Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Febris atau yang biasa disebut dengan demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh
diatas batas normal biasa, yang dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat
toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau
dehidrasi. (Guyton, 1990).

Keadaan ini sering terjadi pada pasien anak-anak, yaitu merupakan keluhan utama dari
50% pasien anak di UGD di Amerika Serikat, Eropa dan Afrika. Tidak hanya pada pasien anak-
anak, tetapi pada pasien dewasa maupun lansia febris juga dapat sering terjadi tergantung dari
sistem imun. Pada febris ini juga tidak ada perbedaan insidens dari segi ras atau jenis kelamin.

Pasien dengan gejala febris dapat mempunyai diagnosis definitif bermacam-macam atau
dengan kata lain febris merupakan gejala dari banyak jenis penyakit. Febris dapat berhubungan
dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit lain. (Julia,
2000).
Contoh penyakit infeksi bakteri yang memberikan gejala febris adalah meningitis,
bakteremia, sepsis, enteritis, pneumonia, pericarditis, osteomyelitis, septik arthritis, cellulitis,
otitis media, pharyngitis, sinusitis, infeksi saluran urin, enteritis, appendicitis. Sedangkan untuk
penyakit infeksi virus yang memberikan gejala febris adalah adalah ISPA, bronkiolitis,
exanthema enterovirus, gastroenteritis, dan para flu. Selain dari penyakit, penyebab lain dari
febris adalah cuaca yang terlalu panas, memakai pakaian yang terlalu ketat dan dehidrasi.
Untuk febris yang disebabkan oleh penyakit infeksi biasanya akan diberikan obat antibiotic
sedangkan dari non infeksi akan dilihat penyebab dari febris itu sendiri. Febris dapat segera
teratasi dengan terapi dan perawatan yang tepat. Namun, apabila febris tidak diatasi dan
diberikan perawatan yang tepat maka akan menjadi suatu kegawatan yang mengancam jiwa

1
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana penerapan asuhan kebidanan pada klien dengan kasus Febris di Poliklinik Anak
RSUD Sanjiwani Kabupaten Gianyar.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mempelajari dan menerapkan asuhan kebidanan pada klien dengan kasus Febris di
Poliklinik Anak RSUD Sanjiwani Gianyar

1.3.2 Tujuan Khusus

Dapat melakukan asuhan kebidanan pada klien dengan kasus Febris dengan menggunakan
SOAP.

1.4 Manfaat

Hasil penulisan laporan kasus ini dapat dimanfaatkan oleh institusi maupun profesi dalam upaya
penyempurnaan asuhan kebidanan pada kasus febris

1.4.1 Pendidikan

Hasil laporan kasus ini di pergunakan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan praktek
klinik kebidanan 2.

1.4.2 Bidan

Sebagai tambahan referensi bagi profesi kebidanan dalam asuhan kebidanan pada kasus Febris.

1.4.3 Penulis

Menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman dalam melakukan asuhan kebidanan pada
Febris di Rumah Sakit.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Demam


Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat disebabkan oleh kelainan
dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-
penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi. (Guyton, 1990).

Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 380 C atau lebih. Ada
juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,80C. Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari
400C disebut demam tinggi (hiperpireksia) . (Julia, 2000)

2.2 Etiologi Demam


Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat
berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit
lain. (Julia, 2000). Menurut Guyton (1990) demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak
sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri,
tumor otak atau dehidrasi. Menurut Pelayanan kesehaan maternal dan neonatal 2000 bahwa
etiologi febris,diantaranya
a. Suhu lingkungan.
b. Adanya infeksi.
c. Pneumonia.
d. Malaria.
e. Otitis media.
f. Imunisasi

2.3 Manifestasi klinis


Tanda dan gejala demam antara lain :
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,80 C – 400 C)
2. Kulit kemerahan

3
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan

2.4 Patofisiologi Demam


Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point, tetapi ada
peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidak disertai
peningkatan set point. (Julia, 2000)
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak terhadap
infeksi atau zatasing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing masuk ke
tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen
adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar
tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan
reaksi imunologik terhadap benda asing (non infeksi).
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang terdapat
pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus
pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan
produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan
cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar keringat.
Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran
panas.
Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan merangsang
aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi zat asing tersebut
dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino yang berperan dalam
pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh. (Sinarty, 2003)
Sedangkan sifat-sifat demam dapat berupa menggigil atau krisis/flush.
Menggigil. Bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari tingkat normal ke
nilai yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari kerusakan jaringan,zat pirogen atau
dehidrasi. Suhu tubuh biasanya memerlukan beberapa jam untuk mencapai suhu baru.

4
Krisis/flush. Bila faktor yang menyebabkan suhu tinggi dengan mendadak disingkirkan,
termostat hipotalamus dengan mendadak berada pada nilai rendah, mungkin malahan kembali
ke tingkat normal. (Guyton, 1999)

2.5 Penatalaksanaan Demam


1. Secara Fisik
a. Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6 jam.
Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau mengigau. Perhatikan pula
apakah mata anak cenderung melirik ke atas atau apakah anak mengalami kejang-
kejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi
perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu mencapai otak. Terputusnya suplai
oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat
seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu.
b. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
c. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangaN
d. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke otak yang akan
berakibat rusaknya sel – sel otak.
e. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak –banyaknya
Minuman yang diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare menyesuaikan), air
buah atau air teh. Tujuannnya adalah agar cairan tubuh yang menguap akibat naiknya
suhu tubuh memperoleh gantinya.
f. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
g. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya untuk menurunkan
suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh dipermukaan tubuh ini dapat
terjadi karena panas tubuh digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres. Jangan
menggunakan air es karena justru akan membuat pembuluh darah menyempit dan panas
tidak dapat keluar. Menggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan intoksikasi
(keracunan).
h. Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-suam kuku.
Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka suhu di luar terasa hangat dan tubuh
akan menginterpretasikan bahwa suhu diluar cukup panas. Dengan demikian tubuh akan

5
menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan pengatur suhu
tubuh lagi. Di samping itu lingkungan luar yang hangat akan membuat pembuluh darah
tepi di kulit melebar atau mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit
terbuka sehingga akan mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.
2. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di
hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin dengan jalan
menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan kembali
menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas diatas normal dan mengurangi
pengeluaran panas tidak ada lagi.
Petunjuk pemberian antipiretik:
a. Bayi 6 – 12 bulan : ½ – 1 sendok the sirup parasetamol
b. Anak 1 – 6 tahun : ¼ – ½ parasetamol 500 mg atau 1 – 1 ½ sendokteh sirup parasetamol
c. Anak 6 – 12 tahun : ½ 1 tablet parasetamol 5oo mg atau 2 sendok the sirup parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan air atau teh
manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari. Gunakan sendok takaran obat dengan
ukuran 5 ml setiap sendoknya.

2.6 Teori Asuhan Kebidanan


Penyakit demam sangat berisiko maka pasien perlu dirawat di rumah sakit, sedangkan
keperawatan pasien yang perlu diperhatikan ialah resiko peningkatan suhu tubuh, gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.
a. Resiko peningkatan suhu tubuh
Sering terjadi bila metabolisme dalam tubuh meningkat maka perlu diberikan obat anti
piretik dengan dilakukan kompres hangat bila suhu tubuh kurang dari 37 C akan tetapi bila
panasnya lebih dari 38oC diberikan ekstra pamol dengan diberikan kompres dingin.
b. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Sering terjadi pada anak disamping demam juga mengalami anoreksia, lemas, pusing
sehingga keadaan ini menyebabkan kurangnya masukan nutrisi yang kemudian
memudahkan timbulnya komplikasi sehingga perlu dilakukan pemasangan infus dengan

6
cairan glukosa dan NaCL dan pemberian makanan tambahan dan makanan lunak yang
mudah dicerna seperti bubur halus.
c. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit
Dapat diberikan penyuluhan terhadap keluarga tentang bagaiman cara mengatasi bila anak
sedang kejang dan demam sehingga anak terhindar dari cidera dan mengurangi kepanikan
orang tua. Disamping itu juga menjelaskan tentang penyakit dan bahayanya.

7
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA “AS”

BALITA SAKIT UMUR 1 TAHUN DENGAN FEBRIS

DI POLIKLINIK ANAK RSUD SANJIWANI GIANYAR

TANGGAL17 NOVEMBER 2016

I. DATA SUBJEKTIF ( Kamis, 17 November 2016, pukul 11.00)

A. Identitas
1. Balita
Nama : balita “AS”
Umur/tgl/jam lahir : 1 tahun / 17 - 10 – 2015 pukul 08.20 wita
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak ke- : III
Status anak : Kandung

2. Orang tua Ibu Ayah


Nama : Ny. “Sp” Tn. “Kp”
Umur : 32 Th 35 Th
Pendidikan : SMP SMA
Pekerjaan : IRT Swasta
Agama : Hindu Hindu
Status perkawinan : Sah Sah
Alamat lengkap : Samplangan, Gianyar Samplangan, Gianyar
No. telepon :087xxxxxxxx 087xxxxxxxx
B. Alasan datang
Anak datang diantar ibunya untuk control post MRS karena panas.
C. Keluhan Utama
Ibu mengatakan anaknya masih panas

8
D. Riwayat prenatal (Buku KIA)
1) GPA : G3P2A0
2) Masa gestasi : 40 Minggu
3) Riwayat ANC : Ibu mengatakan selama kehamilannya, ibu sudah 5 kali
melakukan kunjungan ANC di bidan dan 2 kali di dokter SpOG :
 TW I:Ibu ANC di bidan sebayak sebanyak 1 kali, ibu mengatakan tidak ada
keluhan saat pemeriksaan kehamilan 3 bulan pertama. Ibu mendapat terapi asam
folat 30 tablet dan SF sebanyak 30 tablet .
 TW II: Ibu ANC di bidan 2 kali, tidak ada keluhan, mendapat SF sebanyak 40
tablet dan kalk sebanyak 30 tablet, serta mendapat imunisasi TT sebanyak 2 kali.
 TW III: Ibu ANC di bidsn sebanyak 2 kali, tidak ada keluhan, mendapat SF
sebanyak 20 tablet dan kalk sebanyak 10 tablet.
4) Penerimaan kehamilan : ibu mengatakan kehamilannya memanng
direncakan dan diterima oleh keluarga
5) Penyulit selama masa prenatal : ibu mengatakan tidak ada penyullit selama
kehamilannya
6) Imunisasi TT : ibu sudah mendapatkan imunisasi TT 1 dan 2
7) Perilaku/kebiasaan yang memengaruhi kesejahteraan janin : ibu mengatakan tidak
memiliki perilaku atau kebiasaan yang memengaruhi kesejahteraan janinnya seperti
merokok, minum – minuman keras, mengonsumsi narkoba, minum jamu, diurut dukun
maupun konrak dengan binatang.

E. Riwayat intranatal

Ibu mengatakan melahirkan secara SC di Rumah Sakit ditolong oleh dokter SpOG

F. Riwayat postnatal
1) APGAR SKOR :9
2) IMD : IMD dilakukan selama 60 menit bayi berhasil mencapai
puting susu ibu setelah 30 menit.
3) Skor bounding : melihat : 4, meraba : 4, memanggil : 4, total skor : 12
4) Rooming in dilakukan
5) Neonatus sebelumnya mendapatkan Vit. K, salep mata tetrasiklin, imunisasi Hb0,
9
6) BB lahit: 3000 gr PB lahir : 50 cm
7) Tidak ada tanda – tanda bahaya yang dialami

G. Riwayat masa neonatus


1) Kondisi bayi selama masa neonatus : kondisi neonatus baik
2) Tali pusat : bersih
3) Penyulit : tida ada penyulit

H. Riwayat Imunisasi

Bayi sudah mendapatkan imunisasi Hb0 pada tanggal 17 – 10 – 2015

Bayi sudah mendapatkan imunisasi BCG dan polio 1 pada tanggal 18 – 11 – 2015

Bayi sudah mendapatkan imunisasi DPT HIB HBI dan Polio 2 pada tanggal 18 –12 –2015

Bayi sudah mendapatkan imunisasi DPT HIB HB2 dan Polio 3 pada tanggal 17 – 1– 2016

Bayi sudah mendapatkan imunisasi DPT HIB HB3 dan Polio 4 pada tanggal 17– 2 – 2016

Bayi sudah mendapatkan imunisasi campak pada tanggal 17 – 7 – 2016

I. Riwayat bio-psiko-sosial-spiritual
1) Biologis
a. Pernapasan : tidak ada gangguan saat bernapas
b. Nutrisi : ibu mengatakan anak makan 3 kali dalam sehari porsi sedang
jenis nasi, sayur, ayam gorem, tahu, tempe. Anak minum 7 sampai 8 gelas air putih
dan susu setiap hari. Tidak ada keluhan dalam hal makan dan minum.
c. Eliminasi : BAB 1-2 kali dalam sehari. Warna kekuningan, bau khas,
konsistensi lunak BAK 5-7 kali dalam sehari, warna kuning jernih, bau pesing
d. Istirahat : ibu mengatakan anaknya tidur kurang lebih 8 jam. Anak tidak
tidur siang dan tidak ada keluhan dalam istirhat tidur.
e. Aktifitas : ibu mengatakan gerakan aanaknya ktif
2) Psikologis
a. Penerimaan orang tua dan keluarga terhadap anak

10
Ibu mengatakan suami dan keluarga besarnya senang atas kelahiran anaknya
b. Dukungan keluarga
Ibu mengatakan keluarganya sangat mendukung dan membantu dalam merawat
anaknya
3) Social
a. Pengambilan keputusan dalam keluarga
ibu mengatakan pengambilan keputusan dalam keluarga dilakukan secara musyawarah
b. Kebiasaan dalam keluarga yang memengaruhi kesehatan bayi
ibu mengatakan tidak ada kebiasaan dalam keluarga yang memengaruhi kesehatan anak
4) Spiritual
Ibu mengatakan tidak ada ritual atau kepercayaan yang memengaruhi kesehatan anak
J. Pengetahuan orang tua
Ibu mengatakan sudah mengetahui mengenai tumbuh kembang anaknya dan cara
menstimulasi anaknya.

II. DATA OBJEKTIF (pukul 11.30 wita)


1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : baik, TTV : RR : 23 x/menit
b. Pengukuran : BB 7,9 Kg, S : 38C
c. Kepala : simetris, rambut bersih, tidak ada kelainan
d. Wajah : simetris, tidak ada kelainan
e. Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih
f. Hidung : tidak ada pengeluaran, simetris, tidak ada kelainan
g. Mulut dan bibir : mukosa lembab, warna bibir merah muda, tidak ada kelainan
h. Telinga : simetris, tidak memiliki gangguan pendengaran, tidak ada kelainan
i. Leher : tidak ada pelebaran vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
dan kelenjar tiroid
j. Dada : simetris, tidak ada kelainan
k. Abdomen : tidak ada retraksi abdomen, ada bising usus
m. Genetalia : tidak ada pengeluaran, labia mayora menutupi labia minora, tidak ada
kelainan

11
n. Anus : tidak ada kelainan, ada lubang anus
o. Ekstremitas : tangan simetris, jumlah jari tangan lengkap,kuku jari tangan kemerahan,
kaki simetris, jumlah jari kaki lengkap, kuku jari kaki kemerahan, tidak ada kelainan
2. Pemeriksaan penunjang : tidak ada

III. ANALISA
Balita sakit umur 1 tahun dengan febris

VI. PENATALAKSANAAN
1. Memberi informasi kepada ibu dan suami mengenai hasil pemeriksaan, ibu dan suami mengerti
dengan kondisi anaknya.
2. Memberitahu ibu mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan, ibu setuju dengan tindakan
yang akan dilakukan.
3. Menganjurkan ibu tetap memenuhi kebutuhan nutrisi anaknya, ibu bersedia untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi anaknya dengan baik dan member minum yang baik.
4. Melakukan kolaborasi dengan dr. Sp.A mengenai pemberian terapi yang akan diberikan pada
anak, kolaborasi sudah dilakukan dan anak mendapatkan obat yaitu :
- paracetamol syr
- ambroxol syr
- pseudoefidin syr
5. Menganjurkan ibu untuk datang apabila anaknya memiliki keluhan, ibu setuju untuk datang
kembali apabila anak memiliki keluhan.

12
BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan pada balita sakit ditemukan hasil antara
tinjauan teori dan tinjauan kasus sebagai berikut:

4.1 Data Subjektif

Pada langkah pertama ini pada tinjauan teori dikumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. pada tinjauan kasus, penulis
sudah mengumpulkan semua informasi yang berkaitan dengan kondisi klien seperti

1. Identitas pasien

Berisi nama, umur, jenis kelamin, anak ke, dan status anak

2. Alasan datang/ keluhan utama

Berisi keluhan yang dirasakan saat ini dan keluhan utama yang sedang dirasakan oleh
anak.

3. Riwayat prenatal

Berisi riwayat ANC, masa gestasi pada saat melahirkan

4. Riwayat intranatal

Berisi mengenai bagaimana ibu melahirkan, penolong ibu saat melahirkan

5. Riwayat post natal

Berisi APGAR Skor, skor bounding, IMD

6. Riwayat imunisasi

Berisi mengenai imunisasi apa yang telah didapatkan oleh anak.

13
7. Riwayat Bio,psiko,social,spiritual

1. Biologi
- Bernafas
Menggambarkan kemampuan anak dalam pemenuhan kebutuhan O2 dan
keluhan yang dirasakan.

- Pola nutrisi
Menggambarkan frekuensi makan dalam sehari, porsi makan, keluhan saat
makan, ada tidaknya pantangan/ alergi pada makanan tertentu.

Menggambarkan frekuensi, jenis minuman yang sering diminum, jumlah


cairan yang diminum, ada tidaknya keluhan.

- Eliminasi
Menggambarkan frekuensi BAB dan BAK, konsistensi, jumlah, warna dan
ada tidaknya keluhan saat BAB dan BAK, apakah ada kesulitan dalan BAB
dan BAK.

- Istirahat dan Tidur


Menggambarkan kebiasaan istirahat, lama istirahat/ tidur, ada tidaknya
keluhan/ penyulit saat istirahat.

- Aktivitas sehari-hari
Menggambarkan aktifitas anak sehari – hari.

2. Psikologis
Menggambarkan psikologis ibu sehubungan dengan penerimaan anak saat ibu
lahir.

3. Sosial
Berisi informasi tentang budaya, adat istiadat, dan kebiasaan atau mitos-mitos
yang dipercaya sehubungan dengan hal yang bisa merugikan kesehatan anak.

14
4. Spiritual
Berisi informasi tentang ada tidaknya kepercayaan yang dapat merugikan
kesehatan anak.

9. Pengetahuan Ibu

Menggambarkan pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang anaknya

Antara tinjauan teori dan kasus tidak ada kesenjangan karena tinjauan kasus sudah sesuai dengan
tinjauan teori.

4.2 OBYEKTIF

Pada data obyektif dikaji :

1. Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif)

2. Pemeriksaan Umum

Dikaji untuk mengetahui status kesehatan anak secara umum yang meliputi :

- Keadaan umum
- BB dan TB
- Vital sign (TD, nadi, respirasi, suhu)
3. Pemeriksaan Sitematis

- Kepala dan leher


- Muka : untuk mengamati ada tidaknya oedem diwajah, pucat atau tidak.
- Mata : untuk mengamati konjungtiva dan sclera mata.
- Mulut : untuk mengamati kelembaban mukosa dan warna bibir.
- Dada dan axilla
Untuk mengamati ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar limfe dan
pelebaran vena jugularis.

- Abdomen
Untuk mengamati ada tidaknya bising usus, ada atau tidaknya kelainan.

15
- Anogenital
Untuk mengamati pengeluaran per. Ada tidaknya lubang pada vagina.

- Ekstremitas

Untuk mengamati ada tidaknya kelainan pada ekstremitas anak.

Pada data obyektif tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus karena pada kasus sudah sesuai
dengan tinjauan teori.

4.3 ANALISA

Pada penulisan analisa penulisan diagnose sudah sesuai dengan nomenklatur. Jadi tidak ada
kesenjangan antara tinjauan teori dan kasus.

4.5 PENATALAKSANAAN

Pada penatalaksanaan sudah diberikan asuhan kebidanan yang sesuai dengan kebutuhan dari
masalah yang dimiliki oleh klien. pada evaluasi, setelah klien diberikan asuhan, klien dapat
mengerti dan bersedia mengikuti asuhan yang diberikan oleh bidan. Jadi tidak ada kesenjangan
antara teori dan kasus

16
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Febris atau yang biasa disebut dengan demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh
diatas batas normal biasa, yang dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat
toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau
dehidrasi.
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat
berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit
lain (Julia, 2000).
Menurut Pelayanan kesehaan maternal dan neonatal 2000 bahwa etiologi
febris,diantaranya
a. Suhu lingkungan.
b. Adanya infeksi.
c. Pneumonia.
d. Malaria.
e. Otitis media.
f. Imunisasi

5.2 Saran

Demikian pembuatan kasus yang ini,dan kami mohon kritikan dan saran yang
membangun karena bagaimanapun kami tidak lepas dari kekurangan dan kelemahan dalam
membuat dan menyusun makalah.oleh karena itu dengan kritik dan saran bisa memperbaiki dan
juga dalam pembuatan makalah selanjutnya bisa lebih baik.

17
DAFTAR PUSTAKA

Betz, Sowden. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatrik, Edisi 2. Jakarta, EGC.

Engel, Joyce. (1998). Pengkajian Pediatrik. Ed. 2. Jakarta, EGC

Guyton, Arthur C. (1990). Fisiologi manusia danmekanisme penyakit. Ed. 3. Jakarta, EGC.

Guyton, Arthur C. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 9. Jakarta, EGC.

Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit, Edisi 2. Jakarta, EGC.

Julia Klaartje Kadang, SpA (2000). Metode Tepat Mengatasi Demam. www. Google. Com

Sinarty hartanto. (2003). Anak Demam Perlu Kompres. www. Pediatrik. Com/knal.php

Sophia Theophilus. (2003).

18

Anda mungkin juga menyukai