Anda di halaman 1dari 24

Laporan Pendahuluan

Dermatitis

Disusun oleh :

Kelompok 5

Marchelin Cicilia Mouto

Hamdana

Yunita Sari Tamsir

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji Syukur atas Kehadirat Allah Yang Maha Kuasa
karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan
makalah ini dengan judul “LAPORAN PENDAHULUAN DERMATITIS” dengan
tujuan untuk memenuhi Tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih jauh dari kategori
sempurna, oleh karena itu penulis dengan hati dan tangan terbuka mengharapkan
saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan tugas yang akan datang.

Selanjutnya dalam kesempatan ini penulis tidak lupa untuk menyampaikan


ucapan terima kasih yang sedalam–dalamnya kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan moral dan spiritual, langsung maupun tidak langsung dalam
menyelesaikan tugas ini. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palu, 10 September 2019

Penulis

2
Daftar Isi
Cover ................................................................................................
Kata pengantar .................................................................................. 2
Daftar Isi ........................................................................................... 3
A. Konsep Medis .......................................................................... 4
1. Definisi .............................................................................. 4
2. Anatomi dan Fisiologi ....................................................... 4
3. Aspek epidemiologi ........................................................... 7
4. Etiologi .............................................................................. 9
5. Patofisiologi ....................................................................... 9
6. Patwey ............................................................................... 10
7. Manifestasi Klinik ............................................................. 11
8. Klasifikasi .......................................................................... 11
9. Pencegahan ........................................................................ 13
10. Penatalaksanaan ................................................................. 14
11. Komplikasi ........................................................................ 15
B. Proses Keperawatan ................................................................ 15
1. Pengkajian ......................................................................... 15
2. Diagnosa keperawatan ....................................................... 17
3. Intervensi & rasional ......................................................... 18
C. Discharge planning .................................................................. 23
D. Evidence Based Practice terkait (terlampir)
Daftar pustaka ................................................................................... 24

3
A. Konsep Medis
1. Definisi
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai
respons terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen,
menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema,
papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis cenderung
residif dan cenderung kronis. (Djuanda Adhi, 2010).
Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit
kulit yang mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam
berbagai jenis, terutama kulit yang kering, umumnya berupa pembengkakan,
memerah, dan gatal pada kulit (Widhya, 2011).
Dermatitis adalah suatu peradangan pada dermis dan epidermis yang
dalam perkembangannya memberikan gambaran klinik berupa efloresensi
polimorf dan pada umumnya memberikan gejala subjektif gatal.
2. Anatomi dan Fisiologi
a. Anatomi

4
b. Fisiologi
Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga
homeostasis tubuh. Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi
proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi),
dan pembentukan vitamin D.
1) Fungsi proteksi
Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai
yaitu berikut:
a). Keratin melindungi kulit dari mikroba, abrasi (gesekan), panas, dan
zat kimia. Keratin merupakan struktur yang keras, kaku, dan
tersusun rapi dan erat seperti batu bata di permukaan kulit.
b). Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan kulit
dan dehidrasi; selain itu juga mencegah masuknya air dari
lingkungan luar tubuh melalui kulit.
c). Sebum yang berminyak dari kelenjar sebasea mencegah kulit dan
rambut dari kekeringan serta mengandung zat bakterisid yang
berfungsi membunuh bakteri di permukaan kulit. Adanya sebum ini,
bersamaan dengan ekskresi keringat, akan menghasilkan mantel
asam dengan kadar pH 5-6.5 yang mampu menghambat pertumbuhan
mikroba.
d). Pigmen melanin melindungi dari efek dari sinar UV yang berbahaya.
Pada stratum basal, sel-sel melanosit melepaskan pigmen melanin ke
sel-sel di sekitarnya. Pigmen ini bertugas melindungi materi genetik
dari sinar matahari, sehingga materi genetik dapat tersimpan dengan
baik. Apabila terjadi gangguan pada proteksi oleh melanin, maka
dapat timbul keganasan.
e). Selain itu ada sel-sel yang berperan sebagai sel imun yang protektif.
Yang pertama adalah sel Langerhans, yang merepresentasikan
antigen terhadap mikroba. Kemudian ada sel fagosit yang bertugas
memfagositosis mikroba yang masuk melewati keratin dan

5
2) Fungsi absorpsi
Kulit tidak bisa menyerap air, tapi bisa menyerap material
larut-lipid seperti vitamin A, D, E, dan K, obat-obatan tertentu, oksigen
dan karbon dioksida. Permeabilitas kulit terhadap oksigen,
karbondioksida dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian
pada fungsi respirasi. Selain itu beberapa material toksik dapat diserap
seperti aseton, CCl4, dan merkuri. Beberapa obat juga dirancang untuk
larut lemak, seperti kortison, sehingga mampu berpenetrasi ke kulit dan
melepaskan antihistamin di tempat peradangan. Kemampuan absorpsi
kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban,
metabolisme dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat berlangsung
melalui celah antarsel atau melalui muara saluran kelenjar; tetapi lebih
banyak yang melalui sel-sel epidermis daripada yang melalui muara
kelenjar.

3) Fungsi ekskresi
Kulit juga berfungsi dalam ekskresi dengan perantaraan dua
kelenjar eksokrinnya, yaitu kelenjar sebasea dan kelenjar keringat

4) Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan
subkutis. Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan
Ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap dingin diperankan oleh badan-
badan Krause yang terletak di dermis, badan taktil Meissner terletak di
papila dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula badan Merkel
Ranvier yang terletak di epidermis. Sedangkan terhadap tekanan
diperankan oleh badan Paccini di epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut
lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik.

6
5) Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)
Kulit berkontribusi terhadap pengaturan suhu tubuh
(termoregulasi) melalui dua cara: pengeluaran keringat dan
menyesuaikan aliran darah di pembuluh kapiler. Pada saat suhu tinggi,
tubuh akan mengeluarkan keringat dalam jumlah banyak serta
memperlebar pembuluh darah (vasodilatasi) sehingga panas akan
terbawa keluar dari tubuh. Sebaliknya, pada saat suhu rendah, tubuh
akan mengeluarkan lebih sedikit keringat dan mempersempit pembuluh
darah (vasokonstriksi) sehingga mengurangi pengeluaran panas oleh
tubuh.

6) Fungsi pembentukan vitamin D


Sintesis vitamin D dilakukan dengan mengaktivasi prekursor
7 dihidroksi kolesterol dengan bantuan sinar ultraviolet. Enzim di hati
dan ginjal lalu memodifikasi prekursor dan menghasilkan calcitriol,
bentuk vitamin D yang aktif. Calcitriol adalah hormon yang berperan
dalam mengabsorpsi kalsium makanan dari traktus gastrointestinal ke
dalam pembuluh darah. Walaupun tubuh mampu memproduksi vitamin
D sendiri, namun belum memenuhi kebutuhan tubuh secara keseluruhan
sehingga pemberian vitamin D sistemik masih tetap diperlukan. Pada
manusia kulit dapat pula mengekspresikan emosi karena adanya
pembuluh darah, kelenjar keringat, dan otot-otot di bawah kulit.

3. Aspek Epidemiologi
Epidemiologi dermatitis di jelaskan menurut jenis dari penyakit dermatitis yaitu
sebagai berikut :
a. Dermatitis atopik
Prevalensi dermatitis atopik (DA) secara global adalah 15-20% pada
anak-anak dan 1-3% pada dewasa dengan peningkatan insidensi sekitar 2-3
kali lipat dalam beberapa dekade terakhir di negara-negara industri. Insidensi

7
DA tertinggi terjadi pada awal masa kanak-kanak dan bayi, dimana 85%
kasus DA muncul pada tahun pertama kehidupan dan 95% kasus DA muncul
sebelum usia 5 tahun.
Prevalensi DA yang tinggi banyak terjadi di Amerika serikat, Eropa
Utara dan Barat, Afrika perkotaan, Jepang, Australia dan negara industri
lainnya, namun prevalensi DA lebih sedikit pada negara regio agrikultural
seperti Cina dan Eropa Timur, Afrika bagian pedesaan, dan Asia tengah.

b. Dermatitis kontak
Data epidemiologi menunjukkan dermatitis kontak alergi (Dermatitis
KA) dapat diderita oleh seluruh rentang usia. Di Amerika, persentase
penderita dermatitis kontak paling banyak pada kelompok usia <17 tahun
dengan total penderita >13 juta penduduk.
Studi populasi di Jerman menunjukkan prevalensi Dermatitis KA
sekitar 15%. Di Amerika, insidensi mencapai 28 per 1000 per tahun. Di
Belanda, insidensi Dermatitis KA sebesar 7,9 per 1000 penduduk.
Belum ada data epidemiologi nasional mengenai dermatitis kontak
(Dermatitis KA) alergi di Indonesia. Akan tetapi terdapat beberapa studi
unicenter yang dilakukan di Indonesia. Studi terkait Dermatitis KA di Indonesia
menunjukkan bahwa penderita tersering adalah wanita, dengan alergen terbanyak
berupa pewarna rambut.

c. Dermatitis seboroik
Dermatitis seboroik memiliki dua puncak usia, yang pertama pada
bayi dalam 3 bulan pertama kehidupan dan yang kedua sekitar dekade
keempat sampai ketujuh kehidupan. Tidak ada data yang tepat tersedia
kejadian dermatitis seboroik pada bayi, tetapi gangguan ini umum.Penyakit
pada orang dewasa diyakini lebih umum daripada psoriasis.Penyakit
inimempengaruhi setidaknya 3-5%dari populasi di Amerika Serikat. Pria
lebih sering terkena daripada wanita pada semua

8
4. Etiologi
a. Alkali : sabun, detergen, ammonia rumahtangga, cairan alkali, pembersih
b. Kosmetik : parfum, zatpewarna, minyak
c. Hidrpkarbon : petroleum, mentah, minyakpelumas, minyak mineral,
paraffin,aspalter
d. Kain : wol, polyester, zatpewarnapengajian
e. Garamlogam : kalsiumklorida, zinkklorida, tembaga, raksa, nikel, perak
f. Tanaman : ragweed, polson oak ; poisonsumac, polson ivy, camera

5. Patofisiologi
Berbagai agens endogen dan eksogen dapat menyebabkan respons
inflamasi kulit. Jenis erupsi kulit yang berbeda terjadi seringkali spesifik
terhadap alergen penyebab, infeksi, atau penyakit. Respons kulit awal terhadap
agen sata upen yakit ini meliputi eritema, pembentukan vesikel dan sisik dan
pruritus. Selanjutnya iritasi akibat menggaruk menyebabkan edema raba serosa
dan krusta. Iritasi jangka panjang pada dermatitis kronis menyebabkan kulit
menjadi tebal kasar dan berwarna lebih gelap.
Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada bagian
dermis ataupun epidermis yang disebabkan oleh beberapa zat alergen ataupun
zat iritan. Zat tersebut masuk kedalam kulit yang kemudian menyebabkan
hipersensitifitas pada kulit yang terkena tersebut. Masa inkubasi sesudah terjadi
sensitisasi permulaan terhadap suatu antigen adalah 5-12 hari, sedangkan masa
reaksi setelah terkena yang berikutnya adalah 12-48 jam. Bahan iritan ataupun
allergen yang masuk ke dalam kulit merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin,
menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit.
Keadaan ini akan merusak sel dermis maupun sel epidermis sehingga
menimbulkan kelainan kulit atau dermatitis.

9
6. Patwey

Dari luar (eksogen): Fisik (sinar, suhu) Mikroorganisme Dari dalam (endogen):
bahan kimia (bakteri, jamur) dermatitis atopik

Terjadi penebalan kulit Masuk kedalam


dan hiperpigmentasi kulit

hipersensitifitas

Dermatitis

Iritan primer

Mengiritasi kulit
Dolor, kalor, rubor, edema,
fungsio lesi Inflamasi pada kulit

MK. Resiko Infeksi


MK. Kerusakan MK. Gangguan citra MK. Nyeri
integritas kulit tubuh

10
7. Manifestasi klinik
a. Dermatitis Kontak
Gatal-gatal , rasa tidak enak karena kering, kulit berwarna coklat dan
menebal.
b. Dermatitis Atopik
Gatal-gatal , muncul pada beberapa bula pertama setelah bayi lahir,
yang mengenai wajah, daerah yang tertutup popok, tangan, lengan dan
kaki.
c. Dermatitis Perioral
Gatal-gatal bahkan menyengat, di sekitar bibir tampak beruntus-
beruntus kecil kemerahan.
d. Dermatitis Statis
Awalnya kulit merah dan bersisik, setelah beberapa minggu / bulan ,
warna menjadi coklat.

8. Klasifikasi
Berdasarkan kriteria dibuat klasifikasi dermatitis sebagai berikut:
a. Dermatitis kontak, terbagi 2 :
1). Dermatitis kontak alergi
Dermatitis ini disebabkan oleh reaksi kekebalan
tertunda (dellayed imune system) akibat kontak kulit dengan
senyawa alergi yang menyebabkan radang kulit dalam waktu
48jam setelah paparan terjadi. Contoh pembuatan alergi seperti :
parfum, jelatang, pengawet kosmetik, metal dan pewarna.
2). Dermatitis kontak iritan
Penyakit ini disebabkan oleh paparan senyawa iritan
yang menyebabkan rusaknya kulit secara kimiawi. Contohnya
seperti : sabun keras, deterjen, dan produk pembersih lainnya.
11
Senyawa iritan tersebut dapat menghilangkan kelembaban dari
lapisan luar kulit, kemudian akan merusak lapisan pelindung dan
memicu terjadinya peradangan.

b. Dermatitis atopic adalah peradangan pada kulit yang lebih sering

muncul pada bayi dan anak kurang dari 12 tahun, dimana tanda dan

gejalanya sangat khas yaitu pemerahan pada kulit yang disertai gatal

dan nyeri kadang-kadang bengkak, sifatnya kronis/ menahun.

c. Dermatitis seboroik adalah penyakit kulit di mana terjadi peradangan

pada area yang banyak mengandung kelenjar minyak (sabasea),

seperti pada kulit kepala, wajah, dan batang tubuh .

d. Dermatitis numularis adalah dermatitis yang mempunyai lesi

berbentuk mata uang (coin) atau agak lonjung, berbatas tegas, dengan

efloresensi berupa papulovesikel. Dermatitis nummular ditandai

dengan putaran-ke-lonjong plak eritematosa paling sering ditemukan

pada lengan dan kaki.

e. Berbentuk bulat, sering dijumpai pada ekstremitas superior & inferior.

9. Terapi Komplementer
a. Derajat diaper dermatitis sebellum dilakukan perianal hygiene dengan
air rebusan daun sirih
Pada penelitian ini derajat dieper dermatitis sebelum dilakukan
perianal hygiene dengan air rebusan daun sirih menunjukan hasil
terbanyak terlihaat pada derajat diaper dermatitis sedang sebanyak 18

12
anak (60%) dan terendah pada derajat diaper dermatitis berat
sebanyak 6 anak (20%) dari 30 responden.
b. Derajat diaper dermatitis setelah dilakuakn perianal hygiene dengan
air rebusan daun sirih.
Pada penelitian ini derajat diaper dermatitis ringan menjadi 20 anak
(66,7%), diaper dermatitis sedang menadi 10 anak (33.3%) sedangkan
diaper dermatitis berat tidak ada responden dari 30 responden. Hal ini
menyebabkan karena pembererian perianal hygiene dengan air rebusan
daun sirih mengandung minyak atsiri dimana komponen utamanya
terdiri atas venol dan senyawa turunannya seperti kavikol, cavibetol,
eugenol,dengan sifat aantisebtiknya.

10. Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan prnsip 5 level of prevetion yang saat ini
pembagian tingkat primer, sekunder dan tersier
a. Pencegahan tingkat primer bertujuan
1). Mencegah pajanan bahan yang menyebabkan sensitisasi
dilingkungan sekitar maupun tempat kerja
2). Penghilangan atau modifikasi resiko dan pajanan bahan berbahaya
sebelum penyakit terjadi.
3). Melakukan eliminasi dan reduksi pajanan zat berbahaya dan
ditunjukan pada timbulnya penyakit : hindari bahan penyebab,
pakai alat pelindung diri, tingkatkan kapasitas pekerjaan yang
dapat meminimalisasi resiko sebelum sensitisasi terjadi.

b. Pencegahan tingkat sekunder bertujuan menilai dampak pekerjaan dan


temukan penyakit sedini mungkin dengan identifikasi perubahan
preklinik suatu peyakit. Contohnya periksa prakerja dengan mencatat
riwayat penyakit kulit dan periksa lingkungan secara berkala.
13
c. Pencegahan tersier bertujuan untuk meminimalkan komplikasi,
menghindari kecacatan, dan meningkatkan kualitas hidup agar dapat
menjalani kehidupan secara normal dan dapat di terima oleh
lingkungan.

11. Penatalaksanaan
a. Dermatitis Kontak
1). Hindari kontak lebih lanjut dengan zat atau benda penyebab
dermatitis kontak.
2). Pada tipe iritan, basuhlah bagian yang terkena dengan air mengalir
sesegera mungkin.
3). Jika sampai terjadi lecet, tanganilah seperti menangani luka bakar.
4). Obat anti histamin oral untuk mengurangi rasa gatal dan perih
yang dirasakan.
5). Kortikosteroid dapat diberikan secara topikal, oral, atau intravena
sesuai dengan tingkat keparahnnya.
b. Dermatitis Atopik
1). Menghindari dari agen pencetus seperti makanan, udara
panas/dingin, bahan – bahan berbulu.
2). Hindari kulit dengan berbagai jenis pelembab anatara lain krim
hidrofilik urea 10% atau pelembab yang mengandung asam laktat
dengan konsentrasi kurang dari 5%
c. Kortikosteroid topikal potensi rendah diberi pada bayi, daerah
intertriginosa dan daerah genitalia. Kortikosteroid potensi menengah
dapat diberi pada anak dan dewasa. Bila aktifitas penyakit telah
terkontrol. Kortikosteroid diaplikasikan intermiten, umumnya dua kali
seminggu. Kortikosteroid oral hanya dipakai untuk mengendalikan DA
eksaserbasi akut. Digunakan dalam waktu singkat, dosis rendah, diberi
selang – seling. Dosis diturunkan secara tapering. Pemakaian jangka
14
panjang akan menimbulkan efek samping dan bila tiba – tiba
dihentikan akan timbul rebound phenomen.

12. Komplikasi
a. Katarak;
b. Infeksi oleh bakteri
c. virus dan jamur

B. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas:
Umur (biasanya mengenai anak yang berumur diatas 2 tahun), jenis
kelamin, ras/ suku, pekerjaan.
b. Riwayat Kesehatan
c. Keluhan Utama: klien mengeluh nyeri, gatal- gatal, eritema, edema,
kenaikan suhu tubuh.
d. Riwayat Penyakit Sekarang: pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh,
kemerahan, edema misalnya pada muka (terutama palpebra dan bibir),
gangguan fungsi kulit, eritema, papula (lesi teraba kecil), vesikel
(lepuhan kecil berisi cairan) , skuama (kulit yang bersisik), dan
likenifikasi (penebalan kulit).
e. Riwayat Kesehatan masa lalu:
1). Penyakit yang pernah di derita:
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada
pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien
untuk menanggulanginya.

15
2). Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.
3). Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini
atau penyakit kulit lainnya.
4). Riwayat psikososial
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah
sedang mengalami stress yang berkepanjangan.
5). Riwayat pemakaian obat
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai
pada kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap
sesuatu obat
f. Pemeriksaan Fisik
g. ADL (Activitas Daily Living)
1). Pola Persepsi Kesehatan
2). Adanya riwayat infeksi sebelumya
3). Pengobatan sebelumnya tidak berhasil
4). Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, misalnya, vitamin;
jamu, antibiotik.
5). Adakah konsultasi rutin ke Dokter.
6). Hygiene personal yang kurang.
7). Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.
h. Pola Nutrisi Metabolik
1). Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa
kali sehari makan.
2). Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.
3). Jenis makanan yang disukai.
4). Nafsu makan menurun.
16
5). Muntah-muntah.
6). Penurunan berat badan.
7). Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.
8). Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa
terbakar atau perih.
i. Pola Eliminasi
1). Sering berkeringat.
2). Tanyakan pola berkemih dan bowel.
j. Pola Aktivitas dan Latihan
Pemenuhan sehari-hari terganggu.
k. Pola Tidur dan Istirahat
l. Pola Persepsi Kognitif
m. Pola Persepsi dan Konsep Diri
n. Pola Hubungan dengan Sesama
o. Pola Reproduksi Seksualitas
p. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
q. Pola Sistem Kepercayaan

2. Diagnosa keperawatan
a. Kerusakan integritas kulit
b. Gangguan citra tubuh
c. Nyeri
d. Resiko infeksi

17
3. Intervensi dan rasional
No. Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
keperawa
tan
1. Nyeri b.d Tujuan : 1. kaji jenis dan tingkat nyeri pasien. 1. Dapat mengetahui kriteria nyeri pasien
adanya Setelah dilakukan tindakan tentukan apakah nyerinya kronis 2. Untuk memfasilitasi pengkajian yang
lesi kulit keperawatan selama 2x60 atau akut. Selain itu, kaji factor yang akurat tentang tingkat nyeri pasien
menit, diharapkan nyeri dapat mengurangi atau memperberat; 3. Untuk menentukan keefektifan obat
berkurang atau teradaptasi lokasi, durasi, intensitas dan 4. Tindakan ini meningkatkan kesehatan,
Kriteria hasil : karakteristik nyeri; dan tanda-tanda kesejahteraan, dan peningkatan tingkat
1. Pasien melaporkan nyeri dan gejala psikologis. energy, yang penting untuk
berkurang 2. Pengkajian berkelanjutan pengurangan nyeri
2. Nyeri dapat diadaptasi membantu meyakinkan bahwa 5. Untuk menurunkan ketegangan atau
3. Dapat mengidentifikasi penanganan dapat memenuhi spasme otot dan untuk
aktifitas yang kebutuhan pasien dalam mendistribusikan kembali tekanan
meningkatkan atau mengurangi nyeri. pada bagian tubuh
menurunkan nyeri 3. Berikan obat yang dianjurkan untuk
4. Pasien tidak gelisah dan mengurangi nyeri, bergantung pada Kolaborasi:
skala nyeri 0-1 atau gambaran nyeri pasien. pantau 1. Tindakan ini membantu meredakan

18
teradaptasi adanya reaksi yang tidak gejala.
diinginkan terhadap obat. Sekitar 2. Masalah pasien dapat disebabkan oleh
30 sampai 40 menit setelah iritasi atau sensitisasi karena
pemberian obat, minta pasien untuk pengobatan sendiri.
menilai kembali nyerinya dengan 3. Pemotongan kuku akan mengurangi
skala 1 sampai 10 kerusakan kulit karena garukan.
4. Atur periode istirahat tanpa
terganggu
5. Bantu pasien untuk mendapat
posisi yang nyaman, dan gunakan
bantal untuk membebat atau
menyokong daerah yang sakit bila
perlu.

Kolaborasi:
1. Gunakan terapi topical seperti yang
dipreskripsikan.
2. Anjurkan pasien untuk menghindari
pemakaian salep atau lotion yang

19
dibeli tanpa resep dokter.
3. Jaga agar kuku selalu terpangkas.
2. Kerusakan Tujuan : 1. Inspeksi kulit pasien setiap 1. Untuk menentukan keefektifan
integritas Setelah dilakukan tindakan pergantian tugas jaga, jelaskan dan regimen perawatan kulit
kulit b.d keperawatan selama 2x60 dokumentasikan kondisi kulit dan 2. Untuk meningkatkan kenyamanan dan
inflamasi menit diharapkan kerusakan laporkan perubahan kesejahteraan
dermatitis, integritas kulit dapat 2. Bantu pasien dalam melakukan 3. Pengurangan nyeri diperlukan untuk
respon membaik tindakan hygiene dan kenyamanan mempertahankan kesehatan
menggaru Kriteria hasil : 3. Berikan obat nyeri sesuai program 4. Untuk meningkatkan rasa sejahtera
k 1. Pasien menunjukkan dan pantau keefektifannya pasien
tidak adanya kerusakan 4. Pertahankan lingkungan yang 5. Untuk mencegah kerusakan kulit dan
kulit nyaman mencegah kemungkinan infeksi
2. Pasien menunjukkan 5. Peringatkan agar tidak menyentuh 6. Tindakan tersebut mengurangi
turgor kulit yang normal luka atau balutan tekanan, meningkatkan sirkulasi dan
mencegah kerusakan kulit
6. Atur posisi pasien supaya nyaman 7. Tindakan ini membantu mengurangi
dan meminimalkan tekanan pada ansietas dan meningkatkan
penonjolan tulang. Ubah posisi ketrampilan koping
pasien minimal setiap 2 jam. Pantau 8. Untuk mendorong kepatuhan

20
frekuensi pengubahan posisi pasien
dan kondisi kulitnya
7. Berikan kesempatan pasien untuk
mengungkapkan perasaan tentang
masalah kulitnya
8. Berikan pengarahan pada pasien
dan anggota keluarga atau pasangan
dalam program perawatan kulit
3. Gangguan Tujuan : 1. Terima persepsi diri pasien dan 1. Untuk memvalidasi perasaannya
citra Dalam waktu 1x60 menit berikan jaminan bahwa ia dapat 2. Untuk mendapat nilai dasar pada
tubuh b.d pasien menerima perubahan mengatasi krisis ini pengukuran kemajuan psikologisnya
penampak citra tubuh 2. Ketika membantu pasien yang 3. Untuk meningkatkan rasa
an kulit Kriteria hasil : sedang melakukan perawatan diri, kemandiriannya
yang tidak 1. Pasien berpartisipasi kaji pola koping dan tingkat harga 4. Agar pasien dapat mengungkapkan
baik dalam berbagai aspek dirinya keluhannya dan memperbaiki
perawatan dan dalam 3. Dorong pasien melakukan kesalahpahaman
pemgambilan keputusan perawatan diri 5. Untuk mendukung adaptasi dan
tentang perawatan 4. Berikan kesempatan kepada pasien kemajuan yang berkelanjutan
2. Pasien menyatakan untuk menyatakan perasaan

21
perasaan positif tentang citra tubuhnya dan
terhadap dirinya sendiri hospitalisasi
3. Pasien berpartisipasi 5. Bimbing dan kuatkan focus pasien
dalam program pada aspek-aspek positif dari
rehabilitasi dan penampilannya dan upayanya
konseling dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan citra tubuhnya
5. Resiko Tujuan : 1. Minimalkan resiko infeksi pasien
infeksi b.d Setelah melakukan tindakan dengan : a. Mencuci tangan adalah satu-satunya
kerusakan keperawatan selama 1x60 a. Mencuci tangan sebelum dan cara terbaik untuk mencegah
perlindun menit, infeksi dapat setelah memberikan perawatan penularan pathogen
gan kulit dihindari b. Menggunakan sarung tangan b. Sarung tangan dapat melindungi
Kriteria hasil : untuk mempertahankan asepsis tangan pada saat memegang luka
1. Tanda-tanda vital pada saat memberikan perawatan yang dibalut atau melakukan berbagai
dalam batas normal langsung tindakan
2. Tidak adanya tanda- 2. Pantau suhu dan catat pada kertas 2. Suhu yang terus meningkat setelah
tanda infeksi grafik. Laporkan evaluasi segera pembedahan dapat merupakan tanda
3. Bantu pasien mencuci tangan awitan komplikasi pulmonal, infeksi
sebelum dan sesudah makan dan luka atau dehisens, infeksi saluran

22
setelah dari kamar mandi kemih atau tromboflebitis
4. Beri pendidikan kepada pasien 3. Mencuci tangan mencegah penyebaran
mengenai : pathogen terhadap objek dan makanan
a. Teknik mencuci tangan yang lain
baik 4. Tindakan tersebut memungkinkan
b. Factor-faktor yang meningkatkan pasien untuk berpartisipasi dalam
resiko infeksi, tanda-tanda dan perawatan dan membantu pasien
gejala infeksi memodifikasi gaya hidup untuk
mempertahankan tingkat kesehatan
yang optimum

C. Discharge Planning
1. Gunakanlah kosmetik hipoalergen
2. Setelah mandi keringkan kulit dengan menepuk-menepuk bukan menggosok
3. Gunakan mild soap atau pengganti sabun
4. Jangan mandi terlalu lama karena akan membuat menjadi kering
5. Kenakan pelembab
6. Hindari penggunaan wol atau pemaparan terhadap iritan seperti ditergen dan gunakan ditergen yang tidak
mengandung bahan pemutih
7. Jangan menggaruk atau menggosok atau menggosok kulit
23
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
volume 2.Jakarta EGC
Carpenito, L. J. (2009). Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktek Klinik,
Edisi 9. Jakarta: EGC
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Geissler, A., C,(2014).Rencana Asuhan
Keperawatan pedoman untuk Perencanaan Keperawatan
Pasien.Edisi:3.Jakarta:EGC
Mansjoer, Arif dkk. 2010. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media

Aesculapius.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. NANDA (North American

Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC Jilid 1. Yogyakarta : Media

Action.

Universitas Muhammadiyah Semarang . (2013). < BAB II Tinjauan Pustaka

Dermatitis [Internet]. Bersumber dari

http://digilib.unimus.ac.id/72982/babII.pdf > [Diakses tanggal 17 Februari

2015. Jam 11.09]

Syaifuddin, H. 2002. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Jakarta :


Widya Medika.

24

Anda mungkin juga menyukai