S (data subyektif) : data yang diperoleh dari ibu melalui anamnese yang
terdiri dari identitas, alasan berkunjung dan keluhan
utama, riwayat persalinan ini, riwayat kebidanan yang
lalu, riwayat kehamilan ini, riwayat kesehatan, riwayat
menstruasi, data bio-psiko-sosial-spiritual dan
pengetahuan ibu.
O (data obyektif) : data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan yaitu keadaan
umum, vital sign, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang
A (assesment) : assessment yang ditulis terdiri dari diagnose actual,
masalah, dan diagnose/masalah potensial
P (planning) : terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan
catatan perkembangan.
Dokumentasi yang ada juga dapat digunakan sebagai sarana informasi bagi
petugas kesehatan sehingga dalam pemberian asuhan dapat berlangsung secara
berkesinambungan.

4) Format dokumentasi terlampir.

8.5 Rujukan
Persiapan rujukan sebaiknya sudah dilakukan pada waktu asuhan antenatal yang
melibatkan ibbu, keluarga dan masyarakat sekitarnya, sehingga rujukan dapat
dilakukan secara efektif dan efisien sebagai salah satu asuhan sayang ibu dan bayi
dalam mendukung keselamatan ibu dan bayi. Rujukan dilakukan dengan memakai
prinsip BAKSOKUDA (Bidan Alat Keluarga Surat Obat Kendaraan Uang DArah).
B: (Bidan) Pastikan ibu dan atau bayi baru lahir didampingi oleh penolong
persalinan yang kompeten untuk menatalaksana gawat darurat
obstetric dan bayi baru lahir untuk dibawa ke fasilitas rujukan.
A: (Alat) Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk auhan persalinan,
masa nifas, dan bayi baru lahir bersama ibu ke tempat rujukan.
K: (Keluarga) Beritahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan atau
bayi dan mengapa ibu dan atau bayi perlu rujukan.
S: (Surat) Berikan surat ke tempat rujukan. Sertakan juga partograf yang
dipakai untuk mempuat keputusan klinik.
O: (Obat) Bawa obat-obatan esensial yang mungkin diperlukan selama di
perjalanan.
K: (Kendaraan) Siapkan kendaraan dan pastikan kondisi kendaraan cukup baik
untuk mencapai tujuan pada waktu yang tepat.
U: (Uang) Ingatkan keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang cukup
untuk membeli obat-obatan yang diperlukan dan bahan-bahan
kesehatan lain yang diperlukan selama ibu dan atau bayi baru lahir
tinggal di fasilitas rujukan (APN, 2008).
DA:(Darah) Siapkan donor darah untuk mengantisipasi kekurangan darah bila
ibu mengalami pendarahan.

9. Pemantauan Persalinan dengan Partograf


9.1 Definisi Partograf
adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala I persalinan dan informasi untuk
membuat keputusan klinik.
9.2 Tujuan dari penggunaan partograf adalah :
- Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan
srviks melalui periksa dalam.
- Mendeteksi apakah proses persalina berjalan secara normal. Dengan demikian
juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
- Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisis bayi, grafik
kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan.
Pemeriksaan laboratorium ,membuat keputusan klinik dan asuhan yang diberikan
dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medis ibu
bersalin dan bayi baru lahir.

9.3 Hal-hal yang dicatat pada partograf :


- Informasi tentang Ibu: nama, umur, gravida, para, abortus, nomor catatan
medik atau nomor puskesmas, tanggal dan waktu mulai dirawat, waktu
pecahnya selaput ketuban
- Kondisi janin: DJJ (Detak Jantung Janin) dicatat setiap ½ jam, warna dan
adanya air ketuban, penyusupan ( moulage ) kepala janin
- Kemajuan persalinan: pembukaan serviks, penurunan bagian terendah atau
presentasi janin, garis waspada dan garis bertindak. Pembukaan serviks dan
penurunan bagian terendah janin dicatat setiap 4 jam.
- Jam dan waktu: waktu mulainya fases aktif persalinan, waktu aktual saat
pemeriksaan atau penilaian
- Kontraksi uterus: frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit, lama kontraksi
(dalam detik). Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus dicatat setiap ½ jam.
- Obat-obatan dan cairan yang diberikan: oksitosin, obat-obatan lainnya dan
cairan IV yang diberikan.
- Kondisi Ibu, nadi dicatat setiap ½ jam , tekanan darah dan temperatur tubuh
dicatat setiap 4 jam, urine (volume, aseton, protein) dicatat setiap 2-4 jam
9.3 Pencatatan pada lembar belakang Partograf
Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi
selama proses persalinan dan kelahiran bayi, serta tindakan-tindakan yang dilakukan
sejak kala I hingga kala IV dan bayi baru lahir (APN, 2008)

Anda mungkin juga menyukai