Anda di halaman 1dari 12

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejarah timbulnya kepemimpinan, sejak nenek moyang dahulu kala, kerjasama dan
saling melindungi telah muncul bersama-sama dengan peradapan manusia. Kerjasama
tersebut muncul pada tata kehidupan sosial masyarakat atau kelompok-kelompok manusia
dalam rangka untuk mempertahankan hidupnya menentang kebuasan binatang dan
menghadapi alam sekitarnya. Berangkat dari kebutuhan bersama tersebut, terjadi
kerjasama antar manusia dan mulai unsur-unsur kepemimpinan. Orang yang ditunjuk
sebagai pemimpin dari kelompok tersebut ialah orang-orang yang paling kuat dan
pemberani, sehingga ada aturan yang disepakati secara bersama-sama misalnya seorang
pemimpin harus lahir dari keturunan bangsawan, sehat, kuat, berani, ulet, pandai,
mempunyai pengaruh dan lain-lain. Hingga sampai sekarang seorang pemimpin harus
memiliki syarat-syarat yang tidak ringan, karena pemimpin sebagai ujung tombak
kelompok.
Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu social, sebab
prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi
kesejahteraan manusia (Moejiono, 2002). Ada banyak definisi kepemimpinan yang
dikemukakan oleh para pakar menurut sudut pandang masing-masing, definisi-definisi
tersebut menunjukkan adanya beberapa kesamaan.
Definisi Kepemimpinan menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) adalah
kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada
kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan
yang diinginkan kelompok. Kepemimpinan menurut Young (dalam Kartono, 2003) lebih
terarah dan terperinci dari definisi sebelumnya. Menurutnya kepemimpinan adalah bentuk
dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak
By: Yassirli One orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh
kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
Dalam teori kepribadian menurut Moejiono (2002) memandang bahwa kepemimpinan
tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin
memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para
ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang kepemimpinan
sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana
untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin (Moejiono, 2002).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja pengertian kepemimpinan itu?
2. Bagaimana gaya dan tipe kepemimpinan?
3. Apa saja teori-teori kepemimpinan itu?
4. Apa saja syarat-syarat kepemimpinan?
5. Bagaimana ciri-ciri kepemimpinan yang baik?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada
para pembaca tentang kepemimpinan baik itu pengertian kepemimpinan, teori-teori
kepemimpinan, tipe dan gaya kepemimpinan, syarat-syarat kepemimpinan dan ciri-ciri
kepemimpinan yang baik itu seperti apa.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kepimimpinan
2.1.1 Pengertian Kepemimpinan
Adapun beberapa definisi/pengertian kepemimpinan yaitu sebagai berikut:
a. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997:769),
Kepemimpinan adalah perihal pemimpin; cara memimpin.
b. Menurut Terry (2000:192),
Kepemimpinan adalah keseluruhan kegiatan/aktivitas untuk mempengaruhi kemauan
orang lain untuk mencapai tujuan bersama.
c. Menurut Samsudin (2010:287),
kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan dan menggerakkan orang lain agar mau
bekerja sama di bawah kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.

2.1.2 Gaya Kepemimpinan


Setiap pemimpin memiliki gayanya sendiri dalam memimpin kerja bawahannya. Adapun
beberapa gaya kepemimpinan sebagai berikut:
a. Menurut (Lippits dan K. White:2014) terdapat tiga gaya kepemimpinan adalah sebagai
berikut:
1. Gaya Kepemimpinan Otoriter
Gaya kepemimpinan otoriter ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Wewenang mutlak berada pada pimpinan
- Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan
- Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan
- Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan
- Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan
dilakukan secara ketat
- Prakarsa harus selalu berasal dari pimpinan
- Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan atau
pendapat
- Tugas-tugas dari bawahan diberikan secara instruktif
- Lebih banyak kritik daripada pujian
- Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat
- Pimpinan menuntut kesetiaan tanpa syarat
- Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman
- Kasar dalam bersikap
- Tanggung jawab dalam keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan.

2. Gaya Kepemimpinan Demokratis


Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan dalam mempengaruhi orang lain
agar besedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, berbagai
kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan.
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Wewenang pimpinan tidak mutlak
- Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan
- Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
- Komunikasi berlangsung timbal balik
- Pengawasan dilakukan secara wajar
- Prakarsa datang dari bawahan
- Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran dan pertimbangan
- Tugas-tugas dari bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan daripada
instruktif
- Pujian dan kritik seimbang
- Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas masing-masing
- Pimpinan kesetiaan bawahan secara wajar
- Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak
- m.Tercipta suasana saling percaya saling hormat menghormati, dan saling menghargai
- Tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung secara bersama-sama.

3. Gaya Kepemimpinan Liberal atau Laissez Faire


Kepemimpinan gaya liberal atau Laisssez Faire adalah kemampuan mempengaruhi orang
lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan cara berbagai kegiatan dan
pelaksanaanya dilakukan lebih banyak diserahkan kepada bawahan.
Gaya kepemimpinan ini bercirikan sebagai berikut:
- Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan
- Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan
- Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan
- Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan
- Hampir tiada pengawasan terhadap tingkah laku
- Prakarsa selalu berasal dari bawahan
- Hampir tiada pengarahan dari pimpinan
- Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok
- Kepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan kelompok
- Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh perseorangan

b. Menurut Siagian (2009:75-81), Dari berbagai studi tentang kepemimpinan diketahui


ada lima gaya/tipe kepemimpinan, lima tipe itu ialah:
1. Tipe Otoriter
Ciri-ciri yang menonjol pada tipe ini antara lain sebagai berikut:
a. Penonjolan diri yang berlebihan sebagai simbol keberadaan organisasi hingga
cenderung bersikap bahwa dirinya dan organisasi adalah identik Napoleon yang
berkata bahwa, “Negara adalah aku”, merupakan contoh dari apa yang dimaksud.
Dengan demikian, yang bersangkutan memandang dan memperlakukan organiasasi
sebagai miliknya.
b. Ciri pertama tadi sering diikuti oleh ciri kedua, yaitu kegemarannya menonjolkan diri
sebagai “penguasa tunggal” dalam organisasi. Tidak dapat menerima adanya orang
lain dalam organisasi yang potensial mampu menyaingi dirinya. Orang yang
berpotensi demikian segera disingkarkannya.
c. Pemimpin yang otoriter biasanya dihinggapi “penyakit” megalomaniac, dalam arti
“gila kehormatan” dan menggemari berbagai upaya ataru seremoni yang
menggambarkan “kehebatannya” papda waktu mengenakan “pakaian kebesaran”
dengan berbagai atribut simbol-simbol keberhasilannya.
d. Tujuan pribadinya identik dengan tujuan organisasi. Ciri ini merupakan
“konsekuensi” dari tiga ciri yang disebut terdahulu. Dengan ciri ini timbul persepsi
kuat dalam dirinya bahwa para anggota organisasi mengabdi kepadanya.
e. Karena pengabdian para karyawan diinterprestasikan sebagai pengabdian yang
sifatnya pribadi, loyalitas para bawahan merupakan tuntutan yang sangat kuat.
Demikian kuatnya, sehingga “mengalahkan” kriteria kekaryaan yang lain seperti
kinerja, kejujuran, serta penerapan norma-norma moral dan etika.
f. Pemimpin yang otoriter menentukan dan menerapkan disiplin organisasi yang “keras”
dan menjalakannya dengan sikap yang kaku. Dalam suasana kerja seperti itu tidak ada
kesempatan bagi para bawahan untuk bertanya, apalagi untuk mengajukan pendapat
atau saran. Tidak usah berbicara tentang kesempatan menyampaikan kritik. Kalau
pemimpin yang bersangkutan sudah mengambil keputusan itu dikeluarkan dalam
bentuk perintah dan para bawahan tinggal melaksanakannya saja.
g. Seorang pemimpin yang otoriter biasanya menyadari bahwa gaya kepemimpinannya
yang otoriter itu hanya efektif jika yang bersangkutan menerapkan pengendalian atau
pengawasan yang ketat. Karena itu, pemimpin yang demikian selalu berupaya untuk
menciptakan instrumen pengawasan sedemikian rupa sehingga dasar ketaatan para
bawahan bukan kesadaran, melainkan ketakutan. Efektivitas kepemimpinan yang
otoriter akan terlihat hanya selama instrumen pengendalian dan pengawasan
“berfungsi dengan baik”.

2. Tipe Paternalistik
Berbagai ciri-cirinya yang menonjol adalah sebgai berikut:
a. Penonjolan keberadaannya sebagai simbol organisasi. Seorang pemimpin yang
paternalistik senang untuk menonjolkan diri sebagai “figurehead”. Misalnya, pernah
terdengar lelucon yang dimaksudkan untuk menunjukkan kuatnya peranan sebagai
simbol organisasi.
b. Sering menonjolkan sikap “paling mengetahui”. Karena itu, dalam praktek tidak
jarang menunjukkan gaya “menggurui” dan, bahwa para bawahannya harus
melaksanakan apa yang “diajarkannya” itu. Dengan kata lain, dengan ciri ini, seorang
pemimpin tidak “membuka pintu” bagi para bawahannya untuk menunjukkan
kreativitas dan inovasinya.
c. Sifat melindungi. Dalam praktek, misalnya, ciri itu akan tercermin pada sikap
manajemen yang tidak mendorong para bawahannya untuk mengambil risiko karena
takut akan timbul dampak negatif bagi oranisasi.
d. Sentralisasi pengambilan keputusan. Artinya, pemimpinlah yang menjadi pusat
pengambilan keputusan. Pelimpahan wewenang untuk mengambil keputusan pada
eselon yang lebih rendah dalam organisasi tidak terjadi.
e. Melakukan pengawasan yang ketat.
3. Tipe Laissez Faire
Ciri-ciri yang menonjol ialah:
a. Gaya santai yang berangkat dari pandangan bahwa organisasi tidak menghadapi
masalah yang serius dan kalaupun ada, selalu 18 dapat ditemukan penyelesainnya.
Dengan kata lain, pemimpin tipe ini tidak memiliki “sense of crisis”.
b. Pemimpin tipe ini tidak senang mengambil risiko dan lebih cenderung pada upaya
mempertahankan status quo.
c. Tipe ini gemar melimpahkan wewenang kepada para bawahan dan lebih menyenangi
situasi bahwa para bawahanlah yang mengambil keputusan dan keberadaannya dalam
organisasi lebih bersifat suportif.
d. Enggan mengenakan sanksi, apalagi yang keras terhadap bawahan yang menampilkan
perilaku disfungsional atau menyimpang, tetapi sebaliknya, senang „mengobral
pujian‟.
e. Memperlakukan bawahan sebagai „rekan‟ dan karena itu hubungan yang bersifat
hierarkis tidak disenanginya.
f. Keserasian dalam interaksi organisasional dipandang sebagai etos yang perlu
dipertahankan.

4. Tipe Demokratik
Ciri- ciri pokoknya antara lain:
a. Mengakui harkat dan martabat manusia.
a. Dengan demikian, berupaya untuk selalu memperlakukan para bawahan
dengan cara-cara yang manusiawi.
b. Menerima pendapat yang mengatakan bahwa sumber daya manusia merupakan unsur
yang paling strategik dalam organisasi meskipun sumber daya dan dana lainnya tetap
diakui sebagai sumber yang penting, seperti uang atau modal, mesin, materi, metode
kerja, waktu dan informasi yang kesemuanya hanya bermakna apabila diolah dan
digunakan oleh manusia, misalnya menjadi produk untuk dipasarkan kepada para
konsumen yang memerlukannya.
c. Para bawahannya adalah insan dengan jati diri yang khas dan karena itu harus
diperlakukan dengan mempertimbangkan kekhasannya itu.
d. Pemimpin yang demokratik tangguh membaca situasi yang dihadapi dan dapat
menyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan situasi tersebut.
e. Gaya kepemimpinan yang demokratik rela dan mau melimpahkan wewenang
pengambilan keputusan kepada para bawahannya sedemikian rupa tanpa kehilangan
kendali organisasional dan tetap bertanggung jawab atas tindakan para bawahannya
itu.
f. Mendorong para bawahan terapkan secara inovatif dalam pelaksanaan berkarya,
berupa ide, teknik, dan cara baru.
g. Tidak ragu-ragu membiarkan para bawahan mengambil risiko dengan catatan bahwa
faktor-faktor yang berpengaruh telah diperhitungkan dengan matang.

5. Tipe Kharismatik
a. Percaya diri yang besar.
Artinya para pemimpin yang kharismatik memiliki keyakinan yang mendalam tentang
kemampuannya baik dalam arti berpikir maupun bertindak.
b. Mempunyai visi.
Visi adalah rumusan tentang masa depan yang diinginkan bagi organisasi yang
berperan selaku pemberi arah yang akan ditempuh di masa depan.
c. Kemampuan untuk mengartikulasikan visi.
Hal itu dilakukan melalui proses sosialisasi yang sistemik sehingga terjadi
internalisasi dalam diri para anggota organisasi.
d. Keyakinan yang kuat tentang tepatnya visi yang dinyatakannya kepada para bawahan.

2.1.3 Teori – Teori Kepemimpinan


1. Teori Great Man
Teori ini mengatakan bahwa kepemimpinan adalah bakat atau bawaan sejak seseorang
lahir. Kekuasaan berada pada sejumlah orang tertentu, yang melalui proses pewarisan
memiliki kemampuan memimpin atau karena keberuntungan memiliki bakat untuk
menempati posisi sebagai pemimpin.
2. Teori Big Bang
Teori ini mengatakan bahwa suatu peristiwa besar menciptakan seseorang menjadi
pemimpin.
3. Teori Sifat
Teori ini mengatakan bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin apabila memiliki
sifat yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin. Keberhasilan seorang pemimpin
ditentukan oleh sifat kepribadian baik secara fisik maupun psikologis. Keefektifan
pemimpin ditentukan oleh sifat, perangai atau ciri kepribadian yang bukan hanya
bersumber dari bakat, tapi dari pengalaman dan hasil belajar.
4. Teori Karakteristik Kepribadian
a. Menurut Cheser: Sifat-sifat pribadi yang merupakan watak yang lebih subyektif,yakni
keunggulan seorang pemimpin dalam keyakinan, ketekunan, daya tahan, keberanian
dll. Sifat-sifat Pribadi : Fisik, kecakapan (skill), teknologi, daya tanggap
(perpection),
pengetahuan (knowledge), daya ingat (memory), imajinasi (imagination).
a) Karakteristik kepribadian ( Davis )
Ada 4 sifat umum yang efektif
- Kecerdasan
- Kedewasaan dan keluasan pandangan sosial
- Motivasi diri dan dorongan
- Sikap-sikap hubungan sosial
b) Karakteristik kepribadian, Bennis dalam Hersey dan Blanchard (1998)
- Management of Attention
(kemampuan mengkomunikasikan tujuan atau arah yg dpt menarik perhatian
anggota)
- Management of Meaning
(kemampuan menciptakan dan mengkomunikasikan makna tujuan secara jelas)
- Management of Trust
(kemampuan untuk dipercaya dan konsisten)
- Management of Self
(kemampuan mengendalikan diri dalam batas kekuatan dan kelemahan)
5. Teori Perilaku
Menurut teori ini, Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung pada
perilakunya dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan. Gaya atau perilaku
kepemimpinan tampak dari cara melakukan pengambilan keputusan, cara memerintah
(instruksi), cara memberikan tugas, cara berkomunikasi, cara mendorong semangat
bawahan, cara membimbing dan mengarahkan, cara
menegakkan disiplin, cara memimpin rapat, cara menegur dan memberikan sanksi.
6. Teori Kontingensi atau Teori Situasional
Resistensi atas teori kepemimpinan yang telah diuraikan sebelumnya memberlakukan
asas-asas umum untuk semua situasi. Hal ini tidak mungkin setiap organisasi hanya
dipimpin dengan gaya kepemimpinan tunggal untuk segala situasi terutama apabila
organisasi terus berkembang atau jumlah anggotanya semakin besar. Respon atau
reaksi yang timbul berfokus pada pendapat bahwa dalam menghadapi situasi yang
berbeda diperlukan gaya kepemimpin yg berbeda – beda pula
7. Teori Jalur-Tujuan
Teori ini menyatakan bahwa tugas dari pemimpin untuk membantu para pengikut
dalam memperoleh tujuan-tujuan mereka dan untuk menyediakan pengarahan dan
atau dukungan untuk memastikan bahwa tujuan-tujuan mereka sesuai dengan
keseluruhan tujuan dari kelompok atau organisasi.
8. Model Pemimpin-Partisipasi
Suatu teori mengenai kepemimpinan yang menyediakan serangkaian aturan untuk
menentukan bentuk dan jumlah pengambilan keputusan secara partisipatif dalam
situasi yang berbeda.
9. Teori pertukaran pemimpin-anggota
Suatu teori yang mendukung penciptaan para pemimpin di dalam kelompok dan di
luar kelompok; para bawahan dengan status di dalam kelompok yang akan memiliki
peringkat kinerja yang lebih tinggi, tingkat perputaran pekerja yang rendah, dan
kepuasan kerja yang lebih tinggi.
10. Teori Kepemimpinan Karismatik
Suatu teori kepemimpinan yang menyatakan bahwa para pengikut membuat atribut
kepahlawanan atau kemampuan dalam kepemimpinan yang luar biasa ketika mereka
mengamati perilaku-perilaku tertentu.
11. Para pemimpin yang transaksional
Para pemimpin yang membimbing atau memotivasi para pengikut mereka yang
diarahkan menuju tujuan yang ditetapkan dengan menjelaskan peranan dan tugas yang
dibutuhkan.
12. Para pemimpin yang transformasional
Para pemimpin yang menginspirasi para pengikutnya untuk melampaui kepentingan
diri mereka sendiri dan yang berkemampuan untuk memiliki pengaruh secara
mendalam dan luar biasa terhadap para pengikutnya.
13. Pemimpin yang autentik
Para pemimpin yang mengetahui siapakah mereka, mengetahui apa yang mereka
yakini dan nilai, serta bertindak dengan nilai tersebut dan meyakini secara terbuka dan
berterus terang. Para pengkut mereka akan mempertimbangkan mereka menjadi
orang-orang yang memiliki etika.
14. Kepemimpinan karismatik yang bersosialisasi
Suatu gaya kepemimpinan yang menyatakan bahwa para pemimpin menyampaikan
nilai yang terpusat pada lainnya versus terpusat pada diri sendiri dan yang melakukan
teladan yang beretika.
15. Kepemimpinan yang melayani
Suatu gaya kepemimpinan yang ditandai dengan melampaui kepentingan pemimpin
sendiri dan akan menitikberatkan pada kesempatan untuk membantu para pengikutnya
agar bertumbuh dan berkembang.
16. Teori Atribut Kepemimpinan
Sebuah teori kepemimpinan yang mengatakan bahwa kepemimpinan hanyalah
sekedar sebuah atribut yang orang-orang akan ambil mengenai individu lainnya.

2.1.4 Syarat-Syarat Kepemimpinan


Menurut Hamalik (2007: 170-172) untuk menjadi seorang pemimpin haruslah memenuhi
beberapa syarat, yaitu diantaranya:
1. Karakteristik Manajer
Manajer adalah pemimpin dalam suatu organisasi. Dia harus mampu melaksanakan
pekerjaannya dan menggerakkan semua sumber yang tersedia guna mencapai tujuan
organisasinya. Tugasnya sebagai manajer atau pemimpin pada gilirannya mempersyaratkan
karakteristik tertentu yang harus terpenuhi adalah:
- Memiliki kondisi badan yang sehat.
- Memiliki pengetahuan dan pandangan yang luas.
- Memiliki keyakinan, bahwa organisasi yang dipimpinnya akan berhasil mencapai
tujuannya.
- Memiliki pemahaman yang jelas tentang hakikat dankeunikan tujuan organisasi
- Memiliki daya kerja dan antusias yang besar atas pekerjaannya.
- Memiliki kemampuan mengambil keputusan secara cepat dan tepat.
- Memiliki sikap yang objektif dan rasional
- Memiliki sikap dan tindakan yang adil dalam memperlakukan bawahan.
- Menguasai prinsip-prinsip hubungan antarmanusiawi.
- Menguasai teknik-teknik berkomunikasi.
- Memiliki kemampuan bertindak sebagai penasihat atau pembimbing bagi bawahan dan
rekan kerjanya.
- Memiliki gambaran yang menyeluruh terhadap semua aspek kegiatan organisasi

2. Tingkah laku kepemimpinan


Tingkah laku kepemimpinan tentunya dapat dipelajari asalkan manajer bersangkutan mau
belajar. Pemimpin yang efektif perlu mempelajari kebutuhan kelompok dalam situasi tertentu
dan bersikap luwes, bertingkah laku sesuai dengan tuntutan dan kondisi yang ada, disamping
perlunya kerjasama dengan anggota kelompok dalam melaksanakan fungsi-fungsi
manajemen yang penting.

3.Kepemimpinan dan Pembuatan Keputusan


Pembuatan keputusan terdiri dari dua alternatif, yakni alternatif pembuatan keputusan
masalah-masalah pribadi dan alternatif pembuatan keputusan masalah kelompok. Alternatif
pertama dilkakukan dengan cara membuat keputusan berdasarkan informasi yang dimiliki
sendiri, atau berdasarkan informasi dari bawahan, atau menyebarkan masalah kepada
bawahan untuk memperoleh gagasan dan saran atau menyebarkan masalah kepada seorang
bawahan, lalu bersama-sama menganalisis dan membuat keputusan atau mendelegasikan
masalah kepada seorang bawahan sambil melengkapinya dengan informasi yang serasi dan
memberinya tanggung jawab untuk memecahkan masalah.
Alternatif kedua, yakni masalah pokok diselesaikan dengan cara memecahkan masalah
sendiri atau memperoleh informasi dari bawahan dan pemimpin yang memecahkannya, atau
membagi masalah kepada bawahan secara individual untuk memperoleh gagasan dan saran,
atau membagi masalah tersebut melalui pertemuan kelompok untuk memperoleh gagasan dan
saran, atau membagai masalah tersebut kepada satu kelompok dan bersama pemimpin
mencapai kesepakatan dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan.

2.1.5 Ciri-Ciri Kepemimpinan


Seorang pemimpin paling sedikit harus memimpin bawahan untuk mencapai tujuan
organisasi, mampu menangani hubungan antar karyawan, mempunyai interaksi antarpersonel
yang baik, mempunyai kemampuan untuk bisa menyesuaikan diri dengan keadaan. Menurut
Samsudin (2009: 293-294), ada beberapa sifat pemimpin yang berguna dan dapat
dipertimbangkan adalah sebagai berikut:
1. Keinginan untuk Menerima Tanggung Jawab
Seorang pemimpin yang menerima kewajiban untuk mencapai suatu tujuan berarti
bersedia bertanggung jawab pada pimpinannya atas segala yang dilakukan bawahannya.
2. Kemampuan untuk “Perceptive”
Perceptive adalah menunjukkan kemampuan untuk mengamati atau menemukan
kenyataan dari suatu lingkungan. Setiap pimpinan harus mengenal tujuan organisasi
sehingga ia dapat bekerja untuk membantu mencapai tujuan tersebut.
3. Kemampuan Bersikap Objektif
Objektivitas adalah kemampuan untuk melihat suatu peristiwa atau merupakan perluasan
dari kemampuan persepsi. Objektivitas membantu pimpinan untuk meminimumkan faktor-
faktor emosional dan pribadi yang mungkin mengaburkan realitas.
4. Kemampuan untuk Menentukan Prioritas
Kemampuan ini sangat diperlukan karena pada kenyataanya masalahmasalah yang harus
dipecahkan bukan datang satu per satu, melainkan datang bersamaan dan berkaitan antara
satu dengan yang lainnya
5. Kemampuan untuk Berkomunikasi
Kemampuan untuk memberikan dan menerima informasi merupakan keharusan bagi
seorang pemimpin. Oleh karena itu, pemberian perintah dan penyampaian informasi
kepada orang lain mutlak perlu dikuasai.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau
kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki
kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk
mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang
lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses
mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk
mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Seorang pemimpin yang baik harus memiliki integritas (kepribadian), intelektual
(pengetahuan), intelegensi (spiritual), skill atau kemampuan/keahlian, memiliki power
atau dapat mempengaruhi orang lain, mau belajar, mendengar dan siap dikritik. Apabila
ketujuh isi dari esensi/hakikat kepemimpinan tersebut telah dimiliki oleh seorang
pemimpin maka pemimpin tersebut akan arif dan bijaksana.
3.2 Saran
Mengingat keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh penulis,
maka untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendasar lagi, disarankan kepada
pembaca untuk membaca literatur-literatur yang telah dilampirkan pada daftar rujukan.
DAFTAR PUSTAKA

Mujiono, Imam. 2002. Kepemimpinan dan Keorganisasian. Yogyakarta: UII Press.


Teguh, Mochammad, dkk. 2001. Latihan Kepemimpinan Islam Tingkat Dasar [LKID].
Yogyakarta: UII Press.

Anda mungkin juga menyukai