DISUSUN OLEH
NISN
2023
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui Mengetahui
ii
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
COVER...................................................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................................
KATA PENGANTAR..........................................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................
A. Latar Belakang................................................................................................................
B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan......................................................................................
C. Manfaat Praktek Kerja Lapangan....................................................................................
A. Kantong Darah..............................................................................................................
B. Tes Tekanan Darah........................................................................................................
C. Aftap............................................................................................................................
D. Informed Consent........................................................................................................
E. Pemeriksaan Golongan Darah......................................................................................
F. Pemeriksaan Skrining...................................................................................................
G. Pemeriksaan Uji Silang Serasi (Crossmatch)...............................................................
A. Hasil.............................................................................................................................
B. Dokumentasi.................................................................................................................
BAB V PEMBAHASAN......................................................................................................
iv
BAB VI PENUTUP.............................................................................................................
A. Kesimpulan...................................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting agar manusia dapat bertahan
hidup dan melaku kan aktivitas. Pentingnya kesehatan ini mendorong pemerintah
untuk mendirikan layanan kesehatan, agar masyarakat dapat mengakses
kebutuhan kesehatan. Layanan kesehatan salah satu jenis layanan publik
merupakan ujung tombak dalam pembangunan kesehatan masyarakat (Eprin,
2016).
Praktek kerja lapangan (PKL) adalah salah satu bentuk emplementasi secara
sistemis dan sinkron antara pendidikan di sekolah dengan program penguasaan
keahlian yang diperoleh melalui kegiatan kerja secara langsung di dunia kerja
untuk mencapai tingkat keahlian tertentu. Disamping dunia usaha, praktek kerja
lapangan (PKL) dapat memberikan keuntungan pada pelaksanaan itu sendiri yaitu
1
sekolah. Karena keahlian yang tidak diajarkan disekolahan bisa didapatkan
didunia usaha, sehingga dengan adanya praktek kerja lapangan dapat
meningkatkan mutu dan referensi pendidikan menengah atas yang dapat diarahkan
untuk mengembangkan suatu sistem yang mantap antara dunia pendidikan dengan
dunia usaha. Contohnya seperti sekolah kesehatan melakukan praktek kerja
lapangan di rumah sakit (Ani rasya, 2011)
2
BAB II
Tahu 2011 RSUD Pohuwato Telah Beroleh Tipe/Kelas Sebagai Ruma Sakit
Umum Daerah Dengan Kelas C Melalui Ketetapan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Repoblik No. Nomor : HK.03.05/L/1173/11 Tanggal 13 Mei Tahun
2011 Dan Telah Terakreditasi Dengan Tingkatan “PERDANA” Dengan
Memperoleh Sertifikat Akreditasi Dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)
No. Kesehatan Repoblik No. Di No. Dengan Nomor Sertifikat :
KARS-SERT/287/XII/2016 Tanggal 21 Desember 2016.
3
Kec. Marisa Kab. Pohuwato
e. Email : pohuwato.rsud@gmail.com
f. Website : www.rsud.pohuwatokab.go.id
g. Kelas : C
h. Akreditasi : Perdana
i. Jumlah TT : 117 TT
B. Visi
Suatu keinginan yang tidak berlebihan kiranya RSUD Bumi Panua Kabupaten
Pohuwato dapat tumbuh menjadi institusi layanan kesehatan modern, berkelas
Nasional, dalam bentuk jejaring rumah sakit di seluruh No.
Visi RSUD Bumi Panua mengandung makna cita – cita yang di inginkan
seluruh pimpinan dan karyawan RSUD serta masyarakat, gambaran keinginan
tersebut mengkristal dalam bentuk Visi RSUD Pohuwato Yaitu “Menjadi
Rumah Sakit Rujukan di Wilayah Barat Provinsi Gorontalo”
C. Misi
Agar visi menjadi kenyataan harus diupayakan cara untuk mencapainya,
pilihan cara untuk mewujudkan visi menjadi pilihan utama masyarakat Pohuwato
dirumuskan dalam misi sebagai berikut:
4
e. Meningkatkan kesejahteraan karyawan
D. Tujuan
Pada garis besarnya, acuan yang digunakan untuk merumuskan tujuan
adalah garis garisan yang telah di tentukan oleh pemerintah, dalam hal ini
departemen kesehatan, departemen dalam negeri,pemerintah daerah dan
departemen terkait. Adapun tujuan dari RSUD Pohuwato adalah.
5
Keyakinan dasar (CORE BELIEFS) terdiri atas : ibadah, keikhlasan,
kejujuran, kebersamaan, kemandirian, optimism dan keramahan. Rumusan
keyakinan dasar adalah visi dan misi RSUD Pohuwato akan dapat diwujudkan
apabila seluruh jajaran tanpa terkecuali mampu bekerja dalam suatu tim yang
senantiasa dilandasi niat beribadah yang mengedepankan dan berpegang teguh
pada nilai keikhlasan, kejujuran, keramahan, yang disertai semangat kemandirian
dan optimisme yang tinggi dalam suasana kebersamaan dan saling ingat
mengingatkan.
6
r. Gedung VIP 1
s. Rumah Dinas Dokter (4 unit)
t. Rumah Genset
u. Reservoir Air Bersih (Beton)
v. Selasar Penghubung
w. Tempat Parkir
x. Aula
y. Mushola
z. VIP 2
7
E. Alur Layanan Unit Transfusi Darah
PENCOCOKAN LABEL
TIDAK FORM YA SAMPEL DENGAN FORM
LENGKAP DAN RH PASIEN
TIDAK
COCOK
YA
PEMERIKSAAN GOLONGAN
PERMERIKSAAN GOLONGAN DARAH
DARAH ABO DAN RH PASIEN
ABO DAN RH PASIEN DAN DONOR
DAN DONOR
SAMAKAN GOL.
DARAH ABO
DENGAN RH YA
PASIEN VS
DONOR
TIDAK
TIDAK COCOK
YA
BERIKAN PADA PETUGAS
BAGIAN/BANGSAL
8
BAB III
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
A. Kantong Darah
Sistem kantong darah merupakan alat biomedika yang dipakai untuk
mengumpulkan, menyimpan, mengalirkan dan memindahkan darah dan
komponen darah manusia. Hingga saat ini, bahan yang digunakan secara luas
untuk kantong darah adalah plastik jenis polivinil klorid (PVC). Plastik PVC
memiliki banyak kelebihan dibanding bahan lainnya diantaranya harga yang
kompetitif, bersifat biokompatibel sehingga aman bagi pasien, bersifat fleksibel,
mudah fabrikasi dan tahan panas, mudah untuk disterilkan dan menunjukkan
kinerja yang baik selama siklus beku-tidak beku.(Wibowo et al., 2014).
B. Tes Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan besaran sangat penting dalam dinamika
peredaran darah (Hemodinamika). Tinggi tekanan darah pada berbagai macam
pembuluh darah tidak sama, tekanan darah arteri lebih tinggi daripada tekanan
darah pembuluh vena. Pada pemeriksaan fisik, seorang penderita, pengukuran
tekanan darah arteri sudah menjadi suatu keharusan dimana pengukuran ini selalu
dilakukan secara kontinu. Tinggi tekanan darah arteri orang dewasa yang normal
dalam keadaan istirahat dengan posisi berbaring adalah 120mmHg untuk tekanan
sistotik dan 70 mmHg untuk tekanan diastole. Tinggi tekanan darah ini bervariasi
Antara lain karena unur, jenis kelamin, dan posisi badan. Yang menimbulkan
variasi tinggi tekanan darah arteri karena posisi badan atau bagian badan adalah
tidak lain pada gaya berat.
Menurut (Setiawan, 2017), Tehnik pemeriksaan tekanan darah dapat
dilakukan dengan langkah-langkah seperti di bawah ini:
a. Pasien duduk santai dengan lengan rileks di atas meja, telapak tangan
menghadap ke atas, dan otot lengan tindak boleh memegang.
b. Letakan perangkat tensimeter didekat lengan yang diperiksa dengan skala
menghadap ke pemeriksa. Pemeriksa bisa duduk atau berdiri dihadapan
periksa.
9
c. Pasang kain pembalut (cuff) tensimeter di lengan atas dengan bagian
bawah pembalutnya berada sekitar 3 cm diatas lipat siku. Ketepatan posisi
pemasangan ini mempengaruhi hasil, bebatan hendaknya tidak terlampau
ketat tidak juga longgar.
d. Letakan ujung stetoskop pada lipat siku tempat denyut nadi paling keras
teraba dengan tangan kiri. Pasangkan stetoskop ujung satunya dikedua
liang telinga.
e. Pegang bola karet tensimeter dengan tangan kanan. Putar katup di pangkal
bola pemompa dengan jempol dan telunjuk jarum jam untuk menutup
selang. Sambil stetoskop ditangan kiri tetap menekan, lalu pompakan bola
karetnya sehingga air raksa tampak berangsur naik sehingga bunyi detak
jantung masih terdengar di telinga. Stop memompa setelah bunyi detak
jantung menghilang, Naikan pemompaan 30 milimeter air raksa diatas
sejak bunyidetak jantung menghilang.
f. Perlahan- lahan putar balik pemutar katup kebalikan arah jarum jam
dengan jempol dan telunjuk tangan kanan setelah selesai memompa. Atur
pengendoran katup pemutar, agar laju turunnya air raksa sekitar 3
milimeter per detik.
g. Perhatikan turunnya air raksa pada skala saat pertama kali bunyi detak
jantung mulai terdengar . Saat itulah ditetapkan sebagai nilai tekanan atas
atau sistolik. Sementara itu air raksa tetap turun. Perhatikan pula skala air
raksa saat bunyi jantung sudah hilang. Saat itulah ditetapkan sebagai nilai
diastolik.
h. Apabila gagal mendengar bunyi degup pertama, ulangi sekali lagi akan
tetapi pastikan dulu skala air raksa sudah No. ketinggian dibawah angka
nol sebelum kembali mulai memompa ulang
C. Aftap
Aftap adalah proses pengeluaran atau penyadapan darah dari lengan
pendonor dengan cara phlebotomi melalui vena cubitti. Proses penyadapan darah
biasanya melalui beberapa tahap di antaranya Seleksi donor darah merupakan
upaya untuk menjaga keselamatan donor darah dan untuk menjaga keselamatan
10
penerima darah/resipien. Phlebotomy atau flebotomi adalah prosedur laboratorium
yang dilakukan dengan mengeluarkan sejumlah darah. Jadi, flebotomi dilakukan
dengan cara memasukkan jarum ke dalam pembuluh darah vena guna
mengeluarkan darah dari dalam tubuh (Fabiana Fadul, 2019).
D. Informed Consent
Istilah Informed consent dalam Undang-Undang Kesehatan kita tidak ada,
yang tercantum adalah istilah persetujuan, menerima atau menolak tindakan
pertolongan setelah menerima dan memahami informasi mengenai tindakan
tersebut (Purnama, 2016)
Informed consent atau persetujuan Medik adalah persetujuan yang diberikan
oleh pasien sesuai dengan pasal 1 (a) Permenkes RI Nomor
585/MEN.KES/PER/X/1989 Di mana pasal 1 (a) menyatakan bahwa persetujuan
tindakan medik (informed consent) adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien
atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang akan
dilakukan terhadap pasien tersebut. Informed consent mencakup peraturan yang
mengatur perilaku dokter dalam berinteraksi dengan pasien. Interaksi tersebut
melahirkan suatu hubungan yang disebut hubungan dokter-pasien (Purnama,
2016).
Informed consent ialah persetujuan bebas yang diberikan oleh pasien
terhadap suatu tindakan medis, setelah ia memperoleh semua informasi yang
penting mengenai sifat serta konsekuensi tindakan tersebut. Informed consent
dibuat berdasarkan prinsip autonomi, beneficentia dan nonmaleficentia, yang
berakar pada martabat manusia di mana otonomi dan integritas pribadi pasien
dilindungi dan dihormati. Jika pasien tidak kompeten, maka persetujuan diberikan
oleh keluarga atau wali sah. Jika keluarga/wali hadir tetapi tidak kompeten juga,
maka tenaga medis harus memutuskan sendiri untuk melakukan tindakan medis
tertentu sesuai keadaan pasien. Informed consent terutama dibutuhkan dalam
kasus-kasus luar biasa (exraordinary means) (Purnama, 2016).
Namun untuk pasien kritis atau darurat yang harus segera diambil tindakan
medis untuk menyelamatkannya, proxy consent tidak dibutuhkan
11
Informasi/keterangan yang wajib diberikan sebelum suatu tindakan kedokteran
dilaksanakan adalah:
1. Diagnosa yang telah ditegakkan.
2. Sifat dan luasnya tindakan yang akan dilakukan.
3. Manfaat dan urgensinya dilakukan tindakan tersebut.
4. No. No. dan komplikasi yang mungkin terjadi daripada tindakan kedokteran
tersebut.
5. Konsekwensinya bila tidak dilakukan tindakan tersebut dan adakah
alternatif cara pengobatan yang lain.
6. Kadangkala biaya yang menyangkut tindakan kedokteran tersebut. Suatu
persetujuan dianggap sah apabila:
a. Pasien telah diberi penjelasan/ informasi
b. Pasien atau yang sah mewakilinya dalam keadaan cakap (kompeten)
untuk memberikan keputusan/persetujuan
c. Persetujuan harus diberikan secara sukarela.
E. Pemeriksaan Golongan Darah
Golongan darah merupakan sistem pengelompokkan darah yang didasarkan
pada jenis antigen yang dimilikinya. Antigen tersebut dapat berupa karbohidrat
dan protein. Sistem penggolongan darah ABO pertama kali ditemukan oleh Karl
Landsteiner pada tahun 1900 dengan mencampur eritrosit dan serum darah para
stafnya. Dari percobaan tersebut, Landsteiner menemukan 3 dari 4 jenis golongan
darah dalam sistem ABO, yaitu A, B, O. Golongan darah yang keempat, yaitu AB
ditemukan pada tahun 1901 (Rahman, 2018).
Pemeriksaan golongan darah mempunyai berbagai manfaat dan
mempersingkat waktu dalam identifikasi. Golongan darah penting untuk diketahui
dalam hal kepentingan transfusi, donor yang tepat serta identifikasi pada kasus
kedokteran forensik seperti identifikasi pada beberapa kasus kriminal.
Pemeriksaan golongan darah ABO dilakukan untuk menentukan jenis golongan
darah pada manusia. Penetuan golongan darah ABO pada umumnya dengan
menggunakan metode slide. Metode slide merupakan salah satu metode yag
sederhana, cepat dan mudah untuk pemeriksaan golongan darah. Pemeriksaan
12
golongan darah untuk mendeteksi keberadaan antigen di permukaan membran sel
darah merah dengan cara mereaksikan darah manusia dengan anti-sera A dan
antisera B (Rahman, 2018).
F. Pemeriksaan Skrining
Blood screening atau pemeriksaan uji saring darah merupakan salah satu
tahap di dalam pengelolaan darah untuk mendapatkan darah yang benar benar
aman bagi pengguna darah. Uji saring juga merupakan pemeriksaan terhadap
penyakit Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah (IMLTD). Setiap kantung darah
diperiksa IMLTD secara menyeluruh atau satu per satu (Kemenkes RI, 2019).
Uji saring darah terhadap infeksi paling sedikit wajib ditujukan untuk deteksi:
a. HIV
b. Hepatitis B
c. Hepatitis C
d. Sifilis
Untuk jenis infeksi lain seperti Malaria, dan lainnya tergantung prevalensi
infeksi tersebut di masing-masing daerah (Fabiana, 2019).
13
yang tidak diharapkan dalam serum resipien yang akan mengurangi umur hidup
atau menghancurkan eritrosit donor (Ayu & Wirawati, 2018)
Pemeriksaan uji silang serasi darah atau yang lebih dikenal dengan
crossmatch merupakan pemeriksaan utama sebelum dilakukan transfusi darah.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mencocokkan antara darah pasien dengan darah
donor, sehingga darah yang diberikan benar-benar cocok dan supaya darah yang
ditransfusikan benar-benar bermanfaat bagi kesembuhan pasien (Ayu & Wirawati,
2018).
Pemeriksaan crossmatch dapat dilakukan secara serologik dan elektronik
atau komputerisasi. Pemeriksaan serologik dapat dibedakan menjadi
immediatespin crossmatch dan antiglobulin crossmatch. Sedangkan antiglobulin
crossmatch sendiri dapat dilakukan dengan cara tube test ataupun dengan column
agglutination test atau yang lebih dikenal dengan gel test. Pada pemeriksaan
computer crossmatch kita menggunakan program komputer untuk melakukan
pengecekan ada tidaknya inkompatibilitas ABO dan menyeleksi unit darah yang
sesuai untuk ditrasfusikan kepada pasien. Di Negara-negara berkembang
pemeriksaan crossmatch baru bisa dilakukan secara serologik (Ayu & Wirawati,
2018).
Pemeriksaan crossmatch dengan tube test dilakukan melalui beberapa fase,
yaitu fase suhu kamar, fase suhu inkubasi 37˚C dan fase antiglobulin. Bila
skrining antibodi belum pernah dilakukan sebelumnya atau bila dalam serum
terdapat antibodi yang bermakna secara klinis maka pemeriksaan harus dilakukan
pada seluruh fase. Bila sebelumnya telah dilakukan skrining antibodi dan tidak
ditemukan antibodi, maka fase antiglobulin tidak dilakukan. Jadi hanya dilakukan
immediate spin saja untuk memastikan kompatibilitas golongan darah ABO (Ayu
& Wirawati, 2018).
Pemeriksaan crossmatch (Ayu & Wirawati, 2018) dilakukan untuk
meyakinkan bahwa tidak ada antibodi didalam serum pasien yang akan bereaksi
dengan sel darah donor jika transfusi dilakukan. Adapun fungsi utama crossmatch
adalah ;
14
a. Untuk melakukan pengecekan terakhir dan meyakinkan bahwa
golongan darah ABO antara pasien dan donor sudah sesuai sehingga
reaksi transfusi dapat dicegah.
b. Untuk mendeteksi ada tidaknya antibodi di dalam serum pasien yang
akan bereaksi dengan antigen pada sel darah merah donor terutama
pada kondisi
15
BAB IV
HASIL PEMERIKSAAN
A. Hasil
Dari hasil praktek kerja lapangan yang di lakukan di Unit Transfusi Darah
(UTD) RSUD Bumi Panua Pohuwato, di dapat hasil sebagai berikut :
JUMLAH PASIEN
JENIS
No. Total
TINDAKAN Sabt
Kamis Jumat Senin Selasa Rabu
u
23
1 Infor Consent 7 3 5 6 1 1
Tes Tekanan 1
2 0 1 0 0 0 0
Darah
Mendampingi 2
3 Melakukan 0 0 1 0 1 0
AFTAP
Pemeriksaan 16
4 4 4 1 2 3 2
Golongan Darah
Pemeriksaan 23
5 7 3 5 6 1 1
Skrining
Mendampingi 6
6 Melakukan 3 1 2 0 0 0
Crossmatch
Menerima 6
7 0 2 1 2 0 1
Sampel
Mendampingi 8
8 Mengeluarkan 1 2 0 3 2 0
Darah
16
B. Dokumentasi
17
BAB V
PEMBAHASAN
18
Tidak hamil
Tidak menyusui
Sedang tidak haid
Setelah memenuhi syarat akan dilakukan Tes Tekanan Darah minimal 110-
130 mm Hg,setelah tes tekanan darah lanjut melakukan aftap atau pengambian
darah donor. Ada banyak kendala pada saat melakukan aftap yaitu seperti
pengambilan pada vena dalam dan juga orang tua.Setelah selesai pengambilan
darah donor, darah akan melalui beberapa pemeriksaan seperti pemeriksaan
Golongan Darah,pemeriksaan Screaning, dan juga pemeriksaan Crossmatching.
Darah donor dapat di simpan di blood back dengan jangka waktu sampai 1 bulan.
Pengalaman yang di dapat selama Praktek kerja Lapangan (PKL) di RSUD
Bumi Panua Pohuwato yaitu melakukan pengambilan darah donor atau
melakukan aktap pada pendonor dan pemeriksaan Crossmatching.
19
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan praktek kerja lapangan yang telah dilaksanakan
selama 3 bulan di RSUD Bumi Panua Pohuwato maka dapat di simpulkan bahwa
dari beberapa parameter pemeriksaan yang dilakukan selama proses praktek kerja
lapangan yaitu pemeriksaan yang paling banyak dilakukan adalah pemeriksaan
hematologi. Karena setiap pasien masuk ataupun keluar wajib untuk diperiksa
darah rutin dimana dokter akan mengetahui apakah pasien sudah normal atau
abnormal dengan melakukan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan darah rutin
dilakukan bertujuan untuk mengetahui kondisi keseluruhan dari pasien. Termasuk
mendeteksi kemungkinanan adanya penyakit yang berkaitan erat dengan darah
seperti anemia, kanker darah, infeksi, masalah pembekuan darah dan penyakit
gangguan imunitas.
B. Saran
1. Untuk siswa-siswi dianjurkan untuk lebih berhati-hati dan melakukan
pemeriksaan sesuai dengan SOP yang sudah di tentukan dan selalu
menggunakan APD lengkap pada saat melakukan pemeriksaan agar tidak
tertular atau terkena infeksi dari penyakit-penyakit tertentu.
2. 2. Adapun saran yang diajukan untuk laboratorium adalah agar setiap
ruangan untuk pemeriksaan di pisahkan antara ruangan pemeriksaan yang
satu dengan ruangan pemeriksaan lainnnya agar pemeriksaan dapat
berjalan dengan lancar dan efektif.
3. 3. Saran untuk sekolah-sekolah yaitu diupayakan unyuk membangun
laboratorium tersendiri agar memudahkan para siswa untuk belajar dan
melakukan praktikum
20
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, I. D. A., & Wirawati, P. (2018). Program Studi Spesialis Patologi Klinik.
Fabiana, F. (2019). Pemeriksaan Darah Melalui Metode IMLTD. 7–25.
Fabiana Fadul. (2019). Kepatuhan Petugas Dalam Menjalani Standart
Operasional Prosedur Pengambilan Darah Pada Pendonor di UTD PMI
Kabupaten Blitar.
Irawaty, I., AM, R., & Arif, M. (2018). Characteristics Of Crossmatch Types In
Compatibility Testing On Diagnosis And Blood Types Using Gel Method
(Ciri Inkompatibilitas Uji Cocok Serasi Metode Gel terhadap Diagnosis dan
Golongan Darah). Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical
Laboratory, 23(1), 36. https://doi.org/10.24293/ijcpml.v23i1.1182
Kemenkes RI. (2019). Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah (IMLTD).
https://www.ptonline.com/articles/how-to-get-better-mfi-results
Purnama, S. G. (2016). Informed Consent. Modul Etika Dan Hukum Kesehatan,
0–10.
Rahman, I. (2018). Perbedaan Penentuan Golongan Darah Sistem ABO Dengan
Gambaran Aglutinasi Serum Dan Reagen Anti-Sera Metode Slide. Jurnal
Analisis Kesehatan, 1–5.
Setiawan, B. (2017). Pengaruh Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)
Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe Iidi Puskesmas
Banjardawa. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–
1699. http://repository.unimus.ac.id/528/3/BAB II.pdf
Wibowo, T. Y., Astuti, A., Yohanes, H., & Maisaroh, M. (2014). Uji Kompatibel
Epoksi Metil Oleat Turunan Minyak Sawit Sebagai Plasticizer Plastik
Kantong Darah. Jurnal Konversi Universitas Muhammadiyah Jakarta, 3(2),
1–6. https://www.neliti.com/id/publications/107752/uji-kompatibel-epoksi-
metil-oleat-turunan-minyak-sawit-sebagai-plasticizer-plast
21