DISUSUN OLEH :
NAMA : SANIMAN
NIM : 210102384
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE HEMORAGI FEVER (DHF) PADA
ANAK” .
Dalam penulisan makalah ini saya menyadari masih banyak kekurangan dan
kesalahan, untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca.
Demikianlah makalah ini saya tulis semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca, akhir kata saya ucapkan terima kasih.
SANIMAN
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang 1
1.2. Rumus
an Masalah 2
1.3. Tujuan
Penulis 2
1.4.
Manfaat 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengkajian 4
2.2 Diagnosa 6
2.3 Intervensi 6
2.4 Implementasi 10
2.5 Evaluasi 11
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan 13
3.2. Saran 14
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
45, No. 3, September 2017: 161 - 168).
Demam berdarah merupakan penyakit infeksi virus akut yang disebabkan
oleh virus dengue yang disebabkan oleh nyamuk aides aigepty yang ditandai
dengan demam 2-7 hari disertai dengan manifestasi seperti pendarahan,
penurunan tromboosit (trombositopenia), adanya hemokonsentrasi yang
ditandai dengan kebocoran plasma (peningkatan hematokrit, asites, efusi
pleura, hipoalbuminemia), dan disertai dengan gejala-gejala tidak khas sperti
nyer kepala, nyeri otot dan tulang, ruam kulit atau nyeri belakang bola mata
(Kemenkes RI, 2013).
Komplikasi Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) biasanya berhubungan
dengan syok yang berat dan memanjang dan perdarahan berat. Pemberian
cairan yang berlebihan selama fase kebocoran plasma dapar berakibat efusi
massif, yang berujung pada gagal nafas, dapat terjadi gangguan elektrolit /
metabolik : hipoglikemia, hiponatremia, hipokalsemia, atau terkadang
hiperglikemia (Tjokroprawiro, 2015).
Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin mengetahui secara nyata
pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien anak dengan Dengue
Haemorrhagic Fever.
1.3 Tujuan
Secara Umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Dengue Haemorrhagic Fever
(DHF).
1.3.1. Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian pada pasien penderita DHF
2) Melakukan analisa data pada pasien penderita DHF
3) Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien penderita DHF
4
4) Menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien penderita DHF
5) Melakukan tindakan keperawatan pada pasien penderita DHF
6) Melakukan evaluasi keperawatan pasien penderita DHF
5
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
2.1.1 Identitas Penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status pernikahan, suku bangsa, nomor register,
tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
2.1.2 Keluhan Utama
Panas atau demam.
2.1.3 Riwayat Kesehatan
2.1.3.1 Riwayat Kesehatan Sekarang
Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai
menggigil dengan kesadaran kompos mentis. Turunnya panas
terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan keadaan anak semakin
lemah. Kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual,
diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, serta adanya
manifestasi pendarahan pada kulit
2.1.3.2 Riwayat Kesehatan Dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita klien, apa pernah
mengalami serangan ulang DHF.
2.1.3.3 Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah keluarga pernah mengalami riwayat penyakit DHF
sebelumnya.
2.1.3.4 Riwayat Psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi
yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta
tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
2.1.4 Kondisi lingkungan.
sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan
yang kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju
dikamar).
4
2.1.5 Pemeriksaan Fisik
2.1.5.1 Status Kesehatan Umum
Berdasarkan tingkatan (grade) DHF keadaan umum
adalah sebagai berikut :
Grade I : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah,
tanda – tanda vital dan nadi lemah.
Grade II : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah,
ada perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga,
serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.
Grade III : Keadaan umum lemah, kesadaran apatis,
somnolen, nadi lemah, kecil, dan tidak teratur serta tensi
menurun.
Grade IV : Kesadaran koma, tanda – tanda vital : nadi tidak
teraba, tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur,
ekstremitas dingin berkeringat dan kulit tampak sianosis
2.1.5.2 Kepala dan leher.
Wajah : Kemerahan pada muka, pembengkakan sekitar mata,
lakrimasi dan fotobia, pergerakan bola mata nyeri.
Mulut : Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor,
(kadang-kadang) sianosis.
Hidung : Epitaksis
Tenggorokan : Hiperemia
Leher : Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut atas
rahang daerah servikal posterior.
2.1.5.3 Dada (Thorax)
Nyeri tekan epigastrik, nafas dangkal. Pada Stadium IV :
Palpasi : Vocal – fremitus kurang bergetar.
Perkusi : Suara paru pekak. Didapatkan suara nafas vesikuler
yang lemah.
Abdomen (Perut).
Palpasi : Terjadi pembesaran hati dan limfe, pada keadaan
dehidrasi turgor kulit dapat menurun.
5
2.1.5.4 Pemeriksaan laboratorium.
2.3 Intervensi
Setelah perumusan diagnosa keperawatan maka perlu dibuat
perencanaan intervensi keperawatan. Tujuan intervensi keperawatan adalah
untuk menghilangkan, mengurangi dan mencegah masalah keperawatan
klien.
6
Tabel 2.1
Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa NOC NIC
1 Hipertermi b/d Setelah dilakukan Manajemen demam :
proses penyakit perawatan selama 3 x 24 1. Monitor suhu
d/d suhu tubuh jam Suhu tubuh sesering mungkin.
diatas normal, diharapkan berkurang 2. Berikan anti piretik.
kulit merah, dengan KH : 3. Kompres pada
takikardi, kulit 1. Suhu tubuh dalam lipatan paha dan
terasa hangat. rentang normal. aksila.
2. b.Nadi dan RR dalam 4. Kolaborasi
rentang normal. pemberian cairan
3. Tidak ada perubahan intravena.
warna kulit dan tidak
ada pusing.
2 Nyeri akut b/d Setelah dilakukan Manajemen nyeri :
agen cidera perawatan selama 3 x 24 1. Lakukan pengkajian
biologis d/d jam Nyeri diharapkan nyeri secara
Perubahan selera dapat berkurang dengan komprehensif
makan, KH : (P,Q,R,S,T).
perubahan 1. Klien mampu 2. Observasi reaksi
frekuensi mengontrol nyeri (tahu nonverbal dari
pernapasan, penyebab nyeri). ketidaknyamanan.
terlihat meringis. 3. Gunakan teknik
2. Klien mampu
komunikasi
menggunakan teknik terapeutik untuk
non farmakologi untuk mengetahui
mengurangi nyeri, pengalaman nyeri
mencari bantuan ). pasien.
3. Klien dapat melaporkan 4. Kaji kultur yang
bahwa nyeri berkurang mempengaruhi
respon nyeri.
dengan menggunakan
5. Evaluasi
manajemen nyeri skala pengalaman nyeri
0-2. masa lampau.
4. Klien mampu 6. Kontrol lingkungan
mengenali nyeri (skala, yang dapat
intensitas, frekuensi mempengaruhi
dan tanda nyeri). nyeri (suhu ruangan,
pencahayaan dan
5. Klien dapat
kebsingan).
menyatakan rasa 7. Kurangi faktor
nyaman setelah nyeri prespitasi nyeri.
berkurang. 8. Ajarkan teknik
nonfarmakologi
(relaksasi napas
dalam).
7
9. Kolaborasi
pemberian
analgetik.
3 Perfusi jaringan Setelah dilakukan Manajemen sensasi
perifer tidak perawatan selama 3 x 24 perifer :
efektif b/d jam diharapkan perfusi 1. Monitor adanya
penurunan jaringan perifer membaik daerah tertentu yang
konsentrasi dengan KH : hanya peka terhadap
hemoglobin d/d 1. Tekanan systole dan panas/dingin/tajam/t
akral teraba diastole dalam rentang umpul
dingin, warna normal 2. Monitoradanya
kulit pucat. paratese.
2. Tidak ada ortostatik
3. Instruksikan
hipertensi keluarga untuk
3. Tidak ada tanda-tanda mengobservasi kulit
peningkatan tekanan jika ada lesi atau
intracranial (tidak lebih laserasi.
dari 15 mmHg) 4. Batasi gerakan pada
kepala, leher, dan
punggung
5. Kolaborasi
pemberian analgetik
6. Monitor adanya
tromboplebitis
4 Risiko Setelah dilakukan Tindakan pencegahan
perdarahan b/d perawatan selama 3 x 24 pendarahan :
gangguan jam diharapkan tidak 1. Monitor ketat tanda-
koagulasi d/d terjadi perdarahn dengan tanda perdarahan
trombositopeni KH : 2. Catat nilai Hb dan
1. Tidak ada hematuria Ht sebelum dan
dan hematemesis sesudah terjadinya
2. Kehilangan darah yang perdarahan
3. Monitor nilai lab
terlihat
yang meliputi PT,
3. Tekanan darah dalam PTT, trombosit
batas normal systole 4. Pertahankan bedrest
dan diastole selama perdarahan.
4. Hemoglobin dan 5. Monitor status
hematokrit dalam batas cairan yang meliputi
normal intake dan output.
5 Risiko syok Setelah dilakukan Pencegahan syok :
hypovolemia b/d perawatan selama 3 x 24 1. Monitor status
kehilangan cairan jam diharapkan tidak sirkulasi blood
secara aktif d/d terjadi syok dengan KH : preasure, warna
perdarahan 1. Nadi dalam batas yang kulit, suhu, heart
normal rate, dan ritme nadi
2. Irama jantung dalam perifer dan capillary
8
batas yang diharapkan refile time.
3. Frekuensi nafas dalam 2. Monitor suhu dan
batas yang diharapkan pernafsan.
3. Monitor tanda dan
gejala asites
4. Pantau nilai lab :
Hb, Ht, AGD, dan
elektrolit
Manajemen Syok :
1. Monitor fungsi
neurologis.
2. Monitor tekanan
nadi
3. Monitor status
cairan input output.
4. Monitor EKG
9
2.3 Implementasi
10
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan klien.
Tahap terminasi dibagi menjadi dua yaitu terminasi sementara dan
terminasi akhir. Terminasi sementara adalah akhir dari tiap
pertemuan perawat dan klien, setelah hal ini dilakukan perawat dan
klien masih akan bertemu kembali pada waktu yang berbeda sesuai
dengan kontrak waktu yang telah disepakati bersama. Sedangkan
terminasi akhir dilakukan oleh perawat setelah menyelesaikan
seluruh proses keperawatan.
11
merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis status pasien pada
waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap
perencanaan.
12
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan makalah asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) penulis dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut:
3.1.1. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko pendarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi
ditandai dengan trombositopeni.
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
(penekanan intra abdomen).
3) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit ditandai
dengan suhu tubuh diatas normal, kulit merah, takikardi, kulit
terasa hangat
4) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan
konsentrasi hemoglobin ditandai dengan akral teraba dingin,
warna kulit pucat.
5) Resiko hipovolemi berhubungan dengan kehilangan cairan
secara aktif ditandai dengan pendarahan.
6) Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua,
lingkungan yang asing, prosedur-prosedur lingkungan.
(Nanda,2015)
3.1.2. Perencanaan
Perencanaan yang digunakan dalam kasus pada kedua pasien di
sesuaikan dengan masalah keperawatan yang ditegakkan
berdasarkan kriteria tanda dan gejala mayor, minor serta kondisi
klien saat ini.
13
3.2. Saran
Berdasarkan kasus yang diangkat penulis dengan judul Asuhan
Keperawatan Anak dengan Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) di untuk
peningkatan mutu dalam pemberian asuhan keperawatan selanjutnya
14
DAFTAR PUSTAKA
Luthfi M.H.D., dkk 2017. Deteksi Dini Kasus Demam Berdarah Dengue
Berdasarkan aktor Cuaca di DKI Jakarta Menggunakan
Metode Zero Truncated Negative Biomial. Sekolah Tinggi
Ilmu Statistik : Jakarta.
Susilaningrum, R. (2013). Asuhan Keperawtan Bayi dan Anak untu Perawat dan
Bidan Edisi 2. Jakarta : Salema Medika.
15