Nim : 2017.18.1367
T.A 2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
akut yang mengenai saluran cerna yang disebabkan oleh bakteri Salmonella
baik apabila terdapat gambaran klinik yang berat, seperti demam tinggi
sekitar 17 juta per tahun dengan 600.000 orang meninggal karena penyakit ini dan
per tahun di Amerika Selatan dan 900/100.000 per tahun di Asia. Salah satu
negara di Asia Tenggara dengan kasus demam thypoid yang tinggi adalah
kasus demam thypoid dari 11,36 per 1.000 penduduk, terjadi pada anak usia
selalu ada dimasyarakat sepanjang waktu walaupun dengan angka kejadian yang
kecil). Prevalensi nasional untuk demam thypoid (berdasarkan diagnosis tenaga
Bengkulu (1,60%), Jawa Barat (2,14%), Jawa Tengah (1,61%), Banten (2,24%),
(2,25%), Papua Barat (2,39%), dan Papua (2,11%). Prevalensi demam thypoid
banyak ditemukan pada kelompok umur sekolah (5-24 tahun) yaitu 1,9%, dan
tertendah pada bayi yaitu 0,8% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
2013).
anak yang menderita penyakit demam typhoid dari tahun 2013-2015 di Provinsi
yang menderita penyakit demam typhoid sebanyak 1892 kasus. Data yang didapat
melakukan rawat inap pada tahun 2014 sejumlah 196 anak, tahun 2015 sejumlah
85 anak, tahun 2016 sejumlah 61 anak, dan tahun 2017 sejumlah 61 anak, jadi
abnormal suhu badan rectal minimal 380C, biasanya 38,90C sampai 40,60 C yang
penyebab umum demam pada bayi antara lain infeksi pernapasan atas dan bawah,
faringitis, otitis media, dan infeksi virus umum dan enterik. Reaksi vaksinasi dan
pakaian yang terlalu tebak juga sering menjadi penyebab deman pada bayi
(Muscari 2005).Demam thypoid pada anak biasanya memiliki salah satu tanda
seperti demam, diare (konstipasi), muntah, nyeri perut, dan sakit kepala. Hal ini
terutama bila demam sudah berlangsung selama 7 hari atau lebih dan penyakit lain
Gejala yang paling menonjol pada demam thypoid adalah demam lebih
dari 7 hari. Demam ini bisa diikuti oleh gejala tidak khas lainnya seperti diare,
Widal mengalami masalah hipertermi sebesar 100% (Sari 2016). Keadaan yang
parah bisa disertai gangguan kesadaran. Komplikasi yang bisa terjadi adalah
adanya salmonella dalam darah melalui kultur. Karena isolasi salmonella relative
sulit dan lama, maka pemeriksaan serologi Widal untuk mendeteksi antigen O dan
H sering digunakan sebagai alternal. Titer> 1/40 dianggap positif demam thypoid
(Widoyono 2005).
hipertermi menunjukkan bahwa terdapat keluhan yang sama yaitu panas tinggi
dengan Hipertermi.
a. Mengobservasi data mayor dan data minor pada anak Demam Typhoid dengan
Hipertermi.
Hipertermi.
Hipertermi.
Hipertermi.
e. Mengobservasi evaluasi keperawatan pada anak Demam Typhoid dengan
Hipertermi.
1. 4 Manfaat
keperawatan anak serta digunakan sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala
demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan
2.2.2 Hipertermi
berisiko mengalami kenaikan suhu tubuh lebih dari 37,8 oC (100 oF) per
oral atau 38,8 oC (101oF) per rektal yang sifatnya menetap karena faktor
2.2 .3 Penyebab
a. Penyebab dari Hipertermi antara (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
1. Penyakit/trauma
2. Peningkatan metabolisme
4. Pengaruh medikasi
1. Hasil gram negative yang bergerak dengan bulu getar dan tidak
bersepora.
2) Nyeri kepala
3) Pusing
4) Diare
5) Anoreksia
6) Batuk
7) Nyeri otot
dan limpa membesar yang nyeri pada perabaan, gangguan pada kesadaran,
2) Konvulsi (kejang)
3) Kulit kemerahan
4) Pertambahan RR
5) Takikardi
katabolisme protein
demam dapat dibagi menjadi dua garis besar yaitu: non-farmakologi dan
oleh dokter apabila penderita dengan umur < 3 bulan dengan suhu rektal
38°C, penderita dengan umur 3-12 bulan dengan suhu >39°C, penderita
dengan suhu >40,5°C, dan demam dengan suhu yang tidak turun dalam
b. Terapi farmakologi
(Graneto, 2010).
2.2.6 Komplikasi
2.6.3 Peritonitis
2.2.1 Pengkajian
Hipertermi :
a. Identitas klien
b. Keluhan Utama
Demam thypoid dengan hipertermi berupa akral dan kulit terasa hangat,
mukosa bibir kering, suhu tubuh dalam rentang tinggi, tampak lemas, lidah
tampak kotor.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
muka kemerahan.
2) Tingkat kesadaran
Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).
3) Sistem integumen
agak kusam.
4) Sistem gastrointestinal
Akral dan kulit terasa hangat, mukosa bibir kering, suhu tubuh
5) Sistem muskuloskeletal
Diagnosa : Hipertermi.
4) Tampak lemas.
atau klien. Hasil fase perencanaan adalah rencana asuhan klien (Barbara
2010).
Thermoregulation.
pusing.
5. Implementasi
2.2.4 Evaluasi
pasien dengan tujuan atau kriteria hasil yang telah ditetapkan (Tarwoto
METODE PENELITIAN
Jenis pen elitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif,
rancangan studi kasus, yaitu salah satu jenis rancangan penelitian yang mencakup
satu unit penelitian secara insentif. Studi kasus dibatasi oleh tempat dan waktu,
serta kasus yang dipelajari berupa peristiwa, aktivitas, atau individu. Penelitian ini
Subjek studi kasus ini adalah anak deman typhoid dengan hipertermi
secara tidak langsung melalui rekam medis pasien. Dalam penentuan subjek studi
kasus, penelitian ini menggunakan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Kriteria
inklusi merupakan persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh subjek penelitian
tidak dapat diikutitsertakan dalam penelitian. Kriteria inklusi pada penelitian ini
adalah :
1. Rekam medis pasien anak typhoid dengan hipertermi yang telat telah
2. Rekam medis pasien anak typhoid dengan rentang usia 0-19 tahun.
Fokus studi kasus adalah kajian utama yang akan dijadikan titik acuan
studi kasus. Fokus studi kasus pada penelitian ini yaitu penerapan asuhan
Daerah Tabanan pada bulan Maret - April 2018. Waktu yang dibutuhkan dalam
3x 24 jam.
adanya keluhan hipertermi pada anak demam typhoid yang dijadikan subjek
penelitian, adanya tanda hipertermi berupa akral dan kulit terasa hangat, mukosa
bibir kering, suhu tubuh dalam rentang tinggi, tampak lemas, lidah tampak
kotor,leukosit menurun, widal didapatkan hasil Salmonella thypi O didapatkan
Metode pengumpulan data dalam karya tulis ini adalah observasi partisipatin
penelitian.
data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara
analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi
dengan teori yang sudah ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi
a. Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dari hasil OD (Observasi dan Dokumentasi).
b. Mereduksi Data
c. Penyajian Data
yang dipilih untuk studi kasus, data disajikan secara tekstular atau narasi
dan dapat disertai dengan cuplikan ungkapan verbal dari subyek studi
dilakukan dengan tabel, gambar, grafik, flip chart, dan lain sebagainya.
klien
d. Kesimpulan
menjadi responden. Tujuan inform consent adalah agar subyek mengerti maksud
dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya. Jika subyek bersedia maka
dengan cara tidak memberikan atau mencatumkan nama responden pada lembar
c. Confidentially ( kerahasiaan)
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil
penelitian.
fokus studi yang dirumuskan secara operasional yang digunakan pada studi kasus
2018
Tabel 3.8
Definisi Operasional
airway metode
demam mengatasi
thypoid penngkatan
suhu tubuh
BAB IV
anak yang menderita penyakit demam typhoid dari tahun 2013-2015 di Provinsi
yang menderita penyakit demam typhoid sebanyak 1892 kasus. Data yang didapat
melakukan rawat inap pada tahun 2014 sejumlah 196 anak, tahun 2015 sejumlah
85 anak, tahun 2016 sejumlah 61 anak, dan tahun 2017 sejumlah 61 anak, jadi
abnormal suhu badan rectal minimal 380C, biasanya 38,90C sampai 40,60 C yang
1. Hari pertama
Tabel 4.1
Observasi Klien Sebelum (Pre) Pemberian
Kompres Hangat
No Keluhan Ya Tidak Skor
2 Pertambahan RR √ 1
3 Tampak kemerahan √ 1
4 Tampak bengkak √ 1
5 Kelemahan √ 1
Jumlah 5
Berdasarkan observasi hari pertama setelah pemberian kompres hangat pada klien
bengkak dan kelemahan pada kaki sebelah kanan klien masih ada dan dirasakan
oleh klien.
2. Hari kedua
Tabel 4.3
Observasi Klien Sebelum (Pre) Pemberian
Kompres Hangat
No Keluhan Ya Tidak Skor
1 Klien merasakan √ 1
2 Klien mengalami √ 1
pertambahan RR
3 Tampak kemerahan √ 0
4 Tampak bengkak √ 1
5 Kelemahan √ 1
Jumlah 4
Tabel 4.4
Observasi Klien Sebelum (Post) Pemberian
Kompres Hangat
1 Klien merasakan √ 0
2 Klien mengalami √ 0
pertambahan RR
3 Tampak kemerahan √ 0
4 Tampak bengkak √ 1
5 Kelemahan √ 1
Jumlah 2
Berdasarkan observasi hari kedua setelah dilakukan kompres
peningkatan suhu lagi kelemahan nya masih tetapi sudah agak sedikit
berkurang.
3. Hari ketiga
Tabel 4.3
Observasi Klien Sebelum (Post) Pemberian
Kompres Hangat Herbal Jahe
No Keluhan Ya Tidak Skor
1 Klien merasakan √ 0
2 Klien mengalami √ 0
pertambahan RR
3 Tampak kemerahan √ 0
4 Tampak bengkak √ 0
5 Kelemahan √ 0
Jumlah 0
hangat pada klien dengan demam thypoid yang mengalami peningkatan suhu
sudah berkurang dan kaku yang dirasakan juga udah berkurang, kelemahan
5. 1 Simpulan
sebagaiberikut :
1. Pengkajian
selama beberapa hari, batu dan pilek, sebagian data tidak muncul pada
pasien serta acuan yang digunakan pada perawat berbeda dengan acuan
Pada kasus An. AP dan An. RD tidak terjadi kesenjangan antara teori
dengan data yang ditemukan pada kasus, dimana diagnosa yang diangkat yaitu
Hipertermi berhubungan dengan penyakit/trauma, infeksi bakteri salmonella
typhosa. Namun ada beberapa data yang ada pada teori tetapi tidak muncul pada
menggunakan format yang sudah ada di ruangan atau perawat sebagian tidak
mendokumentasikan hasil tanda dan gejala pada pasien serta acuan yang
digunakan pada perawat berbeda dengan acuan yang digunakan oleh peneliti.
3. Intervensi
ada, tujuan dan kriteria hasil serta rencana keperawatan yang berada pada
rekam medik pasiens ama-sama menggunakan NOC dan NIC hanya saja
dipilih beberapa saja dari sekian intervensi yang berada di teori. Ada
beberapa rencana keperawatan yang ada pada rekam medik pasien tidak
ada pada teori rekam medik pasien. Hal ini dikarenakan rencana
4. Implementasi
Dua telah dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan yang telah disusun
5. 2 Evaluasi
An.AP yaitu S : orang tua pasien mengatakan tubuh anaknya sudah tidak
panas O : keadaan umum pasien baik, tubuh pasien tidak teraba hangat, suhu
tubuh anaknya sudah tidak panas O : keadaan umum pasien baik, tubuh
pasien tidak teraba hangat, suhu 36,0 C, nadi 78x/menit A :tujuan tercapai,
5.3 Saran
1. Kepada Ruang Anggrek BRSU Tabanan Pada studi kasus ini diharapkan dapat
peneliti kesulitan mendapatkan referensi yang tepat. Hal seperti ini, diharapkan
typhoid.
DAFTAR PUSTAKA
7, Vol 1. 7 ed. ed. Pamilih Eko Karyuni dan Dwi Widiarti. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
http://ejournal.litbang.kemkes.go.id/index.php/MPK/article/view/5447. Ilmiah,
Publikasi. 2016. “Penanganan hipertermia pada anak dengan demam tifoid di rsud
Pandanarang boyolali.”
ningrum, dan Sri Utami. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1. 1 ed. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Swadaya. Tarwoto, dan Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses