Anda di halaman 1dari 19

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Penelitian

IV.1.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Pondok Pesantren Hasanatul Barokah Suka Maju merupakan

salah satu pesantren yang ada di Kabupaten Rokan Hulu yang berada di

Desa Sukamaju. Jumlah keseluruhan santri Madrasah Tsanawiyah (MTs)

yang ada di Pondok Pesantren Hasanatul Barokah Suka Maju adalah 173

orang. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Maret tahun 2014 di Pondok

Pesantren Hasanatul Barokah Suka Maju Kabupaten Rokan Hulu.

Jumlah sampel pada penelitian ini 120 responden. Penelitian ini

dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada responden untuk

mendapatkan data mengenai kebersihan perorangan, sanitasi lingkungan,

dan kejadian skabies.

IV.1.2. Karakteristik Responden

1. Umur

Umur Frekuensi Persentase (%)


Remaja awal (12-16 tahun) 117 97,5
Remaja akhir (17-25 tahun) 3 2,5
Total 120 100
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi berdasarkan umur responden di
Pondok Pesantren Hasanatul Barokah Suka Maju
Kabupaten Rokan Hulu
2

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden dalam kelompok umur remaja awal mulai dari usia 12-1636

tahun sebanyak 117 orang (97,5%).

2. Jenis Kelamin

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin


responden di Pondok Pesantren Hasanatul Barokah
Suka Maju Kabupaten Rokan Hulu

Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)


Laki-laki 62 51,7
Perempuan 58 48,3
Total 120 100

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden adalah laki-laki sebanyak 62 orang (51,7%).

IV.1.3 Analisa Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan atau

mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti

yaitu, variabel dependen dan independen. Karakteristik responden

penelitian berupa kebersihan perorangan dan sanitasi lingkungan


3

dengan kejadian skabies. Gambaran karakteristik masing-masing

variabel adalah sebagai berikut.

IV.1.3.1. Kebersihan Perorangan

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi berdasarkan kebersihan


perorangan responden di Pondok Pesantren
Hasanatul Barokah Suka Maju Kabupaten
Rokan Hulu
Kebersihan Frekuensi Persentase (%)
perorangan
Baik 24 20
Sedang 79 65,8
Kurang 17 14,2
Total 120 100

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebagian

besar responden mempunyai perilaku kebersihan perorangan

sedang sebanyak 79 orang (65,8%).


4

IV.1.3.2. Sanitasi Lingkungan

Tabel 4.4Distribusi frekuensi berdasarkan sanitasi


lingkungan responden di Pondok Pesantren
Hasanatul Barokah Suka Maju Kabupaten
Rokan Hulu
Sanitasi lingkungan Frekuensi Persentase (%)
Sehat 37 30,8

Tidak sehat 83 69,2

Total 120 100

Berd

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui sebagian besar

menyatakan sanitasi lingkungannya tidak sehat sebanyak 83

orang (69,2%).

IV.1.3.3. Kejadian Skabies

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi berdasarkan kejadian scabies


responden di Pondok Pesantren Hasanatul Barokah
Suka Maju Kabupaten Rokan Hulu

Kejadian skabies Frekuensi Persentase (%)


Ya 68 56,7
Tidak 52 43,3

Total 120 100

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui responden sebagian besar

pernah mengalami kejadian skabies sebanyak 68 orang (56,7%).

IV.1.4 Analisis Bivariat


5

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel

independen yaitu kebersihan perorangan dan sanitasi lingkungan terhadap

variabel dependen yaitu kejadian skabies. Analisis data secara statistik

dilakukan dengan uji Chi-square dan dengan bantuan program analisa data.

IV.1.4.1. Hubungan Kebersihan Perorangan dengan Kejadian Skabies di

Pondok Pesantren Hasanatul Barokah Suka Maju Kabupaten

Rokan Hulu

Hasil analisis hubungan antara kebersihan perorangan dengan

kejadian skabies di Pondok Pesantren Hasanatul Barokah Suka Maju

Kabupaten Rokan Hulu dengan uji Chi-Square diperoleh nilai

P=0,001 (p<0,05). Dengan demikian terdapat hubungan antara

kebersihan perorangan dengan kejadian skabies di Pondok Pesantren

Hasanatul Barokah Suka Maju Kabupaten Rokan Hulu, sedangkan

nilai OR belum diperoleh karena tabel 3 x 2. Untuk memperoleh nilai

OR maka dilakukan pemotongan tabel 3 x 2 menjadi tabel 2 x 2, yaitu

dengan cara tidak mengikutsertakan salah satu kategori pada saat

melakukan uji Chi-Square. Dengan kata lain hubungan antara

kebersihan perorangan dengan kejadian skabies dilakukan dengan

memecah kategori kebersihan perorangan (baik vs kurang) dan

kategori (baik vs sedang) kategori baik selalu ada pada setiap analisis

karena kelompok ini adalah kelompok pembanding. Hasil analisis

Chi-Square secara lengkap disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 4.6 Hubungan kebersihan perorangan dengan kejadian


skabies di Pondok Pesantren Hasanatul Barokah
Suka Maju Kabupaten Rokan Hulu
6

Kejadian Skabies
Kebersihan P
Ya Tidak Total OR 95% CI
Perorangan Value
N % N % N %
Kurang 15 82,2 2 11,8 17 100 18,214 (3,268- 101,516) 0,000
Sedang 46 58,2 33 41,8 79 100 3,385 (1,261 – 9,086) 0,013
Baik 7 29,2 17 70,8 24 100 Pembanding
Total 68 56,7 52 43,3 120 100

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui ada 15 dari 17 (82,2%)

responden memiliki sikap kebersihan perorangan yang kurang

mengalami kejadian skabies, ada 46 dari 79 (58,2%) responden

memiliki sikap kebersihan perorangan yang sedang mengalami

kejadian skabies dan ada 7 dari 17 (29,2%) responden memiliki sikap

kebersihan perorangan yang baik mengalami kejadian skabies. Hasil

uji Chi-Square diperoleh P=0,000 dan P=0,013 (p<0,05) dengan

kelompok baik sebagai pembanding. Hasil ini menunjukkan terdapat

hubungan yang bermakna antara kebersihan perorangan dengan

kejadian skabies di Pondok Pesantren Hasanatul Barokah Suka Maju

Kabupaten Rokan Hulu. Dari analisis didapatkan OR 18,214 (Cl 95%

= 3,268 -101,516) dan OR 3,385 (Cl 95% = 1,261-9,086), hal ini

dapat disimpulkan kebersihan perorangan yang kurang beresiko 18

kali mengalami kejadian skabies dibandingkan dengan kebersihan

perorangan yang baik dan kebersihan perorangan yang sedang

beresiko 3 kali mengalami kejadian skabies dibandingkan dengan

kebrsihan perorangan yang baik.


7

IV.1.4.2. Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Skabies di

Pondok Pesantren Hasanatul Barokah Suka Maju Kabupaten

Rokan Hulu

Hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian skabies di

Pondok Pesantren Hasanatul Barokah Suka Maju Kabupaten Rokan

Hulu dicantumkan pada tabel 4.7 berikut :

Tabel 4.7 Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian


Skabies di Pondok Pesantren Hasanatul Barokah
Suka Maju Kabupaten Rokan Hulu
Kejadian Skabies
Sanitasi OR 95% P
Lingkungan Ya Tidak Total CI Value
N % N % N %
Tidak Sehat 58 69,9 25 30,1 83 100 6,264
Sehat 10 27,0 27 73,0 37 100 (2,640- 0,000
Total 68 56,7 52 43,3 120 100 14,861)

Ber

Basarkan tabel 4.7 diketahui ada 58 dari 83 (69,9%) responden

yang menyatakan sanitasi lingkungn tidak sehat mengalami kejadian

skabies dan ada 10 dari 37 (27%) responden yang menyatakan sanitasi

lingkungannya sehat mengalami kejadian skabies. Hasil uji Chi-

Square diperoleh P=0,000 (p<0,05). Hasil ini menunjukkan terdapat

hubungan yang bermakna antara sanitasi lingkungan dengan kejadian

skabies di Pondok Pesantren Hasanatul Barokah Suka Maju

Kabupaten Rokan Hulu. Dari analisis didapatkan nilai OR = 6,264

(Cl 95% = 2,640-14,861) dapat disimpulkan bahwa sanitasi


8

lingkungan tidak sehat lebih berisiko 6 kali mengalami kejadian

skabies dibandingkan dengan sanitasi lingkungan sehat.

IV.2 Pembahasan

Berdasarkan interprestasi hasil dapat dibahas tentang hubungan

kebersihan perorangan dan sanitasi lingkungan dengan kejadian skabies pada

anak Pondok Pesantren Hasanatul Barokah Suka Maju Kabupaten Rokan Hulu

yang ditinjau dari kenyataan yang ditemui dan dibandingkan dengan teori-teori

yang ada.

IV.2.1. Analisis Univariat

IV.2.1.1. Kebersihan Perorangan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar

responden mempunyai perilaku kebersihan perorangan sedang

sebanyak 79 orang (65,8%). Penelitian ini sejalan dengan

penelitian Putri (2011) yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri

3 Ngablak, Magelang yang menunjukkan bahwa sebagian besar

responden mempunyai personal hygiene baik sebesar 75 orang

(74,3%).

Menurut Perry (2005) personal hygiene adalah suatu

tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang

untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri

adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan

perawatan kebersihan untuk dirinya.


9

Pemeliharaan kebersihan diri berarti tindakan

memelihara kebersihan dan kesehatan diri seseorang untuk

kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang dikatakan memiliki

kebersihan diri baik apabila orang tersebut dapat menjaga

kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit (Badri,

2008).

Hal ini bisa disebabkan oleh kebiasaan atau perilaku

santri dalam hal mencuci dan menjemur pakaian, sprei, sarung

bantal dan handuk yang dicuci tidak sampai bersih dan kering

serta tidak mengganti pakaian yang telah dipakai mempunyai

pengaruh yang sangat besar terhadap kejadian skabies. Oleh

karena itu pihak pesantren harus lebih meningkatkan kebersihan

perorangan kepada setiap santri.

IV.2.1.2. Sanitasi Lingkungan

Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar

menyatakan sanitasi lingkungan yang tidak sehat sebanyak 83

orang (69,2%) dan sanitasi lingkungannya sehat hanya 37 orang

(30%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Putri (2011) yang

dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 3 Ngablak, Magelang yang

menyimpulkan bahwa sebagian besar responden menyatakan

sanitasi lingkungan yang kurang sebesar 72 orang (71,3%).


10

Azwar, disitasi Ma’rufi (2005) yang menyatakan bahwa

penyediaan air bersih berperan terhadap penularan penyakit

skabies pada para santri pondok pesantren, karena penyakit

skabies merupakan penyakit yang berbasis pada persyaratan air

bersih (water washed disease) yang dipergunakan untuk

membasuh anggota badan sewaktu mandi. Menurut Soemirat

(2011) skabies terutama terjadi di daerah kumuh dengan

keadaan sanitasi yang sangat jelek. Hal ini dipermudah oleh

keadaan penyediaan air bersih yang masih kurang jumlahnya.

Menurut Notoatmojo (2011) faktor yang mempengaruhi

kesehatan salah satunya faktor lingkungan baik fisik maupun

biologi. Faktor lingkungan sosial hal ini diantaranya kondisi

rumah dan sosial ekonomi. Dikatakan pula skabies banyak

ditemukan pada rumah-rumah yang berada di lokasi kumuh,

yang kondisi tidak memenuhi syarat higiene lingkungan

sehat.

Kondisi lingkungan Pondok Pesantren Hasanatul

Barokah Suka Maju Kabupaten Rokan Hulu sanitasi

lingkungannya belum memenuhi kriteria sehat. Penyediaan air

bersih dan tempat pembuangan sampah belum memenuhi syarat

sehingga menyebabkan para santri menderita penyakit skabies.

IV.2.1.3. Kejadian Skabies


11

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pernah

mengalami kejadian skabies sebanyak 68 orang (56,7%) dan

yang tidak perna mengalami kejadian skabies hanya 52 orang

(43,3%). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Saad (2008) di

Pondok Pesantren An-najach Magelang yang menunjukkan

bahwa kejadian skabies sebanyak 43 orang dari 100 responden

(43%).

Penyakit skabies disebabkan oleh tungau Sarcoptes

scabiei akan berkembang pesat jika kondisi lingkungan buruk

dan tidak didukung dengan perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS) oleh masyarakat. Penyebab yang lain juga disebabkan

oleh kondisi kebersihan yang kurang terjaga, sanitasi yang

buruk, dan kondisi ruangan terlalu lembab serta kurang

mendapat cahaya matahari secara langsung (Rahmawati,

2009).

Tingginya angka kejadian skabies di kalangan santri

disebabkan karena sebagian besar santri memiliki perilaku

kebersihan yang kurang jadi semakin rendah status higiene

santri semakin besar kemungkinan santri menderita skabies

(Saad, 2008).

Kejadian skabies di Pondok Pesantren Hasanatul

Barokah Suka Maju Kabupaten Rokan Hulu terjadi akibat

kurangnya kesadaran para santri untuk menjaga kebersihan diri


12

maupun kebersihan lingkungan. Bisa juga karena kepadatan

hunian dapat mempengaruhi kesehatan santri, terutama

diantaranya dalam penularan skabies. Selain itu perilaku

seseorang akan dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap,

kepercayaan dan didukung oleh lingkungan fisik, tersedia atau

tidaknya fasilitas dan sarana kesehatan.

IV.2.2. Analisis Bivariat

IV.2.2.1. Hubungan Kebersihan Perorangan dengan Kejadian

Skabies di Pondok Pesantren Hasanatul Barokah Suka

Maju Kabupaten Rokan Hulu

Berdasarkan hasil penelitian diketahui terdapat

hubungan yang signifikan antara kebersihan perorangan

dengan kejadian skabies di Pondok Pesantren Hasanatul

Barokah Suka Maju Kabupaten Rokan Hulu, dimana hasil uji

Chi-Square diperoleh nilai P=0,000 (p<0,05) (baik vs kurang)

dan P=0,013 (p<0,05) (baik vs sedang). Penelitian ini sejalan

dengan penelitian Rifka (2013) tentang hubungan antara

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan timbulnya

penyakit skabies di Wilayah Kecamatan Tlanakan Kabupaten

Pamekasan yang menyimpulkan ada hubungan antara Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan timbulnya penyakit

skabies di wilayah puskesmas Kecamatan Tlanakan Kabupaten

Pamekasan.
13

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Siti (2011)

hubungan personal hygiene dengan kejadian skabies pada

Santri di Pondok Pesantren Cipasung Kabupaten Tasikmalaya

yang menyimpulkan ada hubungan kebiasaan ganti pakaian

(p=0,005), penggunaan handuk bersama (p=0,004), menjemur

kasur (p=0,028) dengan kejadian skabies pada Santri di

Pondok Pesantren Cipasung Kabupaten Tasikmalaya.

Sedangkan pada penelitian Ma’rufi dkk (2005) yang

mengatakan hygine perorangan berperan dalam penularan

penyakit skabies (Chi kuadrat, p<0,01). Tungau Sarcoptes

scabiei akan lebih mudah menginfestasi individu dengan

hygiene perorangan jelek. Kemudian pada penelitian Saad

(2008) Dari hasil uji hipotesis dengan uji chi-square dijumpai

adanya hubungan yang bermakna antara status hygiene

perorangan dengan kejadian infestasi S.scabiei pada santri

ponpes An-Najach Magelang (p=0,000).

Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu

personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat

(Hidayat, 2009). Kebersihan perorangan merupakan perawatan

diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan,

baik secara fisik maupun psikologis. Banyak gangguan

kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya

kebersihan perorangan yang baik (Alimul, 2006). Kuman


14

penyebab penyakit kulit paling senang hidup dan berkembang

biak di perlengkapan tidur. Dengan menjemur kasur sekali

seminggu dan mengganti sprei sekali seminggu ini bisa

mengurangi perkembangbiakan kuman penyakit kulit (Lita

disitasi Agsa 2012).

Skabies adalah penyakit yang disebabkan oleh infestasi

dan sensitisasi (Djuanda, 2011), terhadap Sarcoptes scabiei var

hominis (Djuanda, 2011; Cordoro, 2012; Raza et al, 2010;

Elmaraghy and Meghawry, 2011). Penularan skabies dapat

disebabkan oleh beberapa faktor. Adapun faktor-faktor yang

dapat menyebabkan terjadinya penularan skabies yaitu kontak

langsung (kontak kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama,

dan hubungan seksual (Levi et al, 2012). Penularan skabies

secara tidak langsung dapat disebabkan melalui perlengkapan

tidur, pakaian atau handuk ( Mansyur, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian dan teori di atas penyebab

para santri terkena penyakit skabies karena santri yang tinggal

bersama dengan sekelompok orang di pondok pesantren, dan

kebersihan perorangan santri umumnya masih kurang hal ini

dapat dilihat dari hasil jawaban beberapa santri dimana masih

banyak santri yang saling bertukar benda seperti handuk dan

pakaian.
15

IV.2.2.2. Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Skabies

di Pondok Pesantren Hasanatul Barokah Suka Maju

Kabupaten Rokan Hulu

Hasil analisis dengan uji Chi-Square hubungan sanitasi

lingkungan dengan kejadian skabies di Pondok Pesantren

Hasanatul Barokah Suka Maju Kabupaten Rokan Hulu

diperoleh P=0,000 (p<0,05). Hasil ini menunjukkan adanya

hubungan yang bermakna antara sanitasi lingkungan dengan

kejadian skabies di Pondok Pesantren Hasanatul Barokah Suka

Maju Kabupaten Rokan Hulu.

Hasil ini sesuai dengan penelitian Agsa (2012) di

Kelurahan Denai Kecamatan Medan yang mengatakan adanya

hubungan yang bermakna antara sanitasi lingkungan dengan

keluhan penyakit kulit. Namun hal ini tidak sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Putri (2011) di Sekolah Dasar

Negeri 3 Ngablak Magelang, yang mengatakan tidak ada

hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian skabies

(p=0,561).

Kemudian pada penelitian Yasin (2009) yang

menyatakan bahwa faktor sanitasi lingkungan dan perilaku

sehat berperan terhadap tingginya prevalensi penyakit skabies

di kalangan para santri Pondok Pesantren Darul Mujahadah.


16

Menurut Notoatmodjo (2011) sanitasi dalam arti luas

merupakan tindakan higienis untuk meningkatkan kesehatan

dan mencegah penyakit, sedangkan sanitasi lingkungan

merupakan usaha pengendalian diri dari semua faktor

lingkungan fisik manusia yang mungkin dapat menimbulkan

hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan

dan daya tubuh manusia. Faktor yang mempengaruhi

kesehatan salah satunya faktor lingkungan baik fisik maupun

biologi.

Menurut Muzakir (2008) pesantren sudah berdiri sejak

perkembangan Agama Islam diseluruh Indonesia yang

berjumlah kurang lebih 40.000 Pesantren, namun 80% dari

semua pesantren masih menghadapi persoalan air bersih dan

rawan sanitasi lingkungan sehingga sering terjadi kejadian luar

biasa termasuk penyakit skabies dan diare di Pesantren.

Pondok Pesantren Hasanatul Barokah Suka Maju

Kabupaten Rokan Hulu mempunyai sanitasi lingkungan

khususnya penyediaan air bersih yang kurang, tempat

pembuangan sampah yang belum mencukupi selain itu prilaku

santri yang membuang sampah sembarangan, harus diperbaiki

karena hal ini dapat menyebabkan berkembangnya bakteri dan

dapat menyebabkan penyakit kulit.


17

V. PENUTUP

V.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil dan pembahasan yang telah ada di bab sebelumnya,

peneliti dapat membuat kesimpulan beserta saran sebagai berikut :

1. Sebagian besar santri mempunyai prilaku kebersihan perorangan sedang 79

orang (65,8%).

2. Sebagian besar responden menyatakan sanitasi lingkungannya tidak sehat 83

orang (69,2%).
18

3. Sebagian besar responden yang mengalami kejadian skabies sebanyak 68 orang

(56,7%).

4. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara

kebersihan perorangan dengan kejadian skabies di Pondok Pesantren Hasanatul

Barokah Suka Maju Kabupaten Rokan Hulu (p<0,05).

5. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara

sanitasi lingkungan dengan kejadian skabies di Pondok Pesantren Hasanatul

Barokah Suka Maju Kabupaten Rokan Hulu (p<0,05).

52
19

V.2. Saran

1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu

Agar mengalokasikan anggaran dan merencanakan program kerja untuk

melakukan penyuluhan dan untuk menanggulangi penyakit skabies

2. Bagi Pondok Pesantren Hasanatul Barokah Suka Maju

Diharapkan agar bekerja sama dengan Puskesmas dalam upaya

pencegahan penyakit skabies dan agar dapat memperhatikan santri seperti

melarang santri untuk saling bertukar pakaian, handuk, bantal dan tempat tidur

agar penularan skabies tidak terjadi. Melakukan pengobatan serentak untuk

memutuskan mata rantai penyakit skabies dan dapat meningkatkan mutu

lingkungan seperti melakukan kerja bakti sekali seminggu dan menganjurkan

santri untuk menjemur kasur dan bantal setiap minggu.

3. Bagi Responden

Diharapkan pada responden selalu menjaga kebersihan perorangan dan

selalu menjaga kebersihan lingkungan.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan untuk peneliti yang ingin mengembangkan penelitian ini

sebaiknya menambahkan faktor resiko lain yang menyebabkan penyakit skabies

seperti kebersihan tangan dan kuku.

Anda mungkin juga menyukai