Anda di halaman 1dari 23

Penyusunan (Need assessment ) Pembelajaran Pendidikan Antar Profesi

pada Institusi Profesi/Tenaga Kesehatan yang ada di Poltekkes Kemenkes


Surakarta

Disusun untuk memenuhi tugas Kebutuhan IPE-IPC


Dosen Pembimbing : Yuyun Setyorini, S.Kp., Ns, M.Kep

Disusun Oleh :
Alda Putri Damayanti P27220019141
Alfina Vandiza P27220019142
Arifah Oktafiyani P27220019145
Bais Nias Shofiyah P27220019147
Febrianti Rindia D.J P27220019155
Indhika Ikstyarni Istiqomah P27220019158
Indriyasari Nur Addina P27220019160
Lisa Ayu Rahmawati P27220019167
Nusaiba Naufala Zahrah P27220019174
Ratri Aninditya Putri Maryono P27220019178
Rosa Sheila Diana Oasis P27220019181

PROGRAM D-IV KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN


KEMENTERIAN KESEHATAN SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Penyusunan (Need assessment ) Pembelajaran Pendidikan Antar Profesi
pada Institusi Profesi/Tenaga Kesehatan yang ada di Poltekkes Kemenkes
Surakarta”. Kami berharap semoga makalah ini bisa memberikan manfaat
kepada semua pihak, khususnya bagi para pembaca untuk memperluas wawasan
dan juga pengetahuan tentang IPE-IPC. Oleh karena itu, makalah ini berupaya
memberikan sedikit pemahaman mengenai hasil analisis kami tentang
penyusunan need asessment di Poltekkes Kemenkes Surakarta
Makalah ini kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber dan
berdasarkan aspirasi dari kelompok kami sendiri. Kami menyadari bahwasanya
dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kekurangan serta kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu mata kuliah IPE-IPC yang telah membimbing kami sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini.

Surakarta, 15 April 2021

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 2
C. Tujuan...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian IPE-IPC................................................................................. 3
B. Pengertian Need assesment..................................................................... 4
C. Penyusunan Need assesment Antar Profesi............................................. 6
D. Penyusunan Need Asessment Antar Profesi di Poltekkes
Kemenkes Surakarta................................................................................. 11
BAB III KESIMPULAN
A. Kesimpulan.............................................................................................. 17
B. Saran........................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan yang bermutu menjadi sebuah tuntutan bagi
pemberi pelayanan kesehatan di era global sekarang ini. Pelayanan kesehatan
yang bermutu merupakan pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan
masyarakat dengan disesuaikan kode etik dan standard pelayanan profesi
yang telah ditetapkan. Kerjasama dan kolaborasi yang baik antar profesi
kesehatan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kepuasan pasien dalam
pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang berpusat pada pasien
(Patient-Centered Care) merupakan model pelayanan yang diunggulkan untuk
menjawab isu-isu perkembangan mengenai penyakit. Model pelayanan
kesehatan ini merupakan terobosan yang sedang dikembangkan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan menghindari kesalahan
praktek, dimana berbagai profesi yang bersama-sama menangani masalah
pasien. Terkait hal itu maka perlu diadakannya praktik kolaborasi sejak dini
dengan melalui proses pembelajaran yaitu dengan melatih mahasiswa
pendidikan kesehatan, sebuah grand design tentang pembentukan karakter
kolaborasi dalam praktik sebuah bentuk pendidikan yaitu interprofessional
education (IPE) (WHO, 2010, Department of Human Resources for Health).
Kolaborasi antar profesi kesehatan masih tumpang tindih. Hal ini terjadi
karena kurangnya pemahaman suatu profesi kesehatan mengenai kompetensi
kesehatan lainnya. Salah satu upaya untuk mewujudkan kolaborasi antar
profesi kesehatan yaitu dengan memperkenalkan praktik kolaborasi sejak
dini, melalui proses pendidikan. Interprofesional Education (IPE) merupakan
salah satu konsep pendidikan terintegrasi untuk peningkatan kemampuan
kolaborasi. IPE memberikan kesempatan kepada mahasiswa yang mempunyai
latar belakang pendidikan kesehatan yang berbeda untuk bekerja sama secara
aktif dalam memecahkan permasalahan. Pembelajaran ini berpotensi untuk
menyiapkan mahasiswa dalam menghadapi praktik klinik, membantu

1
2

meningkatkan hubungan professional yang kuat dengan menghargai peran


masing-masing profesi. Karena pentingnya Interprofesional Education (IPE)
dan Interprofessional Collaboration (IPC) maka dibentuklah kebijakan
pemerintah dalam peraturan perundang-undangan untuk mengatur terkait
dengan pendidikan antaar profesi.
Need assessment  (analisis kebutuhan) adalah proses analisis data dalam
mengidentifikasi gap(kesenjangan) antara kinerja saat ini dengan kinerja yang
diharapkan sehingga dapat diperoleh data mengenai kebutuhan pelatihan.
Informasi kebutuhan pelatihan tersebut akan membantu organisasi dalam
menyusun program pelatihan/diklat sehingga pelatihan tidak salah sasaran
dan tidak terjadi penghamburan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan IPE dan IPC ?
2. Apakah yang dimaksud dengan need assesment?
3. Apa yang dimaksud dengan need assesment antar profesi ?
4. Bagaimana penyusunan need assesment antar profesi di Poltekkes
Kemenkes Surakarta ?

C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian IPE dan IPC.
2. Mahasiswa dapat mengetahui tentang pengertian need assesment
3. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian need assesment antar profesi.
4. Mahasiswa dapat mengetahui susunan need assesment antar profesi di
Poltekkes Kemenkes Surakarta .
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian IPE-IPC
IPE disebut juga dengan pembelajaran interprofesional, Merupakan
filosofi pendidikan yang direkomendasikan oleh dunia Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) berfungsi sebagai pendidikan komprehensif untuk Menjalin
kolaborasi di antara petugas kesehatan. Mahasiswa dari dua atau lebih jurusan
kesehatan akan mendapatkan IPE Belajar bersama, belajar dari profesi
kesehatan lain, dan pelajari peran Setiap profesi kesehatan perlu
meningkatkan keterampilan Kolaborasi dan kualitas layanan kesehatan. IPE
bertujuan untuk melatih tenaga kesehatan Orang dengan pengetahuan,
keterampilan dan sikap pendukung Praktik kolaborasi di antara profesional
kesehatan. Ada tiga aspek untuk mengimplementasikan IPE dalam kurikulum
pendidikan kesehatan Fokus. Pertama, tingkatkan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap Siswa terlibat dalam praktik kolaboratif antara profesi kesehatan.
Kedua, fokus Pelajari bagaimana membangun kerjasama yang efektif Dalam
tim. Ketiga, menjalin hubungan kerja sama yang efektif, Meningkatkan
kualitas pelayanan kepada pasien.
Layanan berpusat pada pasien dan Kerja sama antar petugas kesehatan,
praktek Kolaborasi antar-profesional adalah sebuah bidang Pengembangan di
rumah sakit Dan pengaturan layanan kesehatan. Kolaborasi antar latihan
Petugas kesehatan adalah salah satunya Semakin banyak primadona
Kesehatan pasien. Kerja sama Oleh perawat, dokter, apotek, dan personel
Yang lainnya disebut kesehatan Praktek kerjasama antar profesional (IPC).
Metode ini adalah derajat realisasinya Pasien tertinggi dan kesehatan pasien
Pusat pelayanan kesehatan itu sendiri. IPC memiliki pandangan yang sangat
kuat terhadap perawat dan dokter Sangat penting, mereka mengerti itu Hal
terpenting dalam implementasi IPC adalah Komunikasi dan kolaborasi.
Metode IPC terutama ditujukan Ciptakan tingkat layanan terbaik Untuk
kesehatan pasien. mencapai IPC yang baik membutuhkan komitmen yang

3
4

baik Juga dari semua profesi kesehatan Memiliki tujuan yang sama yaitu
Meningkatkan kesehatan pasien. Dalam implementasi IPC, perlu
diperkenalkan Berikan IPE kepada siswa sebelumnya atau Petugas kesehatan
di masa depan tidak akan terkejut Budaya kerja sama dan komunikasi yang
mendalam Kerja sama.

B. Pengertian Need assesment


1. Pengertian
a. Alison Roselt(1982) mengatakan bahwa training needs
assessment adalah suatu study sistematis terhadap suatu perubahan
atau inovasi dengan cara mengumpulkan data, opini dari berbagai
sumber guna mengambil keputusan yang efektif.
b. Need assessment  (analisis kebutuhan) adalah proses analisis data
dalam mengidentifikasi gap(kesenjangan) antara kinerja saat ini
dengan kinerja yang diharapkan sehingga dapat diperoleh data
mengenai kebutuhan pelatihan. Informasi kebutuhan pelatihan
tersebut akan membantu organisasi dalam menyusun program
pelatihan/diklat sehingga pelatihan tidak salah sasaran dan tidak
terjadi penghamburan.
2. Sumber Need assesment
Ditinjau dari sumbernya, needs (kebutuhan) dapat berasal dari:
a. Orang :
1) Kesenjangan skill
2) Kesenjangan knowledge
3) Kesenjangan attitude
b. Pekerjaan :
1) Perubahan job atau task
2) Perubahan equipment
3) Perubahan personil (promosi, rotasi)
c. Organisasi
1) Perubahan misi organisasi
5

2) Merger dan akuisisi


3) Perubahan struktur organisasi
4) Perubahan lingkungan
5) Peraturan baru
3. Tujuan Need assesment
a. Memastikan bahwa pelatihan memang merupakan salah satu solusi
untuk memperbaiki masalah atau meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan kelompok sasaran.
b. Memastikan bahwa para partisipan baik individu maupun lembaga
yang mengikuti pelatihan benar-benar sasaran yang tepat.
c. Memastikan bahwa pengetahuan dan keterampilan yang menjadi
pembelajaran selama pelatihan benar-benar sesuai dengan elemen-
elemen yang dituntut dari suatu capaian tertentu.
d. Mengidentifikasi bahwa jenis pelatihan dan metode yang dipilih
sesuai dengan tema atau materi pelatihan.
e. Memastikan bahwa masalah yang ada adalah disebabkan karena
kurangnya pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap tertentu
bukan oleh alasan-alasan lain yang tidak bisa diselesaikan melalui
pelatihan.
f. Memperhitungkan untung-ruginya melaksanakan pelatihan
mengingat bahwa sebuah pelatihan pasti membutuhkan sejumlah
dana.
4. Manfaat Need assesment
Program diklat yang disusun sesuai dengan kebutuhan organisasi
a. Menjaga dan meningkatkan motivasi peserta
b. Efisiensi waktu dan biaya
c. Dapat memahami penyebab timbulnya masalah seperti gap dan
unsur manajemen yang lain (metode kerja yang kurang tepat,
terbatasnya anggaran yang tersedia, perencanaan kurang matang,
koordinasi yang tidak mantap, dan lain sebagainya).
6

C. Penyusunan Need assesment Antar Profesi


1. Dalam Needs assessment pada umumnya mencakup 3 analisis yaitu
a. Analisis organisasi
Analisis ini menyangkut pertanyaan-pertanyaan di mana atau
bagaimana di dalam organisasi tersebut, dan apakah ada personil
yang membutuhkan pelatihan. Setelah itu mempertimbangkan biaya,
alat-alat, dan perlengkapan yang akan digunakan. Kemudian
dilakukan analisis iklim organisasi, karena hal ini akan berpengaruh
terhadap keberhasilan dalam program pelatihan. Aspek lain dari
analisis organisasi yaitu penentuan berapa banyak karyawan yang
perlu untuk dilatih sesuai klasifikasi pekerjaan, informasi ini
diperoleh dengan melalui angket, wawancara atau pengamatan
secara langsung.
b. Analisis pekerjaan
Analisis ini menjawab pertanyaan dari apa yang harus diajarkan atau
diberikan dalam pelatihan supaya para karyawan yang bersangkutan
mampu melakukan pekerjaan secara efektif.
Analisis pekerjaan bertujuan untuk memperoleh informasi tentang:
1) Tugas-tugas yang harus dijalankan oleh profesi tertentu.
2) Tugas-tugas yang telah dilakukan pada saat itu oleh profesi
tertentu
3) Tugas-tugas yang seharusnya dilakukan, namun belum atau tidak
dilakukan oleh profesi tertentu.
4) Sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang dibutuhkan dalam
melakukan pekerjaan dengan baik.
Untuk memperoleh informasi-informasi tersebut bisa dilakukan
melalui tes personil, wawancara, rekomendasi-rekomendasi, evaluasi
rekan kerja, dan lain-lain.
c. Analisis orang
Analisis ini menentukan siapa yang membutuhkan pelatihan dan
pelatihan seperti apa yang dibutuhkan. Diperlukan waktu untuk
7

mengadakan diagnosis yang lengkap mengenai kemampuan-


kemampuan masing-masing profesi. Informasi-informasi ini
diperoleh melalui achievement test, observasi, dan melalui
wawancara.
2. Adapun data yang harus dikumpulkan dalam needs assessment
a. Alasan
Kebutuhan dalam setiap bagian organisasi itu berbeda, sehingga kita
dituntut untuk benar-benar jeli dalam melihat kebutuhan yang ada.
b. Peserta
Menentukan siapa saja yang akan menjadi peserta dalam pelatihan
c. Pekerjaan
Data atau informasi yang berhubungan dengan aspek pekerjaan
harus dikumpulkan dan dianalisis mencakup hal-hal seperti: jenis
pekerjaan (jabatan) apa yang sedang di review dan apa fungsi utama
pekerjaan (jabatan) tersebut, apa saja kompetensi yang dibutuhkan
untuk dapat melaksanakan pekerjaan secara optimal, apa standard
kinerja yang harus dipenuhi oleh pegawai, dan apakah pegawai
sudah memenuhi standard kinerja yang diharapkan.
d. Materi
Menentukan materi yang akan dirancang dalam sebuah program
pelatihan merupakan hal yang bersifat essential atau tidak.
e. Dukungan
Komitmen dari para manager atau supervisor dalam menciptakan
suasana yang kondusif bagi peserta untuk dapat menerapkan apa
yang telah mereka pelajari dalam pelatihan.
f. Biaya
Sekecil apapun kegiatan pelatihan pasti membutuhkan dana, oleh
karena itu amat penting untuk menghitung untung rugi dari
pelaksanaan suatu pelatihan.
g. Memilih metode
8

Sebelum menentukan metode yang akan digunakan dalam


pengumpulan data, maka perlu dipikirkan mengenai sumber-sumber
data yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan
pelatihan. Sumber-sumber data tersebut diantaranya: Riset atau
survey (critical incidents research, working climate survey,
customer service survey), Penilaian kinerja (performance appraisal),
Perencanaan karir pegawai, Perubahan prosedur kerja dan
perkembangan teknologi, serta Perencanaan SDM.
3. Kelebihan dan kelemahan metode Pengukuran Kebutuhan (Need
assessment )
a. Kelebihan
1) Data yang diperoleh dapat disesuaikan dengan tujuan
pengumpulan data
2) Data yang diperoleh langsung dari masyarakat
b. Kelemahan
1) Membutuhkan biaya yang lebih besar
2) Membutuhkan waktu untuk melakukan survei
3) Tenaga yang digunakan harus terlatih dalam hal wawancara
4) Perlu mempersiapkan kuesioner yang sesuai standar
4. Langkah-langkah Pengukuran Kebutuhan (Need assessment )
a. Tahap persiapan :
1) Bentuklah tim 5 atau 6 orang
2) Tentukan tujuan pengukuran :
a) Masalah yang akan diukur
b) Kebutuhan yang akan diukur
c) Harapan yang akan diukur
3) Tentukan sasaran (sampel dan daerah pengukuran)
4) Buatlah kuesioner (lihat contoh kuesioner yang baik) sesuai
tujuan, dengan memperhatikan :
a) Tujuan pengukuran
b) Sasaran pengukuran
9

c) Persyaratan kuesioner yang baik


b. Tahap Pelaksanaan
1) Pilih sampel (responden) yang menjadi sumber informasi secara
acak sederhana pada daerah sasaran
2) Lakukan wawancara dengan memberikan penjelasan yang
lengkap dan mudah dipahami oleh responden
3) Tahap Analisis Data :
a) Data yang diperoleh dari kuesioner dikelompokkan sesuai
jenisnya
b) Lakukan tabulasi
c) Lengkapilah data kebutuhan dengan data sekunder
d) Analisis data untuk menghasilkan informasi yang spesifik
sesuai dengan tujuan
5. Contoh Kuesioner Pengukuran Kebutuhan (Need assessment )
I. Identitas responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Suku :
5. Pendidikan :
6. Status perkawinan :
II. Kebutuhan terhadap pelayanan Puskesmas
1. Apakah dalam tiga bulan terakhir ini ada anggota keluarga
ibu/bapak yangsakit ?
(1) Ada …………………, lanjut ke pertanyaan no .2
(2) Tidak ada
2. Jika ada, kemana keluarga ibu/Bapak tersebut berobat ?
(1) Bukan ke puskesmas, sebutkan dimana …………,lanjut ke
pertanyaan no 3
(2) Puskesmas,………………… lanjut ke pertanyaan no 4
3. Mengapa bukan ke puskesmas ?
10

1. Jarak yang jauh


2. Jam buka pagi
3. Petugas kurang ramah
4. Tidak ada dokter
5. Obat-obatan tidak lengkap
6. Di puskesmas tidak terdapat obat paten
7. Sarana tidak lengkap
8. Tarifnya mahal
9. Waktu tunggunya lama (Jawaban bisa lebih dari dua)
4. Alasan memilih puskesmas :
(1) Tarifnya murah
(2) Dekatnya jarak tinggal dari puskesmas
(3) Karena dianjurkan oleh keluarga/teman
5. Berapa menit anda menunggu di ruang tunggu sebelum dilayani
(1) Lima menit
(2) Sepuluh menit
(3) Lima belas menit
(4) Lebih dari lima belas menit
6. Fasilitas apa yang anda inginkan bila anda menunggu di ruang
tunggu puskesmas
(1) Televisi
(2) Kipas angin
(3) Tempat duduk yang nyaman
7. Apakah menurut anda obat-obatan dari puskesmas sudah cukup
(1) Kurang
(2) Cukup
8. Menurut anda bagaimana pelayanan di puskesmas :
(1) Tidak memuaskan
(2) Cukup memuaskan
(3) Sangat memuaskan
11

D. Penyusunan Need assesment Antar Profesi di Poltekkes Kemenkes


Surakarta
1. Analisis Organisasi
Analisis organisasi merupakan pengkajian terhadap alat dan
perlengkapan yang akan digunakan pada saat pelatihan. Pada Poltekkes
Kemenkes Surakarta, laboratorium merupakan tempat yang harus
dilakukan analisis. Karena laboratorium digunakan untuk mengajarkan
maupun meningkatkan skill yang dimiliki setiap mahasiswa. Alat dan
perlengkapan yang lengkap atau dibuat seperti situasi rumah sakit, akan
sangat mendukung proses pembelajaran.
Berikut merupakan standar kelengkapan sarana dan prasarana
laboratorium:
a. Setiap jenis laboratorium memiliki ruangan sebagai berikut :
1) Ruang pengelola laboratorium;
2) Ruang praktik peserta didik;
3) Ruang kerja dan persiapan dosen;
4) Ruang/tempat penyimpanan alat; dan
5) Ruang/tempat penyimpanan bahan.
b. Jenis dan jumlah peralatan, serta bahan habis pakai berdasarkan pada
kompetensi yang akan dicapai yang dinyatakan dalam rasio antara
alat dengan peserta didik.
c. Tersedianya kebutuhan listrik seperti stopkontak (mains socket)
d. Adanya Prosedur Operasional Standar (Standard Operating
Prosedures = SOP) atau instruksi kerja. Prosedur ini bersifat
operasional dan mengikat bagi semua pengguna laboratorium. Jenis
SOP/instruksi kerja yang perlu adalah :
1) Pedoman pelaksanaan praktikum
2) Prosedur Tetap (Protap) pelaksanaan praktikum masing-masing
mata kuliah terkait
3) Dokumentasi berupa absensi peserta didik, absensi kehadiran
dosen/instruktur, objek/materi praktikum.
12

4) Keamanan dan keselamatan kerja


5) Penggunaan alat laboratorium yang menggunakan arus listrik.
(Alat pecah belah tdak memerlukan SOP)
6) Pemeliharaan alat
7) Pengadaan alat dan bahan
8) Penyimpanan alat dan bahan
e. Adanya sistem pelaporan dan dokumentasi dari setiap kegiatan
praktikum di masing-masing laboratorium, baik persemester maupun
pertahun.
Selain itu, analisis juga dilakukan kepada dosen dan tenaga kependidikan
yang ada. Hal tersebut bertujuan agar, dosen dan tenaga kependidikan
memberikan pembelajaran ataupun melayani kegiatan kependidikan
sesuai dengan keahlian dan kompetensinya serta memastikan adanya
peningkatan kompetensi untuk dosen dan tenaga kesehatan. Dosen dan
tenaga kependidikan yang meningkatkan pengetahuan dan
kemampuannya, didukung dengan adanya kelengkapan sarana dan
prasarana akan menjadikan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Surakarta
berkompeten.
2. Analisis Pekerjaan
Analisis pekerjaan bertujuan agar setiap profesi yang ada dapat
menjalankan tugas sesuai dengan profesinya masing-masing. Berikut
peran dari beberapa profesi yang ada di Poltekkes Kemenkes Surakarta:
a. Peran perawat
1) Care Giver : Sebagai pelaku atau pemberi asuhan keperawatan
2) Client advocate : penghubung antar klien dengan tim kesehatan
lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien
3) Counsellor : memberikan konseling/ bimbingan kepada klien
4) Educator : Sebagai pendidik untuk meningkatkan kesehatannya
5) Collaborator : Perawat bekerja sama dengan tim kesehatan lain
dan keluarga dalam menentukan rencana maupun pelaksanaan
asuhan keperawatan guna memenuhi kebutuhan kesehatan klien.
13

6) Change Agent : Sebagai pembaru, perawat mengadakan inovasi


dalam cara berpikir, bersikap
7) Counsultant : perawat adalah sumber informasi yang berkaitan
dengan kondisi spesifik lain
b. Peran Fisioterapis
Menurut Kepmenkes Nomor 778 Menkes SK VIII 2008, fisioterapis
bertangung jawab sebagai pelaksana, pengelola, pendidik dan
peneliti. Seorang fisioterapis dalam melakukan interaksi profesi
berdasarkan pada standar kompetensi, sumpah profesi, etika profesi,
standar praktik (standar asuhan), standar pendidikan dan legislasi
fisioterapi, sehingga aktivitas, kegiatan dan perilakunya dapat
dipertanggung jawabkan baik secara moral, etika maupun hukum.
c. Peran akupuntur
Berdasarkan Permenkes Nomor 34 tahun 2018, peran akupuntur
terapis meliputi :
1) Melakukan pengkajian akupuntur kepada pasien/klien yang
meliputi pemeriksaan dengan cara inspeksi/observasi, mendengar
(auskultasi) dan membaui (olfaksi), anamnesa, dan palpasi;
2) Menyimpulkan hasil pengkajian akupuntur;
3) Melakukan perencanaan tindakan akupuntur;
4) Melakukan tindakan terapi akupuntur sesuai dengan
kompetensinya;
5) Melakukan evaluasi dan dokumentasi tindakan akupuntur.
d. Peran terapi wicara
1) Peran pelaksana : Memberikan pelayanan terapi wicara kepada
orang-orang yang mengalami gangguan kemampuan
berkomunikasi meliputi gangguan wicara, bahasa, suara, irama
atau kelancaran, dan menelan.
2) Peran pengelola : Mengelola pelayanan terapi wicara secara
komprehensif baik mandiri maupun terpadu di tingkat pelayanan
14

dasar, pelayanan rujukan, dan pelayanan yang dilaksanakan


lembaga swadaya masyarakat.
3) Peran pendidik : melakukan advokasi, penyuluhan, edukasi dan
promosi
4) Peran peneliti : melakukan penelitian, membuat laporan tertulis,
dan mengaplikasikan hasil penelitian
e. Peran okupasi terapis
Peran okupasi terapis adalah memungkinkan pasien untuk
mendapatkan kembali kemampuan yang terlibat dalam kemandirian
Aktivitas Kegiatan Sehari-hari (AKS) dan produktifitas.
f. Peran ortetik prostetik
Menurut Permenkes RI nomor 22 tahun 2013, ortotik prostetik
memiliki peran sebagai berikut :
1) melakukan assessment ortotik-prostetik;
2) melakukan identifikasi fisik;
3) membuat rancangan bangun;
4) melaksanakan fabrikasi;
5) melakukan fitting dan exercise
6) melakukan penyerahan dan edukasi
7) memberikan pendidikan dan pelatihan; dan
8) melakukan pengembangan teknologi dan penelitian
g. Peran bidan
Dalam melaksanakan profesi, bidan memiliki peran sebagai berikut :
1) Peran Pelaksana.. Bidan memiliki 3 kategori tugas, yaitu : tugas
mandiri, kolaborasi, ketergantungan
2) Peran Pengelola : Bidan memiliki 2 tugas, yaitu tugas
pengembangan pelayanan dasar kesehatan dan tugas partisipasi
dalam tim
3) Peran sebagai pendidik : Bidan memiliki 2 tugas yaitu sebagai
pendidik dan penyuluh kesehatan bagi klien serta pelatih dan
pembimbing kader
15

4) Peran sebagai peneliti atau investor


h. Peran jamu
Menurut Permenkes Nomor 24 tahun 2018, peran pelayanan
kesehatan tradisional jamu meliputi :
1) Mengkaji klien
2) Menyimpulkan hasil pengkajian klien secara etik dan emik
3) Membuat perencanaan pelayanan jamu bagi klien
4) Melakukan upaya promotif dan preventif dalam pelayanan jamu
5) Menyiapkan dan menyimpan bahan baku jamu
6) Meracik dan menyerahkan racikan disertai dengan komunikasi,
informasi, dan edukasi
7) Mengelola bahan dan sediaan jamu
8) Melakukan dokumentasi pelayanan
i. Peran apoteker:
Menurut PMK Nomor 73 tahun 2016, pelayanan kefarmasian
seorang apoteker harus menjalankan peran yaitu :
1) Memberi layanan
2) Pengambil keputusan
3) Komunikator
4) Pemimpin
5) Pengelola
6) Pembelajar seumur hidup
7) Peneliti
Adanya kesenjangan Pekerjaan di Poltekkes Pada beberapa profesi di
Poltekkes, ada beberapa profesi yang mengadakan UKOM untuk
menentukan tingkat kemampuan tiap profesinya, sedangkan ada beberapa
profesi lain yang tidak mengadakan Atau profesi yang tidak mengadakan
tersebut tetap mengadakan UKOM tetapi diadakan jauh setelah
mahasiswa nya lulus tetapi tetap dipantau.
3. Analisis Individu
16

Analisis individu bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan setiap


mahasiswa, agar dapat diberikan pelatihan yang sesuai. Sehingga,
mahasiswa dapat terus meningkatkan kemampuannya dalam bidang
kesehatan sesuai dengan profesinya.
a. Kesenjangan Individu di Poltekkes
Salah satu kesenjangan individu di Poltekkes yaitu pada
laboratorium. Laboratorium pada beberapa jurusan yang belum
sepenuhnya memadai dan ada beberapa yang memadai tetapi belum
seperti yang ada di rumah sakit menyebabkan mahasiswa taget
ketika praktek di ruang sakit karena belum terbiasa terpapar dengan
alat yang berada di ruang sakit.
b. Penilaian tingkat kemampuan di Poltekkes
Dalam menilai kemampuan setiap mahasiswa, di Poltekkes sendiri
mengadakan ujian evaluasi tindakan pada setiap tindakan yang
dipelajari sehingga setiap kemampuan mahasiswa dapat dinilai dan
diukur. Hal tersebut sangat berguna karena pada setiap tindakan
yang mahasiswa kurang kuasai akan di ajarkan ulang oleh dosen
yang pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan pada setiap
mahasiswa.
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Needs assessment adalah suatu study sistematis terhadap suatu
perubahan atau inovasi dengan cara mengumpulkan data, opini dari
berbagai sumber guna mengambil keputusan yang efektif. Dengan proses
analisis data dalam mengidentifikasi gap(kesenjangan) antara kinerja saat ini
dengan kinerja yang diharapkan sehingga dapat diperoleh data mengenai
kebutuhan pelatihan. Need Asessesment dapat bersumber dari Orang,
Pekerjaan, dan Organisasi. Dalam penyusunannya dibutuhkan beberapa data
seperti Alasan, Peserta, Pekerjaan, Materi, Dukungan, Biaya dan juga
pemilihan metode.
Analisis Organisasi yang dilakukan di Laboratorium Poltekkes
Kemenkes Surakarta terlihat bahwa Laboratorium memiliki 5 ruangan,
peralatan yang dinyatakan dalam rasio antara alat dengan peserta didik,
tersedianya kebutuhan listrik, adanya SOP atau intruksi kerja dan Adanya
sistem pelaporan dan dokumentasi dari setiap kegiatan praktikum. Analisis
Pekerjaan yang tertuju pada pekerjaan yang dapat diambil setelah lulus dari
9 jurusan yang ada di Poltekke Kemenkes Surakarta. Analisis individu yakni
adanya kesenjangan individu di Poltekkes Kemenkes Surakarta yaitu pada
laboratorium di beberapa jurusan yang belum sepenuhnya memadai dan ada
beberapa yang memadai tetapi belum seperti yang ada di rumah sakit selain
itu terdapat Penilaian tingkat kemampuan di Poltekkes dengan mengadakan
ujian evaluasi tindakan yang dapat mengukur kemampuan mahasiswa.

B. Saran
Need assesment atau penilaian kebutuhan merupakan salah satu
teknik Training Need assessment (TNA) yang sebaiknya diterapkan yang
bertujuan untuk menganalisis masalah kinerja seseorang dengan cara
mengumpulkan semua informasi yang akan digunakan dalam menyusun

17
18

sebuah pelatihan. Melalui makalah ini, diharapkan kepada para pembaca


dan trainer dapat memahami dan melakukan teknik penilaian kebutuhan ini
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Budi Wijoyo Eriono, Suki Hananto. 2017. Pengembangan Pasien Virtual untuk
Peningkatan Pendekatan Inter-Professional Education (IPE) dalam Dunia
Pendidikan Keperawatan di Indonesia. (Online).
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwiCir-
7jP7vAhVXWH0KHS1sADsQFjAGegQIGRAD&url=http%3A%2F
%2Fjournal.um-surabaya.ac.id%2Findex.php%2FJKM%2Farticle
%2Fdownload
%2F967%2Fpdf_1&usg=AOvVaw00nbvqizJbJoc6vXykA_qX. Diakses
Pada 14 April 2021.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2017. Perencanaan, Analisis, Tujuan dan Jenis dari


Pelatihan, (Online).
(http://vibizmanagement.com/column/index/category/strategic_management
/2285, diakses pada 14 April 2021)

Santoso, Budi. . Training Need assessment , (Online),


(http://www.terangi.or.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=120%3Atraining-need-
assessment&catid=64%3Apendidikan&Itemid=52&lang=id, diakses 14
April 2021

Sudirman. “Perencanaan dan Evaluasi Kesehatan”. (Online).


(https://osf.io/pkm4y/download/?format=pdf, diakses pada 14 April 2021)

Sulistyowati Endah. 2019. Interprofessional Education (IPE) Dalam Kurikulum


Pendidikan Kesehatan Sebagai Strategi Peningkatan Kualitas Pelayanan
Maternitas. (Online). https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwiRz729h_7vAh
XOILcAHfpXA8YQFjADegQIFRAD&url=https%3A%2F
%2Fjurnal.unimus.ac.id%2Findex.php%2Fjur_bid%2Farticle%2Fdownload
%2F4849%2Fpdf&usg=AOvVaw0sQ5hqcBOLIH5RKNqHplM5. Diakses
Pada 14 April 2021

Anda mungkin juga menyukai