Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE HEMORAGI FEVER

(DHF) PADA ANAK


Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak

DISUSUN OLEH :
NAMA : SANIMAN
NIM : 210102384

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
(STIKes) AL-INSYIRAH PEKANBARU
2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE HEMORAGI FEVER (DHF) PADA
ANAK” .
         Dalam penulisan makalah ini saya menyadari masih banyak kekurangan dan
kesalahan, untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca.
  Demikianlah makalah ini saya tulis semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca, akhir kata saya ucapkan terima kasih.

Pekanbaru, 02 April 2022

SANIMAN

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang 1
1.2. Rumus
an Masalah 2
1.3. Tujuan
Penulis 2
1.4.
Manfaat 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengkajian 4
2.2 Diagnosa 6
2.3 Intervensi 6
2.4 Implementasi 10
2.5 Evaluasi 11
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan 13
3.2. Saran 14
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai tahap
perkembangannya. Sebagai individu yang unik, anak memiliki berbagai
kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain sesuai tumbuh kembang.
Kebutuhan fisiologis seperti nutrisi dan cairan, aktivitas, eliminasi, tidur dan
lain- lain, sedangkan kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang akan
terlihat sesuai tumbuh kembangnya (Yuliastati ,2016).
Hockenberry & Wilson (2009) anak dapat dikelompokkan menurut fase
perkembangannya. Fase perkembangan anak terdiri dari fase prenatal, fase
neonatal, fase infant, fase toddler, fase prasekolah, fase sekolah, dan fase
remaja. Fae prenatal mencakup masa kehamilan sampai anak dilahirkan.
Fase neonatal merupkan masa saat bayi lahir sampai usia 28 hari. Fase infant
adalah fase saat bayi berusia 1 bulan sampai 12 bulan. Fase toddler
merupakan saat anak berusia 1-3 tahun. Setelah di fase ini akan memasuki
pra sekolah yaitu saat anak memasuki usia 3-6 tahun. Fase sekolah
merupakan fase fase berusia 6-12 tahun, dan terakhir fase remaja yaitu saat
anak memasuki usia 12-18 tahun.
Demam Berdarah Dengue (DBD) sejak pertama kali ditemukan pada
tahun 1950-an di Filipina dan Thailand, telah menjadi penyebab utama
kematian di kalangan anak-anak dan dewasa. Diperkirakan terjadi antara 50
juta hingga 100 juta kasus DBD di seluruh dunia setiap tahunnya. Sekitar
500.000 penderita DBD dirawat inap dengan 2,5% diantaranya meninggal
dunia. Selain itu, diperkirakan 3,97 miliar orang pada 128 negara berisiko
terinfeksi virus dengue. Hal tersebut berarti lebih dari setengah penduduk
dunia berisiko terinfeksi penyakit DBD. (Buletin Penelitian Kesehatan, Vol.

3
45, No. 3, September 2017: 161 - 168).
Demam berdarah merupakan penyakit infeksi virus akut yang disebabkan
oleh virus dengue yang disebabkan oleh nyamuk aides aigepty yang ditandai
dengan demam 2-7 hari disertai dengan manifestasi seperti pendarahan,
penurunan tromboosit (trombositopenia), adanya hemokonsentrasi yang
ditandai dengan kebocoran plasma (peningkatan hematokrit, asites, efusi
pleura, hipoalbuminemia), dan disertai dengan gejala-gejala tidak khas sperti
nyer kepala, nyeri otot dan tulang, ruam kulit atau nyeri belakang bola mata
(Kemenkes RI, 2013).
Komplikasi Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) biasanya berhubungan
dengan syok yang berat dan memanjang dan perdarahan berat. Pemberian
cairan yang berlebihan selama fase kebocoran plasma dapar berakibat efusi
massif, yang berujung pada gagal nafas, dapat terjadi gangguan elektrolit /
metabolik : hipoglikemia, hiponatremia, hipokalsemia, atau terkadang
hiperglikemia (Tjokroprawiro, 2015).
Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin mengetahui secara nyata
pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien anak dengan Dengue
Haemorrhagic Fever.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang diatas, maka rumusan
masalah sebagai berikut : “Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)”

1.3 Tujuan
Secara Umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Dengue Haemorrhagic Fever
(DHF).
1.3.1. Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian pada pasien penderita DHF
2) Melakukan analisa data pada pasien penderita DHF
3) Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien penderita DHF

4
4) Menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien penderita DHF
5) Melakukan tindakan keperawatan pada pasien penderita DHF
6) Melakukan evaluasi keperawatan pasien penderita DHF

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Penulis
Makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
pengetahuan dan menambah wawasan dalam melakukan asuhan
keperawatan penderita DHF
1.4.2 Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Profesi Keperawatan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan
bagi perkembangan keperawatan anak dan sebagai acuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang asuhan
keperawatan penderita Dengue Haemorrhagic Fever (DHF).

5
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
2.1.1 Identitas Penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status pernikahan, suku bangsa, nomor register,
tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
2.1.2 Keluhan Utama
Panas atau demam.
2.1.3 Riwayat Kesehatan
2.1.3.1 Riwayat Kesehatan Sekarang
Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai
menggigil dengan kesadaran kompos mentis. Turunnya panas
terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan keadaan anak semakin
lemah. Kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual,
diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, serta adanya
manifestasi pendarahan pada kulit
2.1.3.2 Riwayat Kesehatan Dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita klien, apa pernah
mengalami serangan ulang DHF.
2.1.3.3 Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah keluarga pernah mengalami riwayat penyakit DHF
sebelumnya.
2.1.3.4 Riwayat Psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi
yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta
tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
2.1.4 Kondisi lingkungan.
sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan
yang kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju
dikamar).

4
2.1.5 Pemeriksaan Fisik
2.1.5.1 Status Kesehatan Umum
Berdasarkan tingkatan (grade) DHF keadaan umum
adalah sebagai berikut :
Grade I : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah,
tanda – tanda vital dan nadi lemah.
Grade II : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah,
ada perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga,
serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.
Grade III : Keadaan umum lemah, kesadaran apatis,
somnolen, nadi lemah, kecil, dan tidak teratur serta tensi
menurun.
Grade IV : Kesadaran koma, tanda – tanda vital : nadi tidak
teraba, tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur,
ekstremitas dingin berkeringat dan kulit tampak sianosis
2.1.5.2 Kepala dan leher.
Wajah : Kemerahan pada muka, pembengkakan sekitar mata,
lakrimasi dan fotobia, pergerakan bola mata nyeri.
Mulut : Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor,
(kadang-kadang) sianosis.
Hidung : Epitaksis
Tenggorokan : Hiperemia
Leher : Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut atas
rahang daerah servikal posterior.
2.1.5.3 Dada (Thorax)
Nyeri tekan epigastrik, nafas dangkal. Pada Stadium IV :
Palpasi : Vocal – fremitus kurang bergetar.
Perkusi : Suara paru pekak. Didapatkan suara nafas vesikuler
yang lemah.
Abdomen (Perut).
Palpasi : Terjadi pembesaran hati dan limfe, pada keadaan
dehidrasi turgor kulit dapat menurun.

5
2.1.5.4 Pemeriksaan laboratorium.

Hasil dari pemeriksaan laboratorium


didapatkan Hb dan PCV meningkat ( ≥20%),
Trambositopenia (≤100.000/ml), Leukopenia.
Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan
: hipoproteinemia, hipokloremia, dan
hiponatremia, Urium dan Ph darah mungkin
meningkat, Asidosis metabolic : Pco2<35-40
mmHg, SGOT/SGPT mungkin meningkat.

2.2 Diagnosa Keperawatan


1) Resiko pendarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi ditandai
dengan trombositopeni.
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (penekanan intra
abdomen).
3) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu
tubuh diatas normal, kulit merah, takikardi, kulit terasa hangat
4) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin ditandai dengan akral teraba dingin, warna kulit pucat.
5) Resiko hipovolemi berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif
ditandai dengan pendarahan.
6) Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, lingkungan
yang asing, prosedur-prosedur lingkungan.
(Nanda,2015)

2.3 Intervensi
Setelah perumusan diagnosa keperawatan maka perlu dibuat
perencanaan intervensi keperawatan. Tujuan intervensi keperawatan adalah
untuk menghilangkan, mengurangi dan mencegah masalah keperawatan
klien.

6
Tabel 2.1
Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa NOC NIC
1 Hipertermi b/d Setelah dilakukan Manajemen demam :
proses penyakit perawatan selama 3 x 24 1. Monitor suhu
d/d suhu tubuh jam Suhu tubuh sesering mungkin.
diatas normal, diharapkan berkurang 2. Berikan anti piretik.
kulit merah, dengan KH : 3. Kompres pada
takikardi, kulit 1. Suhu tubuh dalam lipatan paha dan
terasa hangat. rentang normal. aksila.
2. b.Nadi dan RR dalam 4. Kolaborasi
rentang normal. pemberian cairan
3. Tidak ada perubahan intravena.
warna kulit dan tidak
ada pusing.
2 Nyeri akut b/d Setelah dilakukan Manajemen nyeri :
agen cidera perawatan selama 3 x 24 1. Lakukan pengkajian
biologis d/d jam Nyeri diharapkan nyeri secara
Perubahan selera dapat berkurang dengan komprehensif
makan, KH : (P,Q,R,S,T).
perubahan 1. Klien mampu 2. Observasi reaksi
frekuensi mengontrol nyeri (tahu nonverbal dari
pernapasan, penyebab nyeri). ketidaknyamanan.
terlihat meringis. 3. Gunakan teknik
2. Klien mampu
komunikasi
menggunakan teknik terapeutik untuk
non farmakologi untuk mengetahui
mengurangi nyeri, pengalaman nyeri
mencari bantuan ). pasien.
3. Klien dapat melaporkan 4. Kaji kultur yang
bahwa nyeri berkurang mempengaruhi
respon nyeri.
dengan menggunakan
5. Evaluasi
manajemen nyeri skala pengalaman nyeri
0-2. masa lampau.
4. Klien mampu 6. Kontrol lingkungan
mengenali nyeri (skala, yang dapat
intensitas, frekuensi mempengaruhi
dan tanda nyeri). nyeri (suhu ruangan,
pencahayaan dan
5. Klien dapat
kebsingan).
menyatakan rasa 7. Kurangi faktor
nyaman setelah nyeri prespitasi nyeri.
berkurang. 8. Ajarkan teknik
nonfarmakologi
(relaksasi napas
dalam).

7
9. Kolaborasi
pemberian
analgetik.
3 Perfusi jaringan Setelah dilakukan Manajemen sensasi
perifer tidak perawatan selama 3 x 24 perifer :
efektif b/d jam diharapkan perfusi 1. Monitor adanya
penurunan jaringan perifer membaik daerah tertentu yang
konsentrasi dengan KH : hanya peka terhadap
hemoglobin d/d 1. Tekanan systole dan panas/dingin/tajam/t
akral teraba diastole dalam rentang umpul
dingin, warna normal 2. Monitoradanya
kulit pucat. paratese.
2. Tidak ada ortostatik
3. Instruksikan
hipertensi keluarga untuk
3. Tidak ada tanda-tanda mengobservasi kulit
peningkatan tekanan jika ada lesi atau
intracranial (tidak lebih laserasi.
dari 15 mmHg) 4. Batasi gerakan pada
kepala, leher, dan
punggung
5. Kolaborasi
pemberian analgetik
6. Monitor adanya
tromboplebitis
4 Risiko Setelah dilakukan Tindakan pencegahan
perdarahan b/d perawatan selama 3 x 24 pendarahan :
gangguan jam diharapkan tidak 1. Monitor ketat tanda-
koagulasi d/d terjadi perdarahn dengan tanda perdarahan
trombositopeni KH : 2. Catat nilai Hb dan
1. Tidak ada hematuria Ht sebelum dan
dan hematemesis sesudah terjadinya
2. Kehilangan darah yang perdarahan
3. Monitor nilai lab
terlihat
yang meliputi PT,
3. Tekanan darah dalam PTT, trombosit
batas normal systole 4. Pertahankan bedrest
dan diastole selama perdarahan.
4. Hemoglobin dan 5. Monitor status
hematokrit dalam batas cairan yang meliputi
normal intake dan output.
5 Risiko syok Setelah dilakukan Pencegahan syok :
hypovolemia b/d perawatan selama 3 x 24 1. Monitor status
kehilangan cairan jam diharapkan tidak sirkulasi blood
secara aktif d/d terjadi syok dengan KH : preasure, warna
perdarahan 1. Nadi dalam batas yang kulit, suhu, heart
normal rate, dan ritme nadi
2. Irama jantung dalam perifer dan capillary

8
batas yang diharapkan refile time.
3. Frekuensi nafas dalam 2. Monitor suhu dan
batas yang diharapkan pernafsan.
3. Monitor tanda dan
gejala asites
4. Pantau nilai lab :
Hb, Ht, AGD, dan
elektrolit

Manajemen Syok :
1. Monitor fungsi
neurologis.
2. Monitor tekanan
nadi
3. Monitor status
cairan input output.
4. Monitor EKG

6 Cemas b/d Setelah dilakukan Pengurangan


perpisahan tindakan perawatan kecemasan :
dengan orang tua, selama 3 x 24 jam 1. Pertahankan sikap
lingkungan yang diharapkan cemas yang tenang dan
asing, berkurang dengan KH : meyakinkan.
ketidaknyamana 1. Anak istirahat dengan 2. Jelaskan prosedur
n tenang dan aktivitas lain
2. Anak mendiskusikan sebelum memulai.
prosedur dan aktivitas 3. Jawab pertanyaan
tanpa bukti kecemasan dan jelaskan tujuan
aktivitas.
4. Anjurkan orang
terdekat bagi anak
untuk tetap bersama
anak sebanyak
mungkin
5. Memenuhi
kebutuhan bermain

Sumber : (Nanda, 2015)

9
2.3 Implementasi

2.3.1 Fase Perkenalan/Orientasi

Tahap perkenalan dilaksanakan setiap kali pertemuan dengan


klien dilakukan. Tujuan dalam tahap ini adalah memvalidasi
keakuratan data dan rencana yang telah dibuat sesuai dengan
keadaan klien saat ini, serta mengevaluasi hasil tindakan yang telah
lalu.
Tujuan perawat dalam tahapan ini adalah :
1) Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan dan
komunikasi terbuka.
2) Merumuskan kontrak (waktu, tempat, dan topik pembicaraan)
bersama-sama dengan klien dan menjelaskan atau
mengklarifikasi kembali kontrak yang telah disepakati
bersama.
3) Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah
klien yang umumnya dilakukan dengan menggunkan teknik
komunikasi pertanyaan terbuka.
4) Merumuskan tujuan interaksi dengan klien.

2.3 Fase Kerja

Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi


terapeutik. Tahap kerja merupakan tahap yang terpanjang dalam
komunikasi terapeutik karena didalamnya perawat dituntut untuk
membantu dan mendukung klien untuk menyampaikan perasaan dan
pikirannya dan kemudian menganalisa respons ataupun pesan
komunikasi verbal dan non verbal yang disampaikan oleh klien.
Dalam tahap ini pula perawat mendengarkan klien secara aktif dan
dengan penuh perhatian sehingga mampu membantu klien untuk
mendefinisikan masalah yang sedang dihadapi oleh klien, mencari
penyelesaian masalah dan mengevaluasinya.

2.3.3 Fase Terminasi

10
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan klien.
Tahap terminasi dibagi menjadi dua yaitu terminasi sementara dan
terminasi akhir. Terminasi sementara adalah akhir dari tiap
pertemuan perawat dan klien, setelah hal ini dilakukan perawat dan
klien masih akan bertemu kembali pada waktu yang berbeda sesuai
dengan kontrak waktu yang telah disepakati bersama. Sedangkan
terminasi akhir dilakukan oleh perawat setelah menyelesaikan
seluruh proses keperawatan.

Tugas perawat dalam tahap ini adalah :


1) Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah
dilaksanankan (evaluasi objektif).
2) Melakukan evaluasi subjektif dengan cara menanyakan perasaan
klien setelah berinteraksi dengan perawat.
3) Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah
dilakukan.
Tindak lanjut yng disepakati harus relevan dengan interaksi yang
baru saja dilakukan atau dengan interaksi yang akan dilakukan
selanjutnya. Tindak lanjut dievaluasi dalam tahap orientasi pada
pertemuan berikutnya.

2.4 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan dengan cara


melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai
atau tidak. Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan
yang dilakukan dengan mengevaluasi selama proses keperawatan
berlangsung atau menilai dari respon klien disebut evaluasi proses dan
kegiatan melakukan evaluasi dengan target tujuan yang diharapkan disebut
evaluasi hasil. Terdapat dua jenis evaluasi yaitu evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif.

Evaluasi formatif merupakan evaluasi yang dilakukan pada saat


memberikan intervensi dengan respon segera. Sedangkan evaluasi sumatif

11
merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis status pasien pada
waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap
perencanaan.

12
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan makalah asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) penulis dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut:
3.1.1. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko pendarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi
ditandai dengan trombositopeni.
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
(penekanan intra abdomen).
3) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit ditandai
dengan suhu tubuh diatas normal, kulit merah, takikardi, kulit
terasa hangat
4) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan
konsentrasi hemoglobin ditandai dengan akral teraba dingin,
warna kulit pucat.
5) Resiko hipovolemi berhubungan dengan kehilangan cairan
secara aktif ditandai dengan pendarahan.
6) Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua,
lingkungan yang asing, prosedur-prosedur lingkungan.
(Nanda,2015)
3.1.2. Perencanaan
Perencanaan yang digunakan dalam kasus pada kedua pasien di
sesuaikan dengan masalah keperawatan yang ditegakkan
berdasarkan kriteria tanda dan gejala mayor, minor serta kondisi
klien saat ini.

3.1.3. Pelaksanaan tindakan


Pelaksanaan tindakan keperawatan kasus ini sesuai dengan
intervensi yang telah dibuat.

13
3.2. Saran
Berdasarkan kasus yang diangkat penulis dengan judul Asuhan
Keperawatan Anak dengan Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) di untuk
peningkatan mutu dalam pemberian asuhan keperawatan selanjutnya

14
DAFTAR PUSTAKA

Luthfi M.H.D., dkk 2017. Deteksi Dini Kasus Demam Berdarah Dengue
Berdasarkan aktor Cuaca di DKI Jakarta Menggunakan
Metode Zero Truncated Negative Biomial. Sekolah Tinggi
Ilmu Statistik : Jakarta.

Soedarto. (2012). Demam Berdarah Dengue - Dengue Haemorrhagic Fever.


Jakarta : Sagung Seto.

Susilaningrum, R. (2013). Asuhan Keperawtan Bayi dan Anak untu Perawat dan
Bidan Edisi 2. Jakarta : Salema Medika.

Nurarif dan kusuma. 2015. Asuhaan Keperawatan Praktis Berdasarkan


Penerapan Diagnosa Nanda Nic Noc Dalam Berbagai Kasus Ed.
Yogyakarta : Mediaction.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta: salemba Medika.

World Health Organization (WHO). 2015. Impact of Dengue.


Http://www.who.int/ csr/disease/dengue/impact/en/. diakses 25
November 2018.

15

Anda mungkin juga menyukai